Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KULIAH KERJA LAPANGAN 1 (KKL 1)


Bentuk Lahan Asal Proses Marine

Oleh :
Kelompok: Empat (4)
-SUYANDI B (F1I1 14 095)

-WA ODE NURLENA (F1I1 14 033)

-SUHARIANA RAHMAT (F1I1 14 092)

-AAN UVITASARI (F1I1 14 058)

-ADRIAN (F1I1 14 029)

-SITTI HALIJA (F1I1 14 016)

-AGGYABELLA CALLYA (F1I1 14 025)

-RULI SUKMAWATI (F1I1 14 057)

-NURHALISA (F1I1 14 052)

-SARTINI (F1I1 12 032)

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya makalah tentang Bentuk Lahan Asal Proses
Marine ini dapat terselesaikan dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Fitra Saleh, S. Pada., M, Sc selaku Dosen
mata kuliah KKL 1 yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Bentuk Lahan Asal Proses Marine. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Kendari,

November 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................i
Daftar Isi .................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan .................................................................................................................3
D. Manfaat................................................................................................................3
BAB II BENTUK LAHAN ASAL MARINE......................................................... 4
A. Definisi Bentuk Lahan Asal Proses Marine....................................... ................ 4
B. Perkembangan Daerah Pantai dan Pesisir............................................................5
C. Pantai dan pesisir............................................................................................... .8
D. Klasifikasi Pantai ...............................................................................................5
E. Jenis bentuk lahan asal proses Marine................................................................14
BAB III PENUTUP.................................................................................................20
A. Kesimpulan ........................................................................................................20
B. Saran ..................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.22

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geomorfologi adalah mempelajari bentuklahan (landform), proses-proses yang
menyebabkan pembentukan dan perubahan yang dialami oleh setiap bentuklahan yang
dijumpai di permukaan bumi termasuk yang terdapat di dasar laut/samudera. Geogra
sik mempelajari bentang lahan (landscape), yaitu bagian ruang dari permukaan bumi
yang dibentuk oleh adanya interaksi dan interdependensi bentuk lahan.
Istilah bentanglahan berasal dari kata landscape (Inggris), atau landscap
(Belanda) dan landschaft (Jerman), yang secara umum berarti pemandangan. Arti
pemandangan mengandung 2 (dua) aspek, yaitu: (a) aspek visual dan (b) aspek estetika
pada suatu lingkungan tertentu (Zonneveld, 1979 / Widiyanto dkk, 2006). Ada beberapa
penulis yang memberikan pengertian mengenai bentanglahan, antara lain:
Bentanglahan

merupakan

gabungan

dari

bentuklahan

(landform).

Bentuklahan

merupakan kenampakan tunggal, seperti sebuah bukit atau lembah sungai. Kombinasi
dari kenampakan tersebut membentuk suatu bentanglahan, seperti daerah perbukitan yang
baik bentuk maupun ukurannya bervariasi / berbeda-beda, dengan aliran air sungai di
sela-selanya (Tuttle, 1975).
Bentanglahan ialah sebagian ruang permukaan bumi yang terdiri atas sistem-sistem, yang
dibentuk oleh interaksi dan interpen-densi antara bentuklahan, batuan, bahan pelapukan
batuan, tanah, air, udara, tetumbuhan, hewan, laut tepi pantai, energi dan manusia dengan
segala aktivitasnya, yang secara keseluruhan membentuk satu kesatuan (Surastopo,
1982).
Bentanglahan merupakan bentangan permukaan bumi dengan seluruh fenomenanya, yang
mencakup: bentuklahan, tanah, vegetasi, dan atribut-atribut lain, yang dipengaruhi oleh
aktivitas

manusia

(Vink,

1983).

Berdasarkan pengertian bentanglahan tersebut, maka dapat diketahui bahwa terdapat 8


(delapan) unsur penyusun bentanglahan, yaitu: udara, batuan, tanah, air, bentuklahan,
flora, fauna, dan manusia, dengan segala aktivitasnya. Kedelapan unsur bentanglahan
tersebut merupakan faktor-faktor penentu terbentuknya bentanglahan, yang terdiri atas:

faktor geomorfik (G), litologik (L), edafik (E), klimatik (K), hidrologik (H), oseanik (O),
biotik (B), dan faktor antropogenik (A).
Pada makalah ini akan dibahas bentuk lahan asal proses marine yang dihasilkan
oleh aktivitas gerakan air laut, baik pada tebing curam, pantai berpasir, pantai berkarang
maupun pantai berlumpur. Aktivitas marine sering dipengaruhi aktivitas fluvial sehingga
sering disebut sebagai fluvio marine. Proses marine mempunyai pengaruh yang sangat
aktif pada daerah pesisir sepanjang pantai.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian bentuk lahan asal proses marin?
b. Bagaimana proses terjadinya bentuk lahan asal marine?
c. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan bentang di daerah
pantai?
d. Apa perbedaan pantai dan pesisir?
e. Apa saja klasifikasi pantai menurut para ahli?
f.

