13. Presensi adalah kehadiran. 14. Triase adalah memilah tingkat kegawatan pasien untuk
menentukan prioritas penanganan lebih lanjut. 15. Area dekontaminasi adalah area yang
dapat digunakan untuk melakukan tindakan dekontaminasi pada pasien yang terpapar
bahan-bahan kimia. 16. Sistem Isolasi adalah suatu sistem pemisahan pasien yang
menderita penyakit yang sangat menular dan mematikan dengan menggunakan ruangan
dan situasi tertentu (Contoh: H1N1, H5N1, SARS)
Response Time
adalah kecepatan penanganan pasien, dihitung sejak pasien datang sampai dilakukan
penanganan. 18.
Reward
adalah penghargaan terhadap prestasi kinerja perawat, baik berupa imbalan jasa dan
penghargaan lainnya. 19.
Punishment
adalah pemberian sangsi yang bersifat pembinaan. 20. Sistem remunerasi adalah
pemberian imbalan jasa dengan menggunakan sistem penghitungan tertentu dengan
mempertimbangkan berbagai faktor. 21.
Primary survey
adalah pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah aktual atau
resiko tinggi dari kondisi
life threatening
(berdampak terhadap kemampuan pasien untuk mempertahankan hidup). Pengkajian
tetap berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal tersebut
memungkinkan.
22. Secondary survey
adalah pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah
airway, breathing
dan
circulation
yang ditentukan pada pengkajian primer sebelumnya. Pengkajian sekunder meliputi
pengkajian obyektif dan subyektif dari riwayat keperawatan dan pengkajian
head to toe.
23.
Emergency nursing basic
2 adalah Pelatihan pelayanan keperawatan gawat darurat untuk perawat yang bekerja di
instalasi gawat darurat. 24.
Emergency nursing advance
adalah pelatihan pelayanan keperawatan gawat darurat lanjutan setelah pelatihan
emergency nursing 2. 25. Sistim rujukan pasien adalah proses merujuk atau
memindahkan pasien ke rumah sakit yang lain yang memiliki kemampuan SDM dan
fasilitas peralatan yang lebih memadai
yang dikenal dengan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) baik SPGDT seharihari (SPGDT-S) dan akibat bencana (SPGDT-B). Sebagai bagian integral pelayanan kegawatdaruratan,
pelayanan keperawatan mengutamakan akses pelayanan kesehatan bagi korban dengan tujuan untuk
mencegah dan mengurangi angka kesakitan, kematian dan kecacatan. Kemampuan perawat sebagai
pelaksana pelayanan keperawatan gawat darurat masih sangat terbatas untuk mendukung terwujudnya
pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas. Saat bekerja di rumah sakit, perawat diharapkan mampu
melakukan triase, resusitasi dengan atau tanpa alat, mengetahui prinsip stabilisasi dan terapi definitif,
mampu bekerja dalam tim, melakukan komunikasi dengan tim, pasien beserta keluarganya.
Permasalahan pelayanan kesehatan secara umum adalah belum merata dan dirasakan pelayanan
kesehatan oleh seluruh lapisan masyarakat, pelayanan masih terfokus pada pengembangan puskesmas
dan rumah sakit terutama pada upaya preventif dan pelayanan belum mengacu dalam satu sistem. Pada
daerah kepulauan, terpencil dan tertinggal dimana jumlah, distribusi dan kemampuan SDM masih sangat
kurang dari yang dibutuhkan, serta transportasi yang sangat terbatas. Berdasarkan kajian Direktorat Bina
Pelayanan Keperawatan pada tahun 2006 di 6 propinsi pusat regional, bantuan kesehatan menunjukkan
bahwa hanya 37,76% perawat IGD RS dan 15,49% perawat puskesmas sudah mengikuti pelatihan
gawat darurat. Karena pelayanan gawat darurat harus memprioritaskan penyelamatan nyawa dan
mencegah kecacatan. Pasien yang masuk ke IGD Rumah Sakit membutuhkan pertolongan yang cepat
dan tepat sehingga perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan keperawatan gawat darurat sesuai
dengan kompetensi yang diharapkan
First Responder
Ambulance Service
24 jam
Hospital Stage
Emergency Room
Operating Room
Intensif Care Unit
Ward Care
Rehabilitation
Fisical
Psycological
Social
Penyakit anak
Penyakit dalam
Penyakit saraf
Penyakit Jiwa
Penyakit Mata dan telinga
Dan lainya sesuai kebutuhan sistem
Penyebarluasan kemampuan sebagai penolong pertama dapat
diberikan kepada masyarakat yang awam dalam bidang
pertolongan medis baik secara formal maupun informal secara
berkala dan berkelanjutan. Pelatihan formal di intansi-intansi harus
diselenggarakan dengan menggunakan kurikulum yang sama,
bentuk sertifikasi yang sama dan lencana tanda lulus yang sama.
