Anda di halaman 1dari 58

PEMANENAN HASIL HUTAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria)

DI RPH TEBO BKPH GOMBONG SELATAN KPH KEDU SELATAN


PERUM PERHUTANI DIVISI REGIONAL JAWA TENGAH

(Laporan Praktik Umum)

Oleh
Hendra Pratama

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2015

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK UMUM KEHUTANAN

Judul Praktik Umum: Pemanenan Hasil Hutan Kayu Sengon (Paraserianthes


falcataria) Di RPH Tebo BKPH Gombong Selatan
KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Divisi Regional
Jawa Tengah
Nama

: Hendra Pratama

NPM

: 1214151023

Jurusan

: Kehutanan

Fakultas

: Pertanian

Tanggal Pengesahan :

November 2015

Menyetujui,
Ketua Jurusan Kehutanan

Dosen pembimbing

Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si.


NIP.19590811198601001

Dr. Melya Riniarti, S.P. M.Si


NIP.19770503200212002

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.


NIP. 19610826 198702 1001

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga praktik umum ini dapat dilaksanakan dan Penulis dapat
menyelesaikan laporan praktik umum ini tepat pada waktunya. Kegiatan praktik
umum ini dilaksanakan mulai tanggal 27 Juni sampai dengan 7 September 2015 di
BKPH Gombong Selatan KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Divisi Regional
Jawa Tengah. Kegiatan praktik umum merupakan salah satu mata kuliah wajib
Jurusan Kehutanan yang bertujuan untuk menambah wawasan, pengetahuan
secara langsung yang diterapkan dan membandingkan teori yang telah diperoleh
pada saat perkuliahan dengan di lapangan. Selain itu juga, mahasiswa dapat
menambah pengalaman secara langsung di lapangan dan mempraktikkannya. Pada
kesempatan ini tak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah mendukung dan membantu Penulis dalam menyelesaikan laporan
praktik umum ini, antara lain :
1. Bapak Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
3. Bapak Duryat, S.Hut. M.Si., selaku koordinator pelaksana praktik umum
Jurusan Kehutanan Universitas Lampung

4. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P. M.Si., selaku dosen pembimbing praktik umum
yang senantiasa membimbing dan mengarahkan Penulis dalam pembuatan
laporan praktik umum ini.
5. Bapak Ir. Toni Suratno M.M., selaku Administratur KPH Kedu Selatan dan
Seluruh Pimpinan beserta Staf Perum Perhutani KPH Kedu Selatan Divisi
Regional Jawa Tengah.
6. Bapak Suhartoyo, selaku Asper BKPH Gombong Selatan beserta Staff yang
telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan informasi selama
pelaksanaan praktik umum.
7. Bapak Slamet selaku KRPH Sikayu, Bapak Hanafi selaku KRPH Tebo, dan
Bapak Paidin selaku KRPH Redisari serta mandor-mandor yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan informasi selama pelaksanaan praktik
umum.
8. Bapak dan Ibu tersayang yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan
moral dan material serta motivasi penuh pada Penulis.
9. Teman-teman praktik umum dan teman-teman seperjuangan di BKPH
Gombong Selatan terima kasih atas kerjasamanya baik dalam suka maupun
duka yang telah dilalui selama praktik umum.
10. Saudara-saudara seperjuangan Kehutanan 2012 EVESYL tanpa terkecuali
dan keluarga besar Himasylva. Semoga kebersamaan dan kekeluargaan tetap
terus terjaga.
11. Serta orang-orang yang telah membantu pelaksanaan praktik umum mulai dari
awal hingga akhir, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan praktik umum ini masih banyak kekurangan
dalam penulisan dan masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu Penulis terbuka
menerima kritik dan saran yang membangun. Semoga laporan praktik umum ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, November 2015

Hendra Pratama

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................

SANWACANA ........................................................................................

ii

DAFTAR ISI ............................................................................................

DAFTAR TABEL ...................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

viii

I. PENDAHULUAN ...................................................................... .........

1.1 Latar Belakang ....................................................................................


1.2 Tujuan Praktik Umum .........................................................................
1.3 Waktu, Tempat dan Metode Pelaksaan ................................................

1
3
4

II. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI ...........................

2.1 Kondisi dan Gambaran Umum KPH Kedu Selatan ...........................

2.1.1 Luas dan Letak Geografis KPH Kedu Selatan ..........................


2.1.2 Kondisi Sosial dan Karakteristik Wilayah Kerja .......................
2.1.3 Keadaan Topografis ....................................................................
2.1.4 Jenis Tanah..................................................................................
2.1.5 Iklim ............................................................................................
2.2 Kondisi dan Gambaran Umum BKPH Gombong Selatan .................
2.2.1
2.2.2
2.2.3

Kawasan Hutan ........................................................................


Kondisi Tegakan .......................................................................
Potensi sumber daya manusia ..................................................

7
8
9
9
10
10
10
12
12

III. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN .................................

16

3.1 Hasil Kegiatan .....................................................................................

14

3.1.1 Penentuan Areal Larangan Penebangan ....................................


3.1.2 Verifikasi Areal Tebangan ........................................................
3.1.3 Klem Tebang Habis ..................................................................
3.1.4 Persiapan Tebangan ..................................................................
3.1.5 Pelaksanaan Tebangan ................................................................

15
16
17
18
21

3.2 Pembahasan .........................................................................................

29

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................

36

4.1 Kesimpulan .........................................................................................


4.2 Saran ....................................................................................................

36
37

V. DAFTAR PUSTAKA .........................................................................

38

VI. LAMPIRAN ......................................................................................

40

Jurnal kegiatan praktik umum ....................................................................


Gambar 11 21 .........................................................................................

41
49

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Luas Kawasan Hutan KPH Kedu Selatan .............................................

2. Pembagian hutan berdasarkan kelas perusahaan ...................................

3. Pembagian luas wilayah KPH Kedu Selatan dengan 7 BKPH ..............

4. Luas Kawasan Hutan Gombong Selatan ..............................................

12

5. Pembagian tugas pegawai BKPH Gombong Selatan ...........................

13

6. Status dan pendidikan pegawai BKPH Gombong Selatan ...................

13

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Bagan alir kegiatan pelaksanaan pemanenan kayu ..............................

14

2. Contoh penandaan nomor pohon yang di klem .....................................

18

3. Surat perintah kerja tebang B1 dan peta lokasi tebangan sengon .........

21

4. Pembuatan takik rebah dan takik balas pada pohon sengon .................

23

5. Contoh penandaan pada tunggak pohon ........................................ ......

23

6. Penandaan pada bontos dan ujung batang di petak 44d2 RPH Tebo ....

24

7. Pembagian batang sengon di petak 44d2 RPH Tebo ............................

25

8. Contoh penandaan pada bontos pangkal kayu ........................................

26

9. Penandaan pada bontos dan ujung batang di petak 44d2 RPH Tebo ...

26

10. Penyaradan batang sengon dengan menggunakan tenaga manusia ....

27

11. Proses pengangkutan kayu dengan menggunakan truk ........................

28

12. Struktur Organisasi BKPH Gombong Selatan ....................................

49

12. Peta KPH Kedu Selatan ......................................................................

50

13. Peta Lokasi BKPH Gombong Selatan...................................................

51

14. Peta lokasi tebangan sengon petak 44d2 RPH Tebo .............................

52

15. Pembuatan persemaian swadaya di RPH Sikayu ................................

53

16. Pengupasan bibit Sencan sebagai tanaman pagar di RPH Tebo .........

53

17. Pemasangan Ajir tanam dan pembuatan lobang tanam di RPH Tebo ..

54

18. Pembuatan PCP pada tanaman jati RPH Tebo ......................................

54

19. Berpatisifasi dalam pemadaman kebakaran hutan jati di RPH Tebo ....

55

20. Patroli ke hutan lindung bekas pertambangan batu akik di RPH Tebo.

55

21. Patroli malam pengamanan kayu sengon paska tebangan di petak


44d2 RPH Tebo ..................................................................................

