Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

UNIT OPERASI BIOPROSES 1


BIOREAKTOR KULTUR SEL

Kelompok 11
Ida Ayu Putu Putri Setyawati (1306370940)
Itamar Pascana; Ningrum (1306371016)
Julia Nofadini (1306370972)
Kamila Luthfia Putri (1306412193)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI BIOPROSES


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2015

KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah Bioreaktor Kultur Sel sebagai laporan praktikum modul 1
UOB (Unit Operasi Bioproses) tepat pada waktunya.
Makalah ini berisi data-data serta pengolahan hasil praktikum Bioreaktor
Kultur Sel pada hari Jumat, 30 Oktober 2015. Makalah ini juga membahas hubungan
antara pertumbuhan Bacillus Subtilis dengan kandungan nutrisi LB cair.
Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah penulis alami. Oleh
karena itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan penulis
semata-mata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang
terkait. Sehubungan dengan hal tersebut penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr. Muhamad Sahlan M.Eng selaku dosen pembimbing modul Bioreaktor
Kultur Sel dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan
bahasanya maupun segi lainnya karena penulis masih dalam tahap pembelajaran.
Namun, penulis tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat penulis harapkan untuk
perbaikan dan penyempurnaan pada makalah penulis berikutnya.

Depok, Oktober 2015

Tim Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................. 3
BAB I...................................................................................................... 5
PENDAHULUAN....................................................................................... 5
1.1

LATAR BELAKANG......................................................................5

1.2

RUMUSAN MASALAH..................................................................6

1.3

TUJUAN...................................................................................... 6

BAB II..................................................................................................... 7
TEORI DASAR.......................................................................................... 7
2.1

Bakteri Bacillus Subtilis...................................................................7

2.2

Medium........................................................................................ 9

2.3

Bioreaktor................................................................................... 10

2.4

Kinetika Pertumbuhan Bakteri..........................................................14

2.5

Persamaan-persamaan yang Digunakan...............................................15

2.6

Metode Pengambilan Data...............................................................17

BAB III.................................................................................................. 18
METODOLOGI PERCOBAAN BIOREAKTOR KULTUR SEL...........................18
3.1

WAKTU DAN TEMPAT PERCOBAAN.............................................18

3.2

BAHAN-BAHAN PERCOBAAN.....................................................18

3.3

Alat-alat..................................................................................... 19

3.3.1

Alat-alat Percobaan....................................................................19

3.3.2

Alat-alat Perlengkapan Diri di Laboratorium.....................................23

3.4

Jurnal percobaan...........................................................................25

3.5

Data Hasil Percobaan.....................................................................27

3.6

Tabel Perhitungan Berat..................................................................28

3.7

Pengolahan Data Optical Density......................................................28

3.8

Pengolahan Data Massa Basah dan Massa Kering..................................31

Lembar Pengesahan................................................................................... 33
BAB IV.................................................................................................. 34
ANALISIS DATA...................................................................................... 34
4.1

ANALISIS HASIL........................................................................34

4.2

ANALISIS KESALAHAN..............................................................35

BAB V................................................................................................... 37
KESIMPULAN........................................................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 38

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Berbagai

jenis

mikroorganisme

(bakteri)

di

alam

ada

yang

menguntungkan dan ada yang merugikan. Bakteri yang merugikan bersifat


patogen dan merusak, sedangkan yang menguntungkan sering digunakan dalam
bidang pangan, pengobatan, dan industri lainnya. Oleh karena itu perlu
diketahui pola pertumbuhan bakteri sehingga dapat dilakukan pengendalian
terhadap pertumbuhan bakteri yang merugikan maupun yang menguntungkan.
Pada

organisme

prokariot

seperti

bakteri,

pertumbuhan

merupakan

pertambahan volume dan ukuran sel dan juga sebagai pertambahan jumlah sel.
Pertumbuhan sel bakteri biasanya mengikuti suatu pola pertumbuhan tertentu
berupa kurva pertumbuhan sigmoid yang terdiri dari lima fase yang dilalui,
yaitu fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. Pada saat
ditempatkan dalam medium nutrisi yang sesuai kebutuhan, sel bakteri tumbuh
lebih besar dan akhirnya membelah menjadi dua sel.
Pada habitat alaminya, mikroorganisme biasanya tumbuh dalam populasi
yang kompleks dan terdiri dari beberapa spesies. Hal ini menyebabkan
penelitian mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat menjadi sulit
dilakukan, oleh karena itu diperlukan suatu teknik yang dapat mengembangbiakan sel di luar tubuh (kultur sel in-vitro). Kultur sel dilakukan secara aseptik
dan banyak digunakan untuk berbagai aplikasi, maka dari itu penting untuk
diketahui caracara mengkultur yang efisien. Keuntungan dari kultur sel adalah
kondisi fisiologis dari kultur relatif konstan. Hal tersebut dikarenakan
lingkungan tempat hidup mikroorganisme dapat dikontrol dan diatur, contohnya
medium yang dipakai telah diatur nutrisi apa saja yang akan diberikan untuk

