Anda di halaman 1dari 55

Makalah Pelabuhan

DISUSUN OLEH :
Maryam Nadiara Husfika
Mutiara Nurul Faadhilah
Rachmat Saefulloh
Ryan Adriadi Noorsiddiq

TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Zinner Parulian

3 SIPIL 2 PAGI

MAKALAH PELABUHAN 2013 | 1

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Pelabuhan ini tepat pada waktunya. Adapun
Makalah Pelabuhan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Konstrusi Bangunan Sipil yang bertujuan agar mahasiswa dapat
mengetahui tentang Konstruksi Pelabuhan.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
dapat menjadi referensi untuk pihak yang tertarik pada bidang
pelabuhan. Akhir kata, kami mohon maaf bila masih terdapat banyak
kekurangan, karena ilmu di dunia ini sangatlah luas untuk itu jangan
puas hanya dengan apa yang telah dipelajari, seperti kata pepatah
tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina. Kami sangat mengharapkan bila
ada kritik dan saran yang membangun.

Depok, 14 Desember
2013

Penyusun

DAFTAR ISI
MAKALAH PELABUHAN 2013 | 2

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah

1.2

Perumusan Masalah

1.3

Tujuan

BAB II ISI
2.1 Definisi Pelabuhan
2.2 Fungsi Pelabuhan
2.3 Klasifikasi Pelabuhan
2.4 Fasilitas Pelabuhan
2.5 Perencanaan Pelabuhan
2.5.1 Perancangan pelabuhan, berkaitan dengan navigasi
kapal
2.5.2 Penanganan muatan
2.5.3 Parameter penentuan ukuran pelabuhan
2.5.4 Muatan-muatan yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan pelabuhan
BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1 Umum
3.2 Metode Pelaksanaan
3.2.1 Material & Bahan
3.2.2 Peralatan Kerja
3.2.3 Pelaksanaan Kerja
3.2.4 Pekerjaan Persiapan
3.2.5 Pekerjaan Pengerukan Dasar Laut
3.2.6 Pekerjaan Konstruksi Jetty
3.2.7 Pembuatan Tetrapod
3.2.8 Pekerjaan Pembangunan seawall
3.2.9 Pekerjaan Lantai Dermaga
MAKALAH PELABUHAN 2013 | 3

3.2.10 Pekerjaan Breakwater (Bangunan Pemecah Gelombang)


BAB IV PENUTUP

DAFTAR GAMBAR
MAKALAH PELABUHAN 2013 | 4

Gambar 2.1 Pelabuhan Alam


Gambar 2.2 Pelabuhan Buatan
Gambar 2.3 Pelabuhan Semi Alam
Gambar 2.4 Sarana dan Prasarana Pelabuhan
Gambar 2.5 Lebar Alur Pelayaran
Gambar 2.6 Dermaga Memanjang
Gambar 2.7 dermaga menyerupai jari
Gambar 2.8 Dermaga bentuk Pier
Gambar 2.9 Kedalaman Kolam Pelabuhan
Gambar 2.10 Elevasi Dermaga
Gambar 3.1. Flow chart pelaksanaan pekerjaan perencanaan PPI
Gambar 3.2. Pengerukan dasar laut
Gambar 3.3. Pemasangan batu belah
Gambar 3.4. Pemasangan Tetrapod
Gambar 3.5. Flow chart pelaksanaan pekerjaan bangunan seawall
Gambar 3.6. Pekerjaan galian
Gambar 3.7. Pekerjaan lapis pengisi
Gambar 3.8. Pekerjaan lapis pelindung utama
Gambar 3.9. Pekerjaan pelindung kaki
Gambar 3.10. Flow chart pelaksanaan pekerjaan lantai dermaga
Gambar 3.11. Pemancangan tiang pancang
Gambar 3.12. Detail tiang pancang

MAKALAH PELABUHAN 2013 | 5

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masalah transportasi merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh semua Negara,
terutama Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Permasalahan yang ada bukan
hanya menyangkut transportasi darat, tetapi juga transportasi laut.
Apalagi dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan manusia juga
ikut meningkat. Akan tetapi, kebutuhan yang ada dalam satu wilayah atau suatu Negara
tidak semuanya dapat tersedia. Dengan adanya transportasi laut ini maka jarak tempuh
yang dibutuhkan akan terasa lebih cepat, terutama bagi perkembangan ekonomi suatu
daerah dimana pusat produksi barang konsumen dapat dipasarkan dengan cepat dan lancar.
Selain itu kebutuhan bagi bidang ekonomi, pelabuhan yang membawa dampak positif bagi
perkembangan suatu daerah yang terisolisir terutama daerah yang berupa perairan
sehingga hubungan darat sulit dilakukan dengan baik.
Sehingga sebagai mahasiswa Teknik Sipil, kita dituntut untuk dapat merencanakan
pelabuhan. Dimana, untuk dapat merencanakan suatu pelabuhan yang baik, terlebih dahulu
kita harus mengetahui fasilitas-fasilitas yang ada di pelabuhan, serta bagaimana cara
penataannya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut
1. Apa saja jenis jenis pelabuhan dan fasilitasnya?
2. Apa saja fasilitas yang berada di pelabuhan?
3. Bagaimana pelaksanaan konstruksi pelabuhan?

1.3 Tujuan
Laporan ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui jenis pelabuhan serta fasilitas-fasilitas
yang ada dipelabuhan tersebut.

BAB II
PELABUHAN
2.1 DEFINISI PELABUHAN
Beberapa definisi pelabuhan, diantaranya :

Secara teknis pelabuhan adalah salah satu bagian dari Ilmu Bangunan Maritim,
dimana padanya dimungkinkan kapal-kapal berlabuh atau bersandar dan kemudian
dilakukan bongkar muat.
o

Ditinjau dari sub sistem angkutan (Transport), maka pelabuhan adalah salah satu
simpul dari mata rantai kelancaran angkutan muatan laut dan darat. Jadi secara
umum pelabuhan adalah suatu daaerah perairan yang terlindung terhadap
badai/ombak/arus,

sehingga

kapal

dapat

berputar

(turning

basin),

bersandar/membuang sauh,sedemikian rupa sehingga bongkar muat atas barang


dan perpindahan penumpang dapat dilaksanakan; guna mendukung fungsi-fungsi
tersebut

dibangun

dermaga

(piers

or

wharves),

jalan,

gudang,

fasilitas

penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan


muatan

dari/ke

kapal

yang

bersandar

di

pelabuhan

menuju

pelabuhan

selanjutnya dapat dilaksanakan.

Dari segi manajemen pelabuhan (bina pengusahaan) berarti prosedur kegiatankegiatan sejak kedatangan kapal, bongkar muat barang, dan hubangan kapal dengan
daerah-daerah lain, dimana kegiatan tersebut harus dapat dikelola secara efisien.
o

Ditinjau dari segi finansiil, pengusahaan pelabuhan harus dapat menghasilkan,


dalam arti secara minimal segala investasi dan peng-operasiannya harus dapat
ditutup dari hasil pendapatan dalam suatu periode tertentu

Menurut Quinn, A.D


Pelabuhan adalah suatu perairan yang sebagian tertutup dan terlindung terhadap
angin dan gelombang, serta aman bagi kapal untuk berlabuh, mengisi bahan bakar,
mengadakan perbaikan dan pemindahan barang.

Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 2001 Tentang Kepelabuhanan


Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan
batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang

dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang


dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra
dan antar moda transportasi.
Dengan demikian, pelabuhan adalah suatu tempat yang memenuhi syarat-syarat
tertentu dilengkapi fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk kegiatan pemerintahan
dan kegiatan ekonomi dimana dibutuhkan manajemen yang baik agar fungsinya
dapat dioptimalkan dan dapat mencapai tujuan awal pembangunan pelabuhan
tersebut.

2.2

FUNGSI PELABUHAN

Fungsi dari pelabuhan adalah :

Interface : fasilitas dan pelayanan untuk transportasi barang dari kapal ke moda
transportasi lain dan sebaliknya.

Link : mata rantai dalam sistem transportasi.

Gateway : pintu gerbang dari daerah atau negara.

