Laporan Spirometri
Laporan Spirometri
PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
Praktikum Spirometri
B. Waktu dan Tanggal Praktikum
Praktikum dilaksanakan Jumat, 12 April 2013
C. Tujuan Praktikum
D. Dasar Teori
Fisiologi Sistem Pernapasan
Sistem
pernapasan
mempunyai
fungsi
utama
untuk
2. Respirasi Eksternal
Proses resapan oksigen (O2) dalam udara di alveoli ke dalam darah
di kapiler alveoli serta proses resapan karbon dioksida (CO2) dalam
arah sebaliknya. (Guyton, 2008).
Dengan ciri-ciri respirasi eksternal adalah :
Respirasi eksternal bersifat pasif
Tekanan di kapiler alveoli tinggi
Rongga dada mengecil
3.
Respirasi Internal
Merupakan pertukaran CO2 dan O2 antara kapiler sistemik dengan
sel jaringan. Po2 dalam kapiler darah adalah 105 mmHg sedangkan
Po2 dalam sel jaringan adalah 40 mmHg. Perbedaan tekanan ini akan
menyebabkan oksigen akan meresap keluar dari kapiler darah ke dalam
sel sehingga Po2 dalam kapiler darah menurun ke 40mmHg. Saat O2
meresap ke dalam sel, CO2 akan meresap kearah yang bertentangan.
(Guyton, 2008). Ciri-ciri respirasi eksternal adalah :
Tekanan di alveoli rendah
Rongga dada mengembang
Bersifat aktif
h. Kapasitas
paru
total
merupakan
volume
maksimal
ketika
paru
A. Spirometri
Spirometri
adalah
salah
satu
teknik
pemerikasaan
untuk
INDIKASI
KONTRAINDIKASI
Hemoptisis
Pneumotoraks
Status kardiovaskuler tidak
stabil
Kelainan dinding dada
Sianosis
Clubbing finger
Penderita batuk kronik dan produktif
Evaluasi perokok > 40 tahun
Penderajatan asma akut
Infark mokard
Emboli paru
Aneurisma selebri
Aneurisma toraks
Pasca bedah mata
Kecemasan (mual, muntah,
vertigo)
aliran
udara,
Rendahn ya
yang
juga
FEVl/FVC
melibatkan
(%)
saluran
merupakan
napas.
suatu
Cara Kerja
BAB II
ISI dan PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Data Probandus
Nama Probandus
: Abdul Rahman
Tanggal Pemeriksaan
Usia
Tinggi Badan
Berat Badan
Prediction
: 12/04/2013
: 19 tahun
: 165 cm
: 52 kg
: Comb
VC
Pred.
Act.
4.88
3.84
79
TV
0.61
IRV
1.65
ERV
1.58
IC
2.26
Pred.
4,67
4,05
-----
Act.
4,09
2,64
64,5
%
88
65
FEV1,0%t
PEF
FEF25-75
MEF75
MEF50
MEF25
83,8
5,08
7,99
5,31
2,47
68,8
4,30
1,85
4,16
1,79
1,05
46
36
52
34
43
B. Pembahasan
1.
umur, jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan. Kemudian, mouth piece
dipasangkan ke alat dan masukkan mouth piece ke dalam mulut probandus dan
probandus menutup hidungnya sendiri. Lalu alat mulai dinyalakan, setelah
dinyalakan, probandus mulai bernapas normal sampai timbul perintah dari alat
untuk ekspirasi dan inspirasi secara maksimal.
Data spirogram menunjukkan adanya penurunan kapasitas vital paru yaitu
3,84 L. Sehingga persentasenya hanya sebesar 65%. Pada hasil spirogram yang
normal menunjukkan banyaknya kapasitas vital paru yaitu 80% dari total
kapasitas paru, atau pada orang dewasa laki-laki sebesar 4800cc atau 4,8 L.
Penurunan kapasitas vital paru dapat disebabkan karena adanya penurunan
volume tidal, volume cadangan inspirasi maupun volume cadangan ekspirasi.
