Kelompok 11
Ida Ayu Putu Putri Setyawati (1306370940)
Itamar Pascana; Ningrum (1306371016)
Julia Nofadini (1306370972)
Kamila Luthfia Putri (1306412193)
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah Bioreaktor Kultur Sel sebagai laporan praktikum modul 1
UOB (Unit Operasi Bioproses) tepat pada waktunya.
Makalah ini berisi data-data serta pengolahan hasil praktikum Bioreaktor
Kultur Sel pada hari Jumat, 30 Oktober 2015. Makalah ini juga membahas hubungan
antara pertumbuhan Bacillus Subtilis dengan kandungan nutrisi LB cair.
Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah penulis alami. Oleh
karena itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan penulis
semata-mata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang
terkait. Sehubungan dengan hal tersebut penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr. Muhamad Sahlan M.Eng selaku dosen pembimbing modul Bioreaktor
Kultur Sel dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan
bahasanya maupun segi lainnya karena penulis masih dalam tahap pembelajaran.
Namun, penulis tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat penulis harapkan untuk
perbaikan dan penyempurnaan pada makalah penulis berikutnya.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................. 3
BAB I...................................................................................................... 5
PENDAHULUAN....................................................................................... 5
1.1
LATAR BELAKANG......................................................................5
1.2
RUMUSAN MASALAH..................................................................6
1.3
TUJUAN...................................................................................... 6
BAB II..................................................................................................... 7
TEORI DASAR.......................................................................................... 7
2.1
2.2
Medium........................................................................................ 9
2.3
Bioreaktor................................................................................... 10
2.4
2.5
2.6
BAB III.................................................................................................. 18
METODOLOGI PERCOBAAN BIOREAKTOR KULTUR SEL...........................18
3.1
3.2
BAHAN-BAHAN PERCOBAAN.....................................................18
3.3
Alat-alat..................................................................................... 19
3.3.1
Alat-alat Percobaan....................................................................19
3.3.2
3.4
Jurnal percobaan...........................................................................25
3.5
3.6
3.7
3.8
Lembar Pengesahan................................................................................... 33
BAB IV.................................................................................................. 34
ANALISIS DATA...................................................................................... 34
4.1
ANALISIS HASIL........................................................................34
4.2
ANALISIS KESALAHAN..............................................................35
BAB V................................................................................................... 37
KESIMPULAN........................................................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 38
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Berbagai
jenis
mikroorganisme
(bakteri)
di
alam
ada
yang
organisme
prokariot
seperti
bakteri,
pertumbuhan
merupakan
pertambahan volume dan ukuran sel dan juga sebagai pertambahan jumlah sel.
Pertumbuhan sel bakteri biasanya mengikuti suatu pola pertumbuhan tertentu
berupa kurva pertumbuhan sigmoid yang terdiri dari lima fase yang dilalui,
yaitu fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. Pada saat
ditempatkan dalam medium nutrisi yang sesuai kebutuhan, sel bakteri tumbuh
lebih besar dan akhirnya membelah menjadi dua sel.
Pada habitat alaminya, mikroorganisme biasanya tumbuh dalam populasi
yang kompleks dan terdiri dari beberapa spesies. Hal ini menyebabkan
penelitian mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat menjadi sulit
dilakukan, oleh karena itu diperlukan suatu teknik yang dapat mengembangbiakan sel di luar tubuh (kultur sel in-vitro). Kultur sel dilakukan secara aseptik
dan banyak digunakan untuk berbagai aplikasi, maka dari itu penting untuk
diketahui caracara mengkultur yang efisien. Keuntungan dari kultur sel adalah
kondisi fisiologis dari kultur relatif konstan. Hal tersebut dikarenakan
lingkungan tempat hidup mikroorganisme dapat dikontrol dan diatur, contohnya
medium yang dipakai telah diatur nutrisi apa saja yang akan diberikan untuk
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang percobaan Bioreaktor, berikut ialah rumusan
1.
2.
3.
4.
5.
masalah:
Bagaimana metode mengkultur mikroorganisme (Bacillus Subtilis)?
Apa saja faktor yang mempegaruhi kultur sel?
Bagaimana pola pertumbuhan mikroorganisme?
Bagaimana kinetika pertumbuhan Bacillus Subtilis?
Bagaimana hubungan kandungan nutrisi dengan pertumbuhan Bacillus Subtilis?
1.3. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
antara enzim yang diproduksi adalah protease dan amilase. Selain itu, Bacillus
subtilis juga dapat digunakan sebagai antibiotic dengan spektrum penyakit yang
cukup besar serta sebagai pengobatan alternatif. Bacillus subtilis bahkan dapat
mengkonversi bahan-bahan peledak menjadi nitrogen, karbon dioksida, dan air.
