Microsoft Word - Laporan PU PDF
Microsoft Word - Laporan PU PDF
Oleh
Hendra Pratama
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK UMUM KEHUTANAN
: Hendra Pratama
NPM
: 1214151023
Jurusan
: Kehutanan
Fakultas
: Pertanian
Tanggal Pengesahan :
November 2015
Menyetujui,
Ketua Jurusan Kehutanan
Dosen pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga praktik umum ini dapat dilaksanakan dan Penulis dapat
menyelesaikan laporan praktik umum ini tepat pada waktunya. Kegiatan praktik
umum ini dilaksanakan mulai tanggal 27 Juni sampai dengan 7 September 2015 di
BKPH Gombong Selatan KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Divisi Regional
Jawa Tengah. Kegiatan praktik umum merupakan salah satu mata kuliah wajib
Jurusan Kehutanan yang bertujuan untuk menambah wawasan, pengetahuan
secara langsung yang diterapkan dan membandingkan teori yang telah diperoleh
pada saat perkuliahan dengan di lapangan. Selain itu juga, mahasiswa dapat
menambah pengalaman secara langsung di lapangan dan mempraktikkannya. Pada
kesempatan ini tak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah mendukung dan membantu Penulis dalam menyelesaikan laporan
praktik umum ini, antara lain :
1. Bapak Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
3. Bapak Duryat, S.Hut. M.Si., selaku koordinator pelaksana praktik umum
Jurusan Kehutanan Universitas Lampung
4. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P. M.Si., selaku dosen pembimbing praktik umum
yang senantiasa membimbing dan mengarahkan Penulis dalam pembuatan
laporan praktik umum ini.
5. Bapak Ir. Toni Suratno M.M., selaku Administratur KPH Kedu Selatan dan
Seluruh Pimpinan beserta Staf Perum Perhutani KPH Kedu Selatan Divisi
Regional Jawa Tengah.
6. Bapak Suhartoyo, selaku Asper BKPH Gombong Selatan beserta Staff yang
telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan informasi selama
pelaksanaan praktik umum.
7. Bapak Slamet selaku KRPH Sikayu, Bapak Hanafi selaku KRPH Tebo, dan
Bapak Paidin selaku KRPH Redisari serta mandor-mandor yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan informasi selama pelaksanaan praktik
umum.
8. Bapak dan Ibu tersayang yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan
moral dan material serta motivasi penuh pada Penulis.
9. Teman-teman praktik umum dan teman-teman seperjuangan di BKPH
Gombong Selatan terima kasih atas kerjasamanya baik dalam suka maupun
duka yang telah dilalui selama praktik umum.
10. Saudara-saudara seperjuangan Kehutanan 2012 EVESYL tanpa terkecuali
dan keluarga besar Himasylva. Semoga kebersamaan dan kekeluargaan tetap
terus terjaga.
11. Serta orang-orang yang telah membantu pelaksanaan praktik umum mulai dari
awal hingga akhir, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan praktik umum ini masih banyak kekurangan
dalam penulisan dan masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu Penulis terbuka
menerima kritik dan saran yang membangun. Semoga laporan praktik umum ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Hendra Pratama
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................
SANWACANA ........................................................................................