Industry entity : terdapat industri estate/industrial lengkap dengan jaringan dan


jasa transportasi.
Peran pelabuhan

Transportasi : penunjang dan dinamisator sistem antar moda transportasi, baik


angkutan laut maupun darat.

Perdagangan : akses perdagangan internasional dan domestic, serta memberi


kesempatan yang lebih luas dalam menentukan hubungan perdagangan.

Industri : industri transportasi, industri yang berorientasi ekspor atau bahan


bakunya impor, dan industri lain.
2.3

KLASIFIKASI PELABUHAN

Ditinjau dari segi penyeleggaraannya:

Pelabuhan

umum,

diselenggarakan

untuk

kepentingan

pelayanan

masyarakat umum. Penyelenggaraan pelabuhan umum dilakukan oleh pemerintah

dan pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada badan usaha milik negara yang
didirikan untuk maksud tersebut.

Di Indonesia dibentuk empat badan usaha milik

negara yang diberi wewenang untuk mengelola pelabuhan umum diusahakan.


Keempat badan usaha tersebut adalah :

PT (Persero) Pelabuhan Indonesia

Iberkedudukan di Medan, Pelabuhan Indonesia II berkedudukan di Jakarta, Pelabuhan


Indonesia III berkedudukan di Surabaya dan Pelabuhan Indonesia IV berkedudukan di
Ujung Pandang.

Pelabuhan
menunjang

khusus,

kegiatan

diselenggarakan

tertentu.

Pelabuhan

untuk
ini

kepentingan

tidak

boleh

sendiri

guna

digunakan

untuk

kepentingan umum, kecuali dalam keadaan tertentu dengan ijin pemerintah.


Pelabuhan khusus dibangun oleh suatu perusahaan baik pemerintah maupun swasta
yang berfungsi untuk prasarana pengiriman hasil produksi perusahaan tersebut.
Sebagai contoh adalah pelabuhan LNG Arun di Aceh yang digunakan untuk
mengirimkan hasil produksi gas alam cair ke daerah atau negara lain.

Pelabuhan

pabrik alumunium Asahan di Kuala Tanjung Sumatra Utara digunakan untuk melayni
import bahan baku bauksit dan exort alumunium ke daerah / negara lain.
Ditinjau dari segi pengusahaannya

Pelabuhan yang diusahakan, pelabuhan ini sengaja diusahakan untuk


memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh kapal yang memasuki pelabuhan
untuk melakukan kegiatan bongkar-muat barang, menaik-turunkan penumpang serta
kegiatan lainnya. Pemakaian pelabuhan ini dikenakan biaya-biaya , seperti biaya jasa
labuh, jasa tambat, jasa pemanduan, jasa penundaan, jasa pelayanan air bersih, jasa
dermaga, jasa penumpukan, bongkar-muat, dan sebagainya.

Pelabuhan yang tidak diusahakan, pelabuhan

ini

hanya

merupakan

tempat singgah kapal/perahu, tanpa fasilitas bongkar muat , bea-cukai, dan


sebagainya. Pelabuhan ini umumnya pelabunan kecil yang disubsidi oleh pemerintah
, dan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jendral Perhubungan Laut.

Pelabuhan otonom, yaitu pelabuhan yang diserahkan wewenangnya untuk


mengatur diri sendiri.

Ditinjau dari fungsinya dalam perdagangan nasional dan internasional

Pelabuhan laut, pelabuhan


berbendera asing.

yang

bebas

dimasuki

oleh

kapal-kapal

Pelabuhan ini biasanya merupakan pelabuhan besar dan ramai

dikunjungi oleh kapal-kapal samudra.

Pelabuhan pantai, pelabuhan yang disediakan untuk perdagangan dalam


negeri dan oleh karena itu tidak bebas disinggahi oleh kapal berbendera asing. Kapal
asing dapat masuk ke pelabuhan ini dengan memint ijin terlebih dahulu.
Ditinjau dari segi penggunaannya

Pelabuhan ikan, pada umumnya pelabuhan ikan tidak memerlukan kedalaman


air yang besar, karena kapal-kapal motor yang digunakan untuk menangkap ikan
tidak besar.

Pelabuhan minyak, untuk keamanan pelabuhan minyak harus diletakkan


agak jauh dari keperluan umum. Pelabuhan minyak biasanya tidak memerlukan
dermaga atau pangkalan yang harus dapat menahan muatan vertikal yang besar,
melainkan cukup membuat jembatan perancah atau tambatan yang dibuat menjorok
ke laut untuk mendapatkan kedalaman air yang cukup besar.

Bongkar muat

dilakukan dengan pipa-pipa dan pompa-pompa. Pipa-pipa penyalur diletakkan di


bawah jembatan agar lalu lintas di atas jembatan tidak terganggu.

Tetapi pada

tempat-tempat di dekat kapal yang merapat, pipa- pipa dinaikkan ke atas jembatan
guna memudahkan penyambungan pipa-pipa. Biasanya, di jembatan tersebut juga
ditempatkan pipa uap untuk memebersihkan tangki kapal dan pipa air untuk suplai
air tawar.
diadakan

Karena jembatan tidak panjang, maka


penambatan

dengan

bolder

pada

ujung

kapal

harus

atau pelampung pengikat agar kapal tdak

bergerak.

Pelabuhan barang, pelabuhan ini mempunyai dermaga yang dilengkapi


dengan fasilitas untuk bongkar muat barang. Pelabuhan dapat berada di pantai atau
estuari dari sungai besar. Daerah perairan pelabuhan harus cukup tenang sehingga
memudahkan bongkar muat barang. Pelabuhan barang ini bisa dibuat oleh
pemerintah sebagai pelabuhan niaga atau perusahaan swasta untuk keperluan
transport hasil produksinya seperti baja, alumunum, pupuk, batu bara, minyak dan
sebagainya. Pada dasarnya pelabuhan barang harus mempunyai perlengkapanperlengkapan berikut ini:
a. Dermaga harus panjang dan harus dapat menampung seluruh panjang kapal atau
setidak-tidaknya 80% dari panjang kapal. Hal ini disebabkan karena muatan
dibongkar muat melalui bagian muka, belakang dan di tengah kapal.
b. Mempunyai halaman dermaga yang cukup lebar untuk keperluan bongkar muat
barang. Barang yang akan dimuat disiapkan di atas dermaga dan kemudian
diangkat dengan kran masuk kapal. Demikian pula pembongkarannya dilakukan

dengan kran dan barang diletakkan di atas dermaga yang kemudian diangkut ke
gudang.
c. Mempunyai gudang transito/penyimpanan di belakang halaman dermaga.
d. Tersedia jalan dan halaman untuk pengambilan /pemasukan barang dari dan ke
gudang serta mempunyai fasilitas reparasi.
Jenis muatan:
a. Barang-barang potongan (general cargo) yaitu barang-barang yang dikirim dalam
bentuk satuan seperti mobil, truk, mesin, dan barang-barang yang dibungkus
dalam peti, karung, drum, dan sebagainya.
b. Muatan curah/lepas (bulk cargo) yang dimuat tanpa pembungkus seperti batu
bara, biji-bijian, minyak dan sebagainya.
c. Peti kemas (container) yaitu suatu peti yang ukurannya telah distandarisasi
sebagai pembungkus barang-barang yang dikirim. Karena ukurannya teratur dan
sama, maka penempatannya akan lebih dapat diatur dan pengangkutannyapun
dapat dilakukan dengan alat tersendiri yang lebih efesien. Ukuran peti kemas
dibedakan dalam 6 macam yaitu :
1. 8x8x5 ft3 berat maksimum 5 ton
2. 8x8x7 ft3 berat maksimum 7 ton
3. 8x8x10 ft3 berat maksimum 10 ton
4. 8x8x20 ft3 berat maksimum 20 ton
5. 8x8x25 ft3 berat maksimum 25 ton
6. 8x8x40 ft3 berat maksimum 40 ton

Pelabuhan penumpang, tidak banyak berbeda dengan pelabuhan barang .