mikroorganisme, selain itu apakah proses yang berlangsung aerob ataupun


anaerob dan yang lainnya. Untuk mendapatkan kultur yang baik, maka
diperlukan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan.
Kultur sel dapat menggunakan bioreaktor atau dikenal juga dengan nama
fermentor. Bioreaktor adalah suatu unit alat yang digunakan untuk
melangsungkan proses biokimia dari suatu bahan baku menjadi produk yang
diinginkan, dimana prosesnya dikatalisis oleh enzim-enzim mikrobial atau isolat
enzim murni. Fungsi bioreaktor adalah untuk menghasilkan produk oleh
mikroba baik kultur murni atau campuran, yang dikendalikan menggunakan
sistem komputer dalam mengatur faktor lingkungan dan pertumbuhan serta
kebutuhan nutriennya. Berdasarkan hal diataslah maka praktikan melakukan
percobaan bioreaktor.

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang percobaan Bioreaktor, berikut ialah rumusan

1.
2.
3.
4.
5.

masalah:
Bagaimana metode mengkultur mikroorganisme (Bacillus Subtilis)?
Apa saja faktor yang mempegaruhi kultur sel?
Bagaimana pola pertumbuhan mikroorganisme?
Bagaimana kinetika pertumbuhan Bacillus Subtilis?
Bagaimana hubungan kandungan nutrisi dengan pertumbuhan Bacillus Subtilis?

1.3. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.

Adapun tujuan dilakukannya percobaan Bioreaktor adalah sebagai berikut:


Memahami metode yang digunakan untuk mengkultur sel
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kultur sel
Mengetahui pola pertumbuhan mikroorganisme
Menghitung kinetika pertumbuhan dari Bacillus Subtilis
Mengetahui hubungan antara nutrisi dan pertumbuhan Bacillus Subtilis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bakteri Bacillus Subtilis


Bacillus Subtilis merupakan sebuah unsur positif, aerobic, pembentuk
jamur, akar prokariota, yang biasanya ditemukan di tanah dan pada bahan
organik yang membusuk. Selama proses defisiensi nutrisi ataupun dalam
kondisi lingkungan yang buruk, Bacillus Subtilis dapat membentuk endospora /
spora (sel pertahanan). Spora-spora ini memiliki dinding sel yang sangat tebal
dan dapat bertahan dalam periode yang cukup lama untuk bertahan terhadap
panas, asam, dan asin. Meskipun dalam kondisi yang kurang menguntungkan,
Bacilus Subtilis masih tetap dapat membentuk sel vegetatif yang berbentuk
batang (basil).

Gambar 2.1. Bakteri Bacillus subtilis


(Sumber: http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Bacillus_subtilis)
Bakteri Bacillus subtilis aktif dapat memproduksi berbagai jenis enzim.
Enzim-enzim yang diproduksi bakteri ini memiliki berbagai kegunaan. Dua di

antara enzim yang diproduksi adalah protease dan amilase. Selain itu, Bacillus
subtilis juga dapat digunakan sebagai antibiotic dengan spektrum penyakit yang
cukup besar serta sebagai pengobatan alternatif. Bacillus subtilis bahkan dapat
mengkonversi bahan-bahan peledak menjadi nitrogen, karbon dioksida, dan air.
Tidak hanya itu, bakteri ini dapat juga mendegradasi limbah radioaktif. Bakteri
ini digunakan dalam industri kulit dan dalam pembuatan deterjen serta fungisida
untuk tanaman.
Beberapa jenis Bacillus menghasilkan racun serangga, antibiotic peptide
dan anti jamur, dan biasanya digunakan untuk melindungi tanaman pertanian.
Bacillus juga menghasilkan enzim proteolitik yang biasa dikenal dengan nama
subtilisin yang terbukti dapat menjadi obat untuk jenis kanker tertentu. Bacillus
ini juga digunakan untuk menghasilkan beberapa antibiotic seperti difficidin,
oxydifficidin, bacilli, bacilomyn B dan Bacitracin, yang sangat berguna untuk
mengobati infeksi kulit dan mencegah infeksi pada luka ringan dan luka bakar.
Bacillus Subtilus digunakan sebagai inokulan tanah dalam holtikura dan
pertanian.
Untuk mengkultur Bacillus subtilis, dapat digunakan media agar (padat)
dan cairan. Pada media agar, Bacillus subtilis akan membentuk koloni-koloni
(Gambar 2), sedangkan pada media cair (broth) akan menyebar atau tumbuh di
bagian atas medium. Akan tetapi, Bacillus subtilis lebih cepat tumbuh pada
media cair yang teragitasi karena bakteri ini membutuhkan aerasi yang baik.
Fase-fase pertumbuhannya sama seperti bakteri pada umumnya yaitu fase lag,
fase log, fase stasioner dan fase kematian. Waktu penggandaan Bacillus subtilis
adalah 120 menit (Burdett, I.D.J., 1986).

