RESPIRASI
Professional
invaders:
menyerang
saluran
nafas
yang
sehat
(flu
umum,
virus
influenza,
dll)
Sekunder
invaders:
sebabkan
penyakit
ketika
imunitas
sedang
terganggu
(pseudomonas)
Mekanisme
protektif
Flora Normal: terbatas di saluran atas saja, saluran nafas bawah steril.
Pharyngitis
Kebanyakan
oleh
virus:
Adenovirus
Bakteri:
Streptococcus
pyogenes
(grup
A-
hemolytic
streptococci).
Jarang:
Corynebacterium
diphteriae,
grup
C
dan
G
hemolitik
streptococci
Candida
(jamur)
Ciri:
pasien
demam,
nyeri
tenggorok,
dapat
terlihat
adanya
pus
Epiglotitis
Akut
Emergency
infektif:
krn
haemophilus
influenza
capsular
tipe
B
Skrg
sudah
jarang
krn
ada
HIB
vaksin
S.
pyogenes
pada
dewasa
Bisa
disebebkan
obstruksi
respirasi
akut
edema
&
inflamasi
Gejala:
nyeri
tenggorok,
demam
tinggi,
hipersalivasi
Diphteria
Penyakit
krn
toxin
dari
Corynebacterium
diphteriae
Inkubasi:
2-5
hari
Biasanya
faring
dan
tonsil:
pseudomembran
obstruksi
respirasi
Efek
toksin:
myocarditis,
neurophaty
STREPTOCOCCI
MORFOLOGI:
gram
(+),
rantai/pasangan,
biasanya
berkapsul,
non
motil,
tidak
membentuk
spora,
fakultatif
anaerob,
butuh
CO 2,
katalase
(-)
Kebutuhan
Oksigen:
-
Anaerob
(Peptostreptococcus)
-
Aerob/fakultatif
anaerob
(streptococcus)
Serology
(Lanciefield
Classification):
berdasarkan
antigen
dinding
bakteri
C-Carbohydrate
antigen
KLASIFIKASI
Grup
A:
S.
pyogenes
Grup
B:
S.
agalactiae
Grup
D:
Enterococcus
Grup
C:
S.
equisimitis
Grup
G-F
Non
grup:
S.
pneumonia,
S.
viridans
Hemolisis
Sebagian
Warna
hijau
sekitar
koloni
Non
grup:
S.
pneumonia,
S.
viridans
Sensitif
Optochin:
S.
pneumonia
Resisten
Optochin:
S.
viridans
dan
grup
D
Hemolisis
Sempurna
Zona
bening
sekitar
koloni
Grup
A
&
B:
S.
pyogenes
dan
S.
agalactiae
Sensitif
bachitracin:
Grup
A
Resisten
Bachitracin:
grup
B,C
Hemolisis
Tidak
lisis
Grup
D:
Enterococcus
spp
Streptococcus
pyogenes
Aderens
thd
sel
epitel
(>
10
adesi
molekul)
Invasi
ke
sel
epitel
(dibantu
oleh
protein
M&F,
penting
untuk
infeksi
ke
jaringan
yang
lebih
dalam
Menghindar
dari
opsonisasi
dan
fagositosis
(M
protein
dan
C5a
peptidase)
Hasilkan
enzim
dan
toxin,
c/
streptolisin,
streptokinase,
dll
Factor
virulensi:
- Protein
M,
F
dan
as.
Lipoteichoidaderens
- Kapsul
as.