ii
vii
viii
1
3
4
7
8
9
9
10
10
10
12
12
16
14
15
16
17
18
21
29
36
36
37
38
40
41
49
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
12
13
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
14
18
3. Surat perintah kerja tebang B1 dan peta lokasi tebangan sengon .........
21
4. Pembuatan takik rebah dan takik balas pada pohon sengon .................
23
23
6. Penandaan pada bontos dan ujung batang di petak 44d2 RPH Tebo ....
24
25
26
9. Penandaan pada bontos dan ujung batang di petak 44d2 RPH Tebo ...
26
27
28
49
50
51
14. Peta lokasi tebangan sengon petak 44d2 RPH Tebo .............................
52
53
16. Pengupasan bibit Sencan sebagai tanaman pagar di RPH Tebo .........
53
17. Pemasangan Ajir tanam dan pembuatan lobang tanam di RPH Tebo ..
54
54
19. Berpatisifasi dalam pemadaman kebakaran hutan jati di RPH Tebo ....
55
20. Patroli ke hutan lindung bekas pertambangan batu akik di RPH Tebo.
55
56
I. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Indonesia memiliki potensi hutan yang sangat besar manfaat dan perannya untuk
keseimbangan ekosistem. Indonesia dikaruniai dengan salah satu hutan tropis
yang paling luas dan paling kaya keanekaragaman hayatinya di dunia. Puluhan
juta masyarakat Indonesia mengandalkan hidup dan mata pencahariannya dari
hutan baik dari mengumpulkan berbagai jenis hasil hutan untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka atau bekerja pada sektor industri pengolahan kayu (forest
watch indonesia/global forest watch, 2001).
Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah mempunyai potensi yang besar
dalam pengembangan tanaman kehutanan yaitu tanaman kayu dalam bidang
ekonomi khususnya produksi. Pemanenan hasil hutan kayu merupakan suatu
proses produksi yang telah melalui serangkaian tahapan kegiatan pengelolaan
hutan mulai dari perencanaan, penebangan, penyaradan, dan pengangkutan.
Tujuan sistem pemanenan adalah menghasilkan kayu bulat yang disesuaikan
dengan sistem pemanenan yang digunakan. Kegiatan pemanenan dilakukan untuk
Alat yang digunakan dalam melakukan pemanenan kayu Sengon meliputi alat
tulis kantor, mesin gergaji (chainsaw), cat, kuas, kamera, dan perlengkapan
keamanan (sepatu booth, helm, penutup telinga, masker, sarung tangan). Bahan
yang digunakan meliputi Rencana Teknik Tahunan (RTT) tebangan, peta rencana
tebangan, lokasi atau petak-petak tebangan, Surat Perintah kerja Tebangan (SPK),
dan buku klem tebang.
Metode yang digunakan dalam praktik umum mengenai pemanenan hasil hutan
kayu sengon adalah:
1. Observasi
Metode observasi dilakukan dengan cara ikut berpartisipasi langsung dengan
melaksanakan kunjungan ke lokasi atau petak tebangan dan melakukan
kegiatan penebangan yang ada mulai dari persiapan sampai pengangkutan serta
administrasi dari masing-masing kegiatan tersebut dan mencatat semua hasil
kegiatan di lapangan. Kegiatan pemanenan kayu dilakukan bersama mandor
tebang, polisi territorial (polter), dan blandong. Kegiatan ini difokuskan pada
2. Wawancara
Wawancara merupakan metode tanya jawab langsung terhadap pihak-pihak
yang terkait dengan proses penebangan seperti petugas penebang pohon
(blandong), pembimbing lapang (mandor tebang), dan Kepala Resort
Pemangkuan Hutan (KRPH) di BKPH Gombong Selatan KPH Kedu Selatan
Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah.
II.
Wilayah kerja KPH Kedu Selatan secara geografis terletak antara 10916-11008
Bujur Timur dan 072-0753 Lintang Selatan. Letak wilayah kerja berdasarkan
daerah administrasi Pemerintahan berada pada 5 Kabupaten yaitu Kabupaten
Purworejo seluas 8.867,24 ha (19,83%), Kabupaten Kebumen seluas 17.679,64 ha
(39,53%), Kabupaten Banjarnegara seluas 6.622,44 ha (14,81%), Kabupaten
Wonosobo seluas 7.777,31 ha (17,39%) dan Kabupaten Banyumas seluas
3.775,12 ha (8,44%). Luas kawasaan hutan KPH Kedu Selatan dapat dilihat pada
Tabel 1.