Pada pelabuhan barang di belakang dermaga terdapat gudang-gudang , sedang
untuk pelabuhan

penumpang

dibangun

stasiun

penumpang

yang

melayani

segala kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan orang yang bepergian,


seperti kantor imigrasi, duane, keamanan, direksi pelabuhan, maskapai pelayaran,
dan sebagainya. Barang-barang yang perlu dibongkar muat tidak begitu banyak,
sehingga gudang barang tidak perlu besar. Untuk kelancaran masuk keluarnya
penumpang dan barang, sebaiknya jalan masuk/keluar dipisahkan. Penumpang
melalui lantai atas dengan menggunakan jembatan langsung ke kapal, sedang
barang-barang melalui dermaga.

Pelabuhan campuran, pada

umumnya

percampuran

pemakaian

ini

terbatas untuk penumpang dan barang, sedangkan untuk keperluan minyak dan
ikan biasanya tetap terpisah. Tetapi bagi pelabuhan kecil atau masih dalam taraf

perkembangan, keperluan untuk bongkar muat minyak juga menggunakan dermaga


atau jembatan yang sama guna keperluan barang dan penumpang. Pada dermaga
dan jembatan juga diletakkan pipa-pipa untuk mengalirkan minyak.

Pelabuhan Militer, pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup


luas untuk memungkinkan gerakan cepat kapal-kapal perang dan agar letak
bangunan cukup terpisah. Konstruksi tambatan maupun dermaga hampir sama
dengan pelabuhan barang, hanya saja situasi dan perlengkapannya agak lain. Pada
pelabuhan barang letak/kegunaan bangunan harus seefisien mungkin, sedang pada
pelabuhan militer bangunan-bangunan pelabuhan harus dipisah-pisah yang letaknya
agak berjauhan.
Ditinjau menurut letak geografis

Pelabuhan alam, merupakan daerah perairan yang terlindungi dari badai dan
gelombang secara alam, misalnya oleh suatu pulau, jazirah atau terletak di teluk,
estuari dan muara sungai. Di daerah ini pengaruh gelombang sangat kecil. Estuari
adalah bagian dari sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Karena
adanya pasang surut tersebut maka kedalaman air di estuari cukup besar, baik pada
waktu air pasng maupun surut, sehingga memungkinkan kapal-kapal untuk masuk ke
daerah perairan tersebut. Di estuari ini tidak dipengaruhi oleh gelombang, tetapi
pengaruh arus dan sedimentasi cukup besar.

Gambar 2.1 Pelabuhan Alam

Pelabuhan buatan, adalah suatu daerah perairan yang dilindungi dari

pengaruh

gelombang

dengan

membuat

bangunan

pemecah

gelombang

(breakwater). Pemecah gelombang ini membuat daerah perairan tertutup dari laut
dan hanya dihubungkan oleh suatu celah atau mulut pelabuhan untuk keluar
masuknya kapal. Di dalam daerah tersebut dilengkapi dengan alat penambat.
Bagunan ini dibuat mulai dari pantai dan menjorok ke laut sehingga gelombang yang
menjalar ke pantai terhalang oleh bangunan tersebut.

Gambar 2.2 Pelabuhan Buatan

Pelabuhan semi alam, pelabuhan ini merupakan campuran dari kedua tipe di
atas. Misalnya suatu pelabuhan yang terlindungi oleh lidah pantai dan perlindungan
buatan hanya pada alur masuk. Pelabuhan Bengkulu adalah contoh dari pelabuhan
ini. Pelabuhan Bengkulu memanfaatkan teluk yang terlindung oleh lidah pasir untuk
kolam pelabuhan. Pengerukan dilakukan pada lidah pasir untuk membentuk saluran
sebagai jalan masuk/keluar kapal. Contoh lainnya adalah muara sungai yang kedua
sisinya dilindungi oleh jetty. Jetty tersebut berfungsi untuk menahan masuknya
transpor pasir sepanjang pantai ke muara sungai , yang dapat menyebabkan
terjadinya pendangkalan.

Gambar 2.3 Pelabuhan Semi Alam

2.4

FASILITAS PELABUHAN

Sesuai Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 70 tahun 1996 tentang


Pelabuhan dalam Pasal 8 merupakan daerah yang digunakan untuk :
a. Fasilitas pokok pelabuhan yang meliputi :
1. Perairan tempat labuh

pemerintahan dan pelayanan

2. Kolam labuh

jasa

3. Alih muat antar kapal

10. Fasilitas bunker

4. Dermaga

11. Instalasi

5. Terminal penumpang

air,

listrik

dan

telekomonikasi

6. Pergudangan

12. Jaringan jalan dan rel kereta api

7. Lapangan penumpukan

13. Fasilitas pemadam kebakaran

8. Terminal peti emas, curah cair,

14. Tempat

curah kering dan RO-RO


9. Perkantoran

untuk

tunggu

kendaraan

bermotor

kegiatan

b. Fasilitas penunjang pelabuhan yang meliputi:


1. Kawasan perkantoran untuk mengguna jasa pelabuhan;
2. Sarana umum;
3. Tempat penampungan limbah;
4. Fasilitas pariwisata, pos, dan telekomunikasi;
5. Fasilitas perhotelan dan restoran ;
6. Areal pengembangan pelabuhan;
7. Kawasan perdagangan;
8. Kawasan industri.
Fasilitas bangunan pelabuhan adalah seluruh bangunan / konstruksi yang berada
dalam daerah kerja suatu pelabuhan baik itu di darat maupun di laut yang
merupakan saran pendukung guna memperlancar jalannya kegiatan yang ada dalam
pelabuhan.

Gambar 2.4 Sarana da Prasarana Pelabuhan

2.5 PERENCANAAN PELABUHAN


Untuk dapat merealisir suatu pembangunan pelabuhan, maka minimal ada tujuh datadata pokok yang dibutukan, yaitu:
1. Asal dan tujuan muatan; jenis muatan
2. Klimatologi, meliputi: angin, pasang surut, sifat air laut
3. Topografi, geologi, struktur tanah
4. Recana pembiayaan, indikator keberhasilan dilihat dari segi investasi
5. Pendayagunaan

modal

sitinjau

dari

segi

operasional,

terutama

dalam

penanganan muatan
6. Kaitan pelabuhan dengan jenis kapal yang singgah dan sarana/prasarana
angkutan

lain

yang

menfukung

kegiatan

pelabuhan

dengan

daerah

pendukungnya secara keseluruhan


7. Kaitan pelabuhan dengan pelabuhan lainnya dalam rangka lalu-lintas dan
system jaringan guna mendukung perdagangan.
Untuk perencanaan pelabuhan yang baik, ciri-ciri teknik khusus harus diperhatikan
agar rancangan desain pelabuhan dapat memenuhi persyaratan berikut:
1. Kapal harus dapat dengan mudah ke luar-masuk pelabuhan dan bebas dari
gangguan gelombang dan cuaca, sehingga navigasi kapal dapat dilakukan
2. Tersedia ruang gerak kapal di dalam kolam dan dalam pelabuhan. Gerakan
memutar kapal untuk mengarah ke luar pelabuhan harus dimungkinkan
sebelum kapal ditambatkan
3. Pengerukan mula dan pemeliharaan pengerukan yang minim
4. Mengusahakan perbedaan pasang-surut yang relatif kecil, tetapi pengendapan
harus dapat diperkecil
5. Kemudahan kapal untuk bertambat
6. Pembuatan dermaga diusahakan sedemikian, agar:
a. Biaya awal dan biaya pemeliharaan yang minim, tetapi kuat memikul
muatan, peralatan, dan tumbukan kapal pada saat menambat
b. Letak dan bentuk tambatan yang mempu menampung berbagai jenis kapal
dengan draft atau penjang kapal yang berlainan
c. Mempunyai ukuran dimensi yang cukup untuk melaksanakan bongkar-muat,
jalan kereta api, jalan raya, gudang pelabuhan, dan alat-alat transportasi
lain yang beroperasi di pelabuhan
d. Bagi barang khusus (curah), maka penanganan bongkar-muat agar dapat
dilakukan secara efisien.
7. Cukup mempunyai tempat-tempat penyimpanan tertutup ataupun lapangan
terbuka untuk menampung muatan
MAKALAH PELABUHAN 2013 | 18

