Anda di halaman 1dari 11

SIMULATOR SISTEM PENCAMPUR WARNA OTOMATIS

BERBASIS PLC TERINTEGRASI HUMAN MACHINE


INTERFACE
Ramdan Gumelar, Ade Gafar Abdullah, Maman Somantri
Program Studi Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI
Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung 40154
Email : dhangumelar@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sebuah trainer simulator Programmable Logic
Controller (PLC) dengan contoh aplikasi sistem otomasi pencampur warna serta rancangan Human
Machine Interface (HMI). Simulator ini dirancang untuk mendeskripsikan sebuah sistem kerja
pencampur warna otomatis dengan fungsi sebagai media pembelajaran yang mudah dipahami. Sistem
kendali yang digunakan adalah PLC Omron dengan tipe CP1L dengan program ladder diagram yang
dirancang dengan aplikasi komputer Cx Programmer, serta rancangan media komunikasi antara mesin
dengan operator menggunakan perangkat lunak Cx Designer. Berdasarkan hasil uji kinerja, trainer
dapat bekerja sesuai dengan deskripsi kerja yang ditetapkan. Diharapkan perancangan trainer simulator
PLC ini mampu memberikan kemudahan dalam mempelajari sistem otomasi industri berbasis PLC dan
HMI.
Kata Kunci : HMI, PLC, Simulator, Sistem pencampur warna.

ABSTRACT
This research aims to design a trainer simulator Programmable Logic Controller (PLC) with examples
of colour mixing application automation systems and the design of Human Machine Interface (HMI).
The simulator is designed to describe a colour mixing system automatically to function as a learning
medium that is easy to understand. Control system used is the type of Omron PLC CP1L with ladder
diagram programming designed with computer applications Cx Programmer, as well as the design of
the communication media between the machine operator using Cx Designer software. Based on test
results, a trainer can work in accordance with the specified job description. PLC simulator is expected
to design trainer is able to easily learn the PLC-based industrial automation systems and HMI.
Key words : HMI, PLC, Simulator, Colour mixing system.