Gambar 2.2. Koloni Bacillus subtilis dalam Media Agar


(Sumber: http://lib.jiangnan.edu.cn/ASM/096-1.jpg)

2.2.

Media Kultur Bakteri


Media kultur bakteri adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi
atau zat zat hara (nutrisi) yang digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme di atas atau di dalamnya. Selain itu, media kultur mikroba
dapat dipergunakan pula untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat sifat
fisiologis, dan perhitungan jumlah mikroorganisme. Didalam laboratorium,
pembiakan bakteri memerlukan media kultur yang komposisinya terdiri dari C,
H, O, N, S. P, K, Mg, Fe, Ca, Mn, dan sedikit Zn, Co, Cu, dan Mo. Unsur
unsur ini ditemukan dalam bentuk air, ion anorganik, molekul kecil, dan
makromolekul.
Media kultur yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme
dalam bentuk padat, semi padat, dan cair. Media kultur padat diperoleh dari
dengan menambahkan agar agar. Agar agar berasal dari ekstrak ganggang
merah. Kandungan galaktan pada agar sebagai pemadat adalah 1.5 2.0% dan
membeku pada suhu 45 C. Agar - agar susah diuraikan oleh bakteri. Saat ini,
berbagai macam media kultur bakteri telah banyak dibuat dengan bahan dasar
agar agar sebagai pemadat.

2.3. Bioreaktor
Bioreaktor atau dikenal juga dengan nama fermentor adalah sebuah
peralatan atau sistem yang mampu menyediakan sebuah lingkungan biologis
yang dapat menunjang terjadinya reaksi biokimia dari bahan mentah menjadi
bahan yang dikehendaki. Reaksi biokimia yang terjadi di dalam bioreaktor
melibatkan organisme atau komponen biokimia aktif (enzim) yang berasal dari
organisme tertentu, baik secara aerobik maupun anaerobik. Sementara itu,
agensia biologis yang digunakan dapat berada dalam keadaan tersuspensi atau
terimobilisasi. Contoh reaktor yang menggunakan agensia terimobilisasi adalah
bioreaktor dengan unggun atau bioreaktor membran. Parameter yang dikontrol
pada bioreaktor adalah suhu, pH, oksigen terlarut, bahan baku, dan nutrisi.

Gambar 2.3. Bioreaktor Tangki Berpengaduk (CSTR)

(Sumber:http://www.bioc.rice.edu/bios576/nih_bioreactor/NDL_Bioreactor
%20Page_files/genetech%20reactor%202.bmp)

1. Perlengkapan Dasar

Sistem agitasi(pengadukan)
Sistem pemasokan oksigen(aerasi)
Sistem Pengendalian Busa
Sistem Pengendalian Suhu
Sistem Pengendalian pH
Lubang (port) pengambilan sampel
Sistem Pembersihan dan Sterilisasi
Saluran untuk mengumpulkan dan mengeluarkan isi bioreaktor

2. Sistem-sistem pada bioreaktor:

Sistem agitasi
Sistem agitasi terdiri dari agitator dan baffle. Fungsi agar pencampuran
merata sehingga meningkatkan laju perpindahan massa menembus film
pembatas cairan dan gelembung udara serta memberikan kondisi gaya
geser yang dibutuhkan untuk memperkecil gelembung udara agar luas

permukaan pindah massa lebih besar.


Sistem aliran oksigen (aerasi)
Sistem sterilisasi udara
Sistem pengendalian busa
Busa dikendalikan dengan alat penghancur busa mekanis atau

penambahan senyawa anti busa(silikon, minyak nabati/hewani dll).