Karena kapasitas vital paru diperoleh dari hasil penambahan ketiga variabel
tersebut. Penurunan kapasitas vital paru pada probandus disebabkan oleh
penurunan:
Volume tidal = 0,61 L
Volume cadangan inspirasi = 1,65 L
Volume cadangan ekspirasi = 1,58 L
Sehingga didapatkan :
VC=TV+IRV+ERV
VC= 0,61 + 1,65 + 1,58
VC= 3,84 L
10
dinyalakan, segera setelah alat siap, tekan tombol start dilanjutkan dengan
eskpirasi dengan kuat melalui mouth piece. Sesuai instruksi alat, inspirasi dan
ekspirasikan secara cepat dan kuat kurang dari 6 detik.
Rasio FEV1/FVC yaitu:
FEV1/FVC = 4,05 / 4,67 X 100% = 86,72 %
Rasio FEV1/FVC meningkat yaitu 86,72 %. Pada kondisi normal rasio
FEV1/FVC yaitu 75 80 %. Data spirogran tersebut menunjukkan adanya
kelainan kombinasi obstruktif dan restriktif atau bentuk campuran.
Hal ini terjadi juga karena proses patologi yang mengurangi volume paru,
kapasitas vital dan aliran, yang juga melibatkan saluran nafas. Suatu indikasi
obstruktif saluran nafas dan kecilnya volume paru merupakan suatu restriktif.
Beberapa kerusakan dapat menghasilkan bentuk campuran obstruktif dan
restriktif, seperti penyakit parenkim paru yang melibatkan fibrosis pada saluran
nafas, sehingga terjadi obstruktif, misalnya adalah penyakit tuberkulosis paru.
Namun hasil spirogram ini dapat saja salah karena alat yang digunakan
merupakan standar dari Eropa yang tidak sesuai dengan standar orang Asia.
(Guyton & Hall, 1996; Astrand, 1970).
Hasil spirogram menunjukkan adanya kesalahan hasil yang diperoleh
disebabkan karena kesalahan melakukan prosedur pada saat pemeriksaan sedang
berlangsung, seperti:
1. Ukur tinggi dan berat badan hanya mengira-ngira tanpa mengukurnya secara
langsung. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan hasil spirogram karena tinggi
badan dan berat badan mempengaruhi asupan O 2 yang dibutuhkan oleh tubuh
karena secara tidak langsung dapat mempengaruhi kapasitas vital paru maupun
kapasitas total paru;
2. Probandus melakukan percobaan ini dengan perasaan yang kurang yakin atau
ragu saat pemeriksaan berlangsung. Hal ini mempengaruhi volume udara yang
dapat terukur oleh spirometer pada saat probandus melakukan inspirasi dan
ekspirasi;
11
hiperaktivitas
terhadap
rangsangan
tertentu,
yang
12
rhinitis,
ada
50%
kemungkinan
anaknya
akan
Pekerjaan
tertentu.
Sekitar
10%
penderita
asma
b. Pengobatan
Asma tidak dapat disembuhkan, tapi beberapa jenis obat dapat
membantu untuk mengontrol dan meringankan gejalanya. Obatobatan asma dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu obat pereda,
pencegah, dan pengontrol gejala. Kebanyakan obat asma diberikan
dengan perangkat inhalasi/inhaler, meskipun ada beberapa jenis
yang disediakan dalam bentuk tablet, sirup dan suntikan.
13
1) Obat pereda
Obat pereda memberikan bantuan segera dari serangan
asma. Jenis obat pereda antara lain adalah salbutamol,
terbutalin, bambuterol, fenoterol dan formeterol. Mereka
dikenal sebagai bronkodilator yang bekerja membuka saluran
udara sehingga ketika bernapas akan lebih lega. Secara umum,
obat pereda harus digunakan hanya saat terjadi serangan asma.
2) Obat pencegah
Obat pencegah membuat saluran udara kurang sensitif
terhadap
pemicu
dan
mengurangi
pembengkakan
dan
14
2. Bronkitis Kronis
Bronkitis kronis adalah penyakit di saluran napas yang diakibatkan
oleh reaksi peradangan yang berlangsung lama dan selanjutnya akan
berkembang menjadi Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM),
karena kelainan yang ada di selaput lendir akan menimbulkan gejala
berupa penyumbatan.
a. Penyebab
Faktor-fakor penyebab terserang Bronkitis kronis adalah:
asap rokok (tembakau), debu dan asap industri, dan polusi udara.