8. Penyediaan peralatan bongkar muat yang memadai


9. Fasilitas prasarana lain yang mendukung, yaitu air bersih, listrik, telepon dan
minyak yang cukup untuk meayani kapal dan muatan
10. Mempunyai

jaringan

angkutan

darat

yang

mudah

dengan

daerah

pendukungnya.
11. Muatan diusahakan bebas dari gangguan, misalnya terhadap pencurian dan
bahaya kebakaran
12. Tersedia

fasilitas

pemeliharaan

minimal

baik

bagi

kapalnya

maupun

peralatannya
13. Tersedia fasilitas perkantoran untuk para karyawan di pelabuhan
14. Masih dimungkinkannya perluasan atau pengembangan pelabuhan
Dengan demikian, perancangan pelabuhan berkaitan erat dengan fungsi dan tata
letak tiap-tiap bagiannya untuk dihadapkan pada kegiatan perencanaan, agar
investasi mencapai tujuannya
2.5.1 Perancangan pelabuhan, berkaitan dengan navigasi kapal
Alur Pelayaran (Ships Channel)
Alur pelayaran berfungsi sebagai jalan masuk dan keluar kapal dari dan menuju
dermaga. Penentuan dimensi alur pelayaran meliputi kedalaman dan lebar alur
pelayaran. Dalam hal ini perencana harus memperhatikan:
1. Dimensi kapal yang akan dilayani
2. Jalur lalu lintas (searah / 2 jalur)
3. Bentuk lengkung alur
4. Besaran dari turning circle base kapal dan lokasinya
5. Arah angin, arah arus dan gerakan perambatan gelombang
6. Stabilitas dari pemecah gelombang
7. Arah kapal saat merapat ke dermaga
Kedalaman Alur Pelayaran
Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan kedalaman alur ideal adalah :
H=d+G+z+P+R+S+K
(Pelabuhan, Bambang Triatmodjo, hal 167,
1997) Dimana:
d

= draft kapal = 5.4 m

G = gerakan vertikal kapal karena gelombang.


= 0,5 x B x sin
z

= squat
MAKALAH PELABUHAN 2013 | 19

= 2,4

. Fr
Lpp
(1-Fr)

= d x Lpp x B

Fr

= angka Fraude =

V
gh

= ruang kebebasan bersih = 0,2 d

P+S+K=1m

Lebar Alur Pelayaran


Bila lebar kapal adalah B, maka lebar jalur lalu-lintas adalah 1,2 sampai 1,5
B.dan jalur pengaman adalah 1,5 B. ukuran lebar alur dihitung mulai dari
kemiringan alur.

Gambar 2.5 Lebar Alur Pelayaran

Panjang alur Pelayaran


Panjang

alur

masuk

dihitung

mulai

dari

posisi

kapal

mengurangi

kecepatan sampai memasuki turning basin area (stopping distance, Sd) adalah
:
Menurut rekomendasi PIANC, panjang alur minimal untuk kondisi kapal
10.000 DWT dengan kecepatan maksimum 5 knots, adalah 1 Loa kapal,
dengan Loa digunakan dari kapal rencana terbesar. Panjang alur ini akan
digunakan juga sebagai panjang minimal dari ujung mulut breakwater hingga
turning basin area.
MAKALAH PELABUHAN 2013 | 20

Mulut pelabuhan (Port Entrance)


Gerakan kapal untuk masuk ke dalam sutau pelabuhan harus direncanakan,
karena dipersulit dengan adanya arus dan angin yang berubah. Gerakan ini
biasa disebut navigasi kapal. Navigasi ini meliputi:
a. Pendekatan kapal untuk masuk ke pelabuhan
b. Gerakan memutar pada kolam putar (turning basin)
c. Penambatan kapal
Karena adanya gerakan kapal yang sulit untuk masuk ke pelabuhan, maka
dalam merencanakan mulut pelabuhan untuk melayani kapal-kapal besar
(>10.000 DWT) dianjurkan antara (200-300) m
2.5.2 Penanganan muatan
Dalam rangka pengembangan ekonomi nasional, pelabuhan menempati
kedudukan yang penting sebagai bagian konsep hubungan dan distribusi.
Pelabuhan bukan hanya berfungsi sebagai terminal, tetapi juga berfungsi
sebagai transito dimana barang / manusia / hewan dapat berpindah pada jenis
alat transport yang lain.
Perpindahan muatan ini dapat menaikkan biaya. Dalam merencanakan
pelabuhan perlu memperhatikan faktor ini, agar konsumen tidak dirugikan. Jadi
fasilitas penangan muatan harus efektif, aman dan cepat.
2.5.3 Parameter penentuan ukuran pelabuhan
1. PANJANG, LEBAR, DAN KEDALAMAN DERMAGA
Ukuran dermaga didasarkan pada perkiraan jenis kapal yang akan berlabuh
pada pelabuhan tersebut. Beberapa bentuk dasar dermaga adalah:

a. Bentuk dermaga memanjang, dimana muka deramaga adalah sejajar


dengan garis pantai; ukuran: d = n.L + (n-1).15 + 2.(25)
Tambatan ini dibangun bila garis kedalaman kolam pelabuhan hamper
merata sejajar dengan garis pantai. Bentuk ini biasa digunakan untuk
pelabuhan peti kemas, dimana dibutuhkan suatu lapangan terbuka
(minimum 60 m)

MAKALAH PELABUHAN 2013 | 21

Gambar 2.6 Dermaga Memanjang

b. Bentuk dermaga menyerupai jari. Dermaga ini dibangun bila kedalaman


terbesar menjorok ke laut dan tidak teratur. Khususnya dibangun untuk
melayani kapal dengan muatan umum:
a. ukuran panjang dermaga (m): d = n.L + (n-1).15 + 2.(25)
b. ukuran lebar kolam (m): b = 2.B + (30 40)

Gambar 2.7 dermaga menyerupai jari


c. bentuk pier, dibangun bila garis kedalaman jauh dari pantai dan
perencana tidak menginginkan adanya pengerukan kolam
pelabuhan yang besar, berhubung dengan lingkungan
stabilitasnya. Antara dermaga dan pantai dihubungkan dengan
kembatan penghubung (approach trestle) sebagai penerus dari
pergerakan barang.

MAKALAH PELABUHAN 2013 | 22

Gambar 2.8 Dermaga bentuk Pier


2. KEDALAMAN KOLAM PELABUHAN DAN ELEVASI DERMAGA
Kedalaman dasar kolam ditetapkan berdasarkan sarat maksimum (maks.
draft) kapal yang bertambat ditambah dengan jarak aman sebesar (0,8-1,0)
m. Elevasi dermaga ditetapkan antara (0,5-1,5) m diatas MHWS sesuai
dengan besarnya kapal.

Gambar 2.9 Kedalaman Kolam Pelabuhan

MAKALAH PELABUHAN 2013 | 23

Gambar 2.10 Elevasi Dermaga

3. PENENTUAN LEBAR DERMAGA


Dermaga direncanakan sesuai dengan kebutuhan dermaga. Perhitungan
lebar dermaga dilakukan dengan memperhitungkan jarak tepi, jarak kaki
crane dan kebutuhan manouver peralatan yang berada diatas dermaga.
4. LEBAR DAN LUAS GUDANG
Gudang harus dirancang sedemikian rupa agar memenuhi persyaratanpersyaratan berikut:
a. Lalu-lintas dan pergerakan muatan di dalam dan di luar gudang harus
lancar
b. Ukuran pintu minimal harus 4 m dan tinggi minimum 3 m. di dalam
gudang hendaknya bebas hambatan
c. Penerangan baik di siang maupun di malam hari. Aman terhadap air
hujan
d. Kemiringan lantai harus menjamin tidak tergenangnya air di dalam
gudang dan barang dapat ditumpuk dengan baik.
e. Kekuatan daya dukung lantai gudang minimal untuk 1000Kg/m
f.