Apa saja jenis bentuk lahan asal proses Marine?

C. Tujuan
a. Mengetahui pengertian geomorfologi asal marin khususnya daerah pantai dan
faktor-faktor yang ada di dalamnya.
b. Mengetahui proses terjadinya bentuk lahan marine dan faktor-faktor yang
menyebabkan perkembangan daerah pantai.
c. Mengetahui perbedaan pantai dan pesisir
d. Mengetaui klasifikasi pantai menurut para ahli
e. Mengetahui jenis bentuk lahan asal proses marine.

D. Manfaat
a. Dapat mengetahui pengertian geomorfologi asal marin khususnya daerah pantai
dan faktor-faktor yang ada di dalamnya.
b. Dapat mengetahui proses terjadinya bentuk lahan marine dan faktor-faktor yang
menyebabkan perkembangan daerah pantai.
c. Dapat mengetahui perbedaan pantai dan pesisir
d. Dapat mengetaui klasifikasi pantai menurut para ahli
e. Dapat mengetahui jenis bentuk lahan asal proses marine.

BAB II
BENTUK LAHAN ASAL MARINE

A. Definisi Bentuk Lahan Asal Proses Marine


Geomorfologi marine adalah bentuk lahan yang dihasilkan olehproses marin
berupa aktivitas/ gerakan air laut, baik pada tebing, pantai berpasir, pantai berkarang,
maupun pantai berlumpur. Gerakan tersebut meliputi :

Pasang surut, naik turunnya permukaan laut setiap 6 jam 12,5 menit sehingga
interval naik turun memerlukan waktu 12 jam 25 menit. Pasang surut ini dapat
mengerosi pantai apalagi kalu bersama sama dengan gelombang / ombak.

Arus, aliran air laut yang disebabkan oleh angin, perbedaan suhu air laut dll.

Ombak sesuai dengan arah angin dapat mengerosi pantai. (abrasi).


Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang lahan daerah

pantai juga dipengaruhi oleh:

Struktur, tekstur, dan komposisi batuan.


Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar

pantai tersebut.
Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang disebabkan oleh
tenaga dari luar, misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang, dan

arus laut.
Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan
bentang alam di permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme,

diastrofisme, pelipatan, patahan, dan sebagainya.


Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan
organisme yang ada di laut.
Di Indonesia, pantai yang ada pada umumnya dialih fungsikan sebagai tempat

wisata yang notabene dapat membantu tingkat pendapatan suatu wilayah. Apabila
masyarakat mengetahui bahwa garis pantai bisa mengalami perubahan, maka akan
muncul pemikiran-pemikiran agar pantai tersebut tetap bisa dinikmati keindahannya
meskipun sudah mengalami perubahan.

B. Perkembangan Daerah Pantai dan Pesisir


Pengaruh proses marin berlangsung intensif pada daerah pantai pesisir,
khususnya pada garis pantai di wilayah pesisir tersebut, bahkan ada diantaranya yang
sampai puluhan kilometer masuk ke pedalaman. Selain itu, berbagai proses lain seperti
proses tektonik pada masa lalu, erupsi gunung api, perubahan muka air laut, dan lain
lain sangat besar pengaruhnya terhadap kondisi medan pantai dan pesisir beserta
karakteristik lainnya. Adakalanya proses marin di kawasan ini berkombinasi dengan
proses angin (aeolin). Medan yang terbentuk dari kombinasi dus proses ini bersifat
spesifik.
Daerah pantai merupakan daerah yang masih terkena pengaruh dari aktifitas
marin. Menurut Tisnasomantri (1988: 19) ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses
pembentukan dan perkembangan pantai yaitu : gelombang; arus; pasang-surut; sifat
bagian daratan yang mendapat pengaruh proses marin; perubahan relative ketinggian
muka laut; pertumbuhan karang; glister yang mencapai permukaanlaut; hasil vulkannisme
yang mencapai pantai, dan pembentukan delta.
a. Gelombang
Menurut Darsiharjo (1994: 17) Gelombang adalah ombak air permukaan yang
dihasilkan oleh tiupan angin dipermukaan laut.Selanjutnya Darsiharjo mengemukakan
bentuk gelombang berdasarkan tinggi gelombang dan kedalaman air, dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu:
1. Airy: Bentuk gelombang airybiasanya sangat rendah dan terdapat diperairan
yang dalam.
2. Stokes: Bentuk gelombang stokes, biasanya tinggi dan terdapat diperairan yang
dalam.
3. Solitary: Bentuk gelombang solitarybiasanya tinggi dan terdapat di perairan yang
dangkal.
Gelombang yang datang ke pantai, biasanya akan pecah, gelombang tersebut dinamakan
breaker(empasan). Ada beberapa tipe breaker menurut Galvin dalam Darsiharjo (1994:
31) sebagai berikut:
1. Melimpah (spilling breaker): Spilling breaker terdapat sepanjang pantai yang
mempunyai kemiringan dasar landai. Gelombang mulai pecah pada jarak yang