No
1
1
2
3
4
5
Kabupaten
2
Purworejo
Kebumen
Banjarnegara
Wonosobo
Banyumas
Jumlah
HL
(Ha)
3
3.982,56
258,17
4.240,73
Jumlah
(Ha)
6
8.832,67
18.959,73
5.492,14
8.476,53
2.898,74
44.659,81
Kelas Perusahaan
Jati
Damar
Pinus
Jumlah
Luas Hutan
4.263,95 Ha
10.665,80 Ha
29.792,00 Ha
44.721,75 Ha
Berdasarkan luas wilayah pengelolaan hutan KPH Kedu Selatan dibagi menjadi 7
(tujuh) BKPH yang dijelaskan pada Tabel 3.
BKPH
Jumlah RPH
Luas Hutan
(Ha)
Porworejo
6 RPH
9.088,58
Kebumen
5 RPH
6.643,36
Karanganyar
5 RPH
4.918,40
Banjarnegara
4 RPH
6.597,60
Gombong Utara
5 RPH
6.717,91
Ngadisono
3 RPH
6.491,95
Gombong Selatan
3 RPH
4.263,95
Jumlah
44.659,81
2.1.2
Kawasan hutan KPH Kedu Selatan umumnya dilingkupi dan berbatasan langsung
dengan wilayah pemukiman, sehingga sebagian besar masyarakat sekitar hutan
merupakan masyarakat agraris yang mata pencahariannya bertani dari lahan milik
maupun lahan hutan (penggarap).
Permasalahan sosial mendasar pada masyarakat sekitar hutan adalah:
1. Latar belakang sumber daya manusia yang umumnya masih rendah.
2. Makin padatnya jumlah penduduk dan di sisi lain sempitnya lapangan kerja
berdampak pada tingkat pengangguran yang cukup tinggi.
3. Keterbatasan lahan milik untuk pertanian.
4. Masih rendahnya tingkat ekonomi masyarakat sekitar hutan.
2.1.4
Jenis Tanah
Berdasarkan klasifikasi jenis tanah tahun 1995 dari T.W.G Dames Cs dapat
disimpulkan bahwa di KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Divisi Regional
Jawa Tengah terdapat lima jenis tanah yaitu tanah aluvial, tanah litosol, tanah
regosol, tanah grumusol dan tanah mediteran.
2.1.5
Iklim
Berdasarkan data curah hujan yang diambil dari stasiun yang ada di wilayah kerja
KPH Kedu Selatan memberikan informasi bahwa KPH Kedu Selatan memilki tipe
iklim B, dan curah hujan rata-rata 3.777 mm/tahun yang terbagi menjadi dua yaitu
bulan basah terendah terjadi pada bulan Agustus dan bulan basah tertinggi pada
bulan Nopember.
2.2.1
a. Letak Geografis
Selatan: Dari muara kali suwuk jati Negara menyusuri Samudra Hindia kearah
barat sampai muara kali ijo.
Barat : Dari muara kali ijo di Samudra Hindia menyususri kali ijo kerah utara dan
berakhir pada titik iris dengan jalan kereta api kelas I Kroya Yogyakarta
di Desa Ijo.
b. Letak Administratif
: 1.170,90 Ha
b. RPH Redisari
: 1.360,90 Ha
c. RPH Tebo
: 1.698,90 Ha
Luas kawasan hutan Gombong Selatan seluas 4.230,7 Ha dan sampai akhir tahun
2011, pembagian kawasan hutan Gombong Selatan yang meliputi kelas umur
(KU), masa tebang (MT), masa riap (MR), tanaman kayu lain, lahan dengan
tujuan khusus (LDTI), hutan lindung (HL) dan alur yang dijelaskan pada lebih
rinci Tabel 4.