Terjaminnya gudang dari bahaya kebakaran dan pencurian

5. JALAN DI DALAM PELABUHAN


Jalan yang menghubungkan dermaga /gudang dengan jaringan jalan di luar
pelabuhan diatur dengan kelas jalan I dan minimal 2 jalur disesuaikan
dengan intensitas keluar-masuknnya muatan di pelabuhan. Disarankan
lebar minimal adalah 8 m
MAKALAH PELABUHAN 2013 | 24

2.5.4

Muatan-muatan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan

pelabuhan
1. MUATAN HORIZONTAL
a. Gaya akibat angin
Angin yang berhembus ke arah badan kapal yang ditambatkan akan
menyebabkan gerakan pada kapal yang bisa menimbulkan gaya terhadap
dermaga.

Apabila arah angin menuju ke dermaga, maka gaya tersebut

akan berupa benturan kepada dermaga. Sedangkan apabila arah angin


meninggalkan dermaga, maka gaya tersebut akan mengakibatkan gaya
tarikan kepada alat penambat.
Gaya akibat angin maksimum terjadi saat berhembus angin dari arah lebar:
Fw = Cw . w . Aw . (Vw/2g)
dimana :
Fw = Gaya akibat angin arah tegak lurus kapal (Kgf )
w = Berat jenis udara (Kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
Aw = Proyeksi bidang yang tertiup angin ( m2 )
Vw = Kecepatan angin di pelabuhan (m/dt )
Cw = Koefisien angin = 1,1
b. Gaya akibat arus
Bila

pada

tambatan

terdapat

kapal

yang

sedang

berlabuh,

maka

diperhitungkan adalah luas muka kapal diatas permukaan kapal di atas


permukaan air, kemudian dikalikan dengan faktor 1,3 sebagai ganti ukuran
bentuk kapal sebenarnya. Besar gaya akibat arus adalah /(2g) . v,
dimana:
: berat jenis benda cair dimana kapal tersebut terapung
g : percepatan gravitasi
v : kecepatan arus

c. Gaya akibat benturan kapal


Pada waktu merapat ke dermaga, kapal masih mempunyai kecepatan
sehingga terjadi benturan antara dermaga dengan kapal.

Dalam

perencanaan, dianggap bahwa benturan maksimum terjadi apabila kapal


MAKALAH PELABUHAN 2013 | 25

bermuatan penuh menghantam dermaga dengan sudut 10 terhadap sisi


depan dermaga. Besarnya energi benturan yang diberikan oleh kapal
adalah sesuai dengan rumus berikut :
E = (WV)/2g x Cm x Ce x Cs x Cc
E = energi kinetik yang timbul akibat benturan kapal (ton meter)
V = kecepatan kapal saat merapat (m/det)
W = displacement tonage (ton)
= 1,3 . k . (L.B.D/35)
L

= panjang kapal (ft)

= lebar kapal (ft)

= draft (ft)

= sudut penambatan kapal terhadap garis luar dermaga (10)

= gaya gravitasi bumi = 9,81 m/det

Cm = koefisien massa
Ce = koefisien eksentrisitas
Cs = koefisien kekerasan (diambil 1)
Cc = koefisien bentuk dari tambatan ( diambil 1)
Hasil perhitungan energi akibat benturan kapal kemudian dikalikan dengan
dua untuk mendapatkan beban
impak

impak

abnormal.

Kemudian

beban

abnormal dikalikan dengan faktor reduksi produk fender yang

ditentukan oleh supplier fender, dengan harga faktor reduksi 10% dari
beban impak abnormal
d. Gaya akibat gempa
Analisis dinamik menggunakan respon spektrum yang dihitung secara tiga
dimensi dengan menggunakan program SAP 2000 versi 9.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya beban gempa antara lain:
1. Faktor keutamaan struktur (I)
2. Faktor reduksi gempa (R)
3. Faktor respon gempa (C) yang ditentukan berdasarkan zona gempa dan
jenis tanah.
4. Beban vertikal struktur atau massa dari beban sendiri dan beban dari
luar.
Faktor Keutamaan Struktur (I)
Faktor keutamaan struktur (I) digunakan untuk memperbesar
beban gempa rencana, agar sistem struktur mampu untuk memikul
MAKALAH PELABUHAN 2013 | 26

beban gempa dengan periode ulang yang lebih panjang.

Faktor I

adalah suatu koefisien yang diadakan untuk memperpanjang waktu


ulang

dari

kerusakan

bangunan

yang

lebih

penting,

untuk

mengamankan penanaman modal.


Bangunan dermaga adalah bangunan penting yang harus tetap
berfungsi

setelah

terjadi

gempa,

jadi

faktor

keutamaan

struktur bangunan dermaga yaitu 1,4


Faktor Reduksi Beban Gempa (R)
Sistem struktur dermaga ini pada dasarnya memiliki rangka
ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap, dimana beban lateral
dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur.
Biasanya untuk sistem rangka pemikul momen biasa dari beton
bertulang harga Faktor Daktilitas Maksimum m = 2,1 dan Faktor
Reduksi Gempa Maksimum Rm = 3,5.
Faktor Spektrum Respon Gempa (C)
Koefisien

spektrum

menjamin agar

respon

gempa

(C)

digunakan

struktur bangunan mampu untuk

untuk

memikul beban

gempa yang dapat menyebabkan kerusakan pada sistem struktur.


Besarnya faktor respon gempa didapat dari diagram spektrum
respon gempa. Pemilihan dan penggunaan diagram spektrum respon
gempa didasarkan pada zona gempa dan jenis tanah.
Penentuan Zona Gempa
Faktor

wilayah

kegempaan

memperhitungkan pengaruh dari

(Z)

beban

dimaksudkan
gempa

pada

untuk
suatu

wilayah tertentu.
e. Gaya akibat muatan hidup horizontal
Besar muatan hidup horizontal diambil secara prosentase (5-10) % dari
muatan hidup yang bekerja pada bangunan pelabuhan.
2. MUATAN VERTIKAL
Muatan vertikal terdiri dari muatan mati (dead load) dan muatan hidup
(life load). Muatan mati terjadi akibat berat konstruksi-konstruksi yang
terdapat pada bangunan tersebut, sedang muatan hidup biasanya terdiri
atas muatan merata, muatan terpusat akibat roda-roda truk, mobil, crane,
dll. Muatan hidup merata biasanya untuk menampung muatan-muatan
minyak / air / barang-barang curah dan umumnya diambil (2-4) t/m

BAB III
MAKALAH PELABUHAN 2013 | 27

METODE
PELAKSANAAN

3.1.

UMUM
Aspek

teknologi

sangat

berperan

dalam

teknologi

dalam

pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

metode

banyak

proyek

konstruksi. Umumnya, aplikasi


metode

ini

suatu

diterapkan

Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat


membantu

dalam

penyelesaian

pekerjaan

pada

suatu

proyek

konstruksi.

Sehingga, target 3T yaitu tepat mutu/kualitas, tepat

biaya/kuantitas dan tepat waktu sebagaimana ditetapkan, dapat


tercapai.
Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, adakalanya juga
diperlukan suatu metode terobosan untuk menyelesaikan pekerjaan
lapangan. Khususnya pada saat menghadapi kendalakendala yang
diakibatkan
dugaan

oleh

kondisi

sebelumnya.

lapangan
Untuk

yang
itu,

tidak sesuai

dengan

penerapan

metode

pelaksanaan konstruksi yang sesuai kondisi lapangan, akan sangat


membantu dalam penyelesaian proyek konstruksi bersangkutan.
Konstruksi bangunan pantai memerlukan teknik khusus dalam
pembuatannya. Oleh
bangunan

sangat

sebab

diperlukan

itu,

maka

metode

pelaksanaan

untuk mengatasi masalahmasalah

dalam pembangunan konstruksi bangunan tersebut.

3.2.

METODE PELAKSANAAN

3.2.1.

Material atau Bahan

Bahanbahan
harus

dipenuhi

bangunan.

bangunan

merupakan

di dalam mendirikan

Pemilihan

bahanbahan

syarat

mutlak

atau membuat

yang
suatu

tersebut harus benarbenar

mendapat perhatian demi kelancaran pelaksanaan pembangunan


dan mendapatkan kualitas bangunan yang baik.
MAKALAH PELABUHAN 2013 | 28

Material yang diperlukan


PPI adalah sebagai berikut:

dalam perencanaan

konstruksi

MAKALAH PELABUHAN 2013 | 29

1.

