KATA PENGANTAR
Undang-undang nomor 23 tahun 2002 mewajibkan pemerintah, masyarakat
termasuk dunia usaha memenuhi hak-hak anak, yaitu kelangsungan hidup, pertumbuhan
dan perkembangannya serta perlindungan demi kepentingan terbaik anak. Di bidang
kesehatan, pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya
kesehatan yang komprehensif bagi anak melalui upaya kesehatan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif yang optimal. Kesehatan bukanlah tanggung jawab pemerintah
saja namun merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat termasuk
swasta.
Berita munculnya kembali kasus gizi buruk yang diawali di Propinsi NTT, NTB,
Lampung yang diikuti oleh propinsi-propinsi lainnya menunjukkan bahwa masalah gizi
masyarakat kita masih rawan. Secara nasional, pada tahun 2003 terdapat sekitar 27.5%
balita menderita gizi kurang, namun demikian terdapat 110 kabupaten/kota mempunyai
prevalensi gizi kurang (termasuk gizi buruk) diatas 30%, yang menurut WHO
dikelompokkan sangat tinggi. Kondisi ini sangat memprihatinkan, karena mengancam
kualitas sumberdaya manusia kita dimasa mendatang.
Salah satu tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2005-2009 Bidang Kesehatan adalah menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi
setinggi-tingginya 20%, termasuk prevalensi gizi buruk menjadi setinggi-tingginya 5%
pada tahun 2009. Gizi buruk secara langsung dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu; Anak tidak
tidak cukup mendapat makanan bergizi, anak tidak mendapat asuhan gizi yang memadai
dan anak mungkin menderita infeksi penyakit. Ketiga penyebab langsung tersebut terkait
dengan daya beli masyarakat, tingkat pendidikan, kondisi lingkungan dan pelayanan
kesehatan.
Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk (RANPPGB) 2005-2009 disusun berdasarkan perkembangan permasalahan masalah gizi buruk
terkini di Indonesia. Diharapkan RAN-PPGB ini dapat dipakai sebagai acuan berbagai
pihak yang terkait untuk menanggulangi masalah gizi buruk di Indonesia.
Jakarta,
Juli 2005
MENTERI KESEHATAN RI
DAFTAR ISI
Bab I
PENDAHULUAN
A. Landasan Hukum
B. Masalah Gizi Buruk
C. Penyebab Gizi Buruk
D. Kemiskinan dan Gizi Buruk
E. Gizi Buruk dan Kualitas Sumberdaya Manusia
1
2
3
5
5
7
7
8
9
9
POKOK KEGIATAN
A. Revitalisasi Posyandu
B. Revitalisasi Puskesmas
C. Intervensi gizi dan kesehatan
D. Promosi keluarga sadar Gizi
E. Pemberdayaan keluarga
F. Advokasi dan pendampingan
G. Revitalisasi SKPG
11
11
12
12
12
13
14
Bab V
15
Bab VI
16
Bab II
Bab III
Bab IV
Bab VII P E N U T U P
17
Bab I
PENDAHULUAN
A. Landasan Hukum
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah
satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan
sesuai dengan UUD 1945 pasal 28 H ayat (1) dan Undang-undang nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan harus dipandang
sebagai investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dan
sekaligus investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi dan
pendidikan, serta berperan penting dalam upaya penanggulangan
kemiskinan. Oleh karenanya, pembangunan kesehatan bukanlah tanggung
jawab pemerintah saja namun merupakan tanggung jawab bersama
pemerintah dan masyarakat termasuk swasta.
Undang-undang nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
menyatakan bahwa Pemerintah wajib memenuhi hak-hak anak, yaitu tentang
kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangannya serta perlindungan
demi kepentingan terbaik anak. Seluruh komponen bangsa (pemerintah,
legislatif, swasta dan masyarakat) bertanggung jawab dalam pemenuhan
hak-hak tersebut. Di bidang kesehatan, pemerintah wajib
menyediakan
fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang komprehensif bagi
anak melalui upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
yang optimal sejak dalam kandungan. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh
dan berkembang, yaitu
(1) Kasih sayang dan perlindungan;
(2) Makanan bergizi seimbang (sejak lahir sampai 6 bulan hanya ASI
saja, sesudah 6 bulan sampai 2 tahun ASI ditambah Makanan
Pendamping ASI);
(3) Imunisasi dasar dan suplementasi kapsul vitamin A:
(4) Pendidikan dan pengasuhan dini;
(5) Perawatan kesehatan dan pencegahan kecacatan, cedera dan
lingkungan yang sehat dan aman;
(6) Orangtua berkeluarga berencana.
Gizi buruk adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh
kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah
dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Anak balita sehat atau
kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara
berat badan menurut umurnya dengan rujukan (standar) yang telah
ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak
disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang.
Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk. Gizi buruk yang disertai
dengan tanda-tanda klinis disebut marasmus atau kwashiorkor. Sementara
itu, pengertian di masyarakat tentang Busung Lapar adalah tidak tepat.
Sebutan Busung Lapar yang sebenarnya adalah keadaan yang terjadi
akibat kekurangan pangan dalam kurun waktu tertentu pada satu wilayah,
sehingga mengakibatkan kurangnya asupan zat gizi yang diperlukan, yang
pada akhirnya berdampak pada kondisi status gizi menjadi kurang atau
buruk dan keadaan ini terjadi pada semua golongan umur. Tanda-tanda
klinis pada Busung Lapar pada umumnya sama dengan tanda-tanda pada
marasmus dan kwashiorkor.
Anak kurang gizi pada tingkat ringan dan atau sedang tidak selalu
diikuti dengan gejala sakit. Dia seperti anak-anak lain, masih bermain dan
sebagainya, tetapi bila diamati dengan seksama badannya mulai kurus.
Menurut Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar
27,5% (5 juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi
kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). WHO (1999)
mengelompokkan wilayah berdasarkan prevalensi gizi kurang ke dalam 4
kelompok yaitu: rendah (di bawah 10%), sedang (10-19%), tinggi (20-29%),
sangat tinggi (=> 30%). Berdasarkan kriteria tersebut status gizi tiap-tiap
propinsi di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 2.
Bab II
Bab III
10
10
Bab IV
POKOK-POKOK KEGIATAN
A. Revitalisasi Posyandu
Revitalisasi Posyandu bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan
kinerja Posyandu terutama dalam pemantauan pertumbuhan balita.
Pokok kegiatan revitalisasi Posyandu meliputi;
1. Pelatihan/orientasi petugas Puskesmas, petugas sektor lain dan kader
yang berasal dari masyarakat
2. Pelatihan ulang petugas dan kader
3. Pembinaan dan pendampingan kader
4. Penyediaan sarana terutama dacin, KMS/Buku KIA, panduan
Posyandu, media KIE, sarana pencatatan
5. Penyediaan biaya operasional
6. Penyediaan modal usaha kader melalui Usaha Kecil Menengah
(UKM) dan mendorong partisipasi swasta.
B.
Revitalisasi Puskesmas
Revitalisasi Puskesmas bertujuan meningkatkan fungsi dan kinerja
Puskesmas terutama dalam pengelolaan kegiatan gizi di Puskesmas,
baik penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan maupun upaya
kesehatan masyarakat.
Pokok kegiatan revitalisasi Puskesmas meliputi;
1. Pelatihan manajemen program gizi di puskesmas bagi pimpinan dan
petugas puskesmas dan jaringannya
2. Penyediaan biaya operasional Puskesmas untuk pembinaan
posyandu, pelacakan kasus, kerjasama LS tingkat kecamatan, dll
3. Pemenuhan sarana antropometri dan KIE bagi puskesmas dan
jaringannya
4. Pelatihan tatalaksana gizi buruk bagi petugas rumah sakit dan
puskesmas perawatan
11
11
E.
Pemberdayaan keluarga
Pemberdayaan keluarga bertujuan meningkatkan kemampuan keluarga
untuk mengetahui potensi ekonomi keluarga dan mengembangkannya
untuk memenuhi kebutuhan gizi seluruh anggota keluarga. Keluarga
miskin yang anaknya menderita kekurangan gizi perlu diprioritaskan
sebagai sasaran penanggulangan kemiskinan.
12
12
13
13
14
14
Bab V
15
15
Bab VI
16
16
Bab VII
PENUTUP
Masalah gizi buruk mempunyai dimensi yang sangat luas, baik dari
konsekuensinya terhadap penurunan kualitas sumberdaya manusia maupun
faktor penyebab. Gizi buruk secara langsung maupun tidak langsung akan
menurunkan kecerdasan anak, mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
serta menurunkan produktivitas. Dari aspek penyebab, gizi buruk sangat
terkait dengan kondisi daya beli keluarga, tingkat pendidikan dan pola
asuhan gizi keluarga serta keadaan kesehatan.