Tidak hanya itu, bakteri ini dapat juga mendegradasi limbah radioaktif. Bakteri
ini digunakan dalam industri kulit dan dalam pembuatan deterjen serta fungisida
untuk tanaman.
Beberapa jenis Bacillus menghasilkan racun serangga, antibiotic peptide
dan anti jamur, dan biasanya digunakan untuk melindungi tanaman pertanian.
Bacillus juga menghasilkan enzim proteolitik yang biasa dikenal dengan nama
subtilisin yang terbukti dapat menjadi obat untuk jenis kanker tertentu. Bacillus
ini juga digunakan untuk menghasilkan beberapa antibiotic seperti difficidin,
oxydifficidin, bacilli, bacilomyn B dan Bacitracin, yang sangat berguna untuk
mengobati infeksi kulit dan mencegah infeksi pada luka ringan dan luka bakar.
Bacillus Subtilus digunakan sebagai inokulan tanah dalam holtikura dan
pertanian.
Untuk mengkultur Bacillus subtilis, dapat digunakan media agar (padat)
dan cairan. Pada media agar, Bacillus subtilis akan membentuk koloni-koloni
(Gambar 2), sedangkan pada media cair (broth) akan menyebar atau tumbuh di
bagian atas medium. Akan tetapi, Bacillus subtilis lebih cepat tumbuh pada
media cair yang teragitasi karena bakteri ini membutuhkan aerasi yang baik.
Fase-fase pertumbuhannya sama seperti bakteri pada umumnya yaitu fase lag,
fase log, fase stasioner dan fase kematian. Waktu penggandaan Bacillus subtilis
adalah 120 menit (Burdett, I.D.J., 1986).
2.2.
2.3. Bioreaktor
Bioreaktor atau dikenal juga dengan nama fermentor adalah sebuah
peralatan atau sistem yang mampu menyediakan sebuah lingkungan biologis
yang dapat menunjang terjadinya reaksi biokimia dari bahan mentah menjadi
bahan yang dikehendaki. Reaksi biokimia yang terjadi di dalam bioreaktor
melibatkan organisme atau komponen biokimia aktif (enzim) yang berasal dari
organisme tertentu, baik secara aerobik maupun anaerobik. Sementara itu,
agensia biologis yang digunakan dapat berada dalam keadaan tersuspensi atau
terimobilisasi. Contoh reaktor yang menggunakan agensia terimobilisasi adalah
bioreaktor dengan unggun atau bioreaktor membran. Parameter yang dikontrol
pada bioreaktor adalah suhu, pH, oksigen terlarut, bahan baku, dan nutrisi.
(Sumber:http://www.bioc.rice.edu/bios576/nih_bioreactor/NDL_Bioreactor
%20Page_files/genetech%20reactor%202.bmp)
1. Perlengkapan Dasar
Sistem agitasi(pengadukan)
Sistem pemasokan oksigen(aerasi)
Sistem Pengendalian Busa
Sistem Pengendalian Suhu
Sistem Pengendalian pH
Lubang (port) pengambilan sampel
Sistem Pembersihan dan Sterilisasi
Saluran untuk mengumpulkan dan mengeluarkan isi bioreaktor
Sistem agitasi
Sistem agitasi terdiri dari agitator dan baffle. Fungsi agar pencampuran
merata sehingga meningkatkan laju perpindahan massa menembus film
pembatas cairan dan gelembung udara serta memberikan kondisi gaya
geser yang dibutuhkan untuk memperkecil gelembung udara agar luas
3. Syarat bioreaktor:
Tidak boleh ada hubungan antara bagian sistem yang steril dengan non-
steril.
Hindari kelep-kelep / penghubung bentuk gelangan, karena bentuk
2.4.
Fase lag
Setelah inokulasi, terjadi peningkatan ukuran sel, mulai pada waktu
sel tidak atau sedikit mengalami pembelahan. Fase ini, ditandai dengan
peningkatan komponen makromolekul, aktivitas metabolik, dan
kerentanan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Fase lag merupakan
suatu periode penyesuaian yang sangat penting untuk penambahan
metabolit pada kelompok sel, menuju tingkat yang setaraf dengan
sintesis sel maksimum.
Fase Eksponensial
Pada fase ini sel berada dalam keadaan pertumbuhan yang
seimbang. Selama fase ini, masa dan volume sel meningkat oleh faktor
yang sama dalam arti rata-rata komposisi sel dan konsentrasi relatif
metabolit tetap konstan. Selama periode ini pertumbuhan seimbang,
kecepatan peningkatan dapat diekspresikan dengan fungsi eksponensial
alami. Sel membelah dengan kecepatan konstan yang ditentukan oleh
sifat intrinsik bakteri dan kondisi lingkungan. Dalam hal ini terdapat
keragaman kecepatan pertumban berbagaimikroorganisme. Waktu lipat
o
dua untuk E. coli dalam kultur kaldu pada suhu 37 C, sekitar 20 menit,
sedangkan waktu lipat dua minimal sel mamalia sekitar 10 jam pada
temperatur yang sama.