56

I. PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon


yang menempati suatu tempat dimana terdapat hubungan timbal balik antara
tumbuhan tersebut dengan lingkungannya. Pepohonan yang tinggi sebagai
komponen dasar dari hutan memegang peranan penting dalam menjaga kesuburan
tanah dengan menghasilkan serasah sebagai sumber hara penting bagi vegetasi
hutan. Hutan sebagai kekayaan alam memiliki potensi dan fungsi yang sangat
penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Hutan merupakan kekayaan
negara yang perlu dimanfaatkan dan dikelola secara bijaksana dan lestari untuk
kepentingan bersama. Potensi hutan tidak terbatas hanya pada satu jenis
pemanfaatan hasil hutan berupa kayu tetapi juga berupa pemanfaatan hasil hutan
non kayu dan jasa lingkungan. Sehingga perlu dilaksanakan upaya untuk menjaga
dan memanfaatkan hutan dan hasilnya secara berkelanjutan.

Indonesia memiliki potensi hutan yang sangat besar manfaat dan perannya untuk
keseimbangan ekosistem. Indonesia dikaruniai dengan salah satu hutan tropis
yang paling luas dan paling kaya keanekaragaman hayatinya di dunia. Puluhan
juta masyarakat Indonesia mengandalkan hidup dan mata pencahariannya dari

hutan baik dari mengumpulkan berbagai jenis hasil hutan untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka atau bekerja pada sektor industri pengolahan kayu (forest
watch indonesia/global forest watch, 2001).

Perusahaan umum kehutanan negara (Perum Perhutani) merupakan salah satu


badan usaha milik negara (BUMN) yang berada di bawah naungan Departemen
Kehutanan yang semula di dirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 15 tahun
1972 kemudian disempurnakan kembali dengan terbitnya Peraturan Pemerintah
no. 53 tahun 1999. Perum Perhutani sebagai badan usaha di bidang kehutanan
ditugasi mengelola hutan di Pulau Jawa dengan menerapkan azas pengelolaan
hutan secara lestari dan memberikan devisa bagi negara serta diharapkan mampu
menjadi tauladan bagi pengelola lainnya. Perum Perhutani secara konsisten selalu
mampu memikul tugas yang dibebankan oleh negara untuk dapat menghasilkan
devisa dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Wilayah kerja Perum Perhutani
dibagi 3 yaitu Perum Perhutani divisi regional Jawa Barat, Perum Perhutani divisi
regional Jawa Tengah, dan Perum Perhutani divisi regional Jawa Timur.

Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah mempunyai potensi yang besar
dalam pengembangan tanaman kehutanan yaitu tanaman kayu dalam bidang
ekonomi khususnya produksi. Pemanenan hasil hutan kayu merupakan suatu
proses produksi yang telah melalui serangkaian tahapan kegiatan pengelolaan
hutan mulai dari perencanaan, penebangan, penyaradan, dan pengangkutan.
Tujuan sistem pemanenan adalah menghasilkan kayu bulat yang disesuaikan
dengan sistem pemanenan yang digunakan. Kegiatan pemanenan dilakukan untuk

memanfaatkan hasil hutan produksi yang dilaksanakan dengan memperhatikan


aspek ekonomi, ekologi, dan sosial.

1.2 Tujuan Praktik Umum

Tujuan praktik umum pemanenan hasil hutan kayu sengon (Paraserianthes


falcataria) di BKPH Gombong Selatan KPH Kedu Selatan Perum Perhutani
Divisi Regional Jawa Tengah yaitu.

1.2.1 Tujuan Umum

1. Mengaplikasikan pengetahuan/teori kuliah dalam kehidupan nyata bidang


kehutanan.
2. Memperoleh umpan balik berupa informasi/teknologi dan hal-hal lain yang
relevan sebagai hasil kerja dan interaksi antar instansi dan mahasiswa maupun
institusi
3.Memperoleh bahan masukan/umpan balik dari peserta praktik umum atau
instansi perguruan tinggi sebagai sarana kontrol kebijakan.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang kegiatan


pemanenan hasil hutan berupa kayu yang dilakukan oleh Perum Perhutani
Divisi Regional Jawa Tengah KPH Kedu Selatan.
2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang pemanenan
hasil hutan yang dilaksanakan oleh Perum Perhutani Divisi Regional Jawa

Tengah dan KPH Kedu Selatan, khususnya aspek-apek dari kegiatan


pemanenan hutan.
3. Mahasiswa memahami dan mengaplikasikan kegiatan tebangan yang dilakukan
oleh Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah dan KPH Kedu Selatan.

1.3 Waktu, Tempat, dan Metode Pelaksanaan

1.3.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan praktik umum Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas


Lampung dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 7 September 2015 (30 hari
efektif). Lokasi praktik umum adalah BKPH Gombong Selatan KPH Kedu
Selatan Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah.

1.3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam melakukan pemanenan kayu Sengon meliputi alat
tulis kantor, mesin gergaji (chainsaw), cat, kuas, kamera, dan perlengkapan
keamanan (sepatu booth, helm, penutup telinga, masker, sarung tangan). Bahan
yang digunakan meliputi Rencana Teknik Tahunan (RTT) tebangan, peta rencana
tebangan, lokasi atau petak-petak tebangan, Surat Perintah kerja Tebangan (SPK),
dan buku klem tebang.

1.3.3 Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah


1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil pengamatan
yaitu berupa penyusunan rencana tebangan, teknik tebangan, dan kegiatan
paska tebangan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data-data yang diperoleh dari studi literatur meliputi
karakteristik lokasi praktikum berupa letak geografis, luas, keadaan lapangan
dan sosial ekonomi masyarakat serta data-data lain yang menunjang praktik
umum.

1.3.4 Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam praktik umum mengenai pemanenan hasil hutan
kayu sengon adalah:
1. Observasi
Metode observasi dilakukan dengan cara ikut berpartisipasi langsung dengan
melaksanakan kunjungan ke lokasi atau petak tebangan dan melakukan
kegiatan penebangan yang ada mulai dari persiapan sampai pengangkutan serta
administrasi dari masing-masing kegiatan tersebut dan mencatat semua hasil
kegiatan di lapangan. Kegiatan pemanenan kayu dilakukan bersama mandor
tebang, polisi territorial (polter), dan blandong. Kegiatan ini difokuskan pada

proses penebangan pohon, pembagian batang menjadi sortimen, administasi


kayu, penyaradan, dan pengangkutan.

2. Wawancara
Wawancara merupakan metode tanya jawab langsung terhadap pihak-pihak
yang terkait dengan proses penebangan seperti petugas penebang pohon
(blandong), pembimbing lapang (mandor tebang), dan Kepala Resort
Pemangkuan Hutan (KRPH) di BKPH Gombong Selatan KPH Kedu Selatan
Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah.

II.

KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK UMUM

2.1 Kondisi dan Gambaran Umum KPH Kedu Selatan

2.1.1 Letak dan Luas

Wilayah kerja KPH Kedu Selatan secara geografis terletak antara 10916-11008
Bujur Timur dan 072-0753 Lintang Selatan. Letak wilayah kerja berdasarkan
daerah administrasi Pemerintahan berada pada 5 Kabupaten yaitu Kabupaten
Purworejo seluas 8.867,24 ha (19,83%), Kabupaten Kebumen seluas 17.679,64 ha
(39,53%), Kabupaten Banjarnegara seluas 6.622,44 ha (14,81%), Kabupaten
Wonosobo seluas 7.777,31 ha (17,39%) dan Kabupaten Banyumas seluas
3.775,12 ha (8,44%). Luas kawasaan hutan KPH Kedu Selatan dapat dilihat pada
Tabel 1.

Tabel 1. Luas Kawasan Hutan KPH Kedu Selatan.

