Pengkajian Lansia
Pengkajian Lansia
SRI MULYANI
PENDAHULUAN
Hal terpenting dalam pelaksanaan
asuhankeperawatan pada pasien lansia guna
pencapaian tujuan diatas adalah pemeriksaan
fisik dan psikologis.
Pemeriksaan ini merupakan tahapan awal dalam
melakukan pengkajian.
Banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada
lansia menyangkut kondisi fisik dan
psikologisnya. Hal ini harus teridentifikasi oleh
perawat agar proses asuhan keperawatan
berjalan dengan lancar.
TUJUAN
Secara umum makalah ini bertujuan tercapainya
pemeriksaan fisik dan psikologis yang sistematis
dan paripurna.
Secara khusus bertujuan untuk :
1.
2.
3.
4.
Kedua,
adanya perubahan pola penyakit.
Ketiga,
perubahan respon terhadap penyakit.
LANJUTAN
LANJUTAN
1. TEKNIK PENGKAJIAN
Pengumpulan Data
A. Riwayat kes
B. Pengkajian meliputi :
1. FISIK / BIOLOGIS
a)
b)
Wawancara
Pem fisik
1. PEMERIKSAAN FISIK
Cara : I,P,A,P
Pendekatan :
head to toe, TTV, TB, BB, memori & tk.
Orientasi thd WTO
Pengkajian sistem tbh :
Integumen, respirasi, muskuloskletal
Kardiovaskuler, GIT, perkemihan,
persyarafan & sensorik
Nadi
TEKANAN DARAH
Tekanan darah harus diperiksa baik saat pasien
dalam posisi telentang maupun berdiri,terutama
bila pasien tsb mempergunakan obat2 hipertensi
Resiko terjadinya hipotensi postural (seperti pada
kasus penyakit kronis atau pemakaian obat)
diperiksa mengalami penurunan tekanan sistolik
saat diukur pada posisi berdiri.
Hipertensi sistolik terisolasi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik di atas 160mmHg dan tekanan
diastoliknya kurng dari 90mmHg. Saat tekanan
darah sistolik pasien dengn dimensia miltiinfak
dikendalikan sedemikian sehingga tekanan dapat
dipertahankan antara 135-150 mm Hg,
peningkatan fungsi kognitif dapat terlihat.
PERNAPASAN
Rentang
SUHU
Lansia
KULIT
o
o
o
o
LANJUTAN
LANJUTAN
Solar
LANJUTAN
Actinic keratoses
tjd pada area kulit yg terpajan pd
matahari. Lesi-lesi ini biasanya multiel
serta bersisik, perlahan melebar dari
tahun ke tahun.
Beberapa diantara kasus di atas dapat
meningkat mjd sel karsinoma squamosa
& suatu percepatan pertumbuhan tiba2
dari bentuk kertosis senil harus aspada
dokter tsb ttg kemungkinan adanya
karsinoma sejenis di atas.
LANJUTAN
Karsinoma
LANJUTAN
Nummular
eczema
LANJUTAN
Dermatitis
seboreik
LANJUTAN
Psoriasis
LANJUTAN
Herpes
zoster
LANJUTAN
Penyiksaan
fisik
ULKUS DEKUBITUS
Ulkus dekubitus, atau memar-lainnya meliputi
malnutrisi, dehidrasi, anemia, penyakit kardiovaskular,
edema, inkontinensia feses atau urine.
Dekubitus yang berulang / meluas mungkin merupakan
tanda terjadinya penyiksaan / pelalaian terhadap
pasien bersangkutan.
Pasien2 dgn penurunan mobilitas, terutama pasien
lansia yang masuk rumah sakit atau rumah perawatan,
harus dievaluasi mengenai risiko terjadinya dekubitus
dgn mempergunakan suatu instrumen standar.
Bila ternyata didapatkan dekubitus ini maka
perawatan harus diberikan berdasarkan pada tingkat
ulkus dekubitus tersebut, & tindakan u/ mencegah
terjadinya memar akibat tekanan lebih lanjut harus
ditekankan.