2.2.2
Pembagian Hutan
KU I
KU II
KU III
KU IV
KU V
MT (Masa Tebang)
MR (Masa Riap)
TBPTH
TK
TKTBJ
TKL
TJKL
TJBK
LDTI
HL
TBP
SA/HW
Alur
Jumlah
Kondisi Tegakan
Lahan hutan di BKPH Gombong Selatan secara umum menurut kondisi fisik
lahannya dapat diabgi menjadi 3 kelompok yaitu.
1. Lahan yang didominasi batu karts umumnya terdapat di puncak bukit, miskin
solum sehingga tegakan relative tidak ada.
2. Lahan yang kandungan bebatuan dan tanahnya berimbang, terutama pada
lereng lereng bukit dengan pertumbuhan tanaman sedang.
3. Lahan didominasi oleh tanah atau kandungan batunya sedikit, pada umumnya
terletak dilahan rendah dengan pertumbuhan tananaman baik.
2.2.3
Tugas Pegawai
Jumlah
Asper/KBKPH
1 Orang
KRPH
3 Orang
TU
1 Orang
Pembantu TU
1 Orang
Mandor Persemaian
1 Orang
Mandor Tanam
13 Orang
Mandor RKP
2 Orang
Mandor Polter
7 Orang
Mandor PHBM
1 Orang
Jumlah
30 Orang
Karyawan atau pekerja yang ada di BKPH Gombong Selatan memiliki status yang
berbeda yaitu pegawai dan pekerja pelaksanan, sedangkan untuk pendidikannya
mulai dari SD sampai dengan Sarjana/S1 dapat di lihat pada Tabel 6.
Uraian
Jumlah
Kantror
Status Pegawai
Pegawai
Pekerja
pelaksanan
RPH
Sikayu
RPH
Tebo
RPH
Redisari
22
Jumlah
10
10
30
Status pendidikan
SD
SLTP
SLTA
D3
S1
Jumlah
2
1
3
2
8
10
1
8
9
7
7
1
2
25
1
1
30
Kegiatan
tanda
lingkaran putih yang melingkar mengelilingi pohon batas dengan jarak antar
pohon batas larangan 25 meter. Dalam areal rencana tebangan tersebut tentukan
pula batas-batas areal larangan penebangan pohon. Tanda batas areal larangan
Pemeriksaan lokasi dan batas tebangan maupun lokasi dan batas areal larangan
penebangan pohon oleh SPH/Biro Perencanaan harus selesai bulan Maret tahun
berjalan sehingga pihak KPH dapat segera melaksanakan Klem. Hasil
pemeriksaan oleh SPH/Biro Perencanaan (bersama-sama dengan KPH) agar
dibuatkan Berita Acara Hasil Pemeriksaannya. Pembagian Blok di peta dan di
lapangan menggunakan batas alam dan garis siku-siku. Luas Blok antara 1 - 4 Ha
dengan mempertimbangkan potensi produksi per Ha.
Selanjutnya dilakukan
rintisan batas blok dengan diberi tanda berupa patok batas atau tanda batas blok di
pohon berupa lingkaran hitam mengelilingi pohon, Kegiatan pembagian blok
tersebut dilakukan di luar area larangan penebangan pohon. Pembagian blok harus
sudah selesai bulan Februari T-2.
akan digunakan. Peta hasil updating dipergunakan sebagai peta acuan kegiatan
pemanenan dan ditempel pada barak kerja.
