Anda di halaman 1dari 3

Praktikum Fisiologi dan Perkembangan Tumbuhan BA-2101

Kunjungan Lapangan ke BPBH Pasir Banteng


Delita Nursyafitri Amalia
11414019
Jl. Winaya Mukti No.1, Desa Cikeruh, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat 45363, Indonesia
Praktikum keempat Fisiologi dan Perkembangan Tumbuhan pada Kamis 8 Oktober
2015 berbeda dengan praktikum hari-hari biasanya. Pada praktikum hari ini, kami
mengadakan kunjungan lapangan ke Balai Pengembangan Benih Hortikultura Pasir Banteng.
Pada pukul 07:00 WIB kami berkumpul di depan laboratorium dan moving untuk menaiki
angkot sesuai dengan kelompok masing-masing. Angkot baru mulai berjalan sekitar pukul
07.15WIB. Kami sampai di Balai Pengembangan Benih Hortikultura Pasir Banteng sekitar
pukul 07.35 WIB. Di sana kami disambut oleh pekerja dan Kepala BPBH Pasir Banteng. Di
akhir acara penyambutan, kami dibagi menjadi 4 kelompok besar sesuai dengan kelompok
praktikum biasa. Kelompok pertama adalah kelompok praktikum 1, 2, dan 3. Kelompok
kedua adalah kelompok praktikum 4, 5, dan 6. Kelompok ketiga adalah kelompok praktikum
7, 8, dan 9. Dan terakhir adalah kelompok keempat yang terdiri dari kelompok praktikum 10,
11, 12, dan 13. Pada pembagian kunjungan pertama, kelompok pertama terlebih dulu
mengunjungi pos kultur jaringan, kelompok kedua mengunjungi pos budidaya tanaman buah,
kelompok ketiga mengunjungi pos budidaya tanaman sayur, dan kelompok keempat, yang di
dalamnya terdapat kelompok praktikum saya yaitu kelompok 11, mengunjungi budidaya
tanaman hias dan obat terlebih dahulu. Setiap 30 menit, kelompok besar akan dirotasi
sehingga semua kelompok dapat merasakan semua pos.
Pada pos ini kami pertama diajak ke tempat budidaya anggrek yang merupakan
kategori tanaman hias indoor. Namun tidak hanya di dalam ruangan, sebenarnya anggrek juga
dapat hidup di luar ruangan. Di tempat ini kami diperkenalkan dengan beberapa jenis anggrek
berdasarkan tempat hidupnya dan cara tumbuhnya. Jika dibedakan dengan cara hidupnya,
anggrek dikatakan epifit apabila ia menempel pada tanaman lain, biasanya menempel pada
tanaman pakis, atau secara terrestrial yaitu hidup mandiri pada tanah. Ada juga anggrek yang
dibiarkan tumbuh pada sekam dan arang. Anggrek ditumbuhkan pada arang karena anggrek
mengeluarkan zat semacam fenol yang mampu dinetralisir oleh karbon yang terkandung di
dalam arang agar tidak menjadi racun bagi dirinya sendiri. Terkadang media tumbuh
disesuaikan dengan umur masing-masing anggrek. Bila dibedakan dari cara tumbuh, anggrek
ada yang tumbuhnya hanya satu namun terus bertumbuh ke atas, ada juga yang berkoloni
atau membuat tunas baru. Kebanyakan anggrek bisa dikembangbiakkan dengan stek batang
namun sebagian anggrek yang ada pada pos ini berasal dari benih hasil kultur jaringan. Kami