Seringkali Rencana Aksi tidak dilaksanakan secara baik. Beberapa
masalah yang sering disampaikan antara lain lemahnya dukungan
pembiayaan dari pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota. Pencegahan
dan penanggulangan gizi buruk memerlukan komitmen bersama antara
unsur kepemerintahan, masyarakat serta dunia usaha. Oleh karena itu perlu
dikembangkan komunikasi antar unsur yang terlibat.
Sebagai bagian dari Rencana Aksi ini perlu dilakukan serangkaian
kegiatan advokasi, sosialisasi kepada seluruh pemeran untuk meningkatkan
komitmen. Lebih jauh diperlukan jejaring yang melibatkan LSM, Perguruan
Tinggi, media baik cetak maupun elektronik, lokal maupun nasional.
17
17
Bagan 1
Strategi pencegahan dan penanggulangan gizi buruk
Sistem Kewaspadaan pangan dan gizi
KELUARGA
SELURUH KELUARGA
Intervensi
jangka
menengah/
panjang
Intervensi
jangka
pendek,
darurat
1. Penyuluhan/Konseling Gizi;
a. ASI eksklusif dan MP-ASI
b. Gizi seimbang
c. Pola asuh ibu dan anak
2. Pemantauan pertumbuhan anak
3. Penggunaan garam beryodium
4. Pemanfaatan pekarangan
5. Peningkatan daya beli
KELUARGA MISKIN
6. Bantuan pangan darurat;
a. PMT balita, ibu hamil
b. Raskin
PELAYANAN
KESEHATAN
emua
Balita
Punya
KMS
POSYANDU
Penimbangan
(D)
balita
Konseling
Suplementasi gizi
Pelayanan
kesehatan dasar
BB Tidak
naik (T),
Gizi
kurang
Puskesmas
Rumah Sakit
Sehat, BB Naik (N)
PMT Pemulihan
Konseling
18
18
Tabel 1
Matrik kegiatan dan sektor dalam pencegahan dan penanggulangan gizi buruk
Pokok kegiatan
1. Revitalisasi
Posyandu
Tujuan
1. Petugas Puskesmas memahami, memperhatikan dan
mendukung pelaksanaan
fungsi Posyandu
2. Tersedianya kader
Posyandu terampil
Kegiatan
1. Orientasi/Pelatihan petugas
puskesmas
Indikator
Frekuensi pembinaan
posyandu
Sektor terlibat
Kes
2. Penunjukan/pemilihan
kader melalui pertemuan
desa (SMD, MMD)
PKK, Pemda
3. Orientasi/pelatihan ulang
kader
3. Tersedianya sarana
kegiatan di Posyandu;
Setiap Posyandu
mempunyai;
- 1 timbangan dacin
yang layak
- KMS sebanyak jumlah
balita
Setiap Posyandu memiliki
sekurangnya;
- Poster penimbangan
- Poster dan leaflet ASI
eksklusif
- Poster Vitamin A
- Poster garam beryodium
- Poster KMS
PKK, Kes,
BKKBN
Pemda, PKK,
Kes
Kes
19
19
Pokok kegiatan
2. Revitalisasi
Puskesmas
Tujuan
5. Tersedianya biaya
operasional
Kegiatan
1. Menyediakan biaya
operasional Posyandu
1. Meningkatkan kemampuan
Puskesmas dalam
pengelolaan program gizi
dan dalam tatalaksana gizi
buruk
1. Pelatihan manajemen
program gizi di puskesmas
bagi pimpinan dan petugas
puskesmas dan jaringannya
2. Pelatihan tatalaksana gizi
buruk bagi petugas rumah
sakit dan puskesmas
perawatan
2. Menyediakan dukungan
sarana/prasarana dan biaya
operacional
Indikator
Sektor terlibat
Pemda, Kes
Pemda, Kes
3. Penyediaan biaya
operasional Puskesmas
untuk pembinaan posyandu,
pelacakan kasus, kerjasama
LS tingkat kecamatan, dll
4. Pemenuhan sarana
antropometri dan KIE bagi
puskesmas dan jaringannya
20
Pokok kegiatan
3. Intervensi gizi
dan kesehatan
Tujuan
1. Tersedianya data keluarga
miskin dan sasaran
Posyandu (bayi, balita,
bumil, busui), dan status
pelayanan kesehatannya
(Penimbangan, imunisasi,
ll)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kegiatan
Pendataan sasaran bayi,
balita, bumil, busui melalui
RT/RW.