Klem adalah kegiatan inventarisasi dan penomoran pohon yang akan ditebang
untuk mengetahui jumlah pohon dan taksiran volume yang akan dihasilkan dan
dilaksanakan 2 tahun sebelum penebangan. Setiap pohon di dalam blok (di luar
areal larangan penebangan pohon) yang kelilingnya 20 cm keatas diukur
kelilingnya (di klem) dan diberi nomor. Penomoran pohon diurutkan untuk setiap
blok dimulai dari arah Barat Laut berputar searah jarum jam dan dilanjutkan ke
blok berikutnya (urutan nomor pohon berlaku untuk satu petak/anak petak). Pada
setiap pohon yang telah diukur kelilingnya diberi tanda pada pohon. Pohon yang
tumbang atau doyong (akan roboh) yang kelilingnya 20 cm ke atas tetap harus
diukur dan diberi nomor pohon. Untuk jenis-jenis selain tanaman pokok yang
terdapat di area rencana tebangan, juga harus diukur kelilingnya dan diberi nomor
urut tersendiri serta diberi kode khusus (diklem) sesuai jenisnya. Nomor dan
keliling pohon dicatat dalam daftar klem dan dibuat daftar rekapitulasi, sedangkan
jenis-jenis diluar tanaman pokok agar dibuat daftar klem tersendiri.
Pada setiap pohon yang telah diukur kelilingnya, diberi tanda pada pohon dan
bagian tunggak seperti Gamabar 2.
257
425
Gambar 2. Contoh penandaan nomor pohon yang di klem
Keterangan:
257 : Nomor pohon.
: Garis tempat mengukur keliling (130 cm dari permukaan tanah/DBH).
425 : Keliling pohon (cm).
Setelah pekerjaan klem selesai, dibuat Berita Acara Peneyelesaian Klem. Berita
Acara Penyelesaian Klem dikirim ke kantor KPH, Daftar klem yang dikirim ke
kantor KPH, segera dimasukkan ke dalam buku taksasi (DK. 316) dan dibubuhi
paraf dan cap KPH oleh Kasi PSDH dan dibuat rekapitulasinya kemudian
disampaikan kepada Kepala Dinas Kehutanan Provinsi untuk mendapatkan
pengesahan. Kegiatan klem termasuk administrasi dan pemeriksaannya oleh KPH
harus sudah selesai bulan Mei T-2, selanjutnya dilakukan pemeriksaan/penilaian
oleh SPH dan dibuatkan Berita Acara. Atas dasar hasil pemeriksaan tersebut,
Kepala Biro Perencanaan atas nama Kepala Unit mengesahkan/menyetujui RTT
tebangannya.
babagan
dan
pembabatan/pembersihan
lapangan
tempat
Sebelum dilakukan penebangan hal yang harus disiapkan yaitu persiapan tenaga
kerja, Peralatan, Sarana Prasarana Kerja dan Regu Kerja Tebangan yang meliputi.
1.
2.
3.
Gambar 3. Surat perintah kerja tebang habis B1 dan peta lokasi tebangan sengon.
c. Penebangan
Penebangan dilakukan blok per lok dimulai dari blok yang berada paling dekat
dengan TP. Setiap blok harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum pindah ke
blok selanjutnya dengan dibuat Acara Perpindahan Blok yang ditandatangani
Asper/KBKPH yang bersangkutan.
menggunakan baji sebagai alat bantu untuk mengarahkan rebahnya pohon dan
untuk keamanan.
Pembuatan takik rebah untuk menentukan arah jatuhnya pohon dan takik balas
untuk memberi balasan pada takik rebah supaya pohon jatuh pada arah rebah yang
telah dilakukan, seperti pada Gambar 4.
Gambar 4. Pembuatan takik rebah dan takik balas pada tebangan pohon sengon.
d. Penandaan Tunggak
Setelah pohon rebah atau jatuh dilakukan penandaan pada tunggak pohon untuk
memudahkan dalam kegiatan lacak balak dengan menggunakan ter atau palu tok
dan memudahkan pada saat monitoring berlangsung, Contoh penandaan batang
dijelaskan pada Gambar 5.
22
Tgl 20-815
50 Robby
P
Keterangan :
2
50
20-8-15
Robby
P
Kegiatan penandaan tunggak pohon yang dilakukan diRPH Tebo telah sesuai
dengan standar oprasional (SOP) yang berlakuku di KPH Kedu Selatan, penulisan
nomor urut penebang pohon, nomor pohon, tanggal penebangan, nama dan alamat
dan paraf mandor tebang, seperti pada Gambar 6.
