Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

SUB-STASE GASTROHEPATOLOGI

erdarahan Saluran Cern


Oleh:
1.
Fitri Febrianti Ramadhan (G99142099/ I-6-15)
2.
Selvia Anggraeni
(G99142101/ I-8-15)
Pembimbing:
Dr. Evi Rokhayati, Sp.A., M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET/ RSUD Dr.
MOEWARDI
SURAKARTA
2011

Definisi
Hilangnya

darah dalam jumlah yang


tidak normal pada saluran cerna, mulai
dari rongga mulut hingga anus.
Volume darah yang hilang dari saluran
cerna dalam keadaan normal sekitar 0,5
1,5 ml per hari.

Klasifikasi
Perdarahan

saluran cerna atas (di atas


ligamentum Treitz)
Perdarahan saluran cerna bawah (di
bawah ligamentum Treitz)

Manifestasi Klinis

Hematemesis: muntah darah merah segar


atau coklat tua seperti kopi akibat
perdarahan akut lambung atau duodenum
proksimal.
Melena
yaitu
keluarnya
tinja
yang
berwarna hitam atau seperti ter
Hematochezia atau enterorrhagia yaitu
keluarnya darah segar per rektum yang
berwarna merah cerah atau sedikit gelap

berasal dari saluran


cerna atas dengan batas di atas
ligamentum Treitz
Melena 90% berasal dari saluran
cerna atas terutama usus halus dan kolon
proksimal
Hematochezia berasal dari kolon,
rektum atau anus/saluran cerna bawah
atau bisa juga dari saluran cerna atas
dengan perdarahan yang banyak dengan
waktu singgah usus yang cepat.1,3
Hematemesis

Perbedaan klinis perdarahan


saluran cerna atas dan bawah:
Saluran cerna atas :
Hematemesis
Melena
Hematochezia dapat terjadi apabila perdarahan berat
(volume perdarahan sangat banyak)
Usus halus :
Melena
Hematochezia
Saluran cerna bawah :
Hematochezia, kecuali apabila motilitas usus berjalan
lambat

Anamnesis
Tentukan apakah anak betul-betul mengalami perdarahan
saluran cerna dari produk muntahan dan tinja. Beberapa
kasus yang sering dikelirukan dengan perdarahan saluran
cerna antara lain adalah:
Hematemesis dan melena :
Tertelan darah ibu pada saat persalinan atau saat
menyusu akibat puting yang lecet
Tertelan darah epistaksis
Mengkonsumsi makanan dan obat-obatan tertentu
Hematochezia :
Menstruasi
Hematuria

Seberapa

banyak volume darah yang hilang


untuk menentukan berat ringannya perdarahan
saluran cerna
Warna
darah dan jenis perdarahan untuk
menentukan lokasi perdarahannya.
Durasi perdarahan untuk menentukan kronisitas
perdarahan.
Gejala-gejala penyerta lain
Gejala penyerta GIT; diare, cramping, nyeri
perut, konstipasi, muntah.
Gejala sistemik lain; demam, timbulnya ruam,
pusing, pucat, sesak napas, berdebar-debar,
ekstremitas dingin.
Hematochesia akut disertai nyeri perut hebat.
Muntah

Riwayat penyakit sebelumnya: riwayat perdarahan,


riwayat penyakit hati
Riwayat penyakit keluarga: penyakit perdarahan
(bleeding diatheses), penyakit hati kronik, penyakit
saluran cerna (polip, ulkus, kolitis), pemakaian obatobatan tertentu
Riwayat minum obat-obatan yang mengiritasi mukosa
(mengkonsusmsi dalam jangka panjang) seperti
NSAID, steroid, obat-obatan sitostatika tertentu
Riwayat trauma abdomen

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Penunjang
Apabila tidak terdapat
tanda syok, penyakit
sistemik atau penyakit hati:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

darah rutin lengkap,


laju enap darah (LED),
Blood Urea Nitrogen
(BUN),
prothrombin time
(PPT),
partial thromboplastin
time (APTT),
Uji Guiac dengan
sampel muntahan
Uji Guaiac dengan
sampel tinja

Apabila terdapat tanda syok,


penyakit
sistemik,
atau
1.
Darah rutin lengkap
penyakit:
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

LED
BUN
waktu protrombin,
APTT
Guiac dari sampel tinja dan
muntahan
golongan darah dan cross
match
AST
ALT
GGT
BUN
Kreatinin
Albumin
protein total

Pemeriksaan Radiologi
1.