Hiluronat
sbg
penyamaran
imunologi
dan
menghindari
dari
fagositosis
- Menghasilkan
enzim
dan
hemolysin
untuk
Invasi
dan
destruksi
seperti
streptokinase,
streptodornase,
hyduronidase,
streptolysin
- Exotoxin
spt
pyrogenicsebabkan
demam
scarlet
dan
sindrom
shock
toxic
Komplikasi:
- Demam
reumatik
- Glomerulonephritis
:
deposisi
complex,
antigen
streptococcus
dgn
antibody
di
ginjal
glomeruli
rusak
Streptococcus
pneumonia
Gram(+),
diplokokus
lancet,
hemolytic
Reaksi
quellung
untuk
identifikasi
bakteri
Saat
mencapai
paru
melalui
aspirasi
pneumonia
supuratif
akut
Saat
masuk
darah
dan
meninges
akut,
supuratif,
kadang
mengancam
jiwa
Jadi
penyakit:
kemampuan
invasi
dengan
cara
multifikasi
di
jaringan
Factor
virulensi:
kapsul,
dinding
sel
polisakarida,
fosforilkolin,
pneumolysin
(menghancurkan
sel
bersilia),
protease
IgA
(utk
hambat
sekresi
IgA)
Mekanisme
pertahanan
host:
sel
bersilia
disaluran
nafas
dan
lien
Hilangnya
resistensi
natural
pada
host:
saluran
nafas
abnormal
(setelah
infeksi
virus),
alcohol/obat,
transplant
ginjal/penyakit
ginjal
kronik,
malnutrisi,
sickle
cell
anemia,
hiposplenisme,
splenectomy,
anak
kecil,
manula
Gejala:
demam,
menggigil,
sakit
tajam
pada
dada.
Sputum
coklat/darah,
emphyema
(pengumpulan
pus
diruang
antar
paru
dan
permukaan
dalam
dinding
dada
(ruang
pleura)
Diagnosis
Lab:
- Metode
deteksi
Ag:
antigen
streptokokus
grup
A
Diagnosis
Lab:
dari
swab
tenggorok
- Sputum:
pewarnaan,
tes
quelling
- Serologi:
titrasi
ASO
utk
infeksi
pernafasan,
anti
- Kultur
sputum,
aspirasi
sinus/kuping
tengah
di
DNAase
B,
dll
agar
darah
dengan
CO2
5-10%
- Kultur:
diagar
darah
di
udara
- Identifikasi:
empedu,
sensitivitas
optokin
- Identifikasi
- Deteksi
Ag:
kapsul
polisakarida
di
cairan
tubuh
Streptococcus
viridans
hemolytic
/
hemolytic,
termasuk
nongrup
berkoloni
di
orofaring,
sal.
GI,
sal.
Urin,
permukaan
kulit
produksi
complex
polisakarida
ekstraseluler
untuk
menempel
di
permukaan
sel
host,
contoh:
glucan
dan
dextran.
Missal:
pada
sel
endotel
dan
permukaan
gigi
(caries
gigi)
penyakit:
- SBE
- Infeksi
intra
abdominal
- Caries
dentist
Komplikasi:
penyebaran
ke
organ
lain
sinusitis,
meningitis,
endocarditis
Morfologi
Virulensi
Corynebacterium diphteriae
Pathogenesis
Diagnosis
Control
Haemophilus
Morfologi:
Kecil,
gram(-),
pleomorfik,
kokobasil,
nonmotil
Tumbuh
di
kultur
agar
coklat
dan
butuh
hemin
exogenous
dan
atau
NAD
(V
factor)
Habitat:
saluran
nafas
atas,
GI,
genital
(kecuali
H.
ducreyi
krn
bukan
flora
normal)
Ex:
Moraxella
Morfologi:
gram(-),
diplokokus,
biasanya
muncul
dalam
PMN
neutrophil
Kultur
M.
catarrhalis
di
agar
darah
domba
dan
agar
coklat
dengan
CO2
3-7%
Mode
infeksi:
strain
endogenous
orofaring
menyebar
ke
daerah
steril
oada
batang
trakeobronkial,
telinga
tengah,
sinus
Fusobacterium
Morfologi:
anaerob,
tidak
membentuk
spora,
basil
gram(-)
Infeksi
pada
manusia
biasanya
oleh
F.
necrophorum
subspecies
furduliforme.
Tapi
bisa
F.
nucleatum,
F.
gonidiaformans,
F.
noviforme,
F.
mortiferum,
F.
varium
Infeksi
paling
banyak
dikalangan
dewasa
dan
-
-
-
-
-
Mycoplasma
Legionella
Morfologi:
Morfologi:
Morfologi:
- Kokobasil,
gram
(-),
obligat
aerob,
nonmotil
- Family:
Mycoplasmataceae,
organisme
yg
hidup
- Family:
Legionellacpae,
batang
gram(-)
- Tumbuh
pada
suhu
35-37oC,
fermentasi
KH,
bebas
terkecil
- Motil
dengan
flagella
polar,
obligat
aerob,
mengoksidasi
asam
amino
- Tumbuh
lambat,
fakultatif
anaerob,
fastidious
facultative
intrasel
- Secara
umum
positif
katalase
(B.