Gambar 6. Penandaan pada tunggak Pohon sengon di petak 44d2 RPH Tebo.
e. Pembagian Batang
130 d15
: panjang batang
: diameter bontos dan ujung batang
Hasil kegiatan yang dilakukan pada penandaan bontos dan ujung batang dilakukan
denagan mengukur panjang batang terlebih dahulu selanjutnya mengukur
diameter batang dan dilakukan penulisan pada dasar
Gambar 9. Penandaan pada bontos dan ujung batang di petak 44d2 RPH Tebo
g. Penyaradan
tidak
memungkinkan untuk
h. Pengangkutan
ditentukan dengan alokasi jarak angkut pada lokasi tebangan petak 44d2 menuju
TPK Gombong Selatan.
diturunkan dan dari pihak TPK membuatkan DK 304C yang merupakan bukti
bahwa kayu tersebut telah sampai diTPK. Proses memuat kayu ke atas truk
dengan cara kayu diangkat oleh 1 atau 2 orang pekerja dan disusun rapih supaya
kayu tersebut tidak jatuh saat menuju TPK, proses tersebut seperti pada Gambar
11.
3.2 Pembahasan
Jenis tanaman di BKPH Gombong Selatan, ada 2 jenis yaitu Jati dan tanaman
rimba untuk tanaman kelas perusahaannya adalah Jati sedangkan untuk jenis
rimba yaitu sengon, akasia mangium, ekaliptus dan mahoni. Daur tebang tanaman
jati lebih dari 50 tahun sedangkan daur tebang untuk tanaman rimba sengon 6-8
tahun. Tanaman rimba merupakan tanaman yang diperuntukan untuk memenuhi
kebutuhan pasar dan sebagai salah satu tanaman kayu komersil yang memiliki
pertumbuhan cepat sehingga dapat menambah benefit perusahaan.
potensi tegakan yang ada di dalamnya. Petak tebang merupakan bagian dari blok
kerja tahunan yang luasnya disesuaikan dengan topografi dan idealnya berbentuk
bujur sangkar dengan luas sekitar 100 ha dengan tanda batas permanen (Muhdi,
2006).
tebangan yang berupa tanda batas rencana tebangan 2 lingkaran putih yang
melingkar mengelilingi pohon batas dan areal larangan tebangan yang berupa
tanda merah yang melingkar mengelilingi pohon batas dengan jarak antar pohon
batas kurang lebih 25 meter. Tanda batas tebangan dan areal larangan tebangan
merupakan pembatas antara lokasi tebangan dengan lahan yang bukan tebangan
atau lahan masyarakat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penebangan diluar
batas tebangan. Hasil pengamatan sebelum melakukan kegiatan tebangan yang
berupa tanda batas tebangan dan areal tebangan sudah tidak ada atau sudah luntur.
Dan tidak ada perbaharuan untuk tanda batas tersebut.
Klem tebangan habis dilakukan T-2 atau 2 tahun sebelum tebangan untuk
mengetahui jumlah pohon yang akan ditebang.
setiap Blok dimulai dari arah barat laut berputar searah jarum jam dan dilanjutkan
ke blok berikutnya. Pada bulan september tahun berjalan T-1 menerbitkan surat
perintah persiapan tebangan habis, persiapan tebangan habis meliputi periapan
lapangan, persiapan tenaga kerja, peralatan, sarana dan prasarana, herklem,
persiapan administrasi, persiapan blangko-blangko DK dan pembuatan berita
acara persiapan tebangan habis. Dari hasil kegiatan yang dilakukan di lokasi
tebangan petak 44d2 RPH Tebo tidak dilakukannya herklem atau pemeriksaan
ulang terhadap pohon-pohon dalam petak/anak petak. Herklem dilakukan untuk
penulisan ulang nomor dan tanda yang sudah tidak jelas dan jika ada pohon yang
sebelumnya terlewat diklem serta melakukan pemeriksaan berdasarkan daftar
klem dan jika ada pohon yang hilang karena pencurian atau bencana alam supaya
dilengkapi dengan laporan huruf A. Serta tidak adanya papan tebangan dan papan
peringatan tebangan pada lokasi penebangan. Papan tebangan dan papan
peringatan tebangan merupakan salah satu tanda pemberitahuan karena pada
lokasi tersebut sedang dilakukan penebangan pohon sehingga masyarakat dapat
lebih berhati-hati jika melewati lokasi tebangan sehingga tidak terjadi kecelakaan
dalam penebangan.