Sehingga penolong akan memiliki kemampuan yang sama dan
memudahkan dalam memberikan bantuan dalam keadaan seharihari ataupun bencana masal.
3. Tranportasi
Alat tranportasi yang dimaksud adalah kendaraannya, alat-alatnya
dan personalnya. Tranportasi penderita dapat dilakukan melalui
darat, laut dan udara. Alat tranportasi penderita ke rumah sakit saat
ini masih dilakukan dengan kendaraan yang bermacam-macam
kendaraan tanpa kordinasi yang baik. Hanya sebagian kecil yang
dilakukan dengan ambulan, itupun dengan ambulan biasa yang
tidak memenuhi standar gawat darurat. Jenis-jenis ambulan untuk
suatu wilayah dapat disesuaikan dengan kondisi lokal untuk
pelayanan harian dan bencana.
4. Pendanaan
Sumber pendanaan cukup memungkinkan karena system asuransi
yang kini berlaku di Indonesia. Pegawai negeri punya ASKES,
pegawai swasta memiliki jamsostek, masyarakat miskin mempunyai
ASKESKIN. Orang berada memiliki asuransi jiwa
5. Quality Control
Penilaian, perbaikan dan peningkatan system harus dilakukan
secara periodic untuk menjamin kualitas pelayanan sesuai tujuan.
KEPUSTAKAAN
PCCMI. -------- : Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, Jakarta
Pusponegoro, Aryono D. 1995 : Organisasi PPGD. IKABI Jakarta
AGD 118, ______: Buku pelatihan PPGD bagi Perawat, tidak
dipublikasikan
AB IPENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi
untuk m e m e l i h a r a d a n m e n i n g k a t k a n k e s e h a t a n , m e n c e g a h d a n
m e n y e m b u h k a n p e n y a k i t s e r t a memulihkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakatP e l a y a n a n k e s e h a t a n y a n g b e r m u t u
a d a l a h p e l a y a n a n k e s e h a t a n y a n g d a p a t memuaskan setiap
pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi
yang telah ditetapkan. Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat
memberikan tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang
agar dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan
yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan untuk
menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat
darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.D e n g a n
semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka
d i p e r l u k a n peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan ditempat
kejadian, selama perjalanan ke rumah sakit, maupaun di rumah sakit.Berdasarkan hal
tersebut diatas, maka di nstalasi !awat Darurat perlu dibuat standar pelayanan yang
merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang
diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien !D "# #umber #ejahtera
khususnya.Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat
darurat di !D "# #umber #ejahtera harus berdasarkan standar pelayanan !awat Darurat
"# #umber #ejahtera
Ruang Lingkup
"uang lingkup pelayanan nstalasi !awat Darurat meliputi %$ . P a s i e n d e n g a n
k a s u s & r u e ' m e r g e n c y (aitu pasien yang tiba ) tiba berada dalam keadaan
gawat darurat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya * akan menjadi cacat+ bila tidak mendapat pertolonngan
secepatnya . P a s i e n d e n g a n k a s u s a l s e ' m e r g e n c y (aitu pasien dengan %eadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
-eadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
b a d a n n ya - e a d a a n t i d a k g a w a t d a n t i d a k d a r u r a t
B . B a t a s a n O p e r a s i o n a l 1.Instalasi Gawat Darurat
/dalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama
pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
berbagai multidisiplin.
2 . r i a g e
/dalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma 0 penyakit
serta kecepatan penanganan 0 pemindahannya.
!.Prioritas
/dalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
".#ur$e% Pri&er
/dalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
'.#ur$e% #ekun(er
/dalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan )
p e r u b a h a n anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan
memperberat perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila
tidak segera diatasi.
Pasien Gawat (arurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya * akan menjadi cacat + bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya.
*.Pasien Gawat i(ak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut
+.Pasien Darurat i(ak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba ) tiba tetapi tidak mengancam nyawa
dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
,.Pasien i(ak Gawat i(ak Darurat
1isalnya pasien dengan ulcus tropium , &B2 kulit , dan sebagainya
1-.e/elakaan 0 A//i(ent
#uatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang
d a t a n g n y a mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental
dan sosial.ecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut %$ . & e m p a t
kejadian %
ecelakaan di sekolah
pernahkah anda merasa kenapa orang lain yang dilayani duluan?. nah jika pernah
Kemungkinan salah satu alasan anda tidak langsung mendapatkan perawatan kesehatan
karena mungkin ada pasien lain yang mengalami penyakit yang lebih serius dan
membutuhkan pertolongan segera selain anda.