No
1
1
2
3
4
5

Kabupaten
2
Purworejo
Kebumen
Banjarnegara
Wonosobo
Banyumas
Jumlah

HL
(Ha)
3
3.982,56
258,17
4.240,73

Luas Kawasan Hutan


HPT
HP
(Ha)
(Ha)
4
5
6.489,08
2.343,59
14.151,34
825,83
5.084,05
149,92
3.918,32
4.558,21
2.898,74
32.541,53
7.877,55

Jumlah
(Ha)
6
8.832,67
18.959,73
5.492,14
8.476,53
2.898,74
44.659,81

Batas-batas wilayah KPH Kedu Selatan adalah sebagai berikut:


Sebelah Utara : Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara
Sebelah Timur : Kabupaten Magelang dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Sebelah Selatan: Samudera Indonesia
Sebelah Barat : Kabupaten Banyumas
KPH Kedu Selatan memiliki 3 jenis tanaman kelas perusahaan yang dijelaskan
pada Tabel 2.

Tabel 2. Pembagian hutan berdasarkan kelas perusahaan.


No
1
2
3

Kelas Perusahaan
Jati
Damar
Pinus
Jumlah

Luas Hutan
4.263,95 Ha
10.665,80 Ha
29.792,00 Ha
44.721,75 Ha

Berdasarkan luas wilayah pengelolaan hutan KPH Kedu Selatan dibagi menjadi 7
(tujuh) BKPH yang dijelaskan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pembagian luas wilayah KPH Kedu Selatan dengan 7 BKPH.


No

BKPH

Jumlah RPH

Luas Hutan
(Ha)

Porworejo

6 RPH

9.088,58

Kebumen

5 RPH

6.643,36

Karanganyar

5 RPH

4.918,40

Banjarnegara

4 RPH

6.597,60

Gombong Utara

5 RPH

6.717,91

Ngadisono

3 RPH

6.491,95

Gombong Selatan

3 RPH

4.263,95

Jumlah

44.659,81

2.1.2

Kondisi Sosial dan Karakteristik Wilayah Kerja

Kawasan hutan KPH Kedu Selatan umumnya dilingkupi dan berbatasan langsung
dengan wilayah pemukiman, sehingga sebagian besar masyarakat sekitar hutan
merupakan masyarakat agraris yang mata pencahariannya bertani dari lahan milik
maupun lahan hutan (penggarap).
Permasalahan sosial mendasar pada masyarakat sekitar hutan adalah:
1. Latar belakang sumber daya manusia yang umumnya masih rendah.
2. Makin padatnya jumlah penduduk dan di sisi lain sempitnya lapangan kerja
berdampak pada tingkat pengangguran yang cukup tinggi.
3. Keterbatasan lahan milik untuk pertanian.
4. Masih rendahnya tingkat ekonomi masyarakat sekitar hutan.

2.1.3 Keadaan Topografis

Berdasarkan keadaan topografinya, kawasan hutan KPH Kedu Selatan adalah


mulai dari datar dengan kelerengan 0-8% (0,5%), landai dengan kelerengan 315% (15,9%), berbukit agak curam dengan kelerengan 25-40% (54,6%) sampai
dengan curam dengan kelerengan >40% (29%) dengan ketinggian 0 sampai
dengan 1.500 m diatas permukaan laut (dpl).

2.1.4

Jenis Tanah

Berdasarkan klasifikasi jenis tanah tahun 1995 dari T.W.G Dames Cs dapat
disimpulkan bahwa di KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Divisi Regional

Jawa Tengah terdapat lima jenis tanah yaitu tanah aluvial, tanah litosol, tanah
regosol, tanah grumusol dan tanah mediteran.

2.1.5

Iklim

Berdasarkan data curah hujan yang diambil dari stasiun yang ada di wilayah kerja
KPH Kedu Selatan memberikan informasi bahwa KPH Kedu Selatan memilki tipe
iklim B, dan curah hujan rata-rata 3.777 mm/tahun yang terbagi menjadi dua yaitu
bulan basah terendah terjadi pada bulan Agustus dan bulan basah tertinggi pada
bulan Nopember.

2.2 Kondisi BKPH Gombong Selatan

2.2.1

Kawasan Hutan BKPH Gombong Selatan

a. Letak Geografis

Berdasarkan letak geografisnya pembagian kawasan hutan BKPH Gombong


Selatan dapat dilihat sebagai berikut :
Utara : Dimulai dari titik iris jalan kereta api kelas I Kroya- Yogyakarta dengan
kali ijo di desa Ijo kearah timur urut jalan kereta api kelas I hingga titik
iris dengan kali suwuk- Jati Negara
Timur : Dari titik iris jalan kereta api kelas I dengan kali suwuk-jatinegara ke arah
selatan menyusuri tepi barat kali suwuk jatinegara berakhir di muara
Samudra Hindia.

Selatan: Dari muara kali suwuk jati Negara menyusuri Samudra Hindia kearah
barat sampai muara kali ijo.
Barat : Dari muara kali ijo di Samudra Hindia menyususri kali ijo kerah utara dan
berakhir pada titik iris dengan jalan kereta api kelas I Kroya Yogyakarta
di Desa Ijo.

b. Letak Administratif

Bagian hutan BKPH Gombong Selatan secara administratif pengelolaan hutannya


terbagi atas tiga RPH yaitu :
a. RPH Sikayu

: 1.170,90 Ha

b. RPH Redisari

: 1.360,90 Ha

c. RPH Tebo

: 1.698,90 Ha

RPH tersebut dibawah satu administratif pengelolaan bagian hutan (BH)


Gombong Selatan yang terletak di kecamatan Ayah, Buayan dan Rowokele.

c. Luas Kawasan Hutan

Luas kawasan hutan Gombong Selatan seluas 4.230,7 Ha dan sampai akhir tahun
2011, pembagian kawasan hutan Gombong Selatan yang meliputi kelas umur
(KU), masa tebang (MT), masa riap (MR), tanaman kayu lain, lahan dengan
tujuan khusus (LDTI), hutan lindung (HL) dan alur yang dijelaskan pada lebih
rinci Tabel 4.

Tabel 4. Luas kawasan hutan Gombong Selatan.


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
15
16
17
18
19

2.2.2

Pembagian Hutan
KU I
KU II
KU III
KU IV
KU V
MT (Masa Tebang)
MR (Masa Riap)
TBPTH
TK
TKTBJ
TKL
TJKL
TJBK
LDTI
HL
TBP
SA/HW
Alur
Jumlah

Luas Hutan (Ha)


1245,55
649,00
63,30
65,30
24,50
3,7
9,7
142,30
8,80
1,90
684,80
479,20
4,0
8,80
462,10
374,55
3,20
33,25
4.623,59 Ha

Kondisi Tegakan

Lahan hutan di BKPH Gombong Selatan secara umum menurut kondisi fisik
lahannya dapat diabgi menjadi 3 kelompok yaitu.
1. Lahan yang didominasi batu karts umumnya terdapat di puncak bukit, miskin
solum sehingga tegakan relative tidak ada.
2. Lahan yang kandungan bebatuan dan tanahnya berimbang, terutama pada
lereng lereng bukit dengan pertumbuhan tanaman sedang.
3. Lahan didominasi oleh tanah atau kandungan batunya sedikit, pada umumnya
terletak dilahan rendah dengan pertumbuhan tananaman baik.

2.2.3

Potensi Sumberdaya Manusia

Perum Perhutani BKPH Gombong Selatan dengan luas hutan 4.230,7 Ha


mempunyai karyawan sebanyak 30 orang yang terdiri dari Asper/KBKPH, KRPH,
Tata usaha dan mandor yang dijelaskan lebih terperinci pada Tabel 5.
Tabel 5. Pembagian tugas pegawai BKPH Gombong Selatan.
No

Tugas Pegawai

Jumlah

Asper/KBKPH

1 Orang

KRPH

3 Orang

TU

1 Orang

Pembantu TU

1 Orang

Mandor Persemaian

1 Orang

Mandor Tanam

13 Orang

Mandor RKP

2 Orang

Mandor Polter

7 Orang

Mandor PHBM

1 Orang

Jumlah

30 Orang

Karyawan atau pekerja yang ada di BKPH Gombong Selatan memiliki status yang
berbeda yaitu pegawai dan pekerja pelaksanan, sedangkan untuk pendidikannya
mulai dari SD sampai dengan Sarjana/S1 dapat di lihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Status dan pendidikan pegawai BKPH Gombong Selatan.