PENDAHULUAN

Dalam dunia industri modern saat ini kebutuhan dalam otomasi sistem kontrol semakin meningkat dan
terus berkembang. Sistem kontrol industri dimana peranan manusia masih amat dominan misalnya
dalam merespon besaran-besaran proses yang diukur oleh sistem kontrol tersebut dengan serangkaian
langkah berupa pengaturan panel dan saklar-saklar yang relevan telah banyak digeser dan digantikan
oleh sistem kontrol otomatis. Sebabnya jelas mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
dan produktivitas industri itu sendiri, misalnya faktor human error dan tingkat keunggulan yang
ditawarkan sistem kontrol tersebut. Salah satu sistem kontrol yang sangat luas penggunaannya ialah
PLC dan HMI. Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dunia industri mengunakan PLC dan
HMI diantaranya kemudahan dalam menganalisa gangguan pada proses produksi dan kemudahan
dalam pengoprasiannya [1].
PLC pada dasarnya adalah sebuah komputer yang khusus dirancang untuk mengontrol suatu proses
atau mesin. PLC secara bahasa berarti pengontrol logika yang dapat diprogram, tetapi pada
kenyataannya, PLC secara fungsional tidak lagi terbatas pada fungsi-fungsi logika saja. Sebuah PLC
dewasa ini dapat melakukan perhitungan-perhitungan aritmatika yang relatif kompleks, fungsi
komunikasi, dokumentasi dan lain sebagainya [2]. Seiring kebutuhan yang semakin meningkat akan
kegunaan dari PLC dan HMI itu sendiri, maka hal ini berpengaruh terhadap kebutuhan teknisi-teknisi
yang berkompeten dibidangnya dan meningkatnya kebutuhan fasilitas pembelajaran terkait dengan
sistem kontrol berbasis PLC dan HMI, oleh karena itu diperlukan dukungan untuk menanggapi
kebutuhan-kebutuhan tersebut, salah satunya dengan merancang media latih yang ditujukan untuk
pembelajaran.
PLC adalah kendali logika terprogram yang merupakan suatu piranti elektronik yang dirancang untuk
dapat beroprasi secara digital, dengan menggunakan memori sebagai media penyimpanan intruksiinstruksi internal untuk menjalankan fungsi-fungsi logika dan fungsi-fungsi lainnya, dengan cara
memprogram [3]. Sebelumnya penelitian terkait dengan PLC telah dikembangkan dengan konsep real
mobile plant trainer dan bersifat modular, yaitu peralatan praktikum dasar otomasi industri yang betulbetul nyata seperti sistem otomasi di industri dan memudahkan ketika berpindah-pindah tempat
(bersifat mobile) dan bersifat modular yaitu dapat dibongkar pasang sesuai dengan pekerjaan otomasi
yang akan dilakukan. Perangkat modul-modul real plant yang dikemembangkan dirancang untuk
meningkatkan kemampuan aplikasi logika dasar dalam proses otomasi industri [4]. Mengenai sistem
kendali berbasis PLC saat ini banyak peneliti mengemukakan bahwa minimnya pembelajaran terkait
dengan PLC, dan menjadi kendala yang ditinjau dari kebutuhan PLC sebagai sistem kendali yang
sangat dibutuhkan oleh industri dewasa ini sehingga sangat bagus untuk dipelajari [5]. Sistem kontrol
pada semua rancang bangun media latih PLC memegang peran yang sangat penting dan merupakan
salah satu basis sistem kontrol perlu dikenalkan dan dipelajari pada penyiapan sumber daya manusia
dan dengan penerapan metode pelatihan yang tepat [6].
Aplikasi PLC untuk pembelajaran bidang teknik elektro dapat dilakukan melalui beberapa tahap mulai
dari proses mendesain proyek, penyelesaian masalah-masalah kontrol di industri dan berlatih
mengembangkan aplikasi-aplikasi sistem kontrol di industri [7]. Contoh aplikasi penggunaan PLC
untuk kontrol industri misalnya proses monitoring sistem kontrol motor induksi tiga fasa [8]. PLC juga
mampu mengkontrol alat-alat ukur seperti rheometer yaitu alat uji kekentalan bahan dasar pembuatan
karet yang biasa digunakan di industri-industri pembuat ban [9]. Kemudian pengaturan untuk pompa
air dimana PLC difungsikan untuk mengatur level kecepatan putaran motor pada pompa air sehingga
tekanan air yang dihasilkan dapat berubah-rubah [10]. Selain bidang teknik elektro, PLC juga banyak
dipelajari dan diterapakan dalam bidang pertanian, banyak contoh aplikasi penggunaan PLC dibidang
pertanian seperti pengontrolan mesin-mesin pengolah makanan, mesin pengering biji-bijian, kontraktor
dan lain sebagainya [11].
MATERIAL DAN METODE

Secara umum alat pencampur warna otomatis ini bekerja dengan cara mencampurkan dua warna yang
berbeda dengan mengunakan mixer sebagai alat untuk mencampur warna. Agar alat ini bekerja secara
otomatis maka seluruh sistem yang ada pada alat pencampur warna diintegrasikan dengan perangkat
sistem kendali yaitu dengan PLC dan HMI. Langkah pertama yang dilakukan dalam perancangan
adalah desain dan identifikasi peralatan dan bahan yang digunakan. Berikut tabel daftar peralatan dan
bahan yang digunakan.
Tabel 1. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam perakitan trainer
Nama Peralatan
PLC
Personal Computer
Acrilyc
Frame Stainless
Lampu Pilot
Soket Banana
Push Button
Togel Switch On Off
MCB
Volt Meter

Spesifikasi
CP1L 20 I/O
Acer Quadcore
1 m, tebal 5 mm
3m
24 VDC
Merah, Hitam, Kuning
5 buah
8 buah
2A
1 buah

Tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Industri Jurusan Pendidikan Teknik


Elektro FPTK UPI. Penelitian ini difokuskan pada proses desain, perakitan dan uji coba. Prosedur
penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Studi literatur terkait perancangan sistem kendali otomatis berbasis PLC dan HMI sebagai
referensi dalam perancangan trainer.
Tahap perancangan dilakukan dengan melakukan proses desain trainer menggunakan perangkat
lunak komputer seperti microsoft visio, adobe photoshop dan perangkat lunak sejenis lainnya,
kemudian perakitan trainer dengan alat dan bahan sesuai perencanaan.
Tahap perancangan program ladder diagram menggunakan perangkat lunak CX Programmer.
Tahap perancangan HMI menggunakan perangkat lunak CX Designer.
Pengujian kinerja alat meliputi pengujian koneksi PLC dengan trainer yang terintegrasi dengan
sistem kontrol HMI.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1.

Perancangan Trainer

Alat praktikum dasar otomasi industri yang dirancang berkonsep mobile, yaitu mudah dibawa
sehingga pengguna tidak mengalami kesulitan jika menginginkan mengadakan simulasi di depan kelas
ataupun di tempat yang lain. Secara lengkap gambaran desain kontruksi trainer tersebut terlihat pada
Gambar 1. Kerangka trainer ini memiliki panjang 1300 mm , lebar 500 mm dan tinggi 1200 mm.
Diatas meja terdapat frame yang memiliki dua tingkat, dimana tingkat pertama disediakan untuk slot
plant utama dan slot plant simulator.

Gambar 1. Desain meja dan desain frame trainer


Peralatan terbagi atas dua kelompok, yang pertama kelompok trainer utama yang terdiri dari plant
PLC, plant I/O dan plant catu daya, kemudian yang kedua kelompok plant simulator pencampur warna
untuk melatih logika dan aplikasi otomasi industri.
Plant PLC disesuaikan dengan jenis PLC yang digunakan, pada desain awal plant ini menggunakan
PLC Omron dengan tipe CP1L yang memiliki 12 terminal input dan 8 terminal output. PLC CP1L ini
cukup sederhana dan sangat cocok untuk dijadikan perangkat latih sederhana untuk pembelajaran
otomasi industri. Plant catu daya terdiri dari Mini Circuit Braker (MCB), power indikator dan
instrument penunjuk tegangan, tegangan kerja yang digunakan sebesar 220 Volt. Plant I/O dibuat
sesuai dengan jumlah I/O PLC yang digunakan. Trainer ini sengaja dirancang untuk mempermudah
menghubungkan PLC dengan trainer simulator. Pengguna tinggal menggunakan konektor untuk
menghubungkan terminal-terminal input ataupun output dari trainer simulator yang digunakan.

Gambar 2. Plant PLC, Plant I/O, Plant Catu Daya


Plant simulator dirancang untuk melatih kemampuan membangun logika dasar dalam pemograman
PLC. Salah satu plant simulator yang mendukung dalam tujuan tersebut adalah trainer simulator proses
pencampuran warna. Pada simulator ini dapat melatih kemampuan logika dasar sampai aplikasi timer
dan counter. Gambar 3 menunjukan desain plant simulator yang telah dibuat serta deskripsi kerja
simulator pencampur warna.