Ini merupakan salah satu prinsip Triase dan salah satu metode perawatan gawat
darurat (PPGD) yang mana mereka mendahulukan pelayanan untuk pasien yang
terancam jiwa atau beresiko kecacatan. Mari kita pelajari pembahasan ID Medis Website kesehatan selengkapnya tentang apa itu triase dibawah ini:
Triase Evakuasi
Triase ini ditunjukkan pada korban yang dapat dipindahkan pada rumah sakit yang telah
siap menerima korban. seperti Bencana massal contohnya Saat Tsunami, Gempa bumi,
atau bencana besar lain. Next artikel Bantuan Hidup Dasar
Cukup sekian pembahasan kita tentang Triase Gawat darurat lengkap (PPGD) semoga
bermanfaat dan memudahkan anda dalam pembuatan Askep Triase PPGD.
Airway. Apakah jalan napas bebas? Sumbatan jalan napas (stridor) Breathing.
Apakah ada kesulitan bernapas? Sesak napas berat (retraksi dinding dada,
merintih, sianosis)?
Circulation. Tanda syok (akral dingin, capillary refill > 3 detik, nadi cepat
dan lemah).
Consciousness. Apakah anak dalam keadaan tidak sadar (Coma)? Apakah kejang
(Convulsion) atau gelisah (Confusion)?
Dehydration. Tanda dehidrasi berat pada anak dengan diare (lemah, mata cekung,
turgor menurun).
A: sadar (alert)
V: memberikan reaksi pada suara (voice)
P: memberikan reaksi pada rasa sakit (pain)
U: tidak sadar (unconscious)
Jika anak tidak sadar, coba untuk membangunkan anak dengan berbicara atau
mengguncangkan lengan anak. Jika anak tidak sadar, tetapi memberikan reaksi terhadap
suara, anak mengalami letargis. Jika tidak ada reaksi, tanyakan kepada ibunya apakah
anak mempunyai kelainan tidur atau susah untuk dibangunkan. Lihat apakah anak
memberikan reaksi terhadap rasa sakit atau tidak. Jika demikian keadaannya berarti anak
berada dalam keadaan koma (tidak sadar) dan memerlukan pengobatan gawat darurat.
Apakah anak kejang? Apakah ada kejang berulang pada anak yang tidak memberikan
reaksi?
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya. Bisanya di lambangkan dengan label merah. Misalnya AMI
(Acut Miocart Infac).
2. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Bisanya
di lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir.
3. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya. Bisanya di lambangkan dengan label kuning. Misalnya : pasien Vulnus
Lateratum tanpa pendarahan.
4. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di lambangkan
dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.
5. Pasien Meninggal
Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas terakhir. Adapun petugas
triage di lakukan oleh dokter atau perawat senior yang berpengalaman dan petugas triage
juga bertanggung jawab dalam operasi,pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang
tunggu.
Selain dari penjelasan di atas di butuhkan pemahaman dampak atau psikologis pada saat
keadaan gawat darurat.
6. Aspek Psikologis Pada Situasi Gawat Darurat
Cemas
cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa
ketakutan yang difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik,
seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala
tertentu yang ditemui selama kecemasan cenderung bervaniasi, pada setiap orang tidak
sama.
Histeris
Dalam penggunaan sehari-hari nya histeria menjelaskan ekses emosi yang tidak
terkendali. Orang yang "histeris" sering kehilangan kontrol diri karena ketakutan yang
luar biasa karena suatu kejadian atau suatu kondisi
Mudah marah
Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak tahu apa yang harus di
perbuat
I. Pendekatan Pelayanan keperawatan gawat Darurat
Tepat adalah melakukan tindakan dengan betul dan benar, Cermat adalah melakukan
tindakan dengan penuh minat, perhatian, sabar, tanggap terhadap keadaan pasient, penuh
ketelitian dan berhati-hati dalam bertindak serta hemat sesuai dengan kebutuhan
sedangkan Cepat adalah tindakan segera dalam waktu singkat dapat menerima dan
menolong pasien, cekatan, tangkas serta terampil.
Sementara itu urutan prioritas penanganan kegawatan berdasarkan pada 6-B yaitu :
B -1 = Breath system pernafasan
B -2 = Bleed system peredaran darah ( sirkulasi )
B -3 = Brain system saraf pusat
harus diutamakan pada pasienyang membutuhkan, hal ini diterapkan pada kedua
jenis pasien yaitu pasien yang memerlukan perawatan segera(darurat) dan pasien
yang penanganannya dapat ditunda.P e r a n g D u n i a I d a n I I m e m b a w a
kemajuan pendekatan dan perawatan pada pasien d e n g a n l u k a a k u t .