BKPH Gombong Selatan
No

Uraian

Jumlah
Kantror

Status Pegawai
Pegawai
Pekerja
pelaksanan

RPH
Sikayu

RPH
Tebo

RPH
Redisari

22

Jumlah

10

10

30

Status pendidikan
SD
SLTP
SLTA
D3
S1
Jumlah

2
1
3

2
8
10

1
8
9

7
7

1
2
25
1
1
30

III. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Kegiatan

Pemanenan sebagai serangkaian tahapan kegiatan yang dimaksudkan untuk


mempersiapkan dan memindahkan kayu dari hutan ke tempat penggunaaan atau
pengelolaan dengan melalui proses penebangan (timber
(timber cutting),
cutting penyaradan
(skidding
skidding atau yarding),
yarding pengangkutan (transportation)) dan pengujian (grading)
(
(Conway 1976, dalam Hariyani 2000).

Gambar 1. Bagan alir pemanenan kayu berdasarkan standar oprasional (SOP)


pemanenan kayu di perhutani

Pemanenan yang dilakukan di KPH (Kesatuan Pemangkuh Hutan) Kedu Selatan


BPKH (Bagian pengelolaan kawasan hutan) Gombong Selatan yaitu pemanenan
kayu Sengon (Paraserianthes falcataria) yang merupakan jenis rimba sedangkan
untuk kelas perusahaannya adalah jenis jati (Tectona grandisc).

Kegiatan

pemanenan meliputi rencana tebangan, penebangan, penandaan tunggak dan


pembagian batang, penyaradan, pengangkutan, monitoring dan evaluasi. Sebelum
kegiatan pemanenan hasil hutan kayu dilakukan, dua tahun sebelum penebangan
dilakukan penyusunan rencana untuk tebang habis atau disebut RTT. Tujuan dari
penyusunan RTT yaitu untuk mengetahui jumlah kayu yang akan ditebang dan
mengetahui kualitas kayu.

3.1.1 Penentuan Areal Larangan Penebangan

Penentuan batas-batas areal larangan penebangan berupa Kawasan Perlindungan


Setempat (KPS) di lokasi tebangan oleh Biro Perencanaan, sedangkan tebangan
dilaksanakan oleh KPH. Berdasarkan RTT yang berlaku pada bulan Januari dua
tahun sebelum pelaksanaan tebangan (T-2) Administratur /KKPH menerbitkan
Surat Perintah klem yang dilampiri peta dari petak yang akan diklem dengan skala
1:10.000. Berdasarkan Surat Perintah klem ASPER/ KBKPH bersama-sama
dengan KRPH dan Mandor yang bersangkutan menentukan batas rencana teresan
di lapangan.

Tanda batas rencana tebangan tersebut berupa 2 (dua)

tanda

lingkaran putih yang melingkar mengelilingi pohon batas dengan jarak antar
pohon batas larangan 25 meter. Dalam areal rencana tebangan tersebut tentukan
pula batas-batas areal larangan penebangan pohon. Tanda batas areal larangan

penebangan pohon berupa lingkaran merah yang melingkar mengelilingi pohon


batas dengan jarak antar pohon batas larangan 25 meter.

Pemeriksaan lokasi dan batas tebangan maupun lokasi dan batas areal larangan
penebangan pohon oleh SPH/Biro Perencanaan harus selesai bulan Maret tahun
berjalan sehingga pihak KPH dapat segera melaksanakan Klem. Hasil
pemeriksaan oleh SPH/Biro Perencanaan (bersama-sama dengan KPH) agar
dibuatkan Berita Acara Hasil Pemeriksaannya. Pembagian Blok di peta dan di
lapangan menggunakan batas alam dan garis siku-siku. Luas Blok antara 1 - 4 Ha
dengan mempertimbangkan potensi produksi per Ha.

Selanjutnya dilakukan

rintisan batas blok dengan diberi tanda berupa patok batas atau tanda batas blok di
pohon berupa lingkaran hitam mengelilingi pohon, Kegiatan pembagian blok
tersebut dilakukan di luar area larangan penebangan pohon. Pembagian blok harus
sudah selesai bulan Februari T-2.

3.1.2 Verifikasi Areal Tebangan

Kegiatan perencanaan yang telah dilaksanakan tersebut perlu diverifikasi.


Kegiatan dalam verifikasi adalah data yang dikumpulkan berupa data dasar
petak tebangan yang berisi nomer petak dan luas, batas tebangan, batas blok
tebangan, disamping itu juga data data tentang areal perlindungan di dalam
dan sekitar petak tebangan ( LDTI, situs, KPS, habitat satwa penting ), jalan sarad,
tempat pengumpulan. Semua informasi tersebut diatas dituangkan di dalam peta
yang disiapkan oleh bagian perencanaan KPH (peta rencana operasional
pemanenan). Berdasarkan hasil verifikasi dilakukan perbaikan/up date peta yang

akan digunakan. Peta hasil updating dipergunakan sebagai peta acuan kegiatan
pemanenan dan ditempel pada barak kerja.

3.1.3 Klem Tebang Habis

Klem adalah kegiatan inventarisasi dan penomoran pohon yang akan ditebang
untuk mengetahui jumlah pohon dan taksiran volume yang akan dihasilkan dan
dilaksanakan 2 tahun sebelum penebangan. Setiap pohon di dalam blok (di luar
areal larangan penebangan pohon) yang kelilingnya 20 cm keatas diukur
kelilingnya (di klem) dan diberi nomor. Penomoran pohon diurutkan untuk setiap
blok dimulai dari arah Barat Laut berputar searah jarum jam dan dilanjutkan ke
blok berikutnya (urutan nomor pohon berlaku untuk satu petak/anak petak). Pada
setiap pohon yang telah diukur kelilingnya diberi tanda pada pohon. Pohon yang
tumbang atau doyong (akan roboh) yang kelilingnya 20 cm ke atas tetap harus
diukur dan diberi nomor pohon. Untuk jenis-jenis selain tanaman pokok yang
terdapat di area rencana tebangan, juga harus diukur kelilingnya dan diberi nomor
urut tersendiri serta diberi kode khusus (diklem) sesuai jenisnya. Nomor dan
keliling pohon dicatat dalam daftar klem dan dibuat daftar rekapitulasi, sedangkan
jenis-jenis diluar tanaman pokok agar dibuat daftar klem tersendiri.
Pada setiap pohon yang telah diukur kelilingnya, diberi tanda pada pohon dan
bagian tunggak seperti Gamabar 2.

257
425
Gambar 2. Contoh penandaan nomor pohon yang di klem
Keterangan:
257 : Nomor pohon.
: Garis tempat mengukur keliling (130 cm dari permukaan tanah/DBH).
425 : Keliling pohon (cm).

Setelah pekerjaan klem selesai, dibuat Berita Acara Peneyelesaian Klem. Berita
Acara Penyelesaian Klem dikirim ke kantor KPH, Daftar klem yang dikirim ke
kantor KPH, segera dimasukkan ke dalam buku taksasi (DK. 316) dan dibubuhi
paraf dan cap KPH oleh Kasi PSDH dan dibuat rekapitulasinya kemudian
disampaikan kepada Kepala Dinas Kehutanan Provinsi untuk mendapatkan
pengesahan. Kegiatan klem termasuk administrasi dan pemeriksaannya oleh KPH
harus sudah selesai bulan Mei T-2, selanjutnya dilakukan pemeriksaan/penilaian
oleh SPH dan dibuatkan Berita Acara. Atas dasar hasil pemeriksaan tersebut,
Kepala Biro Perencanaan atas nama Kepala Unit mengesahkan/menyetujui RTT
tebangannya.