relative jauh dari pantai, pecahnya perlahan-lahan ketika mencapai perairan


dangkal.
2. Menunjam (plunging breaker): Bagian puncak dari gelombang yang melengkung
merupakan ciri dari gelombang ini. Banyak energi yang dipecahkan dalam
turbulensi, sedikit dikembalikan ke laut dan hanya sedikit gelombang baru yang
ditimbulkan di perairanyang lebih dangkal.
3. Meluruh (collapsing).
4. Menggelora (surging): Tipe surging breaker biasanya terdapat pada pantai dengan
kemiringan dasar sangat curam, seperti pantai berbatu.
b.Arus
Gelombang yang datang ke pantai dapat menimbulkan arus pantai yang
berpengaruh terhadap proses sedimentasi dan abrasi di pantai (Dahuri, 1996). Menurut
Hutabarat dan Evans (1985: 87) arus merupakan gerakan air yang sangat cukup besar
yang terjadi pada seluruh lautandi dunia. Menurut Nontji (1987: 68) arus merupakan
gerakan mengalir suatu masa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angin atau karena
perbedaan dalam densitas air laut atau dapat pula disebabkan oleh gerakan bergelombang
panjang. Berdasarkan pengertian arus yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, maka
arus merupakan gerakan masa air yang luas disebabkan oleh tiupan angin, perbedaan
densitas air laut dan gelombang.
Arah arus dipengaruhi oleh rotasi bumi dan bentuk serta letak benua-benua.
Menurut Dahuri (1996: 6) pola arus yang datang ke pantai ditentukan oleh besarnya sudut
yang dibentuk antara gelombang yang datang dengan garis pantai. Jika sudut datang
cukup besar, maka akan terbentuk arus menyusur pantai (longshore current). Sedangkan
jika sudut datang kecil atau sama dengan nol, maka akan terbentuk arus meretas pantai
(rip current).
Arus memegang peranan penting dalam proses sedimentasi. Dalam proses
sedimentasi di pantai harus dibedakan menjadi dua yaitu longshore drifting dan beach
drifting. Sedimen yang diendapkan di pantai terdiri dari partikel-partikel yang berasal dari
hasil pembongkaran batuan dan potongan kulit-kulit (shell) serta sisa rangka dari
organism laut (Huatabarat dan Evans, 1986: 44). Sedimen di pantai dapt diklarifikasikan
menurut ukuran partikelnya dan menurut asal terjadinya.

Klarifikasi sedimen menurut ukuran partikelnya dapat diidentifikasi dengan skala


wentworth mulai dari golongan partikel tanah liat dengan ukuran diameter kurang dari
0,004 mm sampai ukuran boulder(batu yang berukuran besar yang berasal dari kikisan
arus air).
c. Pasang-Surut
Pasang-surut adalah gerakan naik turunnya muka laut secara berirama yang
disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari (Nontji, 1987: 92). Dilihat dari pola
gerakan muka lautnya, pasang-surut di Indonesia dapat dibagi menjadi empat jenis yakni
pasang-surut harian tunggal (diurnal tide), pasang-surut harian ganda (semidiurnal tide),
pasang-surut campuran harian tunggal (mixed semidiurnal tide).
Berbagai proses berlangsung di daerah pantai dan pesisir, yang tenaganya berasal
dari ombak, arus, pasang surut, tenaga tektonik, menurunnya permukaan air laut maupun
lainnya. Proses ini bekerja secara terus-menerus dan berpengaruh terhadap medan dan
karakteristikya, serta mempengaruhi perkembangan wilayah pantai maupun pesisir
tersebut. Secara garis besar perkembangan pantai atau pesisir secara alami dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

Bersifat menghancurkan (destructive)


Bersifat membangun dengan cara pengendapan (konstruktif/deposisional)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan erosi pantai:

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Gelombang dan arus laut merupakan penyebab utama erosi marine.


Influk material dari daratan
Macam dan resistensi batuan
Kedalaman laut lepas pantai
Keterbukaan pantai terhadap serangan ombak
Aktifitas manusia dalam melindungi pantai.