Pendataan keluarga miskin
Memberi MP-ASI kepada
balita gakin yang BB tidak
naik
Memberi kapsul vit A setiap
bula Februarti dan Agustus
Merawat gizi buruk di
Puskesmas dan RS sesuai
standar
Imunisasi, KIA
KB
Indikator
Tersedianya data
sasaran, termasuk
sasaran gakin
Tersedianya data
capaian kegiatan
(SKDN, BGM,
imunisasi)
Jumlah balita BGM
Gakin yang mendapat
MP-ASI
Cakupan kapsul
vitamin A
Cakupan garam
beryodium
Cakupan
Jumlah balita gizi
buruk yang di rawat
Sektor terlibat
PKK, Kes,
BKKBN,
statistik. (Bila
updated data
sudah tersedia
tidak perlu
dilakukan
pendataan ulang)
21
Pokok kegiatan
4. Promosi norma
keluarga sadar
gizi
Tujuan
1. Keluarga/ibu
mendapat informasi
tentang asuhan
kesehatan dan gizi
gizi;
- Menimbang anak
secara teratur
setiap bulan
- Menyusui hanya
ASI saja sejak
lahir sampai 6
bulan
- Hanya
menggunakan
garam beryodium
- Makan seimbang
- Suplementasi gizi
- Pemeriksaan ibu
dan anak
- Imunisasi
- Kesehatan
lingkungan
Kegiatan
1. Menyediakan materi KIE
seperti leaflet, poster,
selebaran, booklet, radio spot,
TV spot.
2. Menyebarkan informasi
melalui leaflet, poster,
selebaran, pemberitahuan,
pengumuman di tempat ibadah,
warung/toko, KUD, Bank
Rakyat, dll
3. Menyebarkan informasi
melalui kelompok pengajian,
arisan, karang taruna, PKK,
pramuka, LSM, dll
4. Menyebarkan informasi di
sekolah, tempat kerja, tempat
umum lain
Indikator
Tersedianya leaflet,
poster, selebaran,
booklet, kased radio
spot, TV spot
Sektor terlibat
Depkes, Diknas,
BKKBN, PIN
Terselenggaranya
penyebarluasan
informasi melalui
masjid, gereja, dll
PIN, KUA,
Puskesmas,
BKKBN
Terselenggaranya
KUA, PIN, Diknas,
penyebarluasan
PKK, BKKBN, PIN
informasi melalui
kelompok/organisasi masyarakat seperti karang taruna,
pramuka, arisan, ll.
Diknas, Agama,
- Terselenggaranya
Naker
penyebarluasan
informasi di
sekolah2, tempat
kerja
Aparat desa
- Jumlah ibu yang
membawa anaknya
ke Posyandu
22
Pokok kegiatan
5. Pemberdayaan
keluarga
Tujuan
Meningkatkan
kemampuan keluarga
untuk mengetahui potensi
keluarga dan
memanfaatkannya untuk
memenuhi kebutuhan gizi
seluruh anggota keluarga.
Kegiatan
1. Pemetaan keluarga untuk
mengidentifikasi keluarga yang
mempunyai masalah perilaku
4. Menyelenggarakan kegiatan
peningkatan pendapatan
keluarga (KUB, industri kecil,
ll)
Indikator
Tersedianya
informasi keluarga
yang mempunyai
sasaran dan/atau
masalah perilaku
gizi
Sektor terlibat
Kader dibimbing
petugas
Jumlah kelompok
yang dibentuk dan
melakukan kegiatan
diskusi
Jumlah keluarga
Dep Pertanian,
yang memanfaatkan Perikanan dan
pekarangan untuk
Kelautan
memenuhi kebutuha
pangan keluarga
Jumlah keluarga
miskin yang
mengikuti kegiatan
ekonomi produktif
Pemerintah daerah,
Perindag, Koperasi
23
Pokok kegiatan
6. Advokasi dan
pendampingan
7. Revitalisasi
SKPG
Tujuan
1. Meningkatkan
komitmen para
penentu kebijakan,
termasuk legislatif,
tokoh masyarakat,
tokoh agama, pemuka
adat, pers.
