METODOLOGI PRAKTIKUM
1.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kunjungan Lapang
Bekaitan dengan mata kuliah kami yaitu mata kuliah Menejemen
Mutu, yang disana di muat tentang kualitas produk, standar keamanan pangan dan
prosedur keselamatan kerja yang semuanya bertujuan untuk mencipakan produk
yang berkualitas tinggi dan sesuai dengan harapan pelanggan, kami di beri tugas
untuk melihat secara langsung di industri penerapan-penerapan keamanan
tersebut. Kami pergi melakukan kunjungan lapang di industri pengalengan ikan
yang bertempat di Kabupaten Banyuwangi, Kecamatan Muncar, Desa Muncar,
pada tanggal 5 desember 2015. Keberangkatan dimulai pada pukul 4:50 pagi di
Doubel Way Universitas Jember
1.2
1.3
Diskusi
dilakukan oleh para pekerja lab yang berada di pabrik sedangkan uji
mikrobiologi dilakukan di laboratorium luar seperti laboratorium yang
berada di dinas perikanan.
c. Sistem standar mutu yang dibutuhkan untuk menjamin keamanan pangan
pada industri ini hanya terdapat GMP dan SSOP. Sedangkan sistem
jaminan mutu ISO belum diterapkan pada industri pengalengan ini. Hal ini
dikarenakan negara tujuan untuk produk yang diekspor hanya ke negara
bagian Asia yang mempercayai sertifikat HACCP. Sedangkan negara yang
menggunakan sistem ISO untuk menjamin mutu bahan pangan yang di
ekspor adalah negara Eropa, tetapi PT Blambangan masih belum
melakukan ekspor ke negara bagian Eropa terhadap produknya sehingga
masih menggunakan sistem jaminan mutu GMP dan SSOP yang
bersertifikat HACCP.
d. Kontaminasi pada bahan pangan dimungkinkan dapat terjadi. Namun pada
kasus ini masih belum pernah terjadi pada produk yang telah diproduksi
oleh PT Blambangan. Karena pada tahapan pembuatan sarden, terdapat 3
macam CCP yaitu steaming, retort dan precooking. Sedangkan pada
tahapan tuna, CCP terdapat pada proses ditambahnya penerimaan. CCP ini
nantinya akan dikontrol setiap melakukan proses produksi oleh QC dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Terjadinya kontaminasi
dapat diketahui melalui proses inkubasi selama 1 minggu dan kemudian
dianalisa jumlah mikroba pada produk yang telah diinkubasi. Jika
ditemukan adanya bahaya maka diinkubasi lagi selama 1 minggu
kemudian dilakukan pengujian organoleptik. Dan jika masih terdapat
bahaya pada produk, maka produk tidak dapat dipasarkan melainkan harus
dimusnahkan.
e. Penempatan atau lokasi berdirinya pabrik pada PT Blambangan yang
berada disekitar lingkungan pemukiman merupakan suatu kesepakatan
bersama atau telah mendapat persetujuan dari masyarakat sekitar pabrik.
Hal ini dikarenakan berdirinya pabrik lebih awal jika dibandingkan
banyaknya pemukiman yang dibangun disekitar pabrik. Jadi untuk
masalah pengelolaan limbah udara yang dapat mencemari polusi udara
yang berada di sekitar pabrik sudah menjadi ciri khas dari masyarakat
sekitar jika sebagai penanda jika sedang dalam musim panen ikan yaitu
dengan seringnya proses produksi pengalengan ikan. Namun hal ini akan
ditangani lebih lanjut untuk mengatasi masalah tingkat pencemaran polusi
udara jika semakin meningkat yaitu dengan bau yang sudah berada di
ambang batas udara bersih.
f. Proses produksi pengalengan sarden melalui beberapa tahapan. Tahapan
proses produksi tersebut meliputi.
1. Penerimaan bahan baku
2. Penimbangan
3. Pembongkaran
4. Pengguntingan
5. Pencucian di Rotary washer
6. Pembongkaran di meja
7. Filling
8. Pengukusan (Pre-cooking)
9. Pengisisan saus berupa saus tomat atau cabai
10. Penutupan kaleng
11. Pembersihan luar kaleng
12. Sterilisasi
13. Pendinginan
14. Pembersihan produk makanan kaleng
15. Pelabelan
16. Koding
17. Inkubasi selama 5 7 hari
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1
2.2.1
sistem
ini
bekerja
secara
proaktif,
yaitu
mengantisipasi
bahaya
dan
Keterangan
Nama Produk
Spesies bahan
baku
Asal Bahan
Baku
Penerimaan
Jepang.