C. Pantai dan Pesisir


Ada beberapa pengertian pantai yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut
Darsiharjo (1994:2) pantai (shore) ialah mintakat (zone) antara shore line (tepi air laut
pada saat surut rerata) sampai dengan batas tindakan gelombang kearah daratan pada saat

pasang rerata. Menurut Hutabarat dan Evans (1985: 132) pantai laut (seashore) adalah
daerah yang terletak antara daratan dan lautan yang masih dipengaruhi oleh air pasang.
Dari beberapa pengertian pantai menurut para ahli, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pantai adalah suatu zona yang dimulai dari titik terendah air laut pada waktu surut
hingga kearah daratan sampai batas paling jauh gelombang ke daratan.
Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi
dan air surut terendah. (Triatmodjo, 1999). Daerah di sekitar pantai dibagi dalam
beberapa bagian seperti berikut:
Backshore merupakan bagian dari pantai yang tidak terendam air laut kecuali
bila terjadi gelombang badai.
Foreshore merupakan bagian pantai yang dibatasi oleh beach faceatau muka
pantai pada saat surut terendah hingga uprushpada saat air pasang tinggi.
Inshore merupakan daerah dimana terjadinya gelombang pecah,memanjang dari
surut terrendah sampai ke garis gelombang pecah.
Offshore yaitu bagian laut yang terjauh dari pantai (lepas pantai), yaitu daerah
dari garis gelombang pecah ke arah laut.
Coast atau pesisir adalah daerah mulai dari pantai ke arah darat sampai batas
yang kurang jelas. Sedangkan coastline adalah garis batas antara pesisir dengan pantai.
Daerah pesisir ini mempunyai kemiringan lereng yang landai dengan luas yang tidak
begitu besar pada daerah tepi pantai yang sebagian besar merupakan daerah pantai terjal.
Menurut bakosurtanal 1990, pengertian wilayah pesisir (coast) adalah suatu jalur
saling pengaruh antara darat dan laut yang memiliki ciri geosfer yang khusus, ke arah
darat dibatasi oleh pengaruh fisik air laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan arah ke
laut dibatasi oleh proses alami serta akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan di
darat. Batas wilayah pesisir arah daratan ditentukan oleh :
a. Pengaruh sifat fisik air laut, yang ditentukan berdasarkan seberapa jauh pengaruh
pasang air laut, seberapa jauh flora yang suka akan air akibat pasang tumbuh dan
seberapa jauh pengaruh air laut ke dalam air tanah tawar.
b. Pengaruh kegiatan bahari (sosial), seberapa jauh konsentrasi ekonomi bahari
(desa nelayan) sampai ke arah daratan.
D. Klasifikasi Pantai

10

Antara pantai yang satu dengan garis pantai yang lainnya mempunyai perbedaan.
Perbedaan dari masing-masing jenis pantai tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan
gelombang dan arus laut.
1. Menurut Johnson, pantai dapat dibedakan menjadi empat macam berdasarkan
genesanya:
a. Pantai yang Tenggelam (Shoreline of submergence)
Shoreline of submergence merupakan jenis pantai yang terjadi apabila permukaan
air mencapai atau menggenangi permukaan daratan yang mengalami penenggelaman.
Disebut pantai tenggelam karena permukaan air berada jauh di bawah permukaan air
yang sekarang. Untuk mengetahui apakah laut mengalami penenggelaman atau tidak
dapat dilihat dari keadaan pantainya. Naik turunnya permukaan air laut selama periode
glasial pada jaman pleistosin menyebabkan maju mundurnya permukaan air laut yang
sangat besar. Selain itu, penenggelaman pantai juga bisa terjadi akibat penenggelaman
daratan. Hal ini terjadi karena permukaan bumi pada daerah tertentu dapat mengalami
pengangkatan atau penurunan yang juga dapat mempengaruhi keadaan permukaan air
laut. Pengaruh ini sangat terlihat di daerah pantai dan pesisir.
Pada bentang lahan yang disebabkan oleh proses geomorfologi, pantai yang
tenggelam dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pantai
yang berbeda sebagai akibat dari pengaruh gelombang dan arus laut. Jenis-jenis pantai
tersebut antara lain:

Lembah sungai yang tenggelam


Pada umumnya lembah sungai yang tenggelam ini disebut estuarium, sedangkan

pantainya disebut pantai ria. Lembah sungai ini dapat mengalami penenggelaman yang
disebabkan oleh pola aliran sungai serta komposisi dan struktur batuannya.

Fjords (lembah glasial yang tenggelam)


Fjords merupakan pantai curam yang berbentuk segitiga atau berbentuk corong.