44d2 RPH Tebo merupakan bentuk tebangan B1 yaitu tebangan habis pada
bidang-bidang yang tidak produktif tetapi baik untuk perusahaan tebang habis.
Penebangan merupakan tahap awal kegiatan dalam pemanenan hasil hutan yang
dapat menentukan jumlah dan kualitas kayu bulat yang dibutuhkan. Definisi
penebangan menurut Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan dalam Iskandar
(2000) adalah kegiatan pemanenan kayu dari pohon-pohon dengan diameter
sama atau lebih dari diameter batas yang ditetapkan. Tujuan penebangan adalah
untuk mendapatkan bahan baku untuk keperluan industri perkayuan dalam jumlah
yang cukup dan berkualitas baik. Teknik tebangan merupakan cara untuk
memperoleh hasil kayu tebangan dengan volume sebesar-besarnya dan kualitas
kayu setinggi-tingginya dan diupayakan melaksanakan panca usaha tebangan
yang terdiri dari atatunggitong yaitu singkatan dari a (arah rebah), ta (takik
rebah, takik balas), tung (tunggak rendah), gi (pembagian batang cermat), tong
(pemotongan siku). Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi kayu adalah
melalui peningkatan pemanfaatan kayu dengan menerapkan teknik penebangan
serendah mungkin, yaitu suatu teknik penebangan yang meninggalkan tinggi
tunggak serendah mungkin serta memanfaatkan batang sampai ukuran diameter 5
cm (Suhartana dkk., 2004).
banting batang seminimal mungkin dan takik balas serendah mungkin minimal
10 cm diatas permukaan tanah dan dibuat atap takik rebah selebar maksimal 5 cm
sejajar alas takik rebah. Takik balas dibuat yang sama dengan ketinggian atap
takik rebah. Penebangan pohon miring pada lokasi datar atau lokasi miring arah
rebahnya tidak harus mengikuti arah kemiringan poohon. Pada areal curam, arah
Pembagian batang dilkukan setelah pohon selesai ditebang dan prinsip pembagian
batang (Bucking) adalah menghimpun cacat-cacat di satu potongan batang kayu
sehingga dapat diperoleh nilai kayu yang setinggi-tingginya. Pembagian batang
menjadi beberapa potongan di mulai dari pangkal ujing pohon ke ujung menurut
pembagian batang yang berlaku. Tiap batas pembagian batang diberi tanda dengan
teer berupa tiga garis dengan jarak antar garis 2 cm dan garis tengah merupakan
tempat menggergaji/pemotongan. Selanjutnya dilakukan penandaan pada kayu
yang telah dilakukan pembagian batang untuk pemberian identitas seperti nomor
pohon dan nomor batang. Penandaan tunggak pada pohon yang sudah ditebang
dengan tujuan memberi identitas pada pohon yang telah ditebang seperti nomor
urut tebang, nomor pohon yang ditebang, tanggal penebangan, nama dan alamat
penebangan serta paraf mandor tebang. Prinsip tebangan pohon meliputi pohon
per pohon, blok per blok dan pohon kecil didahulukan.
