Anda di halaman 1dari 7

Nama :

Handrianto Wijaya

NPM :

1406568154

Kelompok 3, Program Studi Teknik Kimia


Topik Materi : Data yang Dihasilkan dari Analisa Gas Chromatography, dan KomponenKomponen yang dapat di Deteksi pada Analisa.
Outline :
Analisis Kualitatif, Analisis Kuantitatif dan Contoh Analisa
Beberapa Senyawa yang Tergolong Narkoba dan Senyawa-Senyawa Utama yang
Terdapat didalamnya.
Komponen-Komponen yang dapat di Deteksi dengan Analisa Gas Chromatography
Pembahasan :
Metode kromatografi merupakan metode yang baik untuk memisahkan spesi kimia. Selain
itu, metode ini juga dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif dan perhitungan kuantitatif
dari pemisahan spesi tersebut.
1. Analisis Kualitatif
Kromatografi banyak digunakan untuk mengetahui tentang ada atau tidaknya sebuah
komponen dalam campuran yang mengandung jumlah terbatas dari spesi yang telah
diketahui identitasnya. Sebagai contoh 30 atau lebih asam amino dalam protein
hydrolysate dapat dideteksi dengan kromatogram. Tetapi, karena kromatogram (hasil
pembacaan instrumentasi GC) hanya menyediakan sedikit informasi tentang spesi
yang berada pada campuran (hanya berupa waktu retensi), penggunaan teknik ini
untuk menganalisis senyawa kompleks yang tidak diketahui komposisinya menjadi
terbatas. Keterbatasan ini dapat diatasi dengan menghubungkan kolom kromatografi
dengan spektrometer ultraviolet, infra merah, atau massa.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dengan metode kromatografi tergantung pada hubungan antara
jumlah suatu zat terlarut dan ukuran dari pita elusi yang dihasilkan. Secara umum,
dengan detektor diferensial, ukuran jumlah zat terlarut yang paling baik adalah luas di
bawah pita elusi. Zat-zat terlarut dengan waktu retensi yang sangat rendah di mana

pita bisa menjadi suatu pengukuran yang mencukupi dapat menghasilkan pita-pita
tajam yang sempit. Sebaliknya, integrasi semacam itu dibutuhkan untuk memperoleh
luasnya. Kepekaan detektor berbeda untuk berbagai senyawa-senyawa untuk sel
konduktivitas termal, dan yang sama adalah benar bagi detektor-detektor lain. Jadi
tidak mungkin menghubungkan luas suatu pita elusi dengan jumlah zat terlarut selain
dengan kalibrasi dengan sampel yang telah diketahui. Setelah selesai, kita bisa tulis:
Jumlah zat terlarut = faktor kalibrasi x luas di bawah pita elusi
Sinyal detektor dari gas kromatografi biasa digunakan untuk analisa kuantitaf dan
semi kuantitatif. Analisa kuantitatif dari gas kromatografi berdasarkan perbandingan
tinggi dari puncak analit dengan standard. Untuk menganalisa gas kromatografi secara
kuantitatif terdapat beberapa metode, yaitu:

Analisis berdasarkan tinggi puncak


Tinggi dari sebuah puncak pada kromatogram merupakan jarak tegak lurus antara
puncak dengan garis hubung puncak. Ketinggian puncak dipengaruhi oleh kondisi
kolom, terutama adalah temperatur, laju alir, dan kecepatan injeksi sampel kedalam
kolom.

Analisis berdasarkankan daerah puncak


Karakteristik daerah puncak tidak terpengaruh kepada variabel-variabel yang telah
disebutkan sebelumnya sehingga penggunaannya lebih baik dibandingkan dengan
tinggi puncak untuk menganalisis senyawa. Peralatan kromatografi modern biasanya
telah dilengkapi dengan integrator sehingga sangatlah mudah untuk menentukan
variabel-variabel yang berhubungan dengan daerah puncak (luas, lebar,dll). Apabila
peralatan ini tidak ada, estimasi manual dapat dilakukan.