Fjords atau lembah glasial yang tenggelam ini terjadi akibat pengikisan es. Ciri khas dari
bagian pantai yang tenggelam ini yaitu panjang, sempit, tebingnya terjal dan bertingkattingkat, lautnya dalam, dan kadang-kadang memiliki sisi yang landai. Pantai fjords ini

11

terbentuk apabila daratan mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Bentang lahan ini
banyak terdapat di pantai laut di daerah lintang tinggi, dimana daerahnya mengalami
pembekuan di musim dingin. Misalnya di Chili, Norwegia, Tanah Hijau, Alaska, dan
sebagainya.

Bentuk pengendapan sungai


Bentuk pengendapan sungai dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: (1) Delta,

yaitu endapan sungai di pantai yang berbentuk segitiga dan cembung ke arah laut; (2)
Dataran banjir, yaitu sungai yang terdapat di kanan dan kiri sungai yang terjadi setelah
sungai mengalami banjir; (3) Kipas alluvial, yaitu bentuk pengendapan sungai seperti
segitiga, biasanya terdapat di daerah pedalaman, dan ukurannya lebih kecil bila
dibandingkan dengan delta, serta sungainya tidak bercabang-cabang.

Bentuk pengendapan glacial


Bentuk pengendapan ini disebabkan oleh proses pencairan es.

Bentuk permukaan hasil diastrofisme


Bentuk kenampakan ini dapat diilustrasikan sebagai fault scraps (bidang patahan),

fault line scraps (bidang patahan yang sudah tidak asli), graben (terban), dan hocgbacks.
Setelah mengalami penenggelaman, fault scraps, fault line scraps, dan dinding graben
akan langsung menjadi pantai.

Bentuk permukaan hasil kegiatan gunung api


Jenis pantai yang disebabkan oleh kegiatan gunung api ini dapat dibedakan

menjadi dua macam, yaitu: (1) Merupakan hasil kegiatan kerucut vulkanis (mound), yang
menyebabkan terbentuknya pantai yang cembung ke luar; (2) Merupakan hasil kegiatan
aliran lava (lava flow), yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cekung ke luar.
b. Pantai yang Terangkat (Shoreline of emergence)
Pantai ini terjadi akibat adanya pengangkatan daratan atau adanya penurunan
permukaan air laut. Pengangkatan pantai ini dapat diketahui dari gejala-gejala yang
terdapat di lapangan dengan sifat yang khas, yaitu:

12

Terdapatnya bagian atau lubang dataran gelombang yang terangkat


Di daerah ini banyak dijumpai teras-teras pantai (stacks), lengkungan tapak

(arches), pantai terjal (cliffs), serta gua-gua pantai (caves).

Terdapatnya teras-teras gelombang


Teras gelombang ini terbentuk pada saat permukaan air mencapai tempat-tempat di

mana teras tersebut berada. Teras-teras ini merupakan batas permukaan air.

Terdapatnya gisik (beaches)


Gisik yaitu tepian laut yang terdapat di atas permukaan air laut yang terjadi

karena adanya pengangkatan dasar laut.

Terdapatnya laut terbuka


Laut terbuka ini terjadi karena adanya dasar laut yang terangkat.

Garis pantai yang lurus (straight shoreline)


Erosi gelombang dan pengendapannya pada laut dangkal cenderung menurunkan

bentang lahan dan menyebabkan dasar laut dasar laut yang dangkal menjadi datar.
Apabila dasar laut yang dangkal tersebut sekarang mengalami pengangkatan, maka garis
pantai yang terbentuk akan kelihatan lurus.
c. Pantai yang Netral (Neutral shoreline)
Jenis pantai ini terjadi di luar proses penenggelaman dan pengangkatan, misalnya
pantai yang terjadi pada delta, plain hanyutan, terumbu karang, gunung api, gumukgumuk pasir, dan jenis pantai yang merupakan hasil dari sesar (patahan).
d. Pantai Majemuk (Compound shorelines)
Jenis pantai ini terjadi sebagai gabungan dua atau lebih proses di atas. Berarti
dalam suatu daerah bisa terjadi proses penenggelaman, pengangkatan, pengendapan, dan
sebagainya.