Disebutkan pula bahwa Bronkitis kronis dapat dipicu oleh paparan
berbagai macam polusi industri dan tambang, diantaranya:
batubara, fiber, gas, asap las, semen, dan lain-lain.
b. Pengobatan
15
3. Emfisema
Emfisema adalah penyakit kronik di paru yang irreversible dan
progresif. Penyakit ini dikarakteristikkan dengan kerusakan di
jaringan paru. Hilangnya elatisitas alami paru dan rusaknya jalan
udara di paru membuat metode inhalasi tidak efektif. Penderita
emfisema akan mengalami hiperinflasi karena tidak mendapatkan
udara cukup ke paru-paru mereka.
a. Penyebab
Emfisema disebabkan karena hilangnya elastisitas alveolus.
Alveolus sendiri adalah gelembung-gelembung yang terdapat
dalam paru-paru. Pada penderita emfisema, volume paru-paru lebih
besar
dibandingkan
dengan
orang
yang
sehat
karena
16
Penyakit restriktif
1. Pneumonia
Peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis
Terjadi infeksi
17
18
Gejala-gejala lain yang terjadi dapat berupa batuk non produktif yang ringan
atau nyeri dada. Sedangkan gejala lainnya menunjukkan etiologi dari efusi pleura
yang terjadi. Batuk produktif yang berat dan purulen atau batuk darah
menunjukkan kemungkinan pneumonia atau adanya lesi endobronchial. Nyeri
dinding dada yang konstan merefleksikan adanya invasi pada dinding dada akibat
karsinoma bronkogenik atau mesothelioma maligna. Nyeri dada pleuritis bisa
diakibatkan karena emboli paru atau bisa juga disebabkan adanya proses inflamasi
pada pleura. Sedangkan toksisitas sistemik yang ditunjukkan dengan demam,
penurunan berat badan mengarah pada kemungkinan empyema (Halim, 2006).
Dari pemeriksaan fisik, biasanya ditemukan pada efusi pleura yang telah
mencapai 300 mL, patologis dapat berupa:
1.
2.
Perkusi redup
3.
4.
Restrictive Extraparenchymal
3. Neuromuscular
Sebuah penyakit neuromuskular adalah gangguan yang mempengaruhi
sistem saraf perifer. Sistem saraf perifer meliputi otot, saraf-otot (neuromuscular)
junction, saraf perifer pada tungkai, dan motor-sel saraf di sumsum tulang
belakang. Lain sumsum tulang belakang atau otak penyakit tidak dianggap
penyakit "neuromuskuler" (University of Pittburgh, 2012).
4. Diaphragmatic weakness/paralysis
Kelemahan diafragma menyebabkan penurunan kekuatan diafragma.
Kelumpuhan diafragma merupakan bentuk ekstrem dari kelemahan diafragma.
Kelumpuhan diafragma merupakan masalah klinis yang umum, sementara
kelemahan diafragma, meskipun jarang, mungkin sering dikenal karena tes yang
sesuai untuk mendeteksi kehadirannya tidak dilakukan. Kelemahan dari diafragma
didapat dari hasil kelainan pada setiap situs sepanjang sumbu neuromuskulernya,
19
meskipun paling sering muncul dari penyakit pada saraf frenikus atau dari
myopathies mempengaruhi diafragma itu sendiri. Kehadiran kelemahan diafragma
dapat diduga dari keluhan dyspnea (terutama pada tenaga) atau ortopnea,
kehadiran yang cepat, pernapasan dangkal atau, yang lebih penting, gerak batin
paradoks dari perut selama inspirasi pada pemeriksaan fisik, pola terbatas pada
fungsi paru-paru pengujian, sebuah hemidiaphragm tinggi pada rontgen dada,
gerakan ke atas paradoks dari 1 hemidiaphragm selama pencitraan fluoroscopic,
atau penurunan tekanan inspirasi maksimal statis. Diagnosis kelemahan diafragma
dikonfirmasi, namun, dengan penurunan tekanan transdiaphragmatic maksimal
statis (Pdimax). Diagnosis kelumpuhan diafragma dikonfirmasi oleh adanya
potensi senyawa diafragma tindakan pada stimulasi saraf frenikus. Ada banyak
penyebab kelemahan diafragma dan kelumpuhan. Paling sering penyebabnya
adalah baik neuropati frenikus atau miopati diafragma. Seringkali neuropati atau
miopati mempengaruhi saraf atau otot yang dapat lebih mudah diselidiki untuk
menentukan dasar patologis yang spesifik dan oleh asosiasi dianggap bahwa
kelemahan atau kelumpuhan diafragma adalah sekunder untuk proses penyakit
yang sama (Lung, 1989).