3.1.4 Persiapan Tebangan

Berdasarkan RTT yang telah disahkan, Administratur /KKPH pada bulan


September sebelum tahun berjalan (T-1) mengeluarkan Surat Perintah Persiapan
Tebang Habis dengan dilampiri gambar peta dari petak/anak petak/blok kepada
ASPER/KBKPH. Selanjutnya dilakukan Persiapan lapangan sebelum tebangan
yang meliputi.

1. Pembuatan papan plang tebang peringatan.


2. Perbaikan jalan angkutan termasuk perbaikan jembatan-jembatan, termasuk
jalan desa atau milik pihak ketiga.
3. Pembuatan jalan sarad dan menaksir jalan blok dan volume yang perlu disarad
dengan menggunakan sistem atau alat mekanis.
4. Pembuatan

babagan

dan

pembabatan/pembersihan

lapangan

tempat

pengumpulan kayu (TP). Bentuk dan ukuran babagan disesuaikan dengan


kebutuhan.
5. Pemeriksaan ulang terhadap pohon-pohon dalam petak/anak petak yang akan
ditebang (herklem).
Pemeriksaan tersebut berdasarkan daftar klem dan jika ada pohon yang hilang
karena pencuri atau bencana alam, supaya dilengkapi dengan laporan huruf A dan
ditulis pada daftar klem dan buku taksasi (DK 316).

Sebelum dilakukan penebangan hal yang harus disiapkan yaitu persiapan tenaga
kerja, Peralatan, Sarana Prasarana Kerja dan Regu Kerja Tebangan yang meliputi.
1.

Mempersiapkan tenaga kerja (Blandong, Penyarad) termasuk kegiatan


penyuluhan/pemberitahuan kepada masyarakat setempat bekerjasama dengan
Kepala Desa dan atau Pemimpin informalnya.

2.

Mempersiapkan alat-alat kerja antara lain Gergaji Potong, Gergaji Rantai


(chain saw). Gergaji Busur (frame dan blade), Kikir, Tempat Gergaji, Alat
giwaran, Rantai Sarad, Meteran, Phi band, Kawat Penyogok, Cat, Ter, Batu
Asah, Tirfor, Cangkul, Ganco dan Parang.

3.

Mempersiapkan perlengkapan babagan antara lain Meja, Kursi, Almari,


Buku, P3K, Kalender, Lampu Kapal, Jerigen minyak tanah, Gentong air

minum, Papan pengumuman (Plang tebangan , Papan Peringatan/larangan),


Papan Kemajuan Pekerjaan.
4. Mempersiapkan kebutuhan administrasi tebangan antara lain buku pembantu,
buku klepper, buku klem, tabel isi, alat-alat tulis, dan blangko-blanko model
yang disesuaikan dengan ketentuan tata usaha hasil hutan yang berlaku.

Persiapan sarana dan prasarana pemanenan dilakukan selambat-lambatnya bulan


Desember sebelum tahun berjalan atau sebelum terlaksanannya kegiatan
penebangan meliputi.
1. Perbaikan dan atau pembuatan jalan dan jembatan.
2. Penentuan dan persiapan tempat pengumpulan.
3. Penetapan jalan sarad.
4. Pembuatan babagan, pengadaan alat-alat tebang, Alat Perlindungan Diri (APD)

Dalam rangka untuk kepentingan monitoring, evaluasi, pengawasan dan


pengendalian serta penilaian yang obyektif maka paling lambat bulan Desember
T-1 atau sebelum pelaksanaan tebangan untuk setiap petak/anak petak tebangan
perlu dibuat suatu Patokan/Standar produksinya bersifat kuantitatif dan kualitatif
dengan melakukan Cutting Test yaitu.
1. Menebang/memproduksi dari sejumlah pohon tertentu dimana pohon-pohon
yang ditebang tersebut adalah pohon yang kelilingnya sama atau mendekati
kelas keliling rata-rata petak tersebut. Dan pohon-pohon yang ditebang tersebut
dipilih secara acak oleh Tim Cutting Test dari Daftar Klemnya, dari 3 blok atau
lebih dengan intensitas sampling setiap blok sebesar 2,5 %.

2. Dalam pelaksanaan tebang/produksinya dilakukan oleh suatu tim yang terdiri


dari Kasi PSDH, Wakil Administratur/KSKPH dan Penguji Kayu yang
selanjutnya dibuat Berita Acara penyelesaian Cutting test.
Patokan/Standar Produksi tersebut, disamping memakai satuan M3 dan Sm, juga
dihitung dalam satuan % sehingga merupakan sasaran produksi yang harus
dicapai/didekati dalam realisasi pelaksanaannya.

3.1.5 Pelaksanaan Tebangan

a. Surat Perintah Tebang Habis

Administratur/KKPH mengeluarkan Surat Perintah Tebang Habis kepada Asper,


dengan tembusan disampaikan kepada Mandor Tebang yang bersangkutan,
Asper/KBKPH, Wakil Admisnitratur/KSKPH , dan arsip Kantor KPH. Surat
Perintah tersebut sebagai dasar pelaksanaan tebangan. Dari hasil kegiatan Surat
perintah kerja tebangan habis B1 dan peta lokasi tebangan dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3. Surat perintah kerja tebang habis B1 dan peta lokasi tebangan sengon.

b. Pemeriksaan Batas Blok

Pemeriksaan batas-batas blok dilakukan untuk memastikan batas blok tebangan


sehingga tidak terjadi penebangan pada kawasan perlindungan sesuai dengan peta
rencana tebangan.

c. Penebangan

Penebangan dilakukan blok per lok dimulai dari blok yang berada paling dekat
dengan TP. Setiap blok harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum pindah ke
blok selanjutnya dengan dibuat Acara Perpindahan Blok yang ditandatangani
Asper/KBKPH yang bersangkutan.

Beberapa langkah yang dilakukan dalam proses penebangan yaitu.


1. Prinsip tebangan adalah pohon per pohon, setiap pohon harus selesai dahulu
administrasinya sebelum pindah ke pohon berikutnya.
2. Setiap akan memulai kegiatan penebangan Mandor Tebang melakukan
pengecekan dan memastikan semua petugas telah menggunakan APD standar
dan peralatan kerja standar.
3. Melakukan pengecekan awal pohon untuk mengetahui keadaan kayu normal
atau gerowong.
4. Menentukan arah rebah pohon dengan mempertimbangkan kerusakan
seminimal mungkin.
5. Membuat takik rebah serendah mungkin dengan menggunakan gergaji.
Membuat takik balas dengan tinggi sejajar dengan atap takik dengan

menggunakan baji sebagai alat bantu untuk mengarahkan rebahnya pohon dan
untuk keamanan.
Pembuatan takik rebah untuk menentukan arah jatuhnya pohon dan takik balas
untuk memberi balasan pada takik rebah supaya pohon jatuh pada arah rebah yang
telah dilakukan, seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Pembuatan takik rebah dan takik balas pada tebangan pohon sengon.

d. Penandaan Tunggak

Setelah pohon rebah atau jatuh dilakukan penandaan pada tunggak pohon untuk
memudahkan dalam kegiatan lacak balak dengan menggunakan ter atau palu tok
dan memudahkan pada saat monitoring berlangsung, Contoh penandaan batang
dijelaskan pada Gambar 5.
22
Tgl 20-815
50 Robby
P

Gambar 5. Contoh Penandaan pada tunggak Pohon.

Keterangan :
2
50
20-8-15
Robby
P

: Nomor urut penebang pohon


: Nomor pohon
: Tanggal penebangan
: Nama dan alamat blandong penebang
: Paraf mandor tebang

Kegiatan penandaan tunggak pohon yang dilakukan diRPH Tebo telah sesuai
dengan standar oprasional (SOP) yang berlakuku di KPH Kedu Selatan, penulisan
nomor urut penebang pohon, nomor pohon, tanggal penebangan, nama dan alamat
dan paraf mandor tebang, seperti pada Gambar 6.