13

2. Klasifikasi pantai menurut Shepard (1948)


Klasifikasi ini dikaitkan pada bermacam-macam faktor yang berhubungan
dengan pembentukannya dan perbedaan bentuk-bentuk awal (initial) dan bentuk-bentuk
sequential (berikutnya)
a. Pantai Primer
Pantai ini berstadium muda dan dihasilkan oleh proses bukan asal laut (non
marine agencies)
Pantai karena erosi dari daratan,erosi oleh sungai maupun glacial sebelum mengalami
pengangkatan,
1. Pantai erosi fluvialyang tenggelam, misal pantai Ria
2. Tengelamnya lembah-lembah glacial (droconet glasial-erotion coast), misal
pantai fyord.
Pantai yang terbentuk oleh pengendapan asal daratan
1. Pantai hasil pengendapan fluvial
pantai delta
pantai daratan alluvial yang turun,misal pantai Semarang
2. Pantai pengendapan glacial
Sebagai moena tergelam
Sebagai drumline yang tergelam
Pantai yang karena pengendapan pasir oleh angina (prograding sand Dune)
Bentuk pantai akibat aktivitas vulkanik
1. Pantai yang dipengaruhi oleh aliran lava masa kini. Cirinya :jika lavanya basa,
bentuk pantai tidak teratur, kalau asam bentuk pantai teratur.
2. Pantai amblesan vulkanik dan pantai kaldera

Pantai yang terbentuk akibat adanya pengaruh diatropisma atau tektonik.


1. Pantai yang terbentuk karena patahan
2. Pantai yang terbentuk karena lipatan
b. Pantai Sekunder
Mempunyai stadiunm dewasa dan dihasilkan oleh proses-proses laut
Bentuk pantai karena erosi laut yang di cirikan:
1. Pantai yang berliku-liku karena erosi gelombang

14

2. Pantai terjal yang lurus karena erosi gelombang


Bentuk pantai karena pengendapan laut yang di cirikan
1. pantai yang lurus karena pengendapan gosong pasir (bars) yang memotong
teluk
2. Pantai yang maju karena pengendapan laut
3. Pantai dengan gosong pasir lepas pantai (offshore bars dan Offshore spit)
3. Klasifikasi Pantai menurut Sumampouw
Sumampouw, et al (2000) membagi pantai berdasarkan ukuran butiran
sedimen pantai, bentuk medan,

aliran sungai dan gelombang laut menjadi

tiga,yaitu:
a. Pantai Batu
Ukuran butir sedimen kerikil atau campuran, bentuk medan landai sampai
terjal,

tidak

ada

atau

sedikit

pengendapan

dari

sungai, berhadapan dengan

gelombang besar secara langsung.


b. Pantai Pasir
Ukuran butir sedimen pasir atau campuran, bentuk medan landai, ada
pengendapan, berhadapan dengan gelombang yang tidak terlalu besar.
c. Pantai Lumpur
Ukuran butiran sedimen adalah debu/lempung atau campuran, bentuk medan
datar, banyak pengendapan, terlindung dari gelombang.

4. Klasifikasi pantai menurut Valentin, 1952 (Sutikno, 1999) dasar klasifikasinya


adalah perkembangan garis pantai maju atau mundur:
Pertambahan daratan
Pantai maju dapat disebabkan oleh pengangkatan pantai atau progradasi oleh deposisi.
Penyusutan daratan
Pantai mundur disebabkan pantai tenggelam atau retrogradasi oleh erosi.

15

E. Jenis Bentuk Lahan Asal Proses Marine


1. Tebing Terjal
Pesisir yang bertebing terjal di daerah tropika basah seperti Indonesia pada
umumnya menunjukkan kenampakan yang mirip dengan lereng dan lembah pengikisan di
daerah yang bertebing terjal di daerah tropika basah seperti Indonesia pada umumnya
menunjukkan kenampakan yang mirip dengan lereng dan lembah pengikisan di daerah
pedalaman. Sebatas daerah di atas ombak, lahan umumnya tertutup rapat oleh vegetasi,
sedangkan bagian bawahnya umumnya berupa singkapan batuan. Aktivitas pasang surut,
dan gelombang mengikis bagian tebing ini sehingga membentuk bekas abstrasi seperti:
1. Tebing terjal (cliff)
2. Bergerak Tebing menggantung
3. Rataan gelombang (platforms) dan bentuk lainnya
Daerah pesisir yang bertebing terjal, pantai biasanya berbatu-batu, berkelok-kelok,
dan terdapat pula banyak longsor lahan. Proses longsor lahan ini juga menjadikan bentuk
tebing bergerak mundur, khususnya pada pantai yang aktif proses abrasinya. Jika batuan
penyusun daerah ini berupa batu gamping atau batuan lain yang banyak memiliki sistem
retakan (joints), air dari daerah pedalaman mengalir melalui sistem retakan tersebut dan
muncul di daerah pesisir. Adakalanya tempat muncul air tawar ini justru berada di bawah
permukaan air laut. Di Indonesia, pesisir bertebing terjal terutama di sepanjang pantai
barat Sumatera, pantai selatan Jawa, pantai Sulawesi dan pantai Selatan pulau-pulau Nusa
Tenggara.