juga diajak berjalan-jalan ke tanaman hias outdoor. Kami melihat tanaman Sansiviera sp.,
tanaman ekor ayam, tanaman ekor tupai, dan lain-lain. Tanaman-tanaman tersebut memiliki
daya jual dan harga yang berbeda. Kami tidak menemukan tanaman obat karena katanya
tanaman obat sedang tidak siap.
Kami melanjutkan kunjungan k epos selanjutnya yaitu pos kultur jaringan. Awalnya
pada pos ini kami diberikan botol-botol berisi hasil kultur jaringan yang gagal karena terdapat
jamur di dalam botol yang memenuhi medium. Cara kultur jaringan di sini kurang lebih sama
dengan yang telah dilakukan pada praktikum Fisiologi dan Perkembangan Tumbuhan modul
sebelumnya namun di sini dilakukan dengan lebih hati-hati dan ruangannya lebih dijaga agar
steril karena sebelum masuk ke dalam ruangan kultur, kita diharuskan untuk elewati
sterilization chamber. Pada pos ini kami mendapat penjelasan bahwa kultur jaringan juga
bisa dilakukan secara pribadi atau skala rumahan. Kita bisa mengganti autoklaf dengan
presto dan mengganti laminar airflow cabinet dengan ruangan tertutup yang terus menerus
dihisap oleh vacuum cleaner.
Setelah dari pos kultur jaringan kami berpindah ke pos selanjutnya yaitu pos
budidaya tanaman buah. Pada pos ini kami diajarkan bagaimana cara membuat metode kaki
ganda pada tanaman berkayu. Metode kaki ganda ini dilakukan pada dua jenis pohon dengan
genus yang sama seperti durian lokal dan durian lagi namun salah satu durian ini belum
diketahui jenisnya. Durian yang belum diketahui jenisnya ini akan diambil akarnya untuk
ditempelkan pda jenis durian yang sudah diketahui yang umurnya lebih tua dua atau tiga
bulan daripada durian yang belum diketahui jenisnya. Proses kaki ganda ini seperti proses
okulasi. Tanaman induk atau yang sudah diketahui jenisnya dibuat sayatan berbentuk T
terbalik pada akarnya. Tanaman penyambung juga dibuat sayatan yang cocok dengan sayatan
pada tanaman induk tadi lalu ditempelkan dengan plastik. Tanaman ini kemudian akan
dibiarkan selama dua minggu lebih sampai satu bulan. Jika akar menyambung, tandanya
berhasil. Tanaman dengan kaki ganda dipercaya tumbuh lebih cepat karena unsur hara
diserap lebih banyak oleh tumbuhan dan tumbuhan menjadi lebih kokoh. Selain durian, di
sini terdapat pohon manga, jeruk, bahkan pohon buah naga yang daunnya berbentuk duri
seperti kaktus. Masih terdapat banyak tumbuhan buah lain yang belum sempat kami bahas,
kami pergi ke pos selanjutnya yaitu pos budidaya sayuran.
Di pos budidaya sayuran, kami hanya diperlihatkan budidaya cabai (Capsicum
annuum) dan kubis. Sebenarnya yang saya harapkan adalah sayuran yang lebih hijau dari ini
namun Pak Rohadi menjelaskan bahwa tidak semua tanaman bisa hidup di tanah tersebut
karena kondisi cuaca jika sudah kemarau akan sulit. BPBH Pasir Banteng memilih cabai dan
kubis sebagai tanaman khas di Jatinangor. Di sini kami dijelaskan juga cara merawat tanaman
sayur terutama cabai. Benih cabai dan kubis yang diimpor dari Jepang berumur sekitar 3
minggu. Indonesia belum mampu membuat bibit sayuran karena hanya memiliki musim
panas sedangkan sayuran biasa berbiji saat suhu dingin. Benih tadi kemudian disemai selama
3-4minggu lalu dipupuk dengan pupuk yang mengandung makronutrien. Tanaman muda
yang sudah tumbuh diberi penopang agar tegak lalu diberi pupuk mikronutrien. Di sini biasa

menggunakan herbisida dan insektisida untuk memberantas hama. Pak Rohadi juga
menjelaskan apabila terdapat tunas yang sudah tidak produktif sebaiknya dibuang agar energi
terpakai efisien dan terfokus pada perkembangannya. Tanaman cabai ini biasanya dipanen
saat usia 90 hari. Pada lahan ini juga dilakukan perbaikan aerasi dan drainase dengan cara
menambahkan jarak berukuran 60 x 40 cm antarbendengan.
Pos tersebut adalah pos terakhir yang kami kunjungi. Sebelum pulang, kami
mengadakan foto bersama. Tak lupa juga ada pembagian kenang-kenangan dari BPBH Pasir
Banteng. Ada tanaman anggrek, beberapa tanaman hias, dan beberapa botol kultur jaringan.
Kebetulan saya mendapatkan botol kultur jaringan. Kami segera pulang dengan angkot lagi
menuju asrama ITB Jatinangor untuk kembali bersiap untuk mata kuliah selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai