Anda di halaman 1dari 3

Pengujiiian titik leleh penting untuk mengkontrol kemurnian minyak essensial, karena

sebagian besar minyak essensial terdiri atas molekul yang meleleh dalam kisaran suhu 0,5 oC
atau ada pada keadaan dekomposisi. Disisi lain, penentuan titik beku diterapkan pada minyak
essensial yang terdiri dari 1 molekul utama, seperti minyak cengkeh yang mengandung
eugenol sebanyak 90%. Pada proses pembekuan, terjadi kristalisasi yang disertai dengan
pelepasan panas, sehingga menyebabkan peningkatan suhu yang konstan dan disebut dengan
congealing point. Metode pengujian kemurnian dilakukan dengan penentuan rentang didih
melalui presentase penyulingan minyak.
Pengujian tambahan yang dikakukan pada minyak essensial adalah residu penguapan.
Pada minyak jeruk, pengujian residu dapat menentukan nilai kemurnian, hal ini dikarenakan
jumlah residu yang rendah dalam minyak dapat menunjukkan penambahan dari komponen
volatil untuk minyak; peningkatan jumlah residu menyatakan kemungkinan adanya terpen
dengan berat molekul yang besar, melalui penambahan senyawa tunggal (minyak essensial
lainnya) atau minyak damar, minyak jeruk yang lebih murah, atau dengan menggunakan
residu minyak jeruk langsung. Contohnya adalah penambahan minyak kapur untuk
sophisticate minyak lemon. Pada minyak yang teroksidasi atau terpolimerisasi terdapat
senyawa volatile yang kurang stabil, dalam hal ini pengujian yang mudah dilakukan dengan
cara meneteskan minyak pada selembar kertas filter, jika kertas filter transparan dan
berlangsung lebih dari 24 jam, minyak ini sangat mungkin mengalami degradasi. Selanjutnya
residu dapat subjected to analisis asam dan saponifikasi, misalnya penambahan dari minyak
rosin akan meningkatkan keasaman minyak, berbeda dengan minyak volatil yang lain yang
ditandai oleh adanya asam kompleks. Nilai asam meupakan jumlah miligram kalium
hidroksida yang diperlukan untuk menetralkan asam bebas yang terkandung dalam 1 gram
minyak. Jumlah ini diawetkan dalam keadaan dimana minyak esensial secara hati-hati telah
dikeringkan dan disimpan di tempat yang gelap dan kedap udara. Jumlah asam meningkat
seiringan dengan proses penyimpanan minyak yang lama serta proses oksidasi aldehid dan
hidrolisis ester yang memicu peningkatan jumlah asam.
Metodologi klasik banyak digunakan untuk mengetahui sifat kimia minyak essensial,
seperti penentuan adanya halogenasi hidrokarbon dan logam berat. Penelitian sebelumnya
digunakan untuk menentukan senyawa terhalogenasi, yang umumnya ditambahkan ke dalam
minyak dengan tujuan pencampuran. Beberapa pengujian telah dikembangkan untuk
mendeteksi halogen, dengan menggunakan metode Beilstein. Pertama-tama, tembaga
dibersihkan dan dipanaskan dalam api bunsen burner untuk membentuk lapisan tembaga (II)
oksida, kemudian dicelupkan ke dalam sampel yang akan di uji dan dipanaskan kembali pada
api bunsen. Pengujian yang positif diindikasikan dengan nyala hijau yang dikarenakan oleh
pembentukan tembaga halida. Metode alternatif untuk Beilstein adalah uji peleburan natrium,
dimana minyak pertama akan dimeneralisasi, dan terdapat halogenasi hidrokarbon, serta
terbentuk residu dari sodium halide yang larut dalam asam nitrat dan mengendap sebagai
halida perak dengan penambahan sedikit larutan perak nitrat. Beberapa pengujian untuk
mendeteksi kandungan logam berat dilakukan untuk memastikan bahwa tidak terdapat
tembaga dan timah pada minyak. Salah satu metode yang dilakukan didasarkan pada
ekstraksi minyak essensial dengan larutan asam klorida, yang diikuti dengan pembentukan