Diterima dalam keadaan segar atau beku
bahan baku
Produk akhir
Bahan-bahan
Tahapan proses
Pengemasan
Penyimpanan
Umur simpan
Spesifikasi label
x 3,5
Suhu ruang
2 tahun
Nama produk, merk, berat bersih, bobot tuntas, komposisi
bahan, kode produksi, bar code, nomer MD, nama
Penggunaan
Pengguna
produk
Kegiatan yang dilakukan dalam proses finishing produk anatara lain
yaitu pencatatan identitas produk, pengukuran berat bersih produk (Net Weight),
tekanan, head space, berat ikan, kenampakan, rasa dan aroma saos dan ikan,
pengukuran pH, Brix, kadar garam, dan kadar asam saos, serta keadaan fisik
kemasan. Selanjutnya dilakukan pencocokan berdasarkan standart yang sudah
ditentukan oleh SNI maupun oleh perusahaan.
PT Blambangan Foodpackers Indonesia melaksanakan System
HACCP yang bertujuan untuk mengetahui titik kritis dalam tahapan proses
dengan dilakukannya control terhadap produk. Pada perusahaan ini terdapat tiga
titik kritis yaitu proses penutupan, sterilisasi dan pemasakan ikan sedangkan
khusus untuk pengolahan tuna terdapat satu tambahan titik kritis yaitu pada
penerimaan produk
Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengambil sampel berupa
produk hasil olahan yang siap untuk diedarkan ke masyarakat. Untuk produk
kaleng (sarden, makarel, dan tuna), sampel yang diambil harus mewakili siklus
retort (sejenis alat sterilisasi), siklus saos dan siklus simer (sejenis alat kukusan
yang bersuhu tinggi yang dihasilkan oleh uap air) yang digunakan. Pengambilan
sampel juga tergantung dari jumlah produk yang dihasilkan dalam perharinya.
Penentuan CCP dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa
pohon keputusan untuk mengetahui bahwa proses merupakan CCP atau bukan.
Pohon keputusan terdapat keputusan ya atau tidak mengenai jawaban atas
pertanyaan untuk identifikasi CCP atau tidak.CCP ditetapkan berdasarkan pohon
keputusan dalam identifikasi CCP pengalengan lemuru di PT. BFPI sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.
P1 : Apakah ada tindakan pencegahan?
P2 : Apakah langkah itu dibuat khusus unutuk mengendalikan bahaya?
P3 : Dapatkah bahaya terjadi?
P4: Apakah langkah selanjutnya dapat mengendalikan bahaya?
Y : Pernyataan ya dalam CCP
N : Pernyataan tidak dalam CCP
(Sumber : BFPI, 2015)
Proses seaming merupakan CCP karena pada proses seaming ini ada
bahaya dan ada tindakan pencegahan? Ya, untuk pertanyaan kedua Apakah
langkah itu dibuat khusus unutuk mengendalikan bahaya?Jawabnya NO untuk
pertanyaan selanjutnya yaitu Dapatkah bahaya terjadi?Ya, untuk pertanyaan
selanjutnya Apakah langkah selanjutnya dapat mengendalikan bahaya? NO
sehingga proses ini dapat dikatakan CCP karena bahaya keamanan panagn dapat
dicegah atau dikurangi, sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa CCP
merupakan titik kendali kritis diartikan sebagai suatu titik, prosedur diamana
pengendalian dapat diterapkan dan bahaya keamanan pangan dapat dicegah,
dihilangkan, atau diturunkan sampai ke batas yang aman atau dapat diterima
(Yoseph, 2009).
disampling/hari
6
4801 24000
24001 48000
48001 84000
84001 144000
13
21
29
38
2
3
4
5
144001 240000
48
>240000
60
7
2.2.2 SOP, SSOP Yang Diterapkan (Ditempel), Aplikasi Pada Industri PT.
Blambangan Food Packers Indonesia.
SSOP merupakan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)
adalah prosedur tertulis yang harus digunakan oleh pemroses pangan untuk
memenuhi kondisi dan praktek sanitasi.SSOP merupakan bagian penting dari
program prasyarat untuk sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
(CAC, 2003). SOP merupakan Suatu standar / pedoman tertulis yang
dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk
mencapai tujuan organisasi. Standar operasional prosedur merupakan tatacara atau
tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses
kerja tertentu (Paine F.A. dan H.Y. Paine. 1992).
PT Blambangan Food Packers Indonesia juga telah menerapkan
desain pabrik yang sesuai dengan standar GMP Salah satunya dapat dilihat dari
pintu yang ada ada tempat masuk awal dan pemisah antara ruangan yang diberi
pembatas plastic tebal serta juga ada air di dasar lantai yang dibentuk seperti
kolam kecil berbentuk kotak sebagai fasilitas cuci sepatu boots sehingga tidak ada
debu ataupun kotoran yang terbawa masuk. Langit-langit ruang produksi didesain
dengan tidak membentuk sudut mati dan dilindungi oleh kaca terang yang
melingkupinya. Hal ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan terbawanya
pecahan lampu pada produk ketika lampu pecah. Bagian lantai juga terdapat
selokan sebagai tempat mengalirnya air kotor maupun sisa pencucian ikan karena
sebagian besar proses menggunakan bahan berbentuk cairan walaupun ikan itu
sendiri padat namun masih banyak lendir sehingga memerlukan pencucian lebih
sering.
perekaman program yang dilaksanakan.