Batu Pecah
Batu pecah digunakan sebagai lapis pelindung bagian inti, lapis
pelindung 2 dan juga sebagai pelindung kaki bangunan (toe
protection) pada bangunan jetty dan seawall.

2.

Adukan Beton Siap Pakai (Ready Mixed Concrete)


Adukan beton ready mixed adalah adukan beton siap pakai yang
dibuat dan diolah sesuai
pemesan

dapat

dengan

langsung

mutu

pesanan

sehingga

menggunakan untuk keperluan

pengecoran. Pada proyek ini, beton ready mixed digunakan untuk


membuat tetrapod dan pada lantai dermaga dengan mutu beton
K-300.
3.

Tulangan Baja
Tulangan

baja

digunakan

untuk

pembuatan

tetrapod, bolder, lantai dermaga,


melintang

dan penulangan

balok

tulangan

memanjang,

pondasi tiang pancang.

pada
balok

Tulangan

baja harus bebas dari karat, sisik dan lapisan yang dapat
mengurangi
lekatnya pada
digunakan adalah 8,

beton.

Tulangan

baja

yang

12, 19,
25.
4.

Kawat Pengikat Tulangan


Kawat pengikat tulangan terbuat dari baja lunak dengan diameter
minimal 1mm. Kawat ini digunakan

untuk mengikat tulangan

baja agar tulangan-tulangan tersebut memiliki jarak yang tetap


sesuai dengan rencana.
5.

Papan Kayu / Multiplek


Multiplek digunakan untuk acuan cetakan beton atau bekisting
pada pembuatan lantai dermaga.

6.

Kayu
Kayu

digunakan

untuk

baik

sebagai penyangga

membantu
cetakan

pembangunan
ataupun

konstruksi

sebagai

pijakan.

Kayu yang dipakai harus pada kondisi yang baik, tidak cacat dan
tidak lapuk. Pada proyek ini, kayu digunakan sebagai perancah
dan penguat bekisting. Karena hanya sebagai alat bantu dalam
MAKALAH PELABUHAN 2013 | 30

pelaksanaan pekerjaan tertentu dan sifatnya sementara, maka


dipilih kayu dengan kelas

keawetannya

tidak

terlalu

tinggi

tetapi cukup kuat menahan beban yang akan diterima.


7.

Karet Bridgestone super Arch (tipe V) Tipe FV001-3-4


Karet digunakan sebagai fender pada dermaga, fender berfungsi
untuk menyerap energi benturan antara kapal dan dermaga,
selain itu fender juga melindungi rusaknya cat badan kapal
karena gesekan antara kapal dan dermaga yang disebabkan
oleh gerak karena gelombang, arus dan angin.

3.2.2.

Peralatan Kerja

Selain bahan bangunan, untuk pelaksanaan proyek ini juga diperlukan


adanya peralatan
memudahkan
barang,

maka

kerja

sebagai

sarana

pelaksanaan pekerjaan.
dalam

pengadaan

untuk

Sebagaimana

membantu

dan

halnya pengadaan

dan pemilihan peralatan kerja harus

dilakukan kiat khusus agar pemilihan jenis peralatan kerja tersebut dapat
menghasilkan efektifitas dan produktifitas alat yang optimal, antara lain :
a.

Merinci mengenai peralatan yang dibutuhkan.

b. Memperhitungkan banyaknya alat yang akan dipakai sesuai


dengan volume pekerjaan yang akan dilaksanaan.
c.

Memperhitungkan kapasitas alat.

d. Memperhitungkan biaya alat (sewa/beli,


pemeliharaan,dll). e.

Memperhitungkan daya

tahan alat.
Peralatan-peralatan

yang

digunakan

pada

perencanaan

konstruksi

PPI adalah:
1. Truk Mixer
Truck mixer adalah kendaraan pengangkut adukan beton ready
mix dari tempat pembuatannya ke lokasi proyek.
2. Concrete Pump
Concrete Pump adalah kendaraan yang berfungsi untuk membantu
mengalirkan adukan beton ready mix dari truck mixer ke lokasi
pengecoran yang lebih tinggi maupun yang jauh lebih rendah dari
kedudukan truck mixer.
MAKALAH PELABUHAN 2013 | 31

3. Concrete Vibrator
Concrete vibrator adalah alat yang berfungsi untuk memadatkan
adukan beton, meningkatkan
pengecoran,
sehingga

adukan

pada saat

mengeluarkan gelembung-gelembung

udara

tidak

terjadi

homogenitas

rongga

udara

setelah pengerasan

beton dan berfungsi untuk meratakan beton ke segala arah, serta


dapat menjangkau celah-celah terjauh di dalam bekisting.

MAKALAH PELABUHAN 2013 | 32

4. Bar Bender
Bar bender digunakan untuk membengkokkan tulangan sesuai
dengan ukuran yang dikehendaki.
5. Bar Cutter
Bar

cutter

digunakan

untuk

memotong

baja

tulangan

sesuai panjang yang ditentukan.


6. Theodolite
Theodolite digunakan untuk menentukan as bangunan jetty, seawall
7. Waterpass
Waterpass

digunakan

untuk

menentukan

titiktitik

elevasi

bangunan jetty, seawall.


8. Dump Truck
Digunakan sebagai pengangkut batu pecah dari quarry dan untuk
membuang materialmaterial yang tidak diperlukan (lumpur dan
pasir).
9. Single acting drop hammer
Single acting drop hammer berfungsi sebagai palu untuk memukul
tiang pancang agar masuk ke dalam tanah pada pekerjaan
pondasi dermaga.
10. Excavator
Digunakan untuk menggali tanah. Selain itu, excavator digunakan
untuk penataan timbunan material bangunan dan pemasangan
batu belah pada konstruksi jetty dan seawall.
11. Kapal Tongkang / Ponton
Digunakan

sebagai tempat pengangkutan

material ke lokasi

pembangunan dan tempat berdirinya crane dan excavator serta


clam shell.
12. Boat Penarik
Digunakan sebagai alat penarik kapal tongkang dari dan menuju
lokasi pembangunan.
13. Crane
Digunakan untuk mengangkat tiang
pancang.
14. Flat Bed Truck
MAKALAH PELABUHAN 2013 | 33

Digunakan sebagai pengangkut tetrapod dari area stock


menuju cause way.

MAKALAH PELABUHAN 2013 | 34

3.2.3.

Pelaksanaan Pekerjaan

Flowchart Pelaksanaan pekerjaan :

Mulai

Pekerjaan
persiapan

Pengerukan dasar laut dan


pengerukan kolam pelabuhan

Pekerjaan
jetty

Pekerjaan
seawall

Pekerjaan
dermaga

Seles
ai

Gambar 3.1. Flow chart pelaksanaan pekerjaan


perencanaan PPI
3.2.4.

Pekerjaan Persiapan

Sebelum dilaksanakannya pembangunan konstruksi jetty,


maka diperlukan pekerjaan persiapan. Adapun pekerjaan persiapan
meliputi:
Pembuatan kantor proyek/ direksi kit
MAKALAH PELABUHAN 2013 | 35

Pembuatan gudang material, peralatan dan los kerja besi


Pembuatan base camp staf proyek dan barak pekerja
Pos jaga

MAKALAH PELABUHAN 2013 | 36

Tempat parkir alat berat


3.2.5.

Pekerjaan pengerukan dasar laut

Pekerjaan pengerukan dasar laut ini dilakukan untuk membuat


alur pelayaran dan sebagai lokasi pembuatan jetty. Pekerjaan ini
menggunakan dragline. Pekerjaan pengerukan
pengerukan

untuk kolam pelabuhan,

yang

pekerjaan

lain

adalah

ini dilakukan di

darat karena letak layout pelabuhan yang menjorok ke daratan.


Pekerjaan ini menggunakan excavator.
Adapun materialmaterial hasil pengerukan yang berupa batu
karang dan pasir dibuang ketempat yang telah ditentukan dengan
menggunakan dump truk.

Gambar 3.2. Pengerukan dasar laut


3.2.6. Pekerjaan konstruksi jetty
Pemasangan Batu Belah untuk Lapisan Inti dan Perkuatan
Kaki
Batu belah yang digunakan untuk lapisan kedua jetty

bagian

kepala/ujung memiliki berat 400-410 kg dan pada lapisan inti


memiliki berat 20 kg. Untuk jetty bagian

badan/lengan,

lapis

pelindung kedua memiliki berat 300-320 kg dan pada lapisan inti


memiliki

berat

15-20

kg.