Gambar 6. Penandaan pada tunggak Pohon sengon di petak 44d2 RPH Tebo.

e. Pembagian Batang

Pembagian batang adalah kegiatan memotong batang menjadi sortimen-sortimen


sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang berlaku. Pelaksanaan Pembagian
Batang (Bucking) adalah sebagai berikut prinsip pembagian batang yaitu

menghimpun cacat-cacat di satu potongan-potongan batang kayu sedemikian rupa


sehingga dapat diperoleh nilai kayu yang setinggi-tingginya, manajemen batang
per-batang adalah urutan pelaksanaan pemotongan di mulai dari pangkal ke ujung,
dengan tetap memperhatikan mutu kayu pada cabang yang dapat dipungut untuk
kayu pertukangan. Tiap batas batang diberi tanda dengan ter berupa 3 garis
dengan pengertian garis ditengah nerupakan tempat gergaji. Ditengah-tengah
batang harus ditulis nomor pohon, nomor batang, panjang dan diameter.
Pembagian batang tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Pembagian batang sengon di petak 44d2 RPH Tebo

f. Penandaan Bontos Kayu

Setelah pembagian batang dilakukan penandaan yaitu penandaan bontos pangkal


kayu dan bontos ujung kayu. Penandaan tersebut dilakukan untuk mengetahui
panjang dan diameter pada batang yang telah dipotong. Contoh penanandaan

Pada bontos pangkal kayu tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.

130 d15

Gambar 8. Contoh Penandaan Pada Bontos Pangkal Kayu.


Keterangan:
130
D15

: panjang batang
: diameter bontos dan ujung batang

Hasil kegiatan yang dilakukan pada penandaan bontos dan ujung batang dilakukan
denagan mengukur panjang batang terlebih dahulu selanjutnya mengukur
diameter batang dan dilakukan penulisan pada dasar

bontos batang dengan

menggunakan kapur hitam atau spidol hitam, seperti pada Gambar 9.

Gambar 9. Penandaan pada bontos dan ujung batang di petak 44d2 RPH Tebo

g. Penyaradan

Penyaradan adalah kegiatan memindahkan kayu sortimen dari hutan ke Tempat


Pengumpulan (TP) yang telah ditentukan dan disertai dokumen DK.303.
Penyaradan dilakukan setelah kegiatan pembagian batang, penandaan bontos
pangkal dan ujung kayu dan administrasi tebangan selesai. Penyaradan dilakukan
dengan menggunakan tenaga manusia karena topografi pada petak 44d2 tersebut
memiliki lereng yang cukup curam dan

tidak

memungkinkan untuk

menggunakan tenaga hewan, mobil dan traktor. Untuk meminimalkan kerusakan


tumbuhan bawah dan kerusakan tanah penyaradan dilakukan melalui jalan sarad
yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan pengangkutan kayu adalah agar kayu
dapat sampai di tujuan pada waktu yang tepat secara kontinu dengan biaya yang
minimal, Kayu akan turun kualitasnya apabila terlalu lama dibiarkan di dalam
hutan (Elias, 1997). Penyaradanan kayu menggunakan tenaga manusia dengan
cara dipikul diatas bahu, seperti pada Gambar 10.

Gambar 10. Penyaradan batang sengon dengan menggunakan tenaga manusia.

h. Pengangkutan

Pengangkutan merupakan suatu kegiatan berupa pengangkutan kayu dari tempat


pengumpulan kayu sementara (TP) ke tempat pengumpulan kayu akhir (TPK)
dengan memakai truck angkutan. Pengangkutan dilakukan setelah sortimen yang
telah disarad di TP diangkut menuju TPK dengan disertai dokumen administrasi
yang lengkap (DK 304).

Pengangkutan melalui jalan angkut yang telah

ditentukan dengan alokasi jarak angkut pada lokasi tebangan petak 44d2 menuju
TPK Gombong Selatan.

Setelah pengangkutan sampai diTPK kayu tersebut

diturunkan dan dari pihak TPK membuatkan DK 304C yang merupakan bukti
bahwa kayu tersebut telah sampai diTPK. Proses memuat kayu ke atas truk
dengan cara kayu diangkat oleh 1 atau 2 orang pekerja dan disusun rapih supaya
kayu tersebut tidak jatuh saat menuju TPK, proses tersebut seperti pada Gambar
11.

Gambar 11. Proses pengangkutan kayu dengan menggunakan truk.

3.2 Pembahasan

Pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan kehutanan yang mengubah


pohon menjadi bentuk yang dapat dipindahkan ke lokasi lain sehingga bermanfaat
bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat. Pemanenan kayu adalah
pemanfaatan yang rasional dan penyiapan suatu bahan baku dari alam menjadi
sesuatu yang siap dipasarkan untuk bermacam-macam kebutuhan manusia
(Grammel,1988). Pemanenan hasil hutan di Perum Perhutani Divisi Regional
Jawa Tengah mempunyai beberapa tahapan yaitu mencakup penyusunan Rencana
Teknik Tahunan (RTT), penebangan, pembagian batang, penyaradan, dan
pengangkutan.

Jenis tanaman di BKPH Gombong Selatan, ada 2 jenis yaitu Jati dan tanaman
rimba untuk tanaman kelas perusahaannya adalah Jati sedangkan untuk jenis
rimba yaitu sengon, akasia mangium, ekaliptus dan mahoni. Daur tebang tanaman
jati lebih dari 50 tahun sedangkan daur tebang untuk tanaman rimba sengon 6-8
tahun. Tanaman rimba merupakan tanaman yang diperuntukan untuk memenuhi
kebutuhan pasar dan sebagai salah satu tanaman kayu komersil yang memiliki
pertumbuhan cepat sehingga dapat menambah benefit perusahaan.

Kegiatan pemanenan kayu perlu diawali dengan kegiatan inventarisasi potensi


tegakan pada areal yang akan dipanen. Inventarisasi tersebut dimaksudkan untuk
mempermudah pembuatan petak tebang terutama dalam kegiatan penyaradan
sehingga akan ditemukan petak tebang yang optimal ditinjau dari produktivitas
dan biaya penyaradan serta biaya pembuatan/ pemeliharaan kanal berdasarkan

potensi tegakan yang ada di dalamnya. Petak tebang merupakan bagian dari blok
kerja tahunan yang luasnya disesuaikan dengan topografi dan idealnya berbentuk
bujur sangkar dengan luas sekitar 100 ha dengan tanda batas permanen (Muhdi,
2006).

Penentuan batas tebangan dan areal larangan tebangan pada lokasi

tebangan yang berupa tanda batas rencana tebangan 2 lingkaran putih yang
melingkar mengelilingi pohon batas dan areal larangan tebangan yang berupa
tanda merah yang melingkar mengelilingi pohon batas dengan jarak antar pohon
batas kurang lebih 25 meter. Tanda batas tebangan dan areal larangan tebangan
merupakan pembatas antara lokasi tebangan dengan lahan yang bukan tebangan
atau lahan masyarakat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penebangan diluar
batas tebangan. Hasil pengamatan sebelum melakukan kegiatan tebangan yang
berupa tanda batas tebangan dan areal tebangan sudah tidak ada atau sudah luntur.
Dan tidak ada perbaharuan untuk tanda batas tersebut.

Klem tebangan habis dilakukan T-2 atau 2 tahun sebelum tebangan untuk
mengetahui jumlah pohon yang akan ditebang.