2.
3.

4.
5.
6.

Foto polos abdomen tanda-tanda enterokolitis nekrotikans


seperti dilatasi usus, penebalan dinding usus dan pneumatosis
intestinal
Bariem enema polip, malrotasi atau intususepsi
Foto kontras saluran cerna bagian atas kasus perdarahan
saluran cerna atas disertai gejala disfagia, odinofagia, atau
drooling
Ultrasonografi abdomen hipertensi portal dan penyakit
hati kronis
CT scan dan MRI kondisi vaskularisasi abdomen
Angiografi

Pemeriksaan endoskopi
Indikasi

Gastroskopi dan kolonoskopi:

mengetahui lokasi perdarahan,


mencari penyebab spesifik perdarahan
saluran cerna,
biopsi jaringan,
terapi intervensi

ENDOSKOP
I
GASTROSKOPI
TUMOR

ESOFAGUS
DIVERTIKEL
ESOFAGUS
VARISES ESOFAGUS
TUMOR GASTER
ULKUS PEPTIKUM
DIVERTIKEL
DUODENUM

KOLONOSKOPI
TUMOR

KOLON
TUMOR REKTUM
POLIP KOLON
DIVERTIKEL KOLON
VOLVULUS KOLON
SIGMOID

TERAPI

Suportif :
1.
Stabilisasi keadaan umum
a.
Bila syok atau anemia berat infus RL 10-20
ml/kgBB/jam, syok teratasi tetesan diperlambat
b.
Fresh whole blood (FWH) 10-15
ml/kgBB (pada
perdarahan masif untuk mempertahankan volume
intravaskular) packed red cell (PRC) (Pada perdarahan
masif untuk memperbaiki oxygen-carrying capacity).
Transfusi darah hingga hematokrit < 30 untuk
menghindari
kondisi
overtransfused
yang
dapat
meningkatkan tekanan porta dan memicu perdarahan
berulang.
c.
Vitamin K 1 mg/ th i.m. (maks 10 mg) bila ada
koagulopati
d.
Suspensi
trombosit

Koreksi
koagulasi
atau
trombositopeni apabila ada indikasi (Fresh Frozen Plasma,
trombosit)
e.
Koreksi gangguan elektrolit bila ada
2.
Oksigenasi diberikan pada perdarahan aktif masif dengan
syok.

Kontrol perdarahan
Perdarahan aktif :
1. Gastric Acid Secretion Inhibitor IV :
a. Ranitidin (histamin-2 antagonis) 1 mg/kgBB 24
mg/kgBB/hari infus kontinu atau 3 5 mg/kgBB/hari
terbagi 3 dosis (bolus)
b. Pantoprazole (proton pump inhibitor/PPI): anak-anak
40 kg: 20-40 mg/hari (maksimum 40 mg/hari)
2. Agen vasoaktif IV : Mempunyai efek menurunkan
tekanan vena porta dengan menurunkan aliran darah
splanik.
a. Okreotid (somatostatin analog): 1 mcg/kgBBiv bolus
(maksimal 50 mcg) 14 mcg/kgBB/jam.

b.

Perdarahan terkontrol dosis diturunkan 50%


perlahan-lahan tiap 12 jam hingga mencapai 25%
dosis pertama baru diberhentikan.

Vasopresine (antidiuretic hormone) 0,002 0,005


unit/kgBB/menit tiap 12 jam diturunkan dalam 2448 jam (maksimum 0,2 unit/menit).

