Anda di halaman 1dari 2

Pandangan Minimalisme Adolf Loos

Ornament and crime dalam arsitektur merjadi salah satu termologi yang digunakan
banyak arsitek untuk menyerang penggunaan ornamen dalam arsitektur.
Terminologi ini merupakan judul dari salah satu artikel Adolf Loos pada tahun 1908
yang dengan brilliant membangun pencittraan mengenai bagaimana seharusnya
masyarakat modern hidup ; dan membangun manifestasi cara hidup tersebut dalam
budaya yang juga modern. Dalam artikel tersebut Loos menyerang penggunaan
ornament-ornament dalam arsitektur saat itu, melalui perumpamaan penggunaan
tato sebagai ornament dalam masyarakat terbelakang, serta menegaskan bahwa
arsitektur dan seni terapan harus bekerja tanpa melibatkan ornament apapun.
Ada beberapa cara pandang yang membuat terciptanya Terminologi Ornament And
Crime ini, seperti yang disampaikan oleh Benevolo ([1], 1977)
1. Loos melihat nilai manusia dalam setiap elemen arsitektural. Oleh karena
itu ia membenci , baik secara teknis dan moral, semua bentuk
kemubaziran, yang barangkali menjadi alasan dasar polemiknya terhadap
kerumitan dan terhadap teori Raumplan.
2. Loos melihat ruang (Space) di mana manusia beraktivitas, hampir
menyerupai koin berharga untuk dibelanjakan dengan cara yang paling
hati-hati sekalipun.

Minimalis dan Tradisi Jepang


Arsitektur Tradisional jepang dikagumi karena kemampuan menciptakan keserasian
dengan alam dan pola hidup masyarakatnya. Ada beberapa konsep yang menuntun
kesuksesan arsitektur tradisional jepang tersebut.
Konsep Ma. Konsep Ma dalam arsitektur jepang bisa berarti sebuah ruang di
antara dua tempat , atau berarti ruang itu sendiri, atau place (tempat) (veda,
1990 dan Nitschke, 1993). Ma, meliputi, beberapa hal antara lain prinsip kehadiran
(prisense) dan ketidakhadiran (absence) yang terpadatkan (condensed) dalam
waktu, dan dibekukan dalam ruang, yang telah dilemahkan dalam etika, material
yang didemateriali-sasikan dalam refleksi kaca Polished dan permukaan beton,
cahaya yang terlihat dalam bayangan, alam yang mendapatkan exsistensinya pada
geometri; dan struktur karya-karyanya (Cobelo, 1990). Ma Tidak pernah berwujud
sebuah peristirahatan yang mewah karena konflik yang keras di dalamnya.
Konsep Shibui. Konsep ini mengajarkan bahwa hasil terbak mungkin dicapai jika
kita mengetahui kapan waktunya untuk berhenti.
Konsep Wabis-sabi, Sabi, yang berarti kecenderungan keindahan yang berubahubah berdasarkan subjek mana yang mengubah atau persepsi kecantikan yang
ditemukan pada jiwa benda-benda secara temporer, yang bergeser atau mengalir

melalui perubahan-perubahan, selalu dapat dilihat dalam terminology


keringkihannya. Sedangkan Wabi juga merupakan ekspresi konflik atau
ketegangan yang terdapat dalam sesuatu yang menghargai transparasi dan
menyingkirkan yang tidak penting.
Konsep Zen. Konsep Zen dikenal sebagai sebuah ajaran tentang filosofi hidup
masyarakat jepang, Namun sesungguhnya Zen berakar dari tradisi ajaran dan
praktik penganut agama Budha di China, dikenal sebagai Chan. Ajaran ini
mengenalkan proses keterbukaan cara berfikir, dengan menghindari prilaku-prilaku
dan emosi yang buruk, sebagai sumber dari kedamaian.

Anda mungkin juga menyukai