Fase Stasioner
Pada saat digunakan kondisi biakan rutin, akumulasi produk
limbah, kekurangan nutrien, perubahan pH, dan faktor lain yang tidak
Fase Kematian
Pada saat medium kehabisan nutrien maka populasi bakteri akan
menurun jumlahnya. Pada saat ini jumlah sel yang mati lebih banyak
daripada sel yang hidup. Fase-fase tersebut mencerminkan keadaan
bakteri dalam kultur pada waktu tertentu. Di antara setiap fase terdapat
suatu periode peralihan dimana waktu dapat berlalu sebelum semua sel
memasuki fase yang baru.
(Sumber: id.slideshare.net)
lim
t 0
1 dX
X dt
..(1)
di mana:
=
X =
jumlah sel
waktu
ln 2
..(2)
di mana:
D = waktu penggandaan
Selain itu digunakan juga permodelan Monod yang cukup sering digunakan
untuk mengamati pertumbuhan bakteri. Persamaannya adalah sebagai berikut:
R X = ( S ) X=
m S
X
K S +S
..(3)
di mana:
m =
KS =
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Nama bahan
Bacillus Subtilis
168 rekombinan
apoptin
Penanganan
2.
Medium Luria
Bertani Agar
Dapat menyebabkan
iritasi mata, sistem
pernapasan dan kulit.
3.
Medium Luria
Bertani cair
Dapat menyebabkan
iritasi mata, sistem
pernapasan dan kulit.
4.
Aquadest
5.
Glukosa
Dapat menyebabkan
iritasi pada mata, kulit,
sistem
pernapasan
serta
sistem
percernaan (diare)
6.
Kapsul
PGO
Enxim
7.
Larutan
O-
Dianisidin
Dihidroklorida
Dapat menimbulkan
iritasi serta gangguan
pernapasan
dan
menyebabkan
keracunan jika tertelan
Dapat menyebabkan
alergi pada individu
yang sensitif (alergen)
Dapat menyebabkan
iritasi mata dan sistem
pernapasan
Berbahaya jika tertelan
Menyebabkan
kulit
terbakan,
kerusakan
mata serta kanker
dengan air.
Jika terhirup, segera cari
sumber udara segar untuk
menetralisir.
Jika iritasi berlanjut, lakukan
konsultasi medis.
Jika
glukosa
tumpah,
gunakan
water
spray,
alcohol-resistant foam, dry
chemical
atau
karbon
dioksida
untuk
membersihkan.
Jika tertelan bersihkan mulut
dan minum air. Dan lakukan
konsultasi medis.
Jika terkena mata basuh
dengan air selama 15 menit
Bersihkan bagian kulit yang
terpapar dengan air, jikat
terjadi
iritasi
lakukan
konsultasi dokter
Jika terhirup, segera cari
sumber udara segar untuk
menetralisir.
Saat
tidak
sadarkan diri, beri pernafasan
buatan, atau beri oksigen.
Segera membersihkan kulit
yang terpapar dengan sabun
dan air selama 15 menit.
Membersihkan atau mencuci
pakaian yang terkena kontak
sebelum digunakna kembali
Jika terkena mata, tahan
kelopak mata dan alirkan
dengan air mengalir
No.
1.
Nama Alat
Autoklaf
Gambar 1. Autoklaf
(fedito.indonetwork.co.id)
Kegunaan Alat
Mensterilkan
media
dan
menghindari
adanya
kontaminan
pada media yang dapat
menggangu
laju
pertumbuhan bakteri.
2.
Cara mengoperasikan
alat
Memanaskan
panci
yang berisi air yang
dilengkapi
dengan
steamer
basket
didalamnya.
Setelah air mendidih,
masukkan wadah berisi
sampel yang telah
ditutup
dengan
alumunium foil.
Menutup panci presto
dengan rapat, pastikan
seal dan emergency
release valve sudah
dipasang dengan baik.
Autoklaf
dilakukan
pada suhu 121oC dan
tekanan 2 atm selama
15 menit.
Bersihkan gelas beaker
terlebih dahulu.
Masukkan
cairan
kedalam gelas hingga
mencapai garis ukuran
yang diinginkan
3.
Static Incubator
Tempat
menyimpan
kultur dengan kondisi
lingkungan
yang
terjaga
(suhu,
kelembaban, dan kadar
oksigen) serta menjaga
agar kultur tetap steril.