pertusisvariatif)
- Membrannya
mengandung
kolesterol
- B.
pertussis
!
pertussis
(whooping
cough)
-
dinding
sel
pleumorfik,
susah
diwarnai
gram,
dimanusia
resisten
thd
antibiotic
aktif
dinding
sel
(penisilin,
- B.
parapertussis
!
whooping
cough
ringan
sefalosporin)
- B.
bronchiseptica
!
opportunistic
pada
respiratory
- Pd
media
tbtk
koloni
spt
telur
mata
sapi
dan
tract
dan
luka
infeksi
pada
manusia,
batuk
kemel
bergranular
pada
anjing
- B.
avium
!
coryza
burung
Bordetella
pertussis
Mycoplasma
pneumonia
Legionella
pneumophila
Sebabkan
pertussis/whooping
cough
(parah/tidak
PPLO
(pleuropneumoniae
like
organism)
Fastidious
(L-sistein&Fe,
media:
BCYE)
dapat
control
batukyang
dapat
menyebabkan
Sebabkan
pneumonia
atypical
atau
pneumonia
Infeksi:
lwt
tempat
air
hangat
(hottubes),
system
AC,
muntah
dan
aspirasi/
sesak
nafas)
berjalan
(gejala)
system
keran
Transmisi:
sangat
menular
lwt
droplet
atau
sekresi
Banyak
pd
anak,
dws
muda,
populasi
padat
Gejala:
sama
dengan
flu
berat
&
bisa
demam,
respirasi.
Paling
menular
saat
fase
catharal
&
2mg
menggigil,
nafsumakan(-),
sakit
kepala,
letargi
setelah
onset
PATOGENESIS
transmisi
orangorang
Factor
virulensi:
1. Penempelan
Factor
resiko:
rokok,
alcohol,
usia
tua,
penyakit
- Filamentous
hemaglutinin
(FHA):
untuk
nempel
di
- P1
adesin
berikatan
di
as.
Sialik
pada
sel
epitel
(limfoma,
pulmo,
emfisema),
imunokompremis
-
-
-
-
-
-
-
-
Patogenesis :
host
- Kolonisasi
di
sal.
Nafas
sessasi
gerakan
silia
1. Tracheobronchitis
-
2. Pneumonia:
-
- Pneumonia
atypical
primer
(ringan
tp
durasi
-
lama)
- Inkubasi:
2-3mg
demam,
skt
kpl,
malaise
-
- Batuk
presisten
produktif
- Tanda
Radiologi
mendahului
gejala
-
- Resolusi
lambat
biasanya
fatal
KOMPLIKASI
- Extrapulmonal
(miokarditis,
pericarditis,
encephalitis,
sindrom
gulaillan
barre,
s.
steven
Johnson)
LAB
1. Kultur:
sputum
diambil
2-3mg
2. PCR
3. Serologi:
- Test
fixasi
komplemen
(4-bing,
+
jika
ada
titer
Ab)
- Cold
agglutinin
(spesifik)
- ELISA
(igM)
TREATMENT:
Makrolida
(eritromisin,
azithromisin,
clarithromycin)
PATOGENESIS
Host:
protozoa
dan
makrofag
alveolus
manusia
Pathogen
intraselular
invasi
dan
replikasi
selama
di
fagosom
2
fase:
1. Fase
replikasi
(toxin/rendah,
flagel)
2. Fase
infeksius
(toxin,
flagel)
Virulensi:
fili
tipe
IV
(utk
nempel),
LPS
(endotoxin)
GEJALA
Masa
inkubasi:
2-10hari
Sindrom
klinis:
pneumonia
Sindrom
local:
demam
tinggi,
skt
kepala,
batuk,
sakit
dada,
nausea,
dyspnea,
hemoptasis
Sistemik:
disorientasi,
muntah,
bingung,
nausea,
diare,
insuf
ginjal
Demam
pontiak:
infeksi
lebih
ringan
dgn
2-5
hari
setelah
infeksi,
pneumonia,
bisa
sembuh
sendiri
KOMPLIKASI:
gagal
paru,
kematian
LAB
1. Kultur:
- Sampel:
sputum,
specimen