Gambar 3. Desain plant simulator pencampur warana


Deskripsi kerja plant simulator pencampur warna :
1) Ketika tombol START ditekan, maka secara otomatis VALVE 1 akan menyala dan
mengeluarkan cat warna yang ditampung dalam tangki. Selama VALVE 1 menyala maka
volume warna pada tangki pencampur akan bertambah dan akan mencapai batas SENSOR 1
dan SENSOR 2.
2) Ketika cat warna telah mencapai SENSOR 2, maka VALVE 1 yang tadinya membuka akan
kembali tertutup dan dalam waktu yang bersamaan VALVE 2 akan membuka dan mengisi
tangki pencampur dengan cat warna lain. Hal ini tentunya akan meningkatkan volume
warna dalam tangki sehingga cat bertambah dan akan menyentuh SENSOR 3.
3) Pada saat SENSOR 3 menyala artinya tangki dalam keadaan penuh dan VALVE 2 akan
menutup. Lalu secara otomatis MIXER pada tangki menyala dan melakukan proses
pencampuran dalam durasi waktu tertentu.
4) Setelah MIXER berhenti, VALVE 3 akan membuka secara otomatis dan cat yang telah
tercampur dikeluarkan dan nantinya tangki akan kembali kosong.
5) Ketika tangki pencampur dalam kondisi kosong maka VALVE 3 akan mati kemudian proses
kembali berjalan, dimana VALVE 1 akan menyala kembali dan sampai seterusnya.
6) Proses akan terus berjalan selama tombol STOP tidak ditekan.
Setiap komponen yang terdapat pada plant simulator terbagi menjadi dua bagian, pertama komponen
input dan kedua komponen output. Setiap komponen menggunakan pengalamatan yang digunakan
ladder diagram pada memori PLC.
Tabel 2. Pengalamatan I/O plant simulator
INPUT

PENGALAMATAN

START

000.00

STOP

000.01

SENSOR 1
SENSOR 2
SENSOR 3

000.02
000.03
000.04

OUTPUT
Mixer :
-M1
-M2
VALVE 1
VALVE 2
VALVE 3

PENGALAMATAN
100.03
100.04
100.00
100.01
100.02

Pengalamatan yang digunakan berpengaruh terhadap pengawatan pada trainer PLC terutama pada
plant simulator pencampur warna. Berikut pada gambar 4 menunjukan pengawatan dalam rancangan
trainer PLC.

Gambar 4. Pengawatan Trainer PLC


2.

Rancangan Ladder Diagram

Ladder diagram atau diagram satu garis adalah satu cara untuk menggambarkan proses kontrol.
Diagram ini merepresentasikan interkoneksi antara perangkat input dan perangkat output sistem
kontrol. Pada gambar 5 terdapat simbol-simbol kontak yang diberikan pengalamatan input seperti
START, STOP dan SENSOR. Dalam kondisi On kontak-kontak tersebut akan memberikan instruksi
pada coil yang diberi pengalamatan output seperti VALVE dan MIXER. Pada program ladder juga
terdapat work areadengan simbol kontak-kontak yang diberikan pengalamatan 16.00 sampai dengan
16.08. Work area berfungsi untuk mengendalikan setiap instruksi input yang diinginkan terhadap
output. Kemudian pada program ladder diagram sistem pencampur warna terdapat Timer dan Counter
untuk mengendalikan MIXER beroprasi secara otomatis.

Gambar 5. Rancangan Program Ladder Diagram dengan Aplikasi Komputer CX Programmer


3.

Perancangan HMI

Dalam merancang HMI untuk sistem otomasi pencampur warna, tahap pertama yang dikerjakan adalah
mendesain yaitu membuat tampilan berupa gambar atau simbol-simbol umum yang mudah dimengerti
oleh teknisi, tampilan HMI yang seperti ini ditujukan untuk kemudahan operator memahami dan
mampu mengoprasikannya dengan mudah. Desain tampilan HMI yang dibuat terdapat tiga tangki, dua
pompa, satu mixer dan objek-objek indikator lainnya.

Gambar 6. Desain Human Machine Interface dengan Aplikasi Komputer Cx Designer


Setelah desain tampilan HMI dibuat tahap selanjutnya adalah pengalamatan pada setiap objek.
Pengalamatan berfungsi untuk mengintegrasikan sistem ketika dijalankan antara PLC dengan HMI
pada Cx Designer. Pengalamatan ini dilakukan dengan menyesuaikan address word pada program PLC
dengan objek yang dibuat pada HMI. Seperti contoh pengalamatan pada objek POMPA 1 pada HMI
menggunakan pengalamatan 100.00 yang menyesuaikan pengalamatan pada program ladder diagram.
4.