Kalibrasi dengan analit standar


Metode ini dilakukan dengan menggunakan analit standar sebagai pembanding.
Biasanya digunakan analit standar (untuk senyawa tertentu) dengan berbagai variasi
konsentrasi yang kemudian didapatkan data pembanding (kromatogram) untuk tiap
variasi konsentrasi. Variasi data yang didapatkan kemudian dikalibrasikan dengan
hubungan tertentu (biasanya tinggi puncak dengan konsentrasi larutan). Kemudian
analisis kuantitatif senyawa sampel (kromatografi) dilakukan dengan menggunakan
persamaan hasil kalibrasi analit standar untuk mengetahui nilai yang dicari.

Contoh:
Diketahui suatu campuran yang mengandung hexachlorobenzene dan pentachlorobenzene
dianalisis dengan GC dengan data sbb :
Dari 5 L larutan standar hexachlorobenzene dan pentachlorobenzene masing-masing
menunjukkan puncak pada 2,4 dan 7,2 menit.
Sebanyak 5 L dari campuran standar berikut dianalisis :
a. 0,1 mL hexachlorobenzene + 1,9 mL pentachlorobenzene
b. 0,2 mL hexachlorobenzene + 1,8 mL pentachlorobenzene
c. 0,3 mL hexachlorobenzene + 1,7 mL pentachlorobenzene
d. 0,4 mL hexachlorobenzene + 1,6 mL pentachlorobenzene
e. 0,5 mL hexachlorobenzene + 1,5 mL pentachlorobenzene
Menghasilkan data tinggi hexachlorobenzene dan pentachlorobenzene sebagai berikut
berturut-turut : 3,75 ; 7,5 ; 11,25 ; 15 dan 18,75 mm pada persentase volume
hexachlorobenzene masing-masing: 5%,10%,15%,20%,25%.

Dengan cara yang sama seperti sampel standar, dari hasil injeksi 5 L
sampel yang tidak diketahui, teramati adanya puncak pada 2,4 menit dengan tinggi
sekitar 9,25 mm. Kemudian dari data-data tersebut dapat dibuat sebuah kurva kalibrasi
standar dengan tinggi puncak hexachlorobenzene sebagai sumbu y dan konsentrasi
hexachlorobenzene dalam sampel standar sebagai sumbu x. Dari grafik, diperoleh
persamaan garis y = 1.333 x. Kemudian kita bisa mengetahui kandungan
hexachlorobenzene dalam sampel air minum dengan memasukkan nilai tinggi puncak
sampel yaitu 9,25 mm pada persamaan tersebut, sehingga didapatkan konsentrasi
(ml/ml) hexachlorobenzene dalam sampel air minum adalah 12.33 %.

Kurva kalibrasi standar


30
f(x) = 1.33x - 0

20
Tinggi puncak hexachlorobenzene (mm)

10
0
0

5 10 15 20

% hexachlorobenzene

Metode Internal Standar


Metode terbaik untuk analisa kuantitatif kromatografi adalah metode internal
standard, karena ketidakpastian dari pemasukkan dari injeksi sampel dapat dihindari.
Dalam prosedur ini, kuanititas yang ditentukan dalam sebuah standard internal terbagi
menjadi dua, yaitu untuk standard dan sampel. Parameter dari metode ini adalah rasio
daerah (atau tinggi) puncak analit dengan daerah (atau tinggi) dari puncak standard
internal

3. Beberapa Senyawa yang Tergolong Narkoba dan Bahayanya bagi Kesehatan

Shabu (Ubas; Sabu; SS; Ice; Kristal; Mecin)


Nama asli dari shabu adalah Methamphetamine, yang berbentuk kristal seperti gula.
Disebut juga dengan julukan Ice karena berbentuk kristal, tidak mempunyai warna
maupun bau. Shabu mempunyai pengaruh yang kuat terhadap syaraf karena bekerja
dengan cara menstimulir susunan syaraf pusat sehingga menimbulkan efek euforia,
peningkatan suasana/mood, percaya diri, dan bertambahnya daya konsentrasi. (Rumus
Kimia C10H15N , BM = 149,24 gr/mol)