Penomoran dilakukan untuk

setiap Blok dimulai dari arah barat laut berputar searah jarum jam dan dilanjutkan
ke blok berikutnya. Pada bulan september tahun berjalan T-1 menerbitkan surat
perintah persiapan tebangan habis, persiapan tebangan habis meliputi periapan
lapangan, persiapan tenaga kerja, peralatan, sarana dan prasarana, herklem,
persiapan administrasi, persiapan blangko-blangko DK dan pembuatan berita
acara persiapan tebangan habis. Dari hasil kegiatan yang dilakukan di lokasi
tebangan petak 44d2 RPH Tebo tidak dilakukannya herklem atau pemeriksaan
ulang terhadap pohon-pohon dalam petak/anak petak. Herklem dilakukan untuk

penulisan ulang nomor dan tanda yang sudah tidak jelas dan jika ada pohon yang
sebelumnya terlewat diklem serta melakukan pemeriksaan berdasarkan daftar
klem dan jika ada pohon yang hilang karena pencurian atau bencana alam supaya
dilengkapi dengan laporan huruf A. Serta tidak adanya papan tebangan dan papan
peringatan tebangan pada lokasi penebangan. Papan tebangan dan papan
peringatan tebangan merupakan salah satu tanda pemberitahuan karena pada
lokasi tersebut sedang dilakukan penebangan pohon sehingga masyarakat dapat
lebih berhati-hati jika melewati lokasi tebangan sehingga tidak terjadi kecelakaan
dalam penebangan.

Sistem pemanenan merupakan sekelompok cara yang umumnya merupakan


kombinasi metode penebangan, angkutan minor/major, dan tenaga penggerak
kegiatan utama untuk memindahkan tegakan dari tempat tumbuhnya tegakan
menuju tempat yang dikehendaki (Elias, 2002). Pelaksanaan tebangan dilakukan
sesuai dengan turunnya surat perintah tebangan habis pada bulan Januari tahun
berjalan T-0. Pemanenan hasil hutan kayu sengon yang ada di RPH Tebo petak
44d2 dilakukan pada bulan Agustus, pemanenan kayu sengon tersebut terlambat
karena harus menyelesaikan tebangan pada petak yang lain dan kurangnya tenaga
kerja sehingga pemanenan kayu diRPH Tebo lambat dan memakan waktu yang
cukup lama. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan mandor tebang salah
satu penyebabnya adalah gaji pekerja yang harus dibayarkan turun 2 minggu
setelah berlangsungnya tebangan sehingga KRPH dan mandor yang bersangkutan
harus membayar gaji pekerja terlebih dahulu. Pemanenan kayu sengon dipetak

44d2 RPH Tebo merupakan bentuk tebangan B1 yaitu tebangan habis pada
bidang-bidang yang tidak produktif tetapi baik untuk perusahaan tebang habis.

Penebangan merupakan tahap awal kegiatan dalam pemanenan hasil hutan yang
dapat menentukan jumlah dan kualitas kayu bulat yang dibutuhkan. Definisi
penebangan menurut Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan dalam Iskandar
(2000) adalah kegiatan pemanenan kayu dari pohon-pohon dengan diameter
sama atau lebih dari diameter batas yang ditetapkan. Tujuan penebangan adalah
untuk mendapatkan bahan baku untuk keperluan industri perkayuan dalam jumlah
yang cukup dan berkualitas baik. Teknik tebangan merupakan cara untuk
memperoleh hasil kayu tebangan dengan volume sebesar-besarnya dan kualitas
kayu setinggi-tingginya dan diupayakan melaksanakan panca usaha tebangan
yang terdiri dari atatunggitong yaitu singkatan dari a (arah rebah), ta (takik
rebah, takik balas), tung (tunggak rendah), gi (pembagian batang cermat), tong
(pemotongan siku). Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi kayu adalah
melalui peningkatan pemanfaatan kayu dengan menerapkan teknik penebangan
serendah mungkin, yaitu suatu teknik penebangan yang meninggalkan tinggi
tunggak serendah mungkin serta memanfaatkan batang sampai ukuran diameter 5
cm (Suhartana dkk., 2004).

Arah rebah dilakukan untuk menghindari pecah

banting batang seminimal mungkin dan takik balas serendah mungkin minimal
10 cm diatas permukaan tanah dan dibuat atap takik rebah selebar maksimal 5 cm
sejajar alas takik rebah. Takik balas dibuat yang sama dengan ketinggian atap
takik rebah. Penebangan pohon miring pada lokasi datar atau lokasi miring arah
rebahnya tidak harus mengikuti arah kemiringan poohon. Pada areal curam, arah

rebah menyerong kesamping lereng (sepanjang kontur). Hindarkan pohon rebah


memotong sungai atau masuk areal kawasan lindung dan kerusakan pada pohon
inti permudaan dan pohon lindung (Elias dkk., 2008). Pekerja pada pemanenan
kayu sengon diRPH Tebo kurang memperhatikan alat pelindung diri (APD)
seperti helm, kaca mata dan sepatu boot, alasan mereka tidak memakai APD
karena ketidak nyamanan saat bekerja. Dan masyarakat sekitar atau calon
pesanggem yang menunggu disekitar tebangan pohon sengon, setelah pohon
sengon ditebang dan roboh masyarakat langsung menghampiri dan mengambil
daun sengon sebagai pakan ternak. Hal tersebut sangat berbahaya serta kurang
berkaca pada tahun lalu yang terjadi kecelakaan pada pekerja yang terkena siku
kayu pada saat pohon roboh, menurut hasil wawancara dengan salah satu mandor
tebang RPH Tebo.

Pembagian batang dilkukan setelah pohon selesai ditebang dan prinsip pembagian
batang (Bucking) adalah menghimpun cacat-cacat di satu potongan batang kayu
sehingga dapat diperoleh nilai kayu yang setinggi-tingginya. Pembagian batang
menjadi beberapa potongan di mulai dari pangkal ujing pohon ke ujung menurut
pembagian batang yang berlaku. Tiap batas pembagian batang diberi tanda dengan
teer berupa tiga garis dengan jarak antar garis 2 cm dan garis tengah merupakan
tempat menggergaji/pemotongan. Selanjutnya dilakukan penandaan pada kayu
yang telah dilakukan pembagian batang untuk pemberian identitas seperti nomor
pohon dan nomor batang. Penandaan tunggak pada pohon yang sudah ditebang
dengan tujuan memberi identitas pada pohon yang telah ditebang seperti nomor
urut tebang, nomor pohon yang ditebang, tanggal penebangan, nama dan alamat

penebangan serta paraf mandor tebang. Prinsip tebangan pohon meliputi pohon
per pohon, blok per blok dan pohon kecil didahulukan.

Hasil kegiatan dan

pengamatan yang dilakukan, penebangan pohon sengon dipetak 44d2 RPH Tebo
tersebut yaitu setelah pohon sengon ditebang tidak dilakukan prinsip tebangan
pohon per pohon artinya setiap pohon harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum
menebang pohon berikutnya. Hal yang kurang dilakukan yaitu pembagian batang
sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan sebelumnya dan belum dilakukan
penandaan pada pangkal bontos dan ujung kayu. Pembagian batang dan
penandaan pada pangkal bontos dan ujung kayu dilakukan pada TP kayu. Hal ini
dilakukan karena pekerja dan mandor tebang mengejar target tebangan selesai
sebelum masuk waktu tanam.

Penyaradan kayu adalah kegiatan mengangkut kayu/bagian batang pohon yang


telah ditebang dari tempat penebangan ke TPn melalui jalan sarad (Prajadinata,
2011). Apabila arah penyaradan kayu lebih mengacu kepada lereng yang lebih
landai maka proses pengangkutan kayu akan lebih cepat dengan kondisi kayu
baik. Sedangkan kerusakan vegetasi akan lebih tinggi ketika arah penyaradan
kayu mengarahkan kepada lokasi penyaradan yang banyak memiliki tegakan dan
tanaman dilindungi. Apabila arah penyaradan kayu tidak memperhatikan
keselamata pekerja penyaradan kayu maka akan terjadi kesalahan kerja maupun
dampak yang lainnya salah satunya pekerja penyaradan kayu tertimpa kayu yang
akan disarad dan kayu yang akan disarad menyulitkan pekerja penyaradan kayu
dalam penganggkutan sehingga terjadinya pemaksaan dalam proses penyaradan
pekerja tidak akan terjaga keselamatannya (Dulsalam, 2011). Penyaradanan kayu

sengon pada petak 44d2 RPH Tebo menggunakan tenaga manusia dengan cara
dipikul dan digulingkan pada daerah yang curam karena jalan yang sarad yang
dilalui cukup curam dan kendraan angkut tidak dapat memasuki lokasi tersebut
serta jarak yang cukup jauh dari lokasi tebangan ke pinggir jalan sehingga ada 4
TP kayu sementara sebelum kayu diangkut ke TPK akhir. Penyaradan manual
mempunyai empat elemen kerja yakni berjalan kosong menuju kayu yang akan
disarad, memuat kayu ke atas kuda-kuda dan menyarad kayu ke betou dan
membongkar muatan ke atas betou (Muhdi, 2002). Penyaradanan yang kayu
sengon pada lokasi kegiatan ini memiliki lereng yang curama sehingga
penyaradanan menggunakan tenaga manusia dengan cara dipikul diatas bahu lalu
digulingkan pada daerah yang curam.