biopsy
paru,
cavum
pleura,
darah
- Inokulasi
di
agar
BCYE
yang
mengandung
L-
systein,
besi,
polimixin
B,
anysomisin,
vancomysin
2. ELISA
- Sampel:
sera
paired
(fase
akut
dan
konvalesen)
- Kenaikan,
four
fold
Ab
titer
+
3. Deteksi
Ag
urin:
prinsip
ELISA
sandwich
imunokromatografi
TREATMENT
Eritromisin
Makrolida
dosis
tinggi
I/V
-
-
Komplikasi:
Pada
anak:
pneumonia,
komplikasi
neurologis
(kejang,
enselopati),
apnea,
kematian
Dewasa:
pneumonia,
BB,
hilang
kendali
BAK,
fraktur
iga
(usia
lanjut)
LAB:
1. Isolasi
dan
kultur
-
Sampel
nasofaring
posterior:
Dacron/swab
alginate
calcium
-
Fastidious
MO:
butuh
nutrisi
yg
khusus
utk
tumbuh
agar
charcoal,
bordet
gengou
agar,
Tegan
lowe
agar
2. PCR:
sensitifitas
optimumambil
sample
3mg
1
3. Ab
flouresen
direct:
utk
screening
4. Serologi:
+
jika
igA
terdeteksi
dgn
whole
cell
B
pertussis
PENCEGAHAN
1. Vaksin
whole
cell
pertussis
- Mengandung
suspense
sel
B
pertussis
yang
diinaktifasi
dengan
formalin
- Dikenal
sbg
DTwP
(difteri,
tetanus,
whole
cell
pertussis)
jarang
- Efisiensi
80-90%,
perlindungan
menurun
5-10
tahun
setelah
booster
terakhir
- Rx
local:
merah,
bengkak,
sakit
saat
penyuntikan,
demam
2. Vaksin
pertussis
aselular
- Mengandung
komponen
yang
aktif
(FHA,
PT,
pertactin,
fimbriae)
- Dikenal
sbg
DTaP
(utk
anak-anak
usia
6mg-
6thn)
atau
Tdap
(utk
dws
10-64thn)
- Efikasi
80-85%
- Rx
local:
<DTwP
Treatment:
antibiotic
- Makrolida:
eritromisin,
azithromisin,
kloritramisin
- Tetrasiklin:
doxyciline
-
-
-
-
-
Azithromycin
Rifampicin
Floroquinolon
Terapi
suportif
(ventilasi,
dialysis
ginjal,
rehidrasi,
koreksi
ketidakseimbangan
elektrolit
Mengontrol
(klomasi
air
dgn
suhu
60oC
SIKLUS
HIDUP
EB:
menginfeksi
tapi
tidak
bereplikasi
RB:
replikasi
tp
tidak
menginfeksi
Chlamydophila
pneumonia
Obligat
intraseluler,
dikenal
sbg
agen
respiratori
akut
Taiwan
C.
psittrasi
dan
C.
pneumonia
infeksi
sal.
Nafas
jarang
sebabkan
penyakit,
tp
bisa
sebabkan
menigoencepalitis,
arthritis,
myocarditis,
sindrom
gullain
barre
tidak
ada
vaksin
EB
berubah
jadi
RB
membelah
secara
Sintesis
RNA
&
Elementary
body
Reticulate
b
ody
(
RB)
biner
(EB)
n
empel
d
i
protein
E
B
d
alam
s
el
(8jam)
(12
Jam)
(1-6jam)
reseptor
sel
(0jam)
Infektifitas
RB
jadi
EB
lagi
Pembentukan
Lisis
sel
dan
Sintesis
DNA
sel
host
gagal,
RB
naik
(infektifitas
Lanjut
pengeluaran
EB
induksi
yang
produksi
DNA,
RNA,
dll
(24jam)
(30jam)
membelah
rendah)
(48jam)
mengandung
EB&RB
Histoplasmosis
capsulatum
sebabkan
infeksi
subklinik
Coccidioides
immitis
Blastomycosis
lewat
inhalasi
arthrospora
karena
Blastomyces
dermatitidis
biasanya
subklinis
tapi
factor
prediposisi
infeksi
dimulai
di
paru
dan
(lemah,
krg
gizi)
bisa
memperparah
menyebar
utk