KEPALA
untuk mengetahui kehalusan serta deformitas dari
tulang tengkorak, arteri temporalis dapat dikaji
kehalusannya.
Arteritis temporal (atau sel arteritis raksasa) adalah
suatu keadaan dimana arteri temporalis menjadi lunak
dan kehilangan denyutnya.
Gangguan ini mungkin akan timbul sebagai bentuk
sakit kepala unilateral dan secara klasiknya temporal.
Mungkin juga terjadinya penglihatan kabur. Arteritis
temporal merupakan suatu keadaan yang penting
ditemukan karena bila tidak, hal ini bisa menyebabkan
terjadinya kebutaan.
Demam dan peningkatan sel darah putih dalam tubuh
mungkin terjadi.
MATA
Xantoma
LANJUTAN
Pingueculae
LANJUTAN
Mata
LANJUTAN
TELINGA
Kehilangan pendengaran yang berkaitan dengan
masalah telinga eksternal meliputi dampak
buruk serumen, otitis eksternal, atau adanya
benda-benda asing. Inspeksi pada pasien
menggunakan alat yang bernama otoskop.
Pendengaran dikaji saat pengambilan data
riwayat kesehatan namun dapat pula diperiksa
secara garis besar dengan teknik tertentu seperti
membisikkan kata-kata melalui telinga pasien.
LANJUTAN
HIDUNG
Indera penciuman menurun sejalan dengan adanya
penambahan usia, dan biasanya penurunan ini
terasa dengan adanya penurunan kemampuan
untuk merasakan makanan. Hilangnya
kemampuan mencium menjadi faktor penting
dalam nutrisi dan keselamatan sehari-hari.
Alat otoskop dapat dipergunakan untuk memeriksa
mukosa nasal dan arsitektur internal nasal.
Kelancaran nasal harus juga diperiksa dengan
menutup salah satu lubang hidung pasien. Sinussinus nasal mungkin akan dipalpasi untuk
mengetahui adanya nyeri tekan.
LEHER
Leher menunjukkan beberapa struktur yang penting
untuk diperiksa; nodus-nodus limfe, trakea, kelenjar
tiroid, dan arteri-arteri karotis. Nodul limfe harus
dipalpsi secara seksama.
Pembesaran nodus limfe pada fossa supraklavikular
kiri adalah suatu tanda klasik terjadinya matastase
karsinoma gastrointestinal.
Trakea harus diperiksa mengenai adanya
penyimpangan lateral, dan bentuk pemeriksaan lainnya
dilakukan untuk menentukan tegangan vena-vena
jugularis.
Arteri karotis harus dipalpasi dengan lembut. bisa
merupakan suatu hasil temuan yang penting bagi
pasien-pasien yang memiliki riwayat sinkope, stroke,
dan serangan iskemik.
LANJUTAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL
Kifosis atau scoliosis.
Kifosis berat dapat menggangu fungsi pernapasan dan
kardiovaskular.
Nyeri tekan pada area prosesus spinosus mungkin
akan menyebabkan terjadinya bentuk fraktur vertebral.
Persendian-persedian akan diinspeksi berikutnya,
terutama persendian tangan.
Osteoarthritis merupakan hal yang lazim ditemui dan
secara khusus akan mempengaruhi pesendian
interdalangeal distal tangan dan persendian lutut.
Pertumbuhan tulang yang berlebih pada persendian
interfalangeal ini disebut nodus Heberdens.
keterbatasan rotasi pada panggul dapat menjadi awal
terjadinya osteoarthritis pada lokasi tersebut.
LANJUTAN
LANJUTAN
Deformitas
ABDOMEN
besar. Sumbatan usus besar sebagian
mungkin akan menghasilakn bunyi
berdesir, dan saat sumbatan tersebut
telah menutup penuh maka bunyi yang
dihasilkan berfrekuensi nada sangat
tinggi.