16

Pantai tangsi, Tanjung timur, Lombok Timur


2. Gisik Pantai
Endapan pasir yang berada di daerah pantai umumnya memiliki lereng landai.
Kebanyakan pasirnnya berasal dari daerah pedalaman yang terangkut oleh aliran sungai
kemudian terbawa arus laut sepanjang pantai dan selanjutnya dihempas gelombang ke
darat. Oleh karena material asalnya dari sungai, maka gisik atau pantai berpasir dapat
dijumpai di sekitar muara sungai. Sesuai dengan tenaga pengangkutnya, maka ukuran
butir yang lebih besar berada dekat muara sungai dan berangsur-angsur semakin menjauhi
muara sungai, ukuran butiran semakin halus. Pasir yang berasal dari bahan-bahan
vulkanik pada umumnya berwarna gelap (hitam atau kelabu) sedangkan yang berasal dari
coral atau batu gamping berwarna kuning atau putih. Pantai berpasir kuarsa juga
berwarna cerah, tetapi tidak banyak terdapat di Indonesia.

17

Daerah bagian belakang dari pesisir bergisik kebanyakan


memiliki betting (=ridges=gundukan memanjang) yang umumnya terdiri dari beberapa
jalur. Ciri ini menandakan daerah pantai yang tumbuh, dan garis pantainya relatif lurus.
Oleh karena material penyusunnya terutama pasir, daerah pesisir bergisik bersifat porous,
tidak subur, dan kebanyakan berair asin. Hanya jenis tumbuhan tertentu saja yang dapat
tumbuh pada lingkungan semacam ini yaitu jenis casuarina, pandan, calophylum,
Innopphylum, dan Barringtonia. Jenis tumbuhan ini berakar panajng dan tahan kering.
Beberapa kenampakan pantai bergisik akibat hasil pengendapan (deposisional) seperti :
1. Spit, yaitu endapan pantai dengan satu bagian tergabung dengan dataran dan
bagian yang lain sedikit menjorok ke laut.
2. Tembolo yaitu endapan tipis yang menghubungkan pulau dengan daratan.
3. Bars, hampir sama dengan spit tapi disini bars menghubungkan headland yang
satu dengan yang lain
4. Daratan yang cukup luas, tersusun oleh endapan pasir atau kerikil
3. Rawa payau
Rawa payau juga mencirikan daerah pesisir yang tumbuh (accretion). Proses
sedimentasi merupakan penyebab bertambahnya daratan pada medan ini. Material
penyusun umumnya berbutir halus dan medan ini berkembangnya pada lokasi yang
gelombangnya kecil atau terhalang, pada pantai yang relatif dangkal.

18

Gambar : Rawa Payau


Umumnya rawa payau ditumbuhi bakau (mangrove) dari berbagai jenis, tetapi
ada pula yang diusahakan dengan pembuatan tamba (kolam) untuk pemeliharaan ikan
khususnya jenis bandeng dan udang. tumbuhan bakau pada rawa payau dapat
memecahkan gelombang dan menghalangi pengikisan,dan pantainya mengalami agresi
(tumbuh)

pada pantai yng mengalami agresi,umumnya terdapat urutan (seguence)

tumbuhan yang ada yaitu bakau di paling depan,di belakangnya nipah,tumbuhan rawa air
tawar atau hutan lahan basah.Batas teratas dari Bakau setinggi batas air pasang maksium.
Fungsi hutan bakau adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perlindungan pantai dari abrasi


Penahan perembesan air asin ke daratan
Tempat perlindungan hewan dan ikan
Tempat perkembangbiakan ikan, udang, dan kepiting
Penghasil kayu
Pariwisata

4. Daerah Terumbu karang

19

Terumbu karang terbentuk oleh aktivitas binatang karang dan jasad renik
lainnya.Menurut Bird dan Ongkosongo (1990) karang dapat tumbuh dan berkembang
baik pada kondisi:
1.
2.
3.
4.

Air jernih,tanpa sedimen,dasar laut cukup keras,


Suhu tidak pernah kurang dari 18C
Kadar garam antara 27-38 bagian per seribu
Laut tenang, gelombang tidak,gelombang besar akan merusak tubuh karang yang

rapuh dan menghambat pertumbuhannya dan


5. Sirkulasi air cukup lancar untuk persediaan oksigen

Gambar : terumbu karang


5 .Gumuk pasir
Gumuk

pasir

adalah

akumulasi

pasir

lepas,berupa

gundukan

dimana

Terbentuknya teratur,dihasilkan oleh arah umum angin yang bekerja pada suatu
daerah.Gumuk pasir ini dapat terbentuk di daerah-daerah yang endapannya lepas-lepas
seperti pada daerah gurun,daerah pantai dan sebagainya. Gumuk pasir merupakan
akumulasi dari pasir-pasir yang lepas,yang terendapkn sepanjang garis-garis pantai oleh
pengerjaan angin dan kenampakan endapannya mempunyai ciri khas baik tingginya
maupun pelamparannya.