menyebabkan
gejala:
sakit
dada,
demam,
batuk,
BB
abses
extensive
siklus
hidup:
Pneumocystis
pneumonia
karena
pneumocystis
jiroveci
(carinni)
pneumocystis
jiroveci
opportunistic
pathogen
yang
menyerang
pasien
kanker/imunosupresan
jk
tdk
ditangani
fatal
PENYAKIT
DALAM
Definisi
Faktor
yang
mempengaruhi
Patogenesis
Klasifikasi,
berdasarkan tempat
Cara
pengambilan
specimen
Gambaran klinis
Pemeriksaan Fisik
PNEUMONIA
Peradangan
paru
yang
disebabkan
oleh
mikroorganisme:
bakteri,
virus,
Jamur,
parasite
Pneumonitis:
Peradangan
parenkim
paru
yang
disebabkan
oleh
zat
iritan,
radiasi,
bahan
korosif
Mekanisme
pertahanan
paru
Kolonisasi
bakteri
di
saluran
napas,
saluran
nafas
bawah
steril
tdk
memiliki
flora
normal
Pembersihan
saluran
napas
terhadap
bahan
infeksius
Masuknya
mikroorganisme
ke
saluran
napas
bawah
- Inhalasi
langsung
dari
udara
- Aspirasi
bahan-bahan
di
nosofaring
dan
orofaring,
contoh:
tersedak
- Perluasan
langsung
dari
tempat-tempat
lain:
penyakit
infeksi
di
organ
lain
- Penyebaran
hematogen
Community
Acquired
Pneumonia
(CAP),
di
masyarakat
Definisi:
pneumonia
yang
didapat
diluar
Rumah
Sakit
Etiologi:
banyak
disebabkan
oleh
kuman
gram
positif.
Akhir-akhir
ini
banyak
gram
negatif
Hospital
Acquired
pneumonia
(HAP),
di
rumah
sakit
Ventilator
Associated
Pneumonia
(VAP),
karna
pemakaian
ventilator
Health
Care
Associated
Pneumonia
(HCAP),
missal:
org
yang
di
panti
jompo
Dahak,
kurang
efektif
karena
mudah
terkontaminasi
oleh
kuman
di
sal.
Atas
Darah,
kalau
orang
bakterimia
tidak
akan
ketemu
kumannya
Cairan
pleura,
kadang
bisa
temukan
kuman
di
pleura
tp
jarang
Bronkoskopi,
bisa
menggunakan
sikatan
di
bronkus,
bisa
dengan
bilasan,
atau
di
kuras
dgn
BAL
(bronco
alveolar
lavas)
Transtorakal
aspirasi:
menusuk
melalui
dinding
dada
Transtrakeal
aspirasi:
menusuk
di
trakea
Tanda-tanda
infeksi
saluran
napas
akut
Demam,
suhu
tubuh
meninggi
Nyeri
otot,
sendi
Batuk,
sputum
purulen/mukoid
kadang-kadang
ada
darah
Dada
sakit
tertinggal
waktu
bernapas
Suara
napas
bronkial
atau
menurun
Ronki
basah
halus
-
ronki
basah
kasar
10
Foto
Ro
LAB
Terdapat
konsolidasi
Jumlah
lekosit
meninggi
(>
10.000/ul)
LED
meninggi
Hitung
jenis
lekosit
bergeser
ke
kiri
Kultur
darah
(+)
:
20-25%
penderita
Ureum
meninggi,
kreatinin
normal
Perbedaan
gambaran
Gambaran
Klinis
klinis
pneumonia
Onset
atipik
dan
tipik
Suhu
Batuk
Dahak
Gejala
lain
Gejala
diluar
paru
Pewarnaan
gram
Radiologi
Lab
Penilaian
berat
Procalcitonin
(PCT)
C-Reactive
Protein
(CRP)
- PCT
meningkat
terutama
pada
infeksi
- Nilai
normal
CRP
adalah
3
mg/L.
bakterial
berat,
sepsis,
syok
septik
dan
- Kadar
CRP
10
mg/L
merupakan
indikasi
sindrom
disfungsi
multiorgan
(MODS).
inflamasi
yang
signifikan.