Sistem pengendalian pH
Terdiri dari : pH probe (elektroda), sistem pemberian alkali dan sistem
pemberian asam

3. Syarat bioreaktor:

Tidak boleh ada hubungan antara bagian sistem yang steril dengan non-

steril.
Hindari kelep-kelep / penghubung bentuk gelangan, karena bentuk

demikian dapat mengendur akibat dari gerakan/fibrasi alat dan kenaikan

suhu, dan memungkinkan kontaminasi.


Bila mungkin seluruh konstruksi alat dilas.
Hindari ruang-ruang perangkap serta bentuk leher, karena ruangan

seperti itu sulit untuk dibersihkan.


Semua bagian sistem harus dapat disterilisasi secara tersendiri.
Setiap hubungan/kelep ke bejana harus dapat disterilkan dengan uap.
Gunakan katup-katup yang mudah dibersihkan maupun disterilkan,

misalnya katup bola atau diafragma.


Tekanan dalam fermentor harus tetap positif sehingga kalau ada
kebocoran akan mengarah ke luar.

2.4.

Laju Pertumbuhan Bakteri


Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan jumlah atau
volume serta ukuran sel. Pada organisme prokariot seperti bakteri, pertumbuhan
merupakan pertambahan volume dan ukuran sel dan juga sebagai pertambahan
jumlah sel. Pertumbuhan sel bakteri biasanya mengikuti suatu pola
pertumbuhan tertentu berupa kurva pertumbuhan sigmoid.

Gambar 2.4. Kurva Pertumbuhan Bakteri


(Sumber: id.slideshare.net)

Perubahan kemiringan pada kurva sigmoid tersebut menunjukkan transisi


dari satu fase perkembangan ke fase lainnya. Nilai logaritmik jumlah sel
biasanya lebih sering dipetakan daripada nilai aritmatik. Logaritma dengan
dasar 2 sering digunakan, karena setiap unit pada ordinat menampilkan suatu
kelipatan-dua dari populasi. Kurva pertumbuhan bakteri dapat dipisahkan
menjadi empat fase utama :

Fase lag
Setelah inokulasi, terjadi peningkatan ukuran sel, mulai pada waktu
sel tidak atau sedikit mengalami pembelahan. Fase ini, ditandai dengan
peningkatan komponen makromolekul, aktivitas metabolik, dan
kerentanan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Fase lag merupakan
suatu periode penyesuaian yang sangat penting untuk penambahan
metabolit pada kelompok sel, menuju tingkat yang setaraf dengan
sintesis sel maksimum.

Fase Eksponensial
Pada fase ini sel berada dalam keadaan pertumbuhan yang
seimbang. Selama fase ini, masa dan volume sel meningkat oleh faktor
yang sama dalam arti rata-rata komposisi sel dan konsentrasi relatif
metabolit tetap konstan. Selama periode ini pertumbuhan seimbang,
kecepatan peningkatan dapat diekspresikan dengan fungsi eksponensial
alami. Sel membelah dengan kecepatan konstan yang ditentukan oleh
sifat intrinsik bakteri dan kondisi lingkungan. Dalam hal ini terdapat
keragaman kecepatan pertumban berbagaimikroorganisme. Waktu lipat
o

dua untuk E. coli dalam kultur kaldu pada suhu 37 C, sekitar 20 menit,
sedangkan waktu lipat dua minimal sel mamalia sekitar 10 jam pada
temperatur yang sama.

Fase Stasioner
Pada saat digunakan kondisi biakan rutin, akumulasi produk
limbah, kekurangan nutrien, perubahan pH, dan faktor lain yang tidak

diketahui akan mendesak dan mengganggu biakan, mengakibatkan


penurunan kecepatan pertumbuhan. Selama fase ini, jumlah sel yang
hidup tetap konstan untuk periode yang berbeda, bergantung pada
bakteri, tetapi akhirnya menuju periode penurunan populasi. Dalam
beberapa kasus, sel yang terdapat dalam suatu biakan yang populasi
selnya tidak tumbuh dapat memanjang, membengkak secara abnormal,
atau mengalami penyimpangan, suatu manifestasi pertumbuhan yang
tidak seimbang.

Fase Kematian
Pada saat medium kehabisan nutrien maka populasi bakteri akan
menurun jumlahnya. Pada saat ini jumlah sel yang mati lebih banyak
daripada sel yang hidup. Fase-fase tersebut mencerminkan keadaan
bakteri dalam kultur pada waktu tertentu. Di antara setiap fase terdapat
suatu periode peralihan dimana waktu dapat berlalu sebelum semua sel
memasuki fase yang baru.