20

Gumuk pasir, pantai Parang Ndok Yogyakarta


Dalam suatu pembentukan gumuk pasir harus terpenuhi beberapa Persyarat yaitu:
1.
2.
3.
4.

Adanya dasar pantai yang datar/landai


Adanya angin yang berhembus dengan kecepatan tetap
Adanya sinar matahari yang kontinyu
Adanya akumulasi pasir cukup banyak,ini biasanya berasal dari sedimentasi

sungai yang bermuara ke daerah tersebut


5. Vegetasi pantai dan
6. Terdapatnya bukit penghalang

21

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Geomorfologi marine adalah bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses marin berupa
aktivitas/ gerakan air laut, baik pada tebing, pantai berpasir, pantai berkarang,
maupun pantai berlumpur.
2. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan pantai
yaitu : gelombang; arus; pasang-surut; sifat bagian daratan yang mendapat pengaruh
proses marin; perubahan relative ketinggian muka laut; pertumbuhan karang; glister
yang mencapai permukaanlaut; hasil vulkannisme yang mencapai pantai, dan
pembentukan delta.
3. Pantai adalah suatu zona yang dimulai dari titik terendah air laut pada waktu surut
hingga kearah daratan sampai batas paling jauh gelombang ke daratan.
4. Menurut bakosurtanal 1990, pengertian wilayah pesisir (coast) adalah suatu jalur
saling pengaruh antara darat dan laut yang memiliki ciri geosfer yang khusus, ke
arah darat dibatasi oleh pengaruh fisik air laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan
arah ke laut dibatasi oleh proses alami serta akibat kegiatan manusia terhadap
lingkungan di darat.
5. Klasifikasi pantai
1)

2)

Menurut Johnson (1919), berdasarkan genesanya


a.

Pantai yang tenggelam

b.

Pantai yang terangkat

c.

Pantai Netral

d.

Pantai Majemuk

Menurut Shepard (1948):

a.

Pantai Primer

b.

Pantai Sekunder
3)

Menurut Sumampouw berdasarkan ukuran butir sedimen pantai:


a.

Pantai batu

b.

Pantai pasir

c. Pantai Lumpur
4)

Menurut Valentin (1952), berdasarkan perkembangan garis pantai:

22

a. Pertambahan daratan
b. Penyusutan daratan
6. Jenis Satuan bentuk lahan asal proses Marine (M) secara garis besar :
1) Tebing terjal
Tebing batuan di pinggir laut akibat pengikisan (abrasi)
2) Gisik pantai
Daerah peralhan antaa darat dan laut yang terbentuk oleh atau dipengaruhi proses
marine, baik dari bahan pengikisan tebing maupun dari bahan-bahan yang dibawa
sungai ke laut.
3) Rawa Payau
mencirikan daerah pesisir yang tumbuh (accretion). Proses sedimentasi
merupakan penyebab bertambahnya daratan pada medan ini.
4) Daerah terumbu karang
Terumbu karang terbentuk oleh aktivitas binatang karang dan jasad

renik

lainnya. Proses tektonik sering berpengaruh pula terhadap pertumbuhan terumbu


karang.
5) Gumuk Pasir
Gumuk

pasir

adalah

akumulasi

pasir

lepas,berupa

gundukan

dimana

Terbentuknya teratur,dihasilkan oleh arah umum angin yang bekerja pada suatu
daerah
B. Saran
Adapun saran kami pada makalah ini adalah semoga makalah ini dapat
dimanfaatkan dengan baik bagi pembacanya.

23

DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, Astrid. 2001. Karakteristik beberapa Pantai Potensial di Daerah Istimewa
Yogyakarta, Jurnal Geografi, 02(7), hal 8-17, Departemen Geografi UI, Depok.
Karim, Sutarman dan Triyatno. 2012. Geomorfologi Umum. Padang: UNP
Triatmodjo,Bsmbsng. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta : Fakultas Teknik UGM
http://sekerasbatu.blogspot.com/2009/04/konsep-dasar-dan-pengertian-bentang.html,
diakses 9 Oktober 2012
http://enenkq.blogspot.com/2012/06/bentuk-lahan-marine.html, diakses 9 Oktober 2012
http://gaulmahageo1g.blogspot.com/2012/01/geomorfologi-dalam-geografi-fisik.html,
diakses 9 Oktober 2012

24

Anda mungkin juga menyukai