Bagian ileus, oleh karena adanya
sumbatan atau penyebab penyebab lain
seperti, pneumonia atau radang usus
buntu, mungkin mengakibatkan
ketiadaan bising usus
LANJUTAN
Konstipasi
mungkin menghasilkan
bentuk massa feses yang dengan mudah
terpalpasi dan disalahartikan sebagai
tumor.
Sebaliknya, bentuk massa dan keadaan
abdominal yang senyap mungkin
merupakan satu satunya tanda bahwa
telah terjadi karsinoma gastrointestinal.
Turtuositas atau aneurisma pada
aorta abdomen, mungkin juga akan
terpalpasi sebagai massa yang berdenyut
dalam abdomen.
PAYUDARA
Adanya retraksi puting susu, perubahan2 warna
kulit dan massa 2 yg dikarenakan hilangnya
/kurangnya jaringan penyokong serta kelenjar susu,
Kulit di bawah payudara yang besar dan
menggantung harus diperiksa untuk mengetahui
adanya maserasi sehubungan dengan perspirasi.
Payudara pria juga tidak terlepas dari penyakit,
sehingga juga harus tetap diperiksa.
Ginekomastika (pembesaran payudara) pada pria
lansia dapat terjadi dan diakibatkan oleh beragam
penyebab termasuk karsinoma bronkogenik,
penyakit tiroid, tumor2 testikular, obat- obatan
(seperti spironolakton), sirosis hepar dan jenis
jenis kanker lainnya.
SISTEM GENITOURINARIUS
Adanya lesi lesi yang mencurigakan, cairan
cairan rabas dan massa2 testukular.
Glens penis pada pria yang belum menjalani
sirkumsisi harus diperiksa dengan menarik kulit
yang menutupinya.
Kelenjar2 prostat dipalpasi pada saat
melakukan pemeriksaan rektal.
Kelenjar prostat ini lazim membesar pada pasien
lansia pria, namun harus teraba lunak dan bebas
dari nodul nodul.
Jangan mengabaikan pemeriksaan kelenjar
prostat saat memeriksa pasien atas keluhan
nyeri pada punggung.
LANJUTAN
Setelah menopause,
kekeringan vagina, pengerutan vagina serta
struktur-struktur di sekitarnya, terganggunya
reistensi bakterial, dan penurunan kekuatan
ligamen uterus.
Inkontineiarial infeksi perkemihan mungkin
dapat timbul.
Perubahan-perubahan pasca-menopause pada
vagina dapat mengakibatkan hal-hal: gatal, rasa
seperti terbakar, dan dispareunia (nyeri saat
senggama), yang enggan diakui oleh sebagian
besar lansia wanita.
LANJUTAN
LANJUTAN
Inkontinensia urine
lansia ini suka membuat penyesuaian secara mandiri
seperti, mengurangi masukan cairan, atau
mempergunakan alas2 kain yang menyerap cairan.
Dokter melakukan suatu pemeriksaan neurologis yang
meliputi pengujian atau indera perasa pada area perineal
dan refleks-refleks sakral dan pemeriksaan pelvis (bila
ternyata pasien yang adalah pasien wanita) atau
pemeriksaan kelenjar prostat bila yang diperiksa adalah
seorang pria), harus juga memeriksa bagian abdomen
(bawah) untuk mengetahui adanya penegangan kandung
kemih secara garis besar dan memprihatinkan adanya
kebocoran urine saat pasien berada dalam posisi
telentang / berdiri.
Inkontinensia feses merupakan masalah serius di antara
pasien 2 yg dirawat dlm institusi2 ttt & merupakan salah
satu faktor kuat akan tjd dekubitus pd pasien tsb.
LANJUTAN
Fungsi seksual
Secara potensial masalah yang dapat diperbaiki
seperti, impotensia pada pria atau penurunan
kemampuan pelumasan vagina pada wanita padat
secara khusus mengurangi kualitas kehidupan
pasien tersebut dan harus dikemukakan.
Permasalahan mengenai fungsi seksual mungkin
terjadi, berakar dari deprisi atau kelekatan yang
buruk terhadap aturan-aturan terapetik tertentu.