Mencegah perdarahan

Gastric Acid Secretion Inhibitor (oral)

Ranitidin (histamin-2 antagonis) 2-3 mg/kgBB/kali, 23x/hari (maksimum 300 mg/hari)


Famotidin (histamin-2 antagonis) 0,5 mg/kgBB/kali,
2x/hari (maksimum 40 mg/hari)
Lansoprazol (PPI) 11,5 mg/kgBB/hari, 1-2x/hari
(maksimum 30 mg dua kali sehari)
Omeprazol (PPI) 1-1,5 mg/kgBB/ hari, 1-2x/hari
(maksimum 20 mg dua kali sehari)

Adhesive protection of Ulcerated Mucosa - (Oral) :

Sukralfat ( - Local adhesive paste) 40-80 mg/kgBB/


hari terbagi 4 dosis (maksimum 1.000 mg/dosis
terbagi dalam 4 dosis)

Mencegah

perdarahan varises :
Propranolol
( - beta adrenergic
blocker): 0,6-0,8 mg/kgBB/hari terbagi
24 dosis, dapat dinaikkan tiap 3 - 7
hari (maks 8 mg/kgBB/hari) hingga
mendapatkan
penurunan sedikitnya
25% dari denyut nadi awal. Propranolol
mempunyai efek menurunkan tekanan
vena porta dengan menurunkan aliran
darah mesenterik.

Pemasangan NGT
saluran cerna bagian atas
pembilasan lambung melalui NGT dg 50-100
mL Nacl 0,9% tiap 1-3 jam sampai cairan
lambung bersih
Tujuan:
Perdarahan

mengeluarkan sisa jendalan darah,


melihat apakah perdarahan masih berlangsung,
untuk menentukan tempat/sumber perdarahan,
memperkirakan jumlah perdarahan,

Sumber Pustaka
1.
2.

3.
4.
5.

6.

7.

Boyle JT. Gastrointestinal bleeding in infants and children. Pediatr


Rev. 2008;29:39-52.1.
Kay M, Wylliie R. Gastrointestinal hemorrhage. Dalam: Hyams JS,
Wyllie R, penyunting. Pediatric 2. Gastrointestinal and Liver
Disease. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006. h.203-15.
UKK Gastro-Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Modul
perdarahan saluran cerna pada Anak. 3. Edisi pertama, 2010
Collins D, Worthley LIG. Acute Gastrointestinal Bleeding: Part I.
Clinical Care and Resuscitation. 4. 2001;3:105-116.
Cappell MS, Friedel D. Initial management of acute upper
gastrointestinal bleeding: from initial 5. management up to
gastrointestinal endoscopy.Med Clin A Am.2008;92:491-509.
Ament ME. Diagnosis and management of upper gastrointestinal
tract bleeding in pediatric patient. 6. Pediatr Rev. 1990;12:10716.
Silber G. Lower Gastrointestinal Bleeding. Pediatr Rev.
1990;12:85-92.7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

Dehghani SM, Haghighat M, Imanieh MH, Tabebordbar MR. Upper


gastrointestinal bleeding in children 8. in Southern Iran.Indian. J
Pediatr. 2009;76:635-38.
Kalyoncu D, Urgancy N, Cetinkaya F. Etiology of upper
gastrointestinal bleeding in young children. 9. Indian J Pediatr.
2009;76:899-901.
Shneider BL. Portal Hypertension. Dalam: Suchy FJ, Sokol RJ,
Balistreri WF, penyunting. Liver disease in 10. children.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2000. h.129-51.
Puleo J, Grace N.D. Portal hypertension and gastrointestinal
bleeding. Dalam: Friedman L.S, Keefe E.B 11. penyunting.
Handbook of liver disease. Edinburg: Churchill Livingstone; 1998.
h.139-49.
Arora NK, Ganguly S, Mathur P, Ahuya A, Patwari A. Upper
gastrointestinal bleeding: etiology and 12. management. Indian J
Pediatr. 2002;69:155-68.
Lazzaroni M, Petrillo M, Tornaghi R, 13. Massironi E, Sainaghi M,
Principi N, dkk. Upper GI bleeding in healthy fullterm infants: a
case-control study. Am J Gastroenterol. 2002;97(1):89-94.

Anda mungkin juga menyukai