fasa aqueous dengan penambahan buffer thioacetamide. Reagen terakhir menunjukkan atau
mengarah pada pembentukan ion sulfite yang digunakan untuk mendeteksi logam berat.
........................................
Penentuan ester yang berasal dari phthalic acid digunakan untuk menentukan toksisitas
minyak esensial. Umumnya ester terkandung dalam minyak esensial yang berasal dari
monobasic acid, pertama saponifikasi dilakukan melalui penambahan larutan ethanolic
potassium hydroxide sehingga akan terbentuk potassium phthalate sedangkan yang tidak larut
dalam etanol akan menghasilkan endapan kristal.
Penggunaan informasi kualitatif tidak effisien untuk mengetahui karakteristik minyak
essensial dengan tepat dan data kualitatif sangat pentng. Metode klasik secara umum
dispesifikkan pada kelompok bahan kimia dengan menggunakan titrasi yang secara luas telah
diaplikasikan, contohnya penentuan acidimetric dari safonifikasi terpen ester. Safonifikasi
dapat dilakukan dengan panas, dan pada keadaan saponified esters dengan mudah diteliti,
dalam dingin, setelah itu excess alkali dititrasi dengan menggunakan asam hidroklorik encer,
kemudian jumlah ester dapat dihitung. Pengujian selanjutnya adalah penentuan terpen
alkohol oleh acetylating dengan asetat anhidrat. Bagian dari asetat anhidrat digunakan saat
reaksi dan dapat diukur melalui titrasi asam asetat dengan sodium hidroksida, sehingga
persentase dari alkohol dapat dihitung. Metode terakhir diaplikasikaan ketika konstituen
alkohol dari minyak essensial tidak diketahui, minyak ester number of t is saponified and the
acetylated oil is calculated and digunakan untuk memperkirakan kondungal alkohol bebas.
Pengujian kandungan aldehid dan keton pada minyak atsiri dilakukan dengan metode
bisulfid yang direkomendasikan untuk minyak essensial yang kaya akan senyawa aldehid,
lemongrass, bitter almond, dan cassia, sedangkan pengujian netral sulfid lebih cocok untuk
minyak yang kaya akan kandungan keton pada minyak, misalnya spearmint, jintan, minyak
wangi. Aldehid dan keton ditentukan melalui penambahan larutan hidroksilamin
hidroklorida, dan dititrasi dengan menggunakan asam standar. Penentuan kandungan fenol,
seperti egenol dalam minyak cengkeh atau thymol dan carvanol pada minyak thym,
pengujian dilakukan dengan menambahkan kalium hidroksida. dan membentuk garam yang
larut dalam air.
Analisis minyak atsiri umum dilakukan dengan menggunakan kromatografi. Secara
umum prinsip kromatografi didasarkan pada perbedaan kepolaran antara sampel
dengan pelarut yang digunakan. Pada dasarnya, semua kromatografi menggunakan dua fase
yaitu satu fase tetap (stationary) dan yang lain fase bergerak (mobile). Pemisahan-pemisahan
tergantung pada gerakan relative dari dua fase ini. Cara-cara kromatografi dapat digolongkan
sesuai dengan sifat-sifat fase tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Kromatografi
kertas merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan distribusi suatu senyawa pada
dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Pemisahan sederhana suatu campuran senyawa dapat
dilakukan dengan kromatografi kertas, prosesnya dikenal sebagai analisis kapiler dimana
lembaran kertas berfungsi sebagai pengganti kolom. Kromatografi KLT atau TLC = Thin
Layer Chromatography jenis ini mirip dengan kromatografi kertas. Bedanya kartas

digantikan lembaran kaca atau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis adsorben seperti
alumina, silika gel, selulosa atau materi lainnya

Anda mungkin juga menyukai