Pendidikan atau pengajaran mengenai penyakitpenyakit yang menular melalui hubungan seksual,
termasuk AIDS, terus berkembang menjadi
bagian yang penting bagi pasien lansia.
SISTEM PERSARAFAN
Penurunan kemampuan indera vibratoris (terutama pada area
kaki), berkurangnya kecepatan refleks-refleks tendon dalam
dan berkurangnya kemampuan untuk menatap ke depan.
Refleks tendon Achilles biasanya tidak didapatkan, hal-hal
apa yang disebut sebagai refleks-refleks patologis, seperti
refleks-refleks penggegaman, palmomental, glabellar, dan
snout, merupakan suatu karakteristik terjadinya pelepasan
inhibisi kortikal namun hal ini masih merupakan hal yang
agak lazim terjadi pada pasien lansia.
Indera peraba atau perasa mungkin dapat diujikan dengan
evaluasi kemampuan pasien untuk merasakan lidi kapas yang
disentuhkan ke permukaan kulitnya, tusukantusukan jarum
yang tajam dan semntuhan garpu tala yang masih bergetar.
Pemeriksaan semacam ini sering kali bersifat terlalu subjektif
dan kadang penurunan kemampuan telah terjadi tidak dapat
diperbaiki kembali.
LANJUTAN
PENGKAJIAN PSIKOLOGIS
LANJUTAN
2. TEKNIK PENGKAJIAN
PSIKOLOGIS
1.
2.
Penurunan dy ingat
Proses pikir lambat
Adanya erasaan sedih
Merasa < perhatian
LANJUTAN
Interpretasi hasil :
Salah 0 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 5 : Kerusakan intelektual ringan
Salah 6 8 : Kerusakan intelektual sedang
Salah 9 10 : Kerusakan intelektual berat
LANJUTAN
BAHASA
Pasien disuruh meyebutkan nama benda ditunjukkan
(pensil, buku)
Pasien disuruh mengulang kata-kata : namun, tanpa,
bila
Pasien disuruh melakukan perintah : Ambil kertas ini
dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan
dilantai.
Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah
pejamkan mata anda
Pasien disuruh menulis dengan spontan.
Pasien disuruh menggambarkan bentuk dibawah ini
LANJUTAN
10.Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya
ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?
11.Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini
menyenangkan?
12.Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat
ini?
13.Apakah anda merasa anda penuh semangat?
14.Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan?
15.Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya
daripada anda?
Skor :
Hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal dan huruf besar
Setiap jawaban bercetak tebal dan berhuruf besar mempunyai
nilai 1
Skor antara 5 9 menunjukan kemungkinan besar depresi
Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi
3. SOSIAL EKONOMI
1.
2.
3.
4.
4. SPIRITUAL
5. KOGNITIF
6. STATUS MENTAL
C. ANALISA DATA
Kemampuan
Tujuan :
o Menetapkan
kebut. Lansia
o Menetapkan kekuatan
o Mengidentifikasi pola respon lansia
o Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan
yan kes
D. PENENTUAN / PERUMUSAN
MASALAH KES.
E. PRIORITAS MASALAH
Disusun berdasarkan hirarki Maslow
Keadaan yg menganncam kehidupann
Keadaan yg mengancam kes
Persepsi ttg kes & kep
2. DIAGNOSA KEP.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
FISIK / BIOLOGIS
Ggu nutrisi : < dr kebut. b/d intake inadekuat
Ggu sensori persepsi : pdengaran/plihatan b/d ggu /
hambatan penerimaan & pengiriman rangsangan
< peraw. Diri b/d < minat merawat diri
Perub. Pola eliminasi b/d pola makan inefektif
Resiko cidera b/d penyesuain thd < fungsi tbh inadekuat
Ggu pola tidur b/d nyeri / kecemasan
Ggu pola napas b/d penyempitan jalan napas
Jalan napas inefektif b/d adanya sekret
Ggu mobilisasi b/d kekakuan sendi
2. PSIKOLOGIS - SOSIAL
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3. SPIRITUAL
g.
h.
i.
TERIMA KASIH