pengamatan yang dilakukan, penebangan pohon sengon dipetak 44d2 RPH Tebo
tersebut yaitu setelah pohon sengon ditebang tidak dilakukan prinsip tebangan
pohon per pohon artinya setiap pohon harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum
menebang pohon berikutnya. Hal yang kurang dilakukan yaitu pembagian batang
sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan sebelumnya dan belum dilakukan
penandaan pada pangkal bontos dan ujung kayu. Pembagian batang dan
penandaan pada pangkal bontos dan ujung kayu dilakukan pada TP kayu. Hal ini
dilakukan karena pekerja dan mandor tebang mengejar target tebangan selesai
sebelum masuk waktu tanam.
sengon pada petak 44d2 RPH Tebo menggunakan tenaga manusia dengan cara
dipikul dan digulingkan pada daerah yang curam karena jalan yang sarad yang
dilalui cukup curam dan kendraan angkut tidak dapat memasuki lokasi tersebut
serta jarak yang cukup jauh dari lokasi tebangan ke pinggir jalan sehingga ada 4
TP kayu sementara sebelum kayu diangkut ke TPK akhir. Penyaradan manual
mempunyai empat elemen kerja yakni berjalan kosong menuju kayu yang akan
disarad, memuat kayu ke atas kuda-kuda dan menyarad kayu ke betou dan
membongkar muatan ke atas betou (Muhdi, 2002). Penyaradanan yang kayu
sengon pada lokasi kegiatan ini memiliki lereng yang curama sehingga
penyaradanan menggunakan tenaga manusia dengan cara dipikul diatas bahu lalu
digulingkan pada daerah yang curam.
Kegiatan pengangkutan kayu dimulai setelah kegiatan memuat kayu ke atas truk
selesai dilakukan di tempat pengumpulan kayu sementara di tepi hutan ke tempat
pengolahan kayu lebih lanjut atau ke TPK. Kegiatan pengangkutan kayu
merupakan kegiatan yang menentukan karena biaya pengangkutan kayu
merupakan bagian terbesar, yaitu sekitar 5090% dari biaya pembalakan
(Widarmana dan Oka, 1972 dalam Sianturi, 1981). Pengangkutan kayu ke TPK
Gombong Selatan, sebelum kayu dikirim ke TPK mandor angkut membuatkan
DK 304 yaitu daftar pengangkutan kayu biasa untuk kayu bernomor. Setelah
sampai diTPK kayu dibongkar dari truck dengan cara kayu dilemparkan hal
tersebut dapat menyebabkan kayu pecah banting dan menurunkan kualitas kayu
tersebut. Setelah kayu diterima oleh TPK dan dibuatkan DK 304C yaitu daftar
penyerahan dan penerimaan sementara.
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Alat
DAFTAR PUSTAKA
Asper KBKPH
Suhartoyo
KRPH Tebo
Mohammad Hanafi
Mandor
Saji mujiono
Sapran
Ciptoyo
Tujing
Sutaryono
Untung
Miftahuin
Tata Usaha
Samiun
KRPH Sikayu
Slamet Raharjo
KRPH Redisari
Paidin
Mandor
Kasir
Sala
Sangirin
Kasimin
Tulus
Suratin
Samien
Kasirin
Mandor
Wakiman
Sudiarto
Sudaryono
Bambang
RKP
Aminudin
Nurdin
Persemaian
Taryono
Gambar 12. Peta KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Divisi Regional Jawa
Tengah
Gambar 14. Peta lokasi tebangan sengon petak 44d2 RPH Tebo
Gambar 16. Pengupasan bibit Sencan sebagai tanaman pagar di RPH Tebo
Gambar 17. Pemasangan Ajir tanam dan pembuatan lobang tanam di RPH Tebo
Gambar 19. Berpatisifasi dalam pemadaman kebakaran hutan jati di RPH Tebo
Gambar 20. Patroli ke hutan lindung bekas pertambangan batu akik di RPH Tebo
Gambar 21. Patroli malam pengamanan kayu sengon pasca tebangan di petak
44d2 RPH Tebo