Pengujian Trainer

Hasil penelitian diperoleh dari pengujian setiap kondisi dari proses pencampuran warna. Pengujian
dilakukan sesuai prosedur penggunaan trainer.
Kondisi 1 (K1) : Instruksi tombol START
Ketika tombol START pada trainer simulator ditekan maka lampu indikator VALVE 1 menyala, dalam
waktu yang sama objek POMPA 1 pada HMI menyala.

Gambar 7. Pengujian dalam Kondisi 1


Kondisi 2 (K2) : Instruksi tombol SENSOR 1
Tombol SENSOR 1 adalah untuk memberikan instruksi pada objek level meter pada HMI. Ketika
tombol SENSOR 1 ditekan maka objek level meter akan menunjukan pada operator bahwa volume
warna dalam tangki telah mencapai batas sensor tersebut.

Gambar 8. Pengujian dalam Kondisi 2


Kondisi 3 (K3) : Instruksi tombol SENSOR 2
Ketika tombol SENSOR 2 ditekan instruksi yang dijalankan adalah lampu indikator VALVE 2 pada
trainer simulator menyala dan lampu indikator VALVE 1 mati. Pada objek HMI POMPA 2 akan
menyala dan POMPA 1 mati.

Gambar 9. Pengujian dalam Kondisi 3


Kondisi 4 (K4) : Instruksi tombol SENSOR 3
.ketika tombol SENSOR 3 ditekan instruksi yang dijalankan adalah lampu indikator VALVE 2 &
VALVE 1 mati kemudian lampu indikator MIXER (M1 & M2) menyala secara bergantian. Pada objek
HMI mixer bekerja bolak-balik atau forward-riverse.

Gambar 10. Pengujian dalam Kondisi 4


Kondisi 5 (K5) : Pendistribusian warna tercampur
Pada kondisi ini lampu indikator VALVE 3 dan objek VALVE pada HMI akan menyala secara otomatis
ketika MIXER berhenti beroprasi. Instruksi ini dijalankan otomatis oleh pemograman ladder diagram
pada memori PLC dengan TIMER dan COUNTER.

Gambar 11. Pengujian dalam Kondisi 5


Kondisi 6 (K6) : Instruksi tombol STOP
Pada trainer terdapat tombol STOP yang difungsikan untuk mematikan proses pencampuran warna.
Tombol ini dapat bekerja dalam kondisi apapun, artinya apabila sistem dijalankan kembali program
pada plc akan kembali aktif dan melanjutkan proses pencampuran warna yang sedang berlangsung.
Sama halnya pada HMI intruksi STOP ini berpengaruh pada semua objek yang ada.

Gambar 12. Pengujian dalam Kondisi 6


Tabel 3. Data Hasil Pengujian Trainer Simulator
Kondis
i
K1
K2
K3
K4
K5

Input
Pb 1
1
0
0
0
0

Pb 2
0
1
1
1
0

Pb 3
0
0
1
1
0

Pb 4
0
0
0
1
0

Pb 5
0
0
0
0
1

VALVE 1

VALVE 2

1
1
0
0
0

0
0
1
0
0

Output
MIXER
M1
M2
0
0
0
0
0
0
TIM 1/0 #20
TIM 1/0 #20
0
0

VALVE 3
0
0
0
CNT #5
0

Keterangan :
Pb 1 = START, Pb 2 = SENSOR 1, Pb 3 = SENSOR 2, Pb 4 = SENSOR 3, Pb 5 = STOP, K 1-5 =
Kondisi 1-5.
TIM 1/0 #20 = Timer berlogika 1 (hidup) atau 0 (Off) dengan rentan waktu 20 micro second, CNT #5
= Counter atau penghitung input yang berlogika 1 sebanyak 5 kali maka output akan berlogika 1 (On).
Tabel 4. Data hasil pengujian HMI