MDMA (3,4-Methylenedioxymethamphetamine; XTC; Inex)


Ekstasi atau MDMA ditemukan tahun 1921 oleh perusahaan farmasi asal Jerman
Merck, kemudian dipatenkan tahun 1914 untuk keperluan medis, dipakai oleh dokter
ahli jiwa. Ekstasi dibuat dalam bentuk tablet dan mulai bereaksi setelah 20-60 menit
setelah dikonsumsi. Pil ini bekerja merangsang syaraf pusat otonom. Efeknya akan
berlangsung selama maksimal 1 jam dimana penggunanya akan merasa tubuhnya
melayang, selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah pengguna akan merasa hebat

dalam segala hal dan perasaan malu akan hilang. Perasaan ini akan hilang dalam
waktu 4-6 jam. Setelah itu perasaan seorang pengguna akan menjadi sangat lelah dan
tertekan. (Rumus Kimia C11H15NO2 , BM = 193,25 gr/mol)

Morfin (Morphine)
Morfin adalah hasil olahan dari opium atau candu mentah dan merupaka alkaloida
yang terdapat dalam opium berupa serbuk putih. Konsumsi morfin biasanya dilakukan
dengan cara dihisap atau disuntikkan. Karena morfin tergolong dalam jenis depresan,
maka ia bekerja dengan cara menekan susunan syaraf pusat, menyebabkan turunnya
aktifitas neuron, pusing, perubahan perasaan dan kesadaran berkalut. Konsumsi
morfin secara kontinyu memiliki resiko tinggi berujung kematian. (Rumus Kimia
C17H19NO3 , BM = 285,34 gr/mol)

4. Komponen-Komponen yang dapat di Deteksi dengan Analisa Gas


Chromatography
Pada prinsipnya, Analisis Gas Chromatography memanfaatkan perbedaan tekanan
uap dari senyawa-senyawa yang dideteksi. Tekanan uap adalah tekanan yang
diberikan oleh molekul gas dalam kesetimbangan dengan cairannya dalam suatu
wadah tertutup. Tekanan uap adalah tolak ukur dari kecenderungan molekul zat cair
untuk melarikan diri dari fase cair dan menjadi gas. Senyawa yang memiliki berat
molekul rendah dan nonpolar memiliki tekanan uap yang tinggi. Senyawa yang
memiliki berat molekul tinggi dan polar memiliki tekanan uap yang rendah. Contoh
zat cair dengan tekanan uap tinggi adalah eter dietil, aseton, dan kloroform,
sedangkan zat cair dengan tekanan uap yang rendah adalah air, alkohol dengan berat
molekul tinggi, dan halida aromatik. Dalam kromatografi gas, zat dengan tekanan uap
yang tinggi akan sangat dipengaruhi oleh fase gas yang bergerak dan akan muncul
dari kolom dengan cepat (waktu retensi singkat) jika kelarutan mereka di fase diam
rendah. Jika tekanan uap mereka tinggi, tetapi kelarutan mereka di fase diam juga
tinggi, maka mereka akan muncul lebih lambat (waktu retensi menengah). Jika
tekanan uap mereka rendah, tetapi mereka memiliki kelarutan yang tinggi dalam fase
diam, waktu yang dibutuhkan untuk munculnya dari kolom akan lama (waktu retensi
yang lama).
Dengan demikian, Gas Chromatography dapat mendeteksi senyawa-senyawa dalam
suatu campuran, asalkan senyawa-senyawa tersebut mempunyai tekanan uap yang
berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Skoog, Douglas A. et al. 1996. Fundamentals of Analytical Chemistry 9th edition. New York:
Saunders College Publishing.
Underwood, A.L. dan R.A. Day, Jr. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Kenkel, John. 2003. Analytical Chemistry for Technicians 3rd edition. United States of
America : CRC Press LLC
Humas BNN. 2013. Informasi Narkoba. [ONLINE]

http://dedihumas.bnn.go.id/archives/section/informasi-narkoba.
November 2015.

Diakses

pada

12

Anda mungkin juga menyukai