2.5. Kurva Pertumbuhan Klasik


Kurva pertumbuhan adalah grafik dari jumlah organisme biologis sebagai
fungsi waktu. Organisme biologis ini biasanya dihitung dalam konsentrasi berat
kering atau konsentrasi jumlah sel. Dalam percobaan ini, digunakan perhitungan
berat kering. Pertumbuhan kurva klasik untuk reaktor batch digambarkan pada
gambar dibawah ini.

Gambar 2.5. Bentuk Kualitatif dari Kurva Pertumbuhan Klasik

(Sumber: id.slideshare.net)

2.6. Persamaan-persamaan yang digunakan


Dalam mengamati pertumbuhan sel mikrooganisme, ada beberapa
persamaan yang digunakan. Persamaan pertama menghubungkan antara laju
spesifik pertumbuhan sel dan jumlah sel dalam medium. Persamaannya adalah:

lim

t 0

1 dX

X dt

..(1)

di mana:
=

specific growth rate

X =

jumlah sel

waktu

Persamaan berikutnya adalah untuk menghitung doubling time atau waktu


yang dibutuhkan untuk populasi suatu mikroorganisme mencapai dua kali
populasi awalnya. Persamaannya adalah sebagai berikut:

ln 2

..(2)

di mana:
D = waktu penggandaan

Selain itu digunakan juga permodelan Monod yang cukup sering digunakan
untuk mengamati pertumbuhan bakteri. Persamaannya adalah sebagai berikut:

R X = ( S ) X=

m S
X
K S +S

..(3)

di mana:
m =

laju spesifik maksimum pertumbuhan dari E. coli

KS =

monod konstan jenuh

2.7. Metode Pengambilan Data


Pada percobaan ini pengambilan data jumlah bakteri tidak bisa secara
langsung. Untuk menghitung jumlah bakteri dilakukan perhitungan optical
density menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Optical density dari suatu
kultur dalam media cair merupakan ukuran kerapatan sel dalam media tersebut.
Cara mengukur optical density kultur adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan kultur yang akan diukur ODnya.
2. Mengambil kultur ke dalam kuvet.
3. Mengukur OD menggunakan spektrofotometer pada gelombang 600
nm

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Waktu dan Tempat Percobaan


Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis dan jumat, 29 - 30 Oktober
2015 di Laboratorium Bioproses Departemen Teknik Kimia Universitas
Indonesia.
3.2. Bahan dan Alat Percobaan
Tabel 3.1. Bahan-bahan Percobaan
No.
1

Nama bahan

Material Data Safety

Bacillus Subtilis
168 rekombinan
apoptin

Penanganan

Bacillus subtilis dapat


menimbulkan
iritasi
pada
kulit,
mata,
saluran pernafasan dan
saluran
pencernaan
(mual,
muntah,
maupun diare).
Dapat menyebabkan
alergi pada individu
yang sensitif (alergen)

Menggunakan jas lab, sarung


tangan, dan masker sesuai
dengan
standar
operasi
laboratorium.
Membasuh
mata
yang
terpapar dengan air selama
paling tidak 15 menit, seraya
mengangkat kelopak mata
atas dan bawah selama
beberapa
kali.
Lakukan
konsultasi medis apabila
terjadi gejala iritasi.
Membasuh
kulit
yg
terkontaminasi dengan air
selama paing tidak 15 menit.
Lepas pakaian jika ikut
terkontaminasi dan cuci
terpisah sebelum dikenakan
lagi. Lakukan konsultasi
medis apabila terjadi gejala
iritasi.
Jika tertelan bersihkan mulut
dan minum 200-300 mL

2.

Medium Luria
Bertani Agar

Dapat menyebabkan
iritasi mata, sistem
pernapasan dan kulit.

3.

Medium Luria
Bertani cair

Dapat menyebabkan
iritasi mata, sistem
pernapasan dan kulit.

4.

Aquadest

Non korosif, non


alergenic,
netral.
Rawan tergelincir.

5.

Glukosa

Dapat menyebabkan
iritasi pada mata, kulit,
sistem
pernapasan
serta
sistem
percernaan (diare)

susu. Dan lakukan konsultasi


medis.
Jika terhirup, segera cari
sumber udara segar untuk
menetralisir.
Saat
tidak
sadarkan diri, beri pernafasan
buatan, atau beri oksigen.
Melepas pakaian yang telah
terkontaminasi
dan
membersihkan
pakaian
tersebut
ketika
ingin
digunakan kembali.
Segera
mungkin
membersihkan kulit dengan
sabun dan air sekitar 15
menit.
Segera membasuh dengan air
bagian tubuh yang terpapar.
Basuh dengan air mengalir
sampai paparan hilang.
Membasuh
mata
yang
terpapar dengan air, seraya
mengangkat kelopak mata
atas dan bawah selama
beberapa
kali.
Lakukan
konsultasi medis apabila
terjadi gejala iritasi.
Menggunakan kain kering
untuk mengeringkan tetesan
aquadest pada meja ataupun
lantai lab.
Basuh kulit yang terpapar
dengan air mengalir serta
bersihkan pakaian yang
terkontaminasi
sebelun
digunakan kembali.
Jika terjadi kontak dengan
mata,
segera
bersihkan

6.