5. Myasthenia gravis
Myasthenia gravis adalah penyakit neuromuskuler autoimun kronis yang
ditandai dengan berbagai tingkat kelemahan (sukarela) otot kerangka tubuh. Nama
myasthenia gravis, yang dalam bahasa Latin dan Yunani di asal, secara harfiah
berarti "kelemahan otot kubur." Dengan terapi saat ini, bagaimanapun, sebagian
besar kasus myasthenia gravis tidak sebagai "kuburan" sebagaimana namanya.
Pada kenyataannya, sebagian besar individu dengan myasthenia gravis memiliki
harapan hidup yang normal.
Ciri myasthenia gravis adalah kelemahan otot yang meningkat selama
periode aktivitas dan meningkatkan setelah periode istirahat. Beberapa otot seperti
yang mengontrol mata dan gerakan kelopak mata, ekspresi wajah, mengunyah,
berbicara, dan menelan sering, namun tidak selalu terlibat dalam gangguan
20
tersebut. Otot-otot yang mengontrol pernapasan dan gerakan leher dan ekstremitas
juga mungkin akan terpengaruh.
Myasthenia gravis disebabkan oleh cacat dalam transmisi impuls saraf ke
otot. Hal ini terjadi ketika komunikasi normal antara saraf dan otot terganggu di
persimpangan neuromuskuler tempat sel-sel saraf terhubung dengan otot-otot
yang mereka kontrol. Biasanya ketika impuls perjalanan ke saraf, ujung saraf
melepaskan zat neurotransmitter yang disebut asetilkolin. Asetilkolin perjalanan
dari sambungan neuromuskuler dan mengikat reseptor asetilkolin yang diaktifkan
dan menghasilkan kontraksi otot.
Pada myasthenia gravis, antibodi blok, mengubah atau menghancurkan
reseptor untuk asetilkolin pada sambungan neuromuskuler
yang mencegah
kontraksi otot. Antibodi ini diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh. Myasthenia
gravis merupakan penyakit autoimun karena sistem yang kekebalan yang biasanya
melindungi tubuh dari organisme asing keliru menyerang dirinya sendiri (NINDS,
2010).
6. Guillain-Bare Syndrome
Guillain-Barr syndrome (GBS) adalah gangguan di mana sistem
kekebalan tubuh menyerang bagian dari sistem saraf perifer. Gejala pertama dari
gangguan ini meliputi berbagai tingkat sensasi kelemahan atau kesemutan di kaki.
Dalam banyak kasus kelemahan simetris dan sensasi abnormal menyebar ke
lengan dan tubuh bagian atas. Gejala ini dapat meningkatkan intensitas sampai
otot-otot tertentu tidak dapat digunakan sama sekali dan, bila berat, orang itu
hampir lumpuh total. Dalam kasus-kasus gangguan yang mengancam kehidupan berpotensi mengganggu pernapasan dan, di kali, dengan tekanan darah atau
denyut jantung - dan dianggap sebagai darurat medis. Seperti seorang individu
sering memakai ventilator untuk membantu pernapasan dan diawasi dengan ketat
untuk masalah seperti detak jantung yang tidak normal, infeksi, pembekuan darah,
dan tekanan darah tinggi atau rendah. Kebanyakan orang, yang pulih dari kasus
21
22
karena itu, kelemahan otot dan sensasi kesemutan biasanya pertama kali muncul
di tangan dan kaki.
Ketika Guillain-Barr didahului oleh infeksi virus atau bakteri, adalah
mungkin bahwa virus telah mengubah sifat sel dalam sistem saraf sehingga sistem
kekebalan tubuh memperlakukan mereka sebagai sel asing. Hal ini juga mungkin
bahwa virus membuat sistem kekebalan tubuh itu sendiri kurang diskriminatif
tentang ada sel yang mengakui sebagai miliknya, yang memungkinkan beberapa
sel-sel kekebalan, seperti beberapa jenis limfosit dan makrofag, untuk menyerang
myelin. Limfosit T peka bekerja sama dengan limfosit B untuk memproduksi
antibodi terhadap komponen selubung mielin dan dapat berkontribusi pada
kerusakan myelin. Dalam dua bentuk GBS, akson diserang oleh antibodi terhadap
bakteri Campylobacter jejuni, yang bereaksi dengan protein pada saraf perifer.