Selama Perang Dunia I, pasien dipisahkan berdasarkan dari
a s a l k e d a t a n g a n n ya . S e d a n g k a n p a d a P e r a n g D u n i a I I p a s i e n
d i p i s a h k a n b e r d a s a r k a n t i n g k a t keparahan lukanya. Pendekatan ini
memungkinkan untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa,terutama pada prajurit dengan
luka pada abdomen daripada faktor lain selama Perang Dunia II.Saat perang Korea,
evakuasi pasien melalui jalur udara setelah dilakukan triage menjadilebih umum untuk
dilakukan, hal ini sangat meningkatkan jumlah penyelamatan yang
dapatdilakukan. Sistem ini menjadi lebih baik ketika terjadi Konflik Vietnam, dimana
triage cepat dankemajuan resusitasi di lapangan dikombinasikan dengan
evakuasi menggunakan helikopter.Triage ini dan teknik evakuasi
memperlihatkan penurunan jumlah kematian dari 4,7% pada P e r a n g D u n i a I I
m e n j a d i 1 % s e l a m a K o n f l i k Vie t n a m . S e b a g a i s e n i d a r i t r i a g e ya n g
telah
dikembangkan, keadaan akhir pasien terdapat peningkatan. Satu variabel pertolongan ini
telahmengurangi perawatan definitif dari waktu ke waktu. Selama Perang
Dunia II, rata-rata waktuyang dibutuhkan dari terjadinya luka hingga perawatan
definitif dari 12-18 jam, hal ini berkurangs e l a m a k o n f l i k Vie t n a m m e n j a d i
k u r a n g d a r i 2 j a m . ( D e p a r t e m e n t E m e r g e n c y H o s p i t a l Singapore, 2009).
Gambar 1. Stasiun triase di Suippes, Perancis pada Perang Dunia I.
Definisi/ Pengertian
K a t a t r i a g e b e r a s a l d a r i b a h a s a P e r a n c i s t r i e r ya n g a r t i n ya
m e n g e l o m p o k k a n / mengklasifikasikan. Penggunaan awal kata trier mengacu pada
penapisan screening di medan perang. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk
menggambarkan suatu konsep pengkajianyang cepat dan terfokus dengan suatu
cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya m a n u s i a , p e r a l a t a n
s e r t a f a s l i t a s ya n g p a l i n g e f i s i e n t e r h a d a p h a m p i r 1 0 0 j u t a o r a n g
y a n g memerlukan pertolongan di unit gawat darurat (UGD) setiap tahunnya.
Tujuan triage yaitumemilih atau menggolongkan semua pasien yang datang ke
UGD dan menetapkan prioritas penanganannya. (Oman, 2000 : 1)Triage
merupakan kunci utama dari managemen medis penanganan disaster.
Dengan pelaksanaan triage yang akurat akan membantu menyelamatkan banyak korban
bencana maupunkorban perang secara maksimal.T r i a g e j u g a b e r a r t i s u a t u
s i s t e m p e m i s a h a n p a s i e n a t a u m e n g k a t e g o r i k a n p a s i e n berdasarkan
kegawatannya yang memerlukan tindakan segera
VISI, MISI, MOTTO, KEBIJAKAN MUTURUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOHAMAD
SALEHKOTA PROBOLINGGO
VISI
"
Terwujudnya pelayanan kesehatan paripurna yang efektif dan efisien"
MISI
1.Peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada semua lapisan
masyarakat.2 . M e n d a y a g u n a k a n s u m b e r d a y a r u m a h s a k i t s e b a g a i
p e l a y a n a n k e p a d a masyarakat yang optimal3.Perluasan jangkauan pelayanan
rumah sakit4 . P e n g e l o l a a n r u m a h s a k i t d e n g a n p r i n s i p s o s i o e k o n o m i
s e a r a e f e k t i f d a n efisien
MOTTO
"!esembuhan Pasien Pengabdianku !epuasan Pasien !ebahagianku"
KEBIJAKAN MUTU
Meningkatkan mutu sumber daya manusia yang berkopeten melalui pendidikan dan pelatihan pegawai
sesuai dengan bidangnya #
Penyediaan sarana dan prasarana penunjang pelayanan yang memadai dan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit #
Mengupayakan pendapatan rumah sakit optimal melalui pengelolaan keuangan yangefektif dan
efisien.
Visi dan Misi IGDVisi IGD