Kapsul
PGO

Enxim

7.

Larutan
O-
Dianisidin
Dihidroklorida

Dapat menimbulkan
iritasi serta gangguan
pernapasan
dan

menyebabkan
keracunan jika tertelan
Dapat menyebabkan
alergi pada individu
yang sensitif (alergen)
Dapat menyebabkan
iritasi mata dan sistem
pernapasan
Berbahaya jika tertelan
Menyebabkan
kulit
terbakan,
kerusakan
mata serta kanker

dengan air.
Jika terhirup, segera cari
sumber udara segar untuk
menetralisir.
Jika iritasi berlanjut, lakukan
konsultasi medis.
Jika
glukosa
tumpah,
gunakan
water
spray,
alcohol-resistant foam, dry
chemical
atau
karbon
dioksida
untuk
membersihkan.
Jika tertelan bersihkan mulut
dan minum air. Dan lakukan
konsultasi medis.
Jika terkena mata basuh
dengan air selama 15 menit
Bersihkan bagian kulit yang
terpapar dengan air, jikat
terjadi
iritasi
lakukan
konsultasi dokter
Jika terhirup, segera cari
sumber udara segar untuk
menetralisir.
Saat
tidak
sadarkan diri, beri pernafasan
buatan, atau beri oksigen.
Segera membersihkan kulit
yang terpapar dengan sabun
dan air selama 15 menit.
Membersihkan atau mencuci
pakaian yang terkena kontak
sebelum digunakna kembali
Jika terkena mata, tahan
kelopak mata dan alirkan
dengan air mengalir

Gambar 2. Beaker Glass 250 ml


(www.sciencelabsupplies.com)

Tabel 3.2. Alat-alat Percobaan

No.
1.

Nama Alat
Autoklaf

Gambar 1. Autoklaf
(fedito.indonetwork.co.id)

Kegunaan Alat
Mensterilkan
media
dan
menghindari
adanya
kontaminan
pada media yang dapat
menggangu
laju
pertumbuhan bakteri.

2.

Gelas Beaker 250 ml

Wadah yang memiliki


skala ukuran volume
sehingga
dapat
digunakan
untuk
mengukur larutan Luria
Bertani

Cara mengoperasikan
alat
Memanaskan
panci
yang berisi air yang
dilengkapi
dengan
steamer
basket
didalamnya.
Setelah air mendidih,
masukkan wadah berisi
sampel yang telah
ditutup
dengan
alumunium foil.
Menutup panci presto
dengan rapat, pastikan
seal dan emergency
release valve sudah
dipasang dengan baik.
Autoklaf
dilakukan
pada suhu 121oC dan
tekanan 2 atm selama
15 menit.
Bersihkan gelas beaker
terlebih dahulu.
Masukkan
cairan
kedalam gelas hingga
mencapai garis ukuran
yang diinginkan

3.

Static Incubator

Tempat
menyimpan
kultur dengan kondisi
lingkungan
yang
terjaga
(suhu,
kelembaban, dan kadar
oksigen) serta menjaga
agar kultur tetap steril.

Gambar 3. Static Incubator


(www.coleparmer.com)

4.

5.

Masukan kultur yang


akan diinkubasi kedalam
incubator secara hatihati.
Pastikan
kondisi
incubator telah tertutup
rapat dan wadah sampel
diletakkan dengan benar
(stabil).
Sesuaikan
angka
kelembaban dan kadar
oksigen serta suhu.
Jangan terlalu sering
membuka
incubator,
perikasa kondisi kultur
secukupnya saja.

.
Cawan petri untuk Sebagai wadah untuk Tuangkan LB agar pada
kultur bakteri (plate)
menampung media LB
cawan hingga mencapai
agar
tinggi kurang dari bibir
cawan.
Saat
memindahkan
bakteri, pegang tutup
cawan
diatas
agar
sehingga
kontaminasi
terminimalisir

Selalu menutup cawan


Gambar 4. Cawan Petri
(commons.wikimedia.org)
dengan rapat agar tidak
terjadi kontaminasi.
Tusuk Gigi Steril

Gambar 5. Tusuk Gigi


(www.globeequipment.com)

Mengambil/memindah
kan bakteri dari wadah
penyimpanan ke wadah
kultur.