Lapisan

batu

ini

berguna

untuk

menahan datangnya arus gelombang.

MAKALAH PELABUHAN 2013 | 37

- 3,00

- 2,75

Kepala Jetty
- 2,00

Kepala Jetty

Angin Dominan

- 1,00

Alur Pelayaran

Lengan
Jetty

tumpukan batu belah


2
1

Lengan Jetty

Seawall

0,00

kolam putar
+ 2,00

Leb ar dermaga = 6000

7700

Lebar k apal = 3800

P anjang derm aga = 48000

+ 4,00

Tampak Depan

2000
Kapal ik an 10 GT

+ 6,00

2000
Panja ng kapal = 13 500

2000

Lay out Jetty

Gambar 3.3. Pemasangan batu belah

Pekerjaan perkuatan kaki pada perencanaan bangunan jetty ini


terbuat dari tumpukan batu belah yang memiliki berat 250-300 kg.
Perkuatan ini berfungsi melindungi tanah pondasi tehadap gerusan
akibat

gelombang.

menyebabkan
sebab

itu,

Arus

terjadinya

dan

gelombang

erosi

pada

yang

tanah

besar

dapat

pondasi.

Oleh

diperlukan perkuatan kaki guna mengatasi masalah

tersebut.
Pemasangan batu belah pada kedalaman hingga 2,0 meter dilakukan
dengan menggunakan

excavator

yang diletakkan

di atas kapal

ponton yang ditarik dengan boat penarik. Pada pemasangan batu


belah

ini digunakan

pula

alat pelampung

dan sensor serta

penyelam yang mengarahkan posisi penimbunan di bawah air.


Untuk kemudahan dalam pemasangan dan sesuai dengan gambar
rencana, maka perlu dilakukan

pemasangan

yang

diukur

telah

terlebih

dahulu

patokpatok

bambu

dan diatur penempatannya

dengan menggunakan waterpass dan theodolite.

Pemasangan
Tetrapod
Tetrapod terbuat dari beton (biasanya readymix) dan tulangan
besi yang memiliki ukuran dan

tingkat kekuatan tertentu sesuai

dengan desain yang dibuat. Adapun tulangan besi berguna sebagai


penguat struktur sekaligus sebagai pembentuk tetrapod. Pembuatan

MAKALAH PELABUHAN 2013 | 38

tetrapod dilakukan langsung di lapangan dengan cetakan yang


sesuai dengan desain.
Pemasangan
yang diletakkan

tetrapod dilakukan

dengan menggunakan

crane

di atas kapal ponton yang ditarik dengan boat

penarik. Pada pemasangan batu pecah ini

MAKALAH PELABUHAN 2013 | 39

digunakan pula alat pelampung dan sensor serta penyelam yang


mengarahkan posisi penimbunan di bawah air.
Untuk

kemudahan

dalam

pemasangan

dan

sesuai

dengan

gambar rencana, maka perlu dilakukan pemasangan patok patok


bambu yang telah terlebih dahulu diukur dan diatur penempatannya
dengan menggunakan waterpass dan theodolite.
.

tetrap
od
tu m puk a n batu

Gambar 3.4. Pemasangan Tetrapod


3.2.7. Pembuatan Tetrapod
Pembuatan tetrapod dilakukan dengan menggunakan beton
readymix

dengan

mutu

K-300.

Hal

ini

dilakukan

konstruksi jetty kuat terhadap terjangan ombak.


Adapun urutan
tetrapod adalah :

pekerjaan

1.
Pekerjaan
tulangan
Pekerjaan tulangan meliputi :
Pemotongan tulangan
Pembengkokan tulangan
Perakitan
Penanaman angker

pembuatan

agar

2.
Bekisting
Bekisting meliputi :

Pembersihan dari kotoran


Pemberian oli
3. Pengecoran
Pengecoran meliputi :
Penuangan beton readymix ke bekisting
Pemadatan dengan menggunakan vibrator
4. Perawatan beton
Perawatan beton meliputi :
Pembongkaran bekisting
Penyemprotan dengan air
3.2.8.

Pekerjaan Bangunan
Seawall
Flow chart pelaksanaan
bangunan :

Mulai
Pekerjaan
Galian

Pekerjaan lapis
pengisi

Pekerjaan lapis pelindung utama

Pekerjaan pelindung
kaki

Seles
ai

Gambar 3.5. Flow chart pelaksanaan pekerjaan


bangunan seawall

a.

Pekerjaan Galian
Pekerjaan
tertentu

galian

dilakukan

untuk

memperoleh

kedalaman

dimana pelindung kaki dan lapis batu pelindung

konstruksi seawall akan ditempatkan.


Pelaksanaan pekerjaan galian dilakukan dengan menggunakan
excavator.

Gambar 3.6. Pekerjaan galian


b. Pekerjaan Lapis Pengisi
Setelah
adalah
kedua

pekerjaan

galian

selesai,

pelaksanaan pekerjaan
menggunakan

batu

lapis

belah

pekerjaan
pengisi.

berikutnya

Lapis

dengan berat

pengisi

40-42

kg.

Pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan menggunakan alat


excavat
or.

- 3,00

- 2,75

Kepala Jetty
- 2,00

Kepala Jetty

Alur Pelayaran

Angin Dominan

Lengan Jetty

- 1,00

Lengan Jetty

Seawall

0,00

+ 2,00

kolam putar
+ 4,00

Le bar d erm ag a = 60 00

Pa njan g d ermag a = 480 00

77 00

Le bar k apa l = 3800

200 0
Ka pal ikan 10 GT

200 0
Pan jang ka pa l = 13 500

200 0

Tampak Depan

Lay out Jetty

Gambar 3.7. Pekerjaan lapis pengisi


c.

Pekerjaan Lapis Pelindung Utama

+ 6,00

Setelah pekerjaan pelindung kaki selesai, langkah berikutnya


adalah pelaksanaan pekerjaan lapis pelindung utama. Lapis
pelindung utama menggunakan batu belah

dengan berat 400-415 kg. Pelaksanaan


dengan menggunakan excavator.

pekerjaan

dilakukan

2
1

Gambar 3.8. Pekerjaan lapis pelindung utama

d. Pekerjaan Pelindung Kaki


Setelah

pekerjaan

berikutnya

adalah

lapis

pelindung

pelaksanaan

Pelindung kaki menggunakan

kedua

pekerjaan

selesai,

langkah

pelindung

kaki.

batu belah dengan berat 50-60

kg. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan menggunakan


alat
excavator.

2
1

Gambar 3.9. Pekerjaan pelindung kaki

3.2.9.

Pekerjaan lantai dermaga

Flow chart pelaksanaan bangunan :

Mulai

Pekerjaan pondasi tiang pancang

Penulangan plat
lantai

Pembuatan bekisting lantai dermaga

Pengecoran lantai dermaga

Pembongkaran
bekisting dan
perawatan lantai
dermaga

Seles
ai

Gambar 3.10. Flow chart pelaksanaan pekerjaan lantai


dermaga
a.

Pekerjaan pondasi tiang pancang


Pondasi tiang pancang ini berfungsi untuk memindahkan atau
menstransferkan

beban-beban

konstruksi

di

atasnya

(upper

structure) ke lapisan tanah yang lebih dalam. Pemancangan ini


dilakukan dengan menggunakan single acting hammer. Tiang

pancang yang dipakai berbentuk bulat berongga yang mempunyai


diameter luar 50 cm dan diameter dalam 32 cm dengan panjang
14 m. Tiang pancang yang

digunakan dalam pekerjaan ini adalah jenis prestressed concrete


spun piles dari
hasil pabrikasi PT. Wijaya Karya dengan mutu beton K-600.