2. Meningkatkan
kemampuan teknis
petugas dalam
pengelolaan program
Gizi.
Meningkatkan
kemampuan manajemen
program gizi di
kabupaten/kota, melalui
penyediaan informasi
secara cepat dan tepat
1.
2.
Kegiatan
Diskusi dan rapat kerja dengan
DPRD secara berkala
Melakukan pendampingan di
kabupaten
Indikator
Tersedianya
informasi status
Gizi berdasarkan
SKDN
Tersedianya peta
rawan pangan
Dimanfaatkan
informasi tersebut
untuk
penanggulangan.
Sektor terlibat
Dagri, Kes
24
Lampiran 2
Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang menurut propinsi
Di Indonesia tahun 2003
Gizi Buruk
Gizi
Gizi
Gizi
Gizi
+
Buruk Kurang
Baik
Lebih
Gizi Kurang
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
Bali
3.58
12.60
80.84
2.99
16.18
DI Yogyakarta
4.04
12.46
81.08
2.42
16.49
Jambi
2.75
18.37
77.06
1.82
21.12
DKI-Jaya
5.93
15.60
72.77
5.70
21.53
Sultra
5.93
16.60
74.63
2.84
22.52
Jatim
5.88
17.05
74.71
2.36
22.92
Jabar
5.46
17.74
73.38
3.42
23.20
Sulut
8.37
16.40
70.23
5.00
24.77
Jateng
5.80
19.12
73.28
1.80
24.91
Maluku Utara
8.89
16.48
66.88
7.75
25.36
Sumbar
7.03
18.39
73.02
1.56
25.42
Kaltim
8.47
17.64
72.89
1.00
26.11
Bengkulu
7.52
18.68
70.62
3.19
26.20
Banten
8.17
18.37
70.74
2.72
26.54
Riau
9.86
17.23
70.95
1.96
27.09
Lampung
7.40
20.39
69.72
2.48
27.79
Kalteng
9.05
19.16
68.11
3.68
28.21
Bangka Belitung
9.30
20.00
67.04
3.66
29.30
Sumsel
10.15
19.59
66.78
3.48
29.75
Maluku
8.89
21.20
68.89
1.03
30.09
Sulteng
9.34
21.27
65.88
3.51
30.61
Sulsel
10.07
20.59
67.97
1.37
30.66
Papua
14.32
16.44
64.13
5.11
30.76
Sumut
12.35
18.59
66.49
2.57
30.94
Kalsel
9.35
22.72
64.92
3.01
32.07
34.26
NTB
10.43
23.83
63.51
2.23
Kalbar
13.28
24.13
60.54
2.05
37.41
38.44
NTT
12.52
25.93
60.10
1.46
Gorontolo
21.48
24.62
52.01
1.88
46.11
27.50
Total
8.31
19.19
70.04
2.46
Sumber: Depkes 2004, Aceh tidak dikumpulkan data antropometri
Propinsi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Status
propinsi
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
28
Lampiran 3
Status Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia tahun 2003
Propinsi
IPM
Urutan
Propinsi
IPM
Urutan
Propinsi
IPM
Urutan
Jakarta
75.6
Banten
66.6
11
SULSEL
65.3
21
SULUT
71.3
Maluku
66.5
12
SULTENG
64.4
22
Yogyakarta
70.8
JATENG
66.3
13
KALSEL
64.3
23
KALTIM
70.0
Bengkulu
66.2
14
SULTRA
64.1
24
Riau
69.1
NAD
66.0
15
JATIM
64.1
25
KALTENG
69.1
SUMSEL
66.0
16
Gorontalo
64.1
26
SUMUT
68.8
Malut
65.8
17
KALBAR
62.9
27
SUMBAR
67.5
JABAR
65.8
18
NTT
60.3
28
Bali
67.5
Lampung
65.8
19
Papua
60.1
29
Jambi
67.1
10
BABEL
65.4
20
NTB
57.8
30
29
29
LAMPIRAN 1
PENTAHAPAN RENCANA AKSI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GIZI BURUK 2005-2009
No
.