Akut neuropati motorik aksonal sangat sering terjadi pada anak-anak di Cina. Para
ilmuwan sedang menyelidiki ini dan kemungkinan lain untuk menemukan
mengapa sistem kekebalan tubuh berjalan miring di Guillain-Barr syndrome dan
penyakit autoimun lainnya. Penyebab dan perjalanan Guillain-Barr merupakan
area aktif penelitian neurologis, menggabungkan usaha koperasi ilmuwan
neurologis, immunologis, dan virologis.
Setelah manifestasi klinis pertama dari penyakit, gejala dapat berkembang
selama jam, hari, atau minggu. Kebanyakan orang mencapai tahap kelemahan
terbesar dalam 2 minggu pertama setelah gejala muncul dan pada minggu ketiga
dari 90 persen dari semua penyakit pasien berada pada tahap terlemah mereka
(NINDS, 2011).
7. Muscular Dystrophies
Muscular dystrophies (MD) adalah kelompok lebih dari 30 penyakit
genetik yang ditandai oleh kelemahan progresif dan degenerasi dari otot rangka
yang mengontrol gerakan. Beberapa bentuk MD terlihat pada masa bayi atau masa
kanak-kanak, sementara yang lain mungkin tidak muncul sampai usia pertengahan
atau lambat. Gangguan berbeda dalam hal distribusi dan tingkat kelemahan otot
23
24
8. Chest Wall
Rongga dada yaitu rumah untuk paru-paru, jantung, dan bagian tubuh vital
lainya adalah ruang tulang dan otot yang dibingkai oleh sternum (dada), tulang
belakang, dan tulang rusuk. Seperti bagian lain dari tubuh, dinding rongga dada
rentan terhadap tumor. Tumor adalah setiap jenis pertumbuhan sel-sel yang
abnormal, apakah ganas (kanker) atau jinak (non-kanker). Tumor jinak dari
dinding dada yang tidak biasa.
Tergantung pada jenis dan karakteristik tumor dinding dada, mungkin
menimbulkan masalah serius atau ada masalah. Sebuah tumor ganas, tentu saja,
adalah masalah serius. Bahkan tumor jinak berbasis pada ukuran, lokasi, dan laju
pertumbuhan dapat menciptakan kesulitan. Misalnya, tumor jinak yang besar
dapat menekan paru-paru dan mengganggu pernapasan yang tepat. Mayoritas
tumor jinak, namun tidak menunjukkan gejala dan sangat sering tidak terdeteksi.
Orang dengan tumor ganas di dinding dada mungkin mengalami satu atau
lebih hal berikut:
Sementara diet dan gaya hidup, serta faktor keturunan yang diduga berada di
balik tumor tertentu, tidak ada penyebab yang
9. Kyphoscoliosis
Sindrom Ehlers-Danlos (EDS), bentuk kyphoscoliotic (sebelumnya
dikenal sebagai EDS VI) adalah gangguan umum jaringan ikat yang ditandai
dengan rapuh, kulit hyperextensible, bekas luka tipis, dan mudah memar,
kelemahan sendi umum, hypotonia otot yang parah saat lahir, skoliosis progresif,
hadir pada saat lahir atau dalam tahun pertama kehidupan, dan kerapuhan scleral.
Intelijen adalah normal, rentang kehidupan mungkin normal, tetapi individu yang
terkena beresiko untuk pecahnya arteri berukuran sedang dan gangguan
pernapasan jika kyphoscoliosis parah (Heather, 2013).
10. Obesity
Kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai abnormal atau berlebihan
akumulasi lemak yang menghadirkan resiko bagi kesehatan. Sebuah ukuran
populasi mentah obesitas adalah indeks massa tubuh (BMI), yaitu berat badan
seseorang (dalam kg) dibagi dengan kuadrat tinggi (dalam meter). Seseorang
dengan BMI 30 atau lebih umumnya dianggap obesitas. Seseorang dengan BMI
sama dengan atau lebih dari 25 dianggap kelebihan berat badan.