10

HMI
Instruksi Input Trainer
Kondisi

K1
K2
K3
K4
K5

Pb
1
1
0
0
0
0

Pb
2
0
1
1
1
0

Pb
3
0
0
1
1
0

Pb
4
0
0
0
1
0

Pb
5
0
0
0
0
1

POMPA
1

1
1
0
0
0

POMPA
2

0
0
1
0
0

MIXER
FORWARD

REVERSE

0
0
0
TIM 1/0 #20
0

0
0
0
TIM 1/0 #20
0

VALVE

0
0
0
CNT #5
0

Level Meter
Low

Middle

High

0
1
0
0
0

0
0
1
0
0

0
0
0
1
0

KESIMPULAN
1.

2.
3.

PLC Omron CP1L dapat berkomunikasi dan mengendalikan trainer simulator dengan baik sesuai
dengan deskripsi kerja alat yang telah direncanakan sebelumnya. Program ladder diagram yang
tersimpan dalam memori PLC menjadi kunci utama dalam mengendalikan proses pencampuran
warna.
Trainer simulator pencampur warna ini tersusun dari beberapa komponen yang mendeskripsikan
dari proses pencampuran warna. Dengan pengalamatan input/ output yang sesuai dengan program
ladder diagram yang tersimpan pada memori PLC maka trainer ini dapat bekerja dengan baik.
Perancangan HMI disesuaikan dengan trainer simulator pencampur warna, setiap objek yang
terdapat pada HMI menggunakan pengalamatan yang sama sehingga dalam kondisi beroprasi
HMI berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Rozan, Amran. Aplikasi PLC Merek Omron Sysmac CP1A pada Sistem Gerak Otomatis Pintu
Garasi Mobil. Jurnal Teknik SIMETRIKA. 4. (1). 296-302.
[2] Syahid.(2013). Rancang Bangun Kendali Palang Parkir Mobil Menggunakan Smart Card
Berbasis PLC. Jurnal JTET. 2. (1). 31-37.
[3] Syahreza, Saumi. (2010). Rancang Bangun Pengendali Otomatik Ketinggian Fluida dan
Temperatur Menggunakan Programmable Logic Controller (PLC). Jurnal Rekayasa Elektrika. 9,
(1), 36-42.
[4] Abdullah, Ade Gafar. (2013). Pengembangan Alat Praktikum Dasar Otomasi Industri
Modular.Proceeding SNIPS 2013. ITB Bandung.
[5] Andani. (2011). Sistem Kendali Servo Posisi dan Kecepatan Motor dengan Programmable Logic
Controller. Jurnal Ilmiah Foristek. 1. (2). 101-111.
[6] Sutomo, Artono Dwijo. (2007). Simulasi Sistem Kontrol Berbasis PLC : Pembelajaran Berbasis
Kasus pada Matakuliah Programmable Logic Control. Jurnal ISSN. 371-376.
[7] Guo, Liping. (2009). Design Projects in a Programmable Logic Controller (PLC) Course in
Electrical Engineering Technology. The Technology Interface Journal/ Fall. 10. (1).
[8] Birbir, Yasar. (2008). Design and Implementation of PLC-Based Monitoring Control System for
Three-Phase Induction Motors Fed by PWM Inverter. International Journal of System
Applications, Engineering & Development. 1. (4). 128-135.
[9] Gaur, A.M, dkk. (2010). PLC Based Automatic Control of Rheometer. International Journal of
Control and Automation. 3. (4). 11-20.
[10] Ali Akayleh. (2009). Water Pumping System with PLC and Frequency Control. Jordan Journal
of Mechanical and Industrial Engineering. 3. (3). 216-221.
[11] Dickinson, Aaron. (2006). A Low-Cost Programmable Logic Control (PLC) Trainer for use
in a University Agricultural Electricity Course. Journal of Agricurture Technology, Management,
and Education. 21. 601-607.

11

Anda mungkin juga menyukai