1
Kegiatan Pokok
Kegiatan
1 Revitalisasi Posyandu
Satuan
Sasaran
Target
Volume
2009
2005
2006
2007
2008
2009
10
2.049
5.551
1.354
4.400
4.400
4.400
4.400
75.000
175.000
18.293
36.586
70.000
70.000
70.000
250.000
250.000
250.000
250.000
250.000
75.000
175.000
Target
Pusk
7.600
Kec
4.400
Posy
250.000
Desa
70.000
Posy
250.000
Posy
250.000
Balita
4.500.000 4.500.000
4.500.000
2/Posy
150.000
350.000
150.000
350.000
75.000
250.000
250.000
250.000
250.000
18.293
250.000
250.000
250.000
250.000
500.000
- Poster-poster, lembar balik,
leaflet
- R/R
2/Posy
500.000
Posy
250.000
- Balok SKDN
Desa
30
30
250.000
- Pedoman operasional
2/Pusk
posyandu
6 Pemberdayaan ekonomi kader (UKM)
2 Revitalisasi
Puskesmas
2.049
7.500
7.500
Paket Pusk
2.049
7.600
Pusk Prwtn
574
448
214
7.500
7.500
7.500
7.500
187.016
207.418
149.613
204.017
136.012
232.927
258.351
169.410
254.115
169.410
7.600
Pusk
2.049
7.600
2.049
7.500
2.049
7.600
110
440
Bayi
500.000
Anak
450.000
Anak
31
1.350.000
- PMT Penyuluhan
Posy
75.000
250.000
250.000
250.000
3.211
1.605
963
642
250.000
250.000
3 Rujukan kasus
4 Biaya paska perawatan
- Kunjungan rumah,
Kasus
Kasus
3.000
3.000
- PMT Modisko
3.000
Kasus
3.000
3.000
3.000
5 Pemberian suplementasi gizi (kapsul vitamin A, tablet Fe, kapsul minyak beryodium)
-Kapsul Vitamin A merah
Balita/Bufas
Bayi
Bumil
WUS
3.000
3.000
3.000
3.000
3.000
3.000
450.950
450.950
450.950
450.950
450.950
Paket (Pst)
Kab
1
110
440
440
440
440
21
34
34
34
34
18.293
74.000
74.000
74.000
74.000
440
Prop
34
Desa
Pusat
74.000
1
32
6 Penyusunan pedoman
penerapan gizi seimbang
(PUGS)
5 Pemberdayaan
Keluarga
1 Pemberdayaan Ekonomi
2 Pemberdayaan Pendidikan
3 Pemberdayaan Kesehatan
Penyelenggaraan "pos
pemulihan gizi (PPG)"
(Posyandu diluar hari H)
- Sarana (home economic set)
PPG
Kerjasama lintas sektor
Pusat
18.293
36.586
70.000
70.000
70.000
1.354
4.400
4.400
4.400
4.400
110
440
440
440
440
110
440
440
440
440
110
440
440
440
440
110
440
440
440
440
110
440
440
440
440
37.400
160.000
160.000
160.000
160.000
Desa
Desa
Desa
Desa
70.000
Desa
18.293
70.000
Kec
4.400
4 Pemberdayaan Ketahanan
Pangan
6 Advokasi dan
Pendampingan
Desa
1 Menyiapkan materi/strategi
Paket/pst
advokasi
2 Advokasi dan sosialisasi (Diskusi
dan Raker) pada :
- Legislatif
Kab
440
- Lintas sektor
Kab
440
3 Melakukan pendampingan di
kabupaten peningkatan kinerja
pelayanan gizi
7 Revitalisasi SKPG
Kab
440
1 Memfungsikan PWS-GIZI,
Kab
Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)
dan PSG Tahunan
2 Melaksanakan SKD/KLB gizi buruk
- Kajian hasil
Kab
440
440
- investigasi kasus
kasus
33
160.000
- Operasi timbang
- Bantuan teknis dan logistik
3 PSG tahunan
Posy
Kab
Kec
4.400
4.400
4.400
4.400
4.400
4.400
4 PKG tiga tahunan
Kab
440
440
440
5 Pemantauan status gizi lebih
(IMT) di kota-kota besar (5
tahunan)
6 Analisis lanjut Susenas
7 Konsolidasi TPG (Tim Pangan
dan Gizi)
8 Surveilen Sentinel
Kab
440
440
Pusat
Kab
110
440
440
440
440
33
33
33
33
33
440
440
440
440
440
440
Pusat
33
8 Monitoring dan
evaluasi
1 Pemantauan
2 Evaluasi
Kab
Kali
440
2
34