Kegiatan pengangkutan kayu dimulai setelah kegiatan memuat kayu ke atas truk
selesai dilakukan di tempat pengumpulan kayu sementara di tepi hutan ke tempat
pengolahan kayu lebih lanjut atau ke TPK. Kegiatan pengangkutan kayu
merupakan kegiatan yang menentukan karena biaya pengangkutan kayu
merupakan bagian terbesar, yaitu sekitar 5090% dari biaya pembalakan
(Widarmana dan Oka, 1972 dalam Sianturi, 1981). Pengangkutan kayu ke TPK
Gombong Selatan, sebelum kayu dikirim ke TPK mandor angkut membuatkan
DK 304 yaitu daftar pengangkutan kayu biasa untuk kayu bernomor. Setelah
sampai diTPK kayu dibongkar dari truck dengan cara kayu dilemparkan hal
tersebut dapat menyebabkan kayu pecah banting dan menurunkan kualitas kayu
tersebut. Setelah kayu diterima oleh TPK dan dibuatkan DK 304C yaitu daftar
penyerahan dan penerimaan sementara.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktik umum yang telah dilakukan di BKPH Gombong Selatan,


maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Jenis tanaman yang diusahakan di BKPH Gombong Selatan, ada 2 jenis yaitu
Jati dan tanaman rimba. Tanaman kelas perusahaan adalah Jati sedangkan
untuk jenis rimba yaitu sengon, akasia mangium, ekaliptus dan mahoni. Daur
tebang tanaman jati lebih dari 50 tahun sedangkan daur tebang untuk tanaman
rimba sengon 6-8 tahun.
2. Kegiatan yang perlu disiapkan sebelum melakukan tebangan kayu dalam
pemanenan adalah persiapan lapangan, persiapan tenaga kerja, peralatan,
sarana dan prasarana, melakukan herklem, persiapan administrasi dan
persiapan blangko-blangko atau DK.
3. Kegiatan pemanenan hasil hutan kayu sengon yang dilakukan di Perum
Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah KPH Kedu Selatan BKPH Gombong
Selatan terdiri dari kegiatan pelaksanaan tebangan, penandaan tunggak,
pembagian batang, penandaan bontos pangkal dan ujung kayu, penyaradan dan
pengangkutan ke TPK.

4.2 Saran

Dalam kegiatan pemanenan kayu hasil hutan perlu diperhatikan Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) para pekerja.

Alat

Perlindungan Diri (APD) untuk setiap kegiatan belum dipergunakan secara


maksimal misalnya untuk kegiatan tebangan, pembagian batang, dan penyaradan.
Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu pemasangan peringatan tanda bahaya pada
daerah penebangan dengan menggunakan sirine yang belum diterapkan,
peringatan bahaya ini sangat penting untuk memastikan keadaan aman dari resiko
kecelakaan kerja. Pemberian asuransi pada tenaga kerja juga merupakan salah
satu cara perusahaan melindungi para pekerja dalam melakukan tugasnya
sehingga para pekerja dapat merasakan kenyamanan dalam melakukan pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA

Dulsalam S, dan D. Tinambunan. 2011. Produktivitas dan biaya penyaradanan


kayu dengan traktor pertanian yang dilengkapi alat bantu. Badan penelitian
dan pengembangan kehutanan. Bogor.
Elias. 1997. Pengangkutan Kayu Lewat Sungai di Hutan Tropika Basah
Indonesia. Buku . IPB Pres. Bogor.
Elias. 2000. Bahan Ajar 12-16 Mengenal alat Pemanenan dan PWH. BP2HP
Wilayah 17. Jayapura.
Elias, Grahame, Kuswatada dan Machfudh.2008. Reduced Impact Logging
Guidelines for Indonesia. ITTO, Dephutbun, CIFOR, CIRAD, INHUTANI
II, WCS. Bulungan.
Grammel. 1988. Menebang Pohon Dengan Gergaji Rantai di Hutan Tropis,
Bhrata kerjasama dengan Food And Agriculture Organization. Jakarta.
Hariyani, A. 2000. Pengaruh Lereng dan Diameter Kayu Terhadap Produktifitas,
Biaya, dan Volume Limbah Dalam Kegiatan Penebangan di Hutan Alam.
skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Iskandar, E. 2000. Pemanenan kayu dengan sistem forwarder gang. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Muhdi. 2002. Penyaradan kayu dengan sistem kuda-kuda di hutan rawa gambut
(Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Prop.
Sumatera Selatan). Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Muhdi. 2006 . Perencanaan hutan dalam kegiatan pemanenan kayu. Departemen
Kehutanan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Perhutani. 2012. Prosedur kerja tebangan habis rimba pksmht.05-008. Perum
Perhutani.
Perhutani. 2015. Pemanenan Hasil Hutan II. Perum Perhutani Pusat Pendidikan
dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Prajadinata S,dan Komar T E. 2011. Pedoman Pemanenan Pohon Ramin di


Hutan Rawa Gambut. ITTO PROJECT PO 426/06 Rev. 1 (F) Pusat
Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Sianturi, A. 1981. Produktivitas dan biaya angkutan dengan truk Izusu pada
beberapa perusahaan Kehutanan di Jambi dan Riau. Laporan Penelitian.
Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor.
Suhartana, S. Sinaga dan Sumantri, I. 2004. Peningkatan produktivitas dan
efisiensi penebangan kayu mangium di satu perusahaan hutan tanaman di
Propinsi Jambi. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 22(3):175-182.
Tim Penyusun Praktik Umum Fakultas Pertanian. 2015.Panduan Praktik Umum
Fakultas Pertanian.Buku. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Asper KBKPH
Suhartoyo

KRPH Tebo
Mohammad Hanafi

Mandor
Saji mujiono
Sapran
Ciptoyo
Tujing
Sutaryono
Untung
Miftahuin

Tata Usaha
Samiun

KRPH Sikayu
Slamet Raharjo

KRPH Redisari
Paidin

Mandor
Kasir
Sala
Sangirin
Kasimin
Tulus
Suratin
Samien
Kasirin

Mandor
Wakiman
Sudiarto
Sudaryono
Bambang

RKP
Aminudin
Nurdin

Persemaian
Taryono

Gambar 11. Struktur Organisasi BKPH Gombong Selatan

Gambar 12. Peta KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Divisi Regional Jawa
Tengah

Gambar 13. Peta Lokasi BKPH Gombong Selatan

Gambar 14. Peta lokasi tebangan sengon petak 44d2 RPH Tebo

Gambar 15. Pembuatan Persemaian swadaya di RPH Sikayu

Gambar 16. Pengupasan bibit Sencan sebagai tanaman pagar di RPH Tebo

Gambar 17. Pemasangan Ajir tanam dan pembuatan lobang tanam di RPH Tebo

Gambar 18. pembuatan PCP pada tanaman jati RPH Tebo

Gambar 19. Berpatisifasi dalam pemadaman kebakaran hutan jati di RPH Tebo

Gambar 20. Patroli ke hutan lindung bekas pertambangan batu akik di RPH Tebo

Gambar 21. Patroli malam pengamanan kayu sengon pasca tebangan di petak
44d2 RPH Tebo

Anda mungkin juga menyukai