Gambar 3.11. Pemancangan tiang pancang

925

92
5

8 - 15

500

500

Gambar 3.12. Detail tiang pancang


Pada perencanaan dermaga ini menggunakan

tiang pancang

karena pada lokasi, tanahnya bersifat tanah keras. Pondasi tiang


pancang

ini

dipasang

pada

kedalaman

8,25

di

bawah

permukaan tanah. Pemancangan tiang pancang ini harus sesuai


dengan titik-titik as yang telah ditentukan sehingga tiang pancang
dapat mencapai dasar sesuai dengan gambar rencana. Alat yang
digunakan

sebagai palu untuk memukul tiang pancang agar

masuk ke dalam tanah adalah single acting drop hammer.


b. Penulangan Plat Lantai
Sebelum pekerjaan penulangan plat lantai dilaksanakan perlu
dibuat bangunan perancah terlebih dahulu. Suatu struktur sangat
bergantung pada bangunan perancahnya,
karena

seluruh

beban

pada

awalnya

hal ini disebabkan

ditahan

olehbangunan

perancah. Bila suatu bangunan perancah tidak kuat dan saat


pengecoran runtuh maka dapat dikatakan itu suatu konstruksi
yang

gagal.

Setelah

pekerjaan

perancah

selesai

dilakukan

pekerjaan penulangan. Pada penulangan balok ini menggunakan


baja tulangan dengan 19, 8.
Beton decking setebal 4 cm disiapkan dan dipasang setiap
jarak 1,5-3 meter. Beton decking ini digunakan sebagai acuan
tebal selimut beton dan pemisah tulangan dengan bekisting,
serta

tulangan

(bendrat)

dengan

digunakan

lantai

untuk

kerja,

mengikat

sedangkan
tulangan

kawat baja
yang

telah

terpasang.
Pada

pekerjaan

penulangan

plat

dirangkai setelah pembuatan


penulangan

plat

lantai

lantai

dermaga,

penulangan

dermaga

tulangan

balok.

ini menggunakan

Pada
baja

tulangan dengan diameter tulangan 12 mm. Beton decking


yang telah kita persiapkan dipasang pada jarak 1,5-3 meter.
MAKALAH PELABUHAN 2013 | 49

Tebal beton decking pada pekerjaan ini adalah 4 cm. Beton


decking ini merupakan acuan tebal selimut beton dan pemisah
tulangan dengan decking serta lantai kerja.

c.

Pembuatan Bekisting Lantai Dermaga


Bekisting merupakan rangkaian kayu dan papan yang dibuat
menjadi satu bentuk tertentu. Bekisting mencetak beton sesuai
dengan bentuk yang direncanakan. Pekerjaan pemasangan
bekisting pada pembuatan plat lantai ini dilaksanakan
bersamaan pada waktu pembuatan bekisting pada balok. Hal
ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memudahkan dalam
perencanaan bekisting keseluruhan dan pemasangannya,
disamping itu dapat mempercepat pekerjaan dalam pengecoran.
Untuk pembuatan bekisting perlu dipertimbangkan bahan-bahan
yang diperlukan, hal
dan

teknologi,

ini

untuk

dengan

memenuhi

aspek

ekonomi

sasaran kemudahan, aman dan

ekonomis.
d. Pengecoran Lantai Dermaga
Mutu beton yang dipakai untuk pengecoran balok dan plat lantai
ini adalah mutu K300. Pekerjaan ini dilakukan setelah pemasangan
bekisting dan tulangan selesai. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam

pelaksanaan

berkurang

atau

pengecoran

sesuai

agar

dengan

kekuatan beton

spesifikasi/

tidak

syarat

yang

pengecoran

harus

ditentukan antara lain :

Kebersihan

lokasi

pengecoran.

Lokasi

bersih dari segala bentuk kotoran yang mengurangi kekuatan


beton.

Pemadatan
(vibrator

beton

harus

menggunakan

alat

penggetar

concrete) sehingga diharapkan dapat menghasilkan

beton yang padat dan tidak berongga sehingga dicapai kekutan


beton yang disyaratkan.
Kontrol terhadap kekuatan beton segar dilakukan dengan uji
slump test dan pengambilan sampel untuk pengujian kuat
tekan beton di laboratorium.
MAKALAH PELABUHAN 2013 | 50

Pada saat pengecoran harus dilakukan penggetaran dengan alat


penggetar beton (vibrator concrete) yang dimaksudkan untuk
memadatkan beton dan tidak terjadi rongga, sehingga kekuatan
beton sesuai dengan yang direncanakan.
e.

Perawatan Lantai Dermaga dan


Pembongkaran Bekisting

Perawatan
beton

beton

yang

beton mulai
permukaan

dimaksudkan

untuk

mendapatkan

mutu

baik. Perawatan beton (curing) dilakukan setelah


mengeras
beton

dengan

dalam

cara menyiram

selang

waktu

air

tertentu.

pada
Tujuan

pemberian air pada beton yaitu :


1.

Menghindari kehilangan zat cair pada awal proses pengerasan


beton yang akan mempengaruhi proses waktu pengikatan
awal.

2. Mengurangi penguapan air beton yang terlalu besar akibat


panas

sehingga dapat menyebabkan terjadinya susut pada

beton.
3. Perbedaan temperatur pada beton dapat mengakibatkan
retak pada beton. Perawatan beton dilaksanakan sampai
batas yang ditentukan
Pembongkaran bekisting dilakukan setelah pengecoran seluruh
gelagar/ balok dan lantai
mengeras

dengan

dermaga

usia

selesai

dan

beton

sudah

hari. Pembongkaran dilakukan

terhadap seluruh bagian balok dan lantai dermaga dan dilakukan


secara

hati-hati

untuk

mencegah

kerusakan

pada

sruktur

balok dan lantai dermaga.

MAKALAH PELABUHAN 2013 | 51

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. Fungsi dari pelabuhan adalah :

Interface : fasilitas dan pelayanan untuk transportasi barang


dari kapal ke moda transportasi lain dan sebaliknya.

Link : mata rantai dalam sistem transportasi.

Gateway : pintu gerbang dari daerah atau negara.

Industry entity : terdapat industri estate/industrial lengkap


dengan jaringan dan jasa transportasi.

2. Peran pelabuhan

Transportasi : penunjang dan dinamisator sistem antar moda


transportasi, baik angkutan laut maupun darat.

MAKALAH PELABUHAN 2013 | 52

Perdagangan : akses perdagangan internasional dan domestic,


serta memberi kesempatan yang lebih luas dalam menentukan
hubungan perdagangan.

Industri : industri transportasi, industri yang berorientasi ekspor


atau bahan bakunya impor, dan industri lain.

3.

KLASIFIKASI PELABUHAN

Ditinjau dari segi penyeleggaraannya:

Pelabuhan umum

Pelabuhan khusus

Ditinjau dari segi pengusahaannya

Pelabuhan yang diusahakan

Pelabuhan yang tidak diusahakan

Pelabuhan otonom

Ditinjau dari fungsinya dalam perdagangan nasional dan


internasional

Pelabuhan laut

Pelabuhan pantai

Ditinjau dari segi penggunaannya

Pelabuhan ikan

Pelabuhan minyak

Pelabuhan barang

Pelabuhan penumpang

Pelabuhan campuran

Pelabuhan Militer

Ditinjau menurut letak geografis

Pelabuhan alam

Pelabuhan buatan

Pelabuhan semi alam


MAKALAH PELABUHAN 2013 | 53

4.

Fasilitas pokok pelabuhan yang meliputi:

Perairan tempat labuh

Kolam Labuh

Alih Muat antar kapal

Dermaga

Terminal penumpang

Pergudangan

Lapangan Penumpuk Terminal peti emas, curah kering,RO-RO

Perkantoran untuk kegiatanpemerintah dan layanan jasa

Fasilitas bunker

Instalasi air,listrik dan komunikasi

Jaringan jalan dan rel kereta api

Fasilitas pemadam kebakaran

Tempat tunggu kendaraan bermotor

5. Pelaksanaan Konstruksi Pelabuhan

Mulai
Pekerjaan persiapan
Pengerukan dasar laut dan pengerukan
kolam pelabuhan
Pekerjaan jetty
MAKALAH PELABUHAN 2013 | 54

Pekerjaan seawall
Pekerjaan dermaga

Selesai

MAKALAH PELABUHAN 2013 | 55

Anda mungkin juga menyukai