Pastikan tusuk gigi yang


digunakan
dalam
keadaan steril.
Mencolek larutan yang
mengandung
mikroorganisme dengan
tusuk
gigi
lalu
pindahkan ke dalam
mikrotube

6.

Stirred fermentor

Sebagai
tempat
pertumbuhan
bakteri
yang berisi medium
(tempat kultur bakteri)

Memasukkan medium
dan
mikroorganisme
melalui mulut tabung
yang kecil. Sedangkan
medium murni dialirkan
melalui selang dengan
laju tertentu.

7.

Spektrofotometer

Melihat
densitas
bakteri
dengan
melewatkan
cahaya
pada
kuvet
berisi
bakteri dan mediumnya

Memasukkan
kuvet
berisi
blanko
pada
chamber, tekan tombol
untuk
mengatur
konsentrasi blanko = 0.
Mengatur
panjang
gelmbang yang sesuai
(OD600)

Wadah bakteri dengan


medium
saat
melakukan pengukuran
dengan
spektrofotometer

Menuangkan
medium
yang
berisi
mikroorganisme
ke
dalam kuvet hingga
level
tertentu
pada
kuvet.

Gambar 6. Stirred Fermentor


(encyclopedia.che.engin.umich.
edu)

Gambar 7. Spektrofotometer
(www.alatalatlaboratorium.
com)

8.

Kuvet

Gambar 8. Kuvet
(www.alatalatlaboratorium.co
m)

9.

Sentrifuge

Memisahkan molekul-
molekul dalam larutan
berdasarkan
massa
jenis molekul tersebut

Masukkan microtube ke
dalam sentrifuge, tutup
sentrifuge dengan rapat.
Mengatur
kecepatan
putar sentrifugasi sesuai
kebutuhan.

Gambar 9. Sentrifuge
(www.pocdscientific.com.au)

10.

Microtube

Wadah
pertumbuhan
mikroorganisme
dan
wadah saat melakukan
sentrifugasi

Memindahkan 1,5 mL
medium Luria Bertani
dan Bacillus Subtilis ke
dalam microtube

11.

Pipet mikro

Memindahkan

mikroorganisme pada
suatu wadah dengan
volume yang sangat
kecil dan mengambil
supernatan dari hasil
sentrifugasi

Mengatur
jumlah
volume spesifik dengan
memutar ujung pipet
sambil melihat indikator
di sisi pipet.
Memasang
tip
disposable yang telah
tertata
pada
wadah dengan
cara
menancapkan
ujung
mikropipet.
Tekan sampai habis
tombol yang ada di
pangkal pipet, sentuhkan
ujung pipet dengan
sampel, lalu lepaskan
tombol.
Pindahkan
ujung
kedalam mikrotube yang

Gambar10. Microtube
(www.sarstedt.com)

Gambar 10. Mikro Pipet


(www.biosigma.com)

sudah dibuka, tekan


sampai mencapai voume
yang diinginkan.
Buang
ujung
pipet
dengan menarik tuas
disamping pipet.

3.3. Jurnal Percobaan


Tabel 3.3. Prosedur Percobaan
Percobaan Hari Pertama : Membuat media kultur
No
Deskripsi Percobaan
1.

Membuat LB Cair

2.

Menimbang bubuk LB cair sebanyak 7,5


gr lalu melarutkan ke dalam air
sebanyak 300ml didalam labu Beaker
dan mengaduknya secara merata.
Proses Sterilisasi dengan Autoclave
1. Menyiapkan alat dan bahan yang
akan diautoclave seperti labu
beaker yang berisi LB cair,
mikrotube, mikropipet dan labu
duran.
2. Membungkus alat-alat tersebut
dengan plastic wrap dan
alumunium foil dan memastikan
medium LB tidak tumpah.
3. Mengisi air hingga seperempat
bagian autoclave kemudian
menyalakan api pemanas,.
4. Meletakan alat dan bahan tadi
kedalam suatu wadah yang akan
mengapung di dalam autoclave.
Lalu menutup autoclave selama
15
menit
dan
mengatur
o
temperature 121 C dan tekanan 2
atm.

Pengamatan

Keterangan

5. Setelah 15 menit, mematikan


autoclave lalu membuka lubang
udara pada autoclave agar udara
keluar. Setelah udara keluar,
penutup autoclave bisa dibuka
dan dapat mengambil alat dan
baham.
Kemudian
mendiamkannya beberapa menit
dan merendamnya didalam air
dingin agar suhu cepat turun.