PT Blambangan Food Packers Indonesia telah menerapkan system
jaminan mutu SSOP atau SOP. Dengan adanya karyawan yang menggunakan
pakaian yang telah ditentukan pada SSOP salah satu contohnya karyawan telah
menggunakan sarung tangan, penutup kepala, masker dan celemek plastik
sehingga kontaminasi produk melalui karayawan sangat minimal. Meskipun
penutup kepala, masker, sarung gangan karyawan belum seragam
2.2.3 Sistem ISO yang diterapkan di PT. Blambangan Food Packers Indonesia
ISO adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen mutu.
ISO menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan
penilaian dari suatu sistem manajemen mutu, yang bertujuan untuk menjamin
bahwa organisasi akan memberikan produk (barang atau jasa) yang memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
PT Blambangan Food Packers Indonesia masih belum menerapkan
ISO secara penuh. Belum dilakukan sertifikasi secara resmi tentang ISO namun
sebagian pelaksanaan yang diterapkan di PT Blambangan Food Packers Indonesia
sudah mengadopsi dari ISO 22000. Tidak diterapkannya sistem ISO dalam sistem
manajemen perusahaan menyebabkan produk belum bisa diekspor. Penundaan
penerapan ISO ini dikarenakan persyaratan yang harus dilengkapai untuk
pemenuhan HACCP lalu menuju ISO sangat mendetail. Oleh karena itu
perusahaan untuk kedepannya akan menambah kelengkapan prasayarat yang ada
sesuai ketentutan taraf internasioanal untuk meningkatkan mutu maupun
pemasaran produk. Sementara ini sertifikasi yang dilakukan oleh PT Blambangan
Food Packers Indonesia masih bertaraf nasional seperti SNI, dan sistem jaminan
halal produk.
Sterilisasi 117-1190C
selama 80-100menit
Penimbangan
Exhausting
Penutupan kaleng
Inkubasi selama 7
hari
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari kunjungan lapang yang telah dilaksankan di PT. Blambangan
Food Packers Indonesia dapat disimpulkan bahwa :
1. Sistem ISO di PT Blambangan Food Packers Indonesia masih belum
diterapkan secara penuh tetapi sudah dilakukan penerapan standar nasional
untuk jaminan mutu pada produk yang dipasarkan.
2. Tahapan pembuatan ikan sarden yaitu pertama dilakuakan penerimaan ikan
lokal, pengujian kadar histamine, penimbangan, thawing, pemotongan
kepala dan ekor, penimbangan, pencucian rotary water, pencucian manual
dan pemasukan ikan, pree cooking, exhausthing, penutupan wadah kaleng
(seaming), sterilisasi, pendinginan, dan pengepakan
3. PT. Blambangan Food Packers Indonesia merupakan perusahaan perseroan
terbatas yang bergerak dalam bidang industry makanan khususnya
pengalengan ikan yang mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan
suatu kebijakan mutu yang menjadi kebijakan perusahaan untuk
menghasilkan produk yang bermutu sesuai dengan harapan serta
kebutuhan pelanggan.
4. Titik kritis produk ikan sardines kaleng terletak pada bagian penerimaan
(tuna), pemasakan ikan, seaming dan sterilisasi.
3.2 Saran
Terima kasih kepada asisten dan dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya mendampingi praktikan untuk kunjungan lapang ke
PT. Blambangan Food Packers Indonesia Sebaiknya pada ruang produksi di
beri boiler ataupun ventilasi yang cukup agar di ruang produksi tidak panas
secara berlebihan, terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Codex Committee on Food Hygiene. (1997). HACCP System and Guidelines for
its Application, Annexe to CAC/RCP 1-1969, Rev 3 dalam Codex
Alimentarius Commision Food Hygiene Basic Texts, Food and Agriculture
Organisation of the United Nations, World Health Organisation, Rome.
Paine F.A. dan H.Y. Paine. 1992. Editor. A Handbook of Food Packaging. Second
Edition. Blackie Academic & Professional. Chapman & Hall. London.
PT. Blambangan Foodpackers Indonesia.2013. standardisasi Produk Pangan
Kaleng: Banyuwangi
Wiryanti, J. dan Witjaksono. 2001. Konsepsi HACCP. Jakarta.
Winarno FG dan Surono. 2004. HACCP dan Penerapannya dalam Industri
Pangan. Bogor : M-Brio Press.
Yoseh.2009. Analisa Bahaya Dan Penegndalian Titik Kritis. Jakarta: Dapkes RI
DOKUMENTASI
Gambar
Keterangan
Tabung sterilisasi