Kegemukan dan obesitas merupakan faktor resiko utama untuk sejumlah
penyakit kronis, termasuk diabetes, penyakit jantung, dan kanker. Sebelumnya,
kelebihan berat badan dan obesitas dianggap hanya ada di negara-negara
berpenghasilan tinggi, namun masalah tersebut sekarang secara dramatis
meningkat di negara berpenghasilan rendah dan menengah, khususnya di
perkotaan (WHO, 2013).
26
27
BAB III
KESIMPULAN
1.
Respirasi pada manusia ada tiga proses yaitu ventilasi pulmonari, respirasi
eksternal, respirasi internal.Volume udara ada empat macam, yaitu volume tidal,
volume cadangan inspirasi, volume cadangan ekspirasi, dan volume residu.
Kapasitas udara ada empat macam, yaitu kapasitas inspirasi, kapasitas vital,
kapasiras paru total, dan kapasitas residu fungsional.
2.
3.
Mengetahui aplikasi klinis pada kelainan obstruksi dan restriksi yaitu Obstructive,
Restrictive Parenchymal, dan Restrictive Extraperenchymal.
4.
28
Daftar Pustaka
Anderson.S, Wilson.L.M. Pathopysiology Clinical Concepts of Desease
Processes(terj. Adji Dharma). Bagian 1 edisi 2 cetakan VII. Buku
Kedokteran
ECG.Jakarta,1989, p:515-521.
Astrand. 1970. Text Book of Work Physiology. New York : McGraw-Hill.
Hal : 187 216.
Danusantoso, Halim. 2000. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates.
Dorlan,W. A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta:
EGC.
Ganong,WF. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20 alih bahasa dr. H.
M.
Djauhari Widjajakusumah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Penerbit EGC . Jakarta.
Guyton, Hall. 1996. Text Book of Medical Physiology. New York : W B Saunders
Company. Page 477 545.
Guyton. 1994. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi ke-7. Jakarta :
EGC Hal. 149 166, 202 204.
Guyton, Arthur C. 2006. Textbook of Medical Physiology, 11th ed. Elsevier, Inc:
Pennsylvania/
Halim, Hadi. 2006. Penyakit-Penyakit Pleura. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Edisi IV. Jakarta: FKUI.
http://www.depkes.go.id/downloads/Panduan%20Kesehatan%20Olahraga.pdf
29
http://medicalcenter.osu.edu/patientcare/healthcare_services/lung_diseases/about/s
pir ometers/Pages/index.aspx
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK1462/
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2509822
http://www.ninds.nih.gov/disorders/md/md.htm
http://www.ninds.nih.gov/disorders/myasthenia_gravis/detail_myasthenia_gravis.
htm
http://www.neurology.upmc.edu/neuromuscular/patient_info/what.html
http://www.spondylitis.org/about/as.aspx
http://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?
ContentTypeID=22&ContentID=ChestWallTumors
http://www.who.int/topics/obesity/en/
Karim.F. Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan.Nov 2002.
Kasper, et al. 2005. Harrisons principles of internal medicine 16th edition. The McGraw-Hill
Companies.
Maddapa, Tarun. 2009. Atelectasis Available. http://emedicine.medscape.com. 28
Mei 2012.
Martini HF.2004. the respiratory system. In : Fundamentals of anatomy and physiology 6th
edition. Chapter unit 23. Benjamin cummings pearson education.
Modul praktikum fisiologi jurusan kedokteran Unsoed
Price.S.A,Wilson.L.W. Patofisiologi Konsep Proses-Proses Penyakit. Bagian
2 edisi 4. Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 1995.
Rubins, Jeffrey. 2009. Pleural Effusion. http://emedicine.medscape.com. 28 Mei
2012.
Saladin, Ken. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function, 3rd
ed.McGraw-Hill Companies: Georgia.
Seeley, et al. 2004.Anatomy & Physiology: Sixht Edition. The McGraw-Hill Companies
Silbernagl, Stefan and Lang, Florian. 2006. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi.
Jakarta: EGC.
30
Sherwood L.2001.fungsi pernapasan. Dalam: fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta:EGC
Sodeman, 1995. Patofisiologi. Edisi ke-7. Jakarta : Hipokrates. Hal : 62 67.
Yulaekah, Siti. 2007.Paparan Debu & Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Industri
Yunus, Faisal. 1999. Penatalaksanaan Bronkhitis Kronik. Bagian Pulmonologi
kedokteran Universitas Indonesia Unit Paru RSUP Persahabatan:
Jakarta.Dapus
31