3.

Melakukan pemindahan bakteri ke


medium kultur pada laminar flow
1. Praktikan
memakai
sarung
tangan dan membersihkannya
dengan menyemprotkan alcohol
pada setiap langkah.
2. Menyemprotkan
chamber
laminar flow dengan alcohol
70%
kemudian
membersihkannya dengan tisu.
3. Menyalakan sinar UV pada
laminar flow selama 15 menit.
4. Menyalakan duo tombol lampu
dan aerasi secara bersamaan.
5. Memasukan Bunsen, mikrotube,
mikropipet dan kawat osce.
6. Menuangkan masing-masing 1,5
ml LB cair dengan mikropipet
kedalam 3 tabung mikrotube.
7. Memindahkan bakteri kedalam
mikrotube dengan menggunakan
kawat osce.
8. Untuk menjaga lingkungan yang
aseptic, setiap memindahkan
sesuatu, selalu membakar ujung
tabung dan kawat osce.

9. Memberikan tetrasiklin pada LB


menjadi optional.

4.

Membuat stock kultur


1. Meletakkan
ketiga
botol
mikropipet ke dalam shacker.
2. Mengatur suhu sebesar 37oC dan
mengatur kecepatan.
3. Membiarkan
alat
menyala
selama 18 jam.
Percobaan Hari Kedua
No
Deskripsi Percobaan
1.

Mengambil stock kultur

2.

Mematikan incubator lalu mengambil


ketiga mikrotube dan menyimpan dua
mikrotube karena hanya menggunakan
satu sampel untuk bioreactor.
Mengoperasikan bioreactor

3.

Menginokulasikan
prekultur
sebanyak 10% v/v kedalam 250
ml LB cair yang telah
disterilisasikan dan ditambahkan
dengan tetrasiklin. (penambahan
tetrasiklin bersifat optional)
Mengatur laju aerasi 0,5 2
v/v/m dan kecepatan agitasi
200rpm
Mengambil sampel setiap 15-30
menit sekali dan mengukur
dengan spektrofotometer hingga
mencapai nilai OD600 = 0,6-0,8
Menguji dengan Spektrofotometer
Pengujian densitas dengan sampel dari
bioreactor dilakukan setiap 15-30 menit

Pengamatan

Keterangan

4.

sekali. Lalu kuvet yang dimasukan


terdiri dari kuvet standard dan kuvet
yang berisi larutan sampel.
Mengukur berat basah:

5.

Melakukan sterilisasi mikrotube


dengan oven selama 30 menit
Meletakkan mikrotube dalam
desikator selama 30 menit.
Menimbang mikrotube.
Menuang sampe dari bioreactor
ke dalam mikrotube.
Melakukan
sentrifugasi
mikrotube selama 20 menit
Mengambil supernatant dengan
mikropipet.
Mengukur
berat
basah
menggunakan neraca.
Mengukur berat kering :

Mengoven mikrotube yang berisi


pellet selama 30 menit.
Meletakkan mikrotube dalam
desikator selama 30 menit.
Mengukur berat keringya.

3.4. Data yang diperoleh

Tabel 3.4. Hasil Pengamatan


No.
1
2
3
4
5
6

Waktu (Menit)
0-30
31-60
61-90
91-120
121-150
151-180

OD 600
0,024
0,036
0,118
0,362
0,642
1,014

No
1
2
3
4
5
6

No

T
(menit)
30
30
30
30
30
30

Massa

pH

37,1
37,2
37,2
37,1
37,1
36,4

7,35
7,33
7,26
7,06
6,57
5,90

Kosong Massa

Microtube (g)
1
2
3
4
5
6
Rata

0,9975
1,0005
0,9904
0,9992
1,0004
1,0002
0,99803

Basah

Oksigen
(ml/menit)
5,1
5,5
4,1
0,1
0
0

Massa
Sel Kering

(g)
1,0165
1,0218
1,0055
1,0194
1,0299
1,0161

Sel (g)
1,0139
1,0215
1,0046
1,0171
1,0279
1,0148

Net

Aerasi
0
0
0
0
0
0

Massa Net Massa

Basah

Sel Kering Sel

(g)
0,019
0,0213
0,0151
0,0202
0,0295
0,0159
0,052112

(g)
0,0164
0,021
0,0142
0,0179
0,0275
0,0146
0,0186

-rata

Depok, 30 Oktober 2015


Asisten Laboratorium

(Miranti)

Anda mungkin juga menyukai