4.
5.
.
Cawan petri untuk Sebagai wadah untuk Tuangkan LB agar pada
kultur bakteri (plate)
menampung media LB
cawan hingga mencapai
agar
tinggi kurang dari bibir
cawan.
Saat
memindahkan
bakteri, pegang tutup
cawan
diatas
agar
sehingga
kontaminasi
terminimalisir
Mengambil/memindah
kan bakteri dari wadah
penyimpanan ke wadah
kultur.
6.
Stirred fermentor
Sebagai
tempat
pertumbuhan
bakteri
yang berisi medium
(tempat kultur bakteri)
Memasukkan medium
dan
mikroorganisme
melalui mulut tabung
yang kecil. Sedangkan
medium murni dialirkan
melalui selang dengan
laju tertentu.
7.
Spektrofotometer
Melihat
densitas
bakteri
dengan
melewatkan
cahaya
pada
kuvet
berisi
bakteri dan mediumnya
Memasukkan
kuvet
berisi
blanko
pada
chamber, tekan tombol
untuk
mengatur
konsentrasi blanko = 0.
Mengatur
panjang
gelmbang yang sesuai
(OD600)
Menuangkan
medium
yang
berisi
mikroorganisme
ke
dalam kuvet hingga
level
tertentu
pada
kuvet.
Gambar 7. Spektrofotometer
(www.alatalatlaboratorium.
com)
8.
Kuvet
Gambar 8. Kuvet
(www.alatalatlaboratorium.co
m)
9.
Sentrifuge
Memisahkan molekul-
molekul dalam larutan
berdasarkan
massa
jenis molekul tersebut
Masukkan microtube ke
dalam sentrifuge, tutup
sentrifuge dengan rapat.
Mengatur
kecepatan
putar sentrifugasi sesuai
kebutuhan.
Gambar 9. Sentrifuge
(www.pocdscientific.com.au)
10.
Microtube
Wadah
pertumbuhan
mikroorganisme
dan
wadah saat melakukan
sentrifugasi
Memindahkan 1,5 mL
medium Luria Bertani
dan Bacillus Subtilis ke
dalam microtube
11.
Pipet mikro
Memindahkan
mikroorganisme pada
suatu wadah dengan
volume yang sangat
kecil dan mengambil
supernatan dari hasil
sentrifugasi
Mengatur
jumlah
volume spesifik dengan
memutar ujung pipet
sambil melihat indikator
di sisi pipet.
Memasang
tip
disposable yang telah
tertata
pada
wadah dengan
cara
menancapkan
ujung
mikropipet.
Tekan sampai habis
tombol yang ada di
pangkal pipet, sentuhkan
ujung pipet dengan
sampel, lalu lepaskan
tombol.
Pindahkan
ujung
kedalam mikrotube yang
Gambar10. Microtube
(www.sarstedt.com)
Membuat LB Cair
2.
Pengamatan
Keterangan
3.
4.
2.
3.
Menginokulasikan
prekultur
sebanyak 10% v/v kedalam 250
ml LB cair yang telah
disterilisasikan dan ditambahkan
dengan tetrasiklin. (penambahan
tetrasiklin bersifat optional)
Mengatur laju aerasi 0,5 2
v/v/m dan kecepatan agitasi
200rpm
Mengambil sampel setiap 15-30
menit sekali dan mengukur
dengan spektrofotometer hingga
mencapai nilai OD600 = 0,6-0,8
Menguji dengan Spektrofotometer
Pengujian densitas dengan sampel dari
bioreactor dilakukan setiap 15-30 menit
Pengamatan
Keterangan
4.
5.
Waktu (Menit)
0-30
31-60
61-90
91-120
121-150
151-180
OD 600
0,024
0,036
0,118
0,362
0,642
1,014
No
1
2
3
4
5
6
No
T
(menit)
30
30
30
30
30
30
Massa
pH
37,1
37,2
37,2
37,1
37,1
36,4
7,35
7,33
7,26
7,06
6,57
5,90
Kosong Massa
Microtube (g)
1
2
3
4
5
6
Rata
0,9975
1,0005
0,9904
0,9992
1,0004
1,0002
0,99803
Basah
Oksigen
(ml/menit)
5,1
5,5
4,1
0,1
0
0
Massa
Sel Kering
(g)
1,0165
1,0218
1,0055
1,0194
1,0299
1,0161
Sel (g)
1,0139
1,0215
1,0046
1,0171
1,0279
1,0148
Net
Aerasi
0
0
0
0
0
0
Basah
(g)
0,019
0,0213
0,0151
0,0202
0,0295
0,0159
0,052112
(g)
0,0164
0,021
0,0142
0,0179
0,0275
0,0146
0,0186
-rata
(Miranti)