- Kadar
PCT
>
2
ng/mL
menjadi
- Kadar
CRP
di
atas
100mg/L
dapat
prediktor
bakteremia,
sepsis,
syok
digunakan
untuk
menentukan
septik
dan
MODS.
prognosis
dan
kebutuhan
ventilasi
- PCT
sebagai
panduan
pemberian
mekanis
pada
pasien
pneumonia
antibiotik
intensif
(PCT
0.25
atau
0.5
ng/L).
- Menghentikan
antibiotik
bila
kadar
PCT
menurun
tajam.
Atipik
(mycoplasma,
legionella,
chlamydia)
Tipik
(S.
pneumonia)
Gradual(bertahap)
Kurang
tinggi
Non
produktif
Mukoid
Nyeri
kepala,
myalgia,
sakit
tenggorokan
Sering
Akut
Tinggi,
mengigil
Produktif
Purulent(ada
pus)
Jarang
Lebih
jarang
Kokus
(+)/(-)
Konsolidasi
lobar
Kadang
lebih
tinggi
Jarang
CURB
65
11
penyakit
Demografi
Usia
:
laki-laki,
umur
(tahun)
Perempuan,
umur
(tahun)
-
10
Perawatan
di
rumah
+
10
Penyakit
penyerta
Keganasan
+
30
penyakit
hati
+
20
gagal
jantung
kongestif
+
10
penyakit
cerebrovascular
+
10
penyakit
ginjal
+
10
Pemeriksaan
fisik
Perubahan
status
mental
+
20
Tekanan
darah
sistolik
<
90
mmHg
+
20
Suhu
tubuh
<
35oC
atau
>
40oC
+15
Nadi
>
125
kali/menit
+
10
Lab/Radiologi
Analisis
gas
darah
arteri
:
pH
<
7,35
+
30
BUN
>
30
mg/dl
+
20
Natrium
<
130
meg/liter
+
20
Glukosa
>
250
mg/dl
+
10
Hematokrit
<
30%
+
10
PO2
<
60
mmHg
+
10
Efusi
pleura
+
10
Indikasi
rawat:
12
Penatalaksanaan
13
Fluorokuinolon
Golongan
laktam
ditambah
anti
laktamase
laktam
ditambah
makrolid
pseudomonas:
Antipneumokokal,
antipseudomonas
laktam
(piperacilin-tazobaktam,
sefepime,
imipenem
atau
meropenem)
ditambah
levofloksasin
750
mg
ATAU
laktam
seperti
tersebut
di
atas
ditambah
aminoglikosida
dan
azitromisin
ATAU
laktam
seperti
tersebut
di
atas
ditambah
aminoglikosida
dan
antipneumokokal
fluorokuinolon
(untuk
pasien
yang
alergi
penisilin,
laktam
daiganti
dengan
aztreonam)
Bila
curiga
ada
infeksi
MRSA
(metysilin
resisten
staphilococus)
tambahkan
vankomisin
atau
linezolid
Terapi
Sulih
(pengganti)
14
BRONKITIS
AKUT
Definisi:
Infeksi
purulen
trakea
dan
bronkus
sebagai
komplikasi
infeksi
saluran
napas
oleh
virus.
Perbedaan
dengan
kronik:
bukan
karena
infeksi
Etiologi
Gejala
klinis
Gambaran
klinis
Diagnosis
banding
Pengobatan
Komplikasi
Pneumococcus
Biasanya
didahului
Batuk
kering
Karsinoma
bronkus
Antitusif
Pneumonia
Haemophilus
ISNA
beberapa
hari
Nyeri
restrostenal
TB
paru
Antipiretik
Pleuritis
influenza
Demam,
menggigil,
Sesak
napas
Antibiotik
Efusi
pleura
!
empiema
Staphylococcus
nyeri
tenggorok,
nyeri
Mengi
Bronkodilator,
bila
Sinusitis
pyogenes
otot,
nyeri
sendi
Demam
ada
bronkospasme
Hemoptisis
Batuk,
sputum
Gejala:
ringan
sampai
Bila
perlu
berikan
Abses
otak
mukoid
/
purulen
berat
steroid
kadang-kadang
Gejala
berat
pada
berdarah
orang
muda
dan
orang
Sesak
napas
tua
Radiologis
Normal
Corakanbronkovaskular
kasar
Definisi
Faktor resiko
Diagnosis
PPOK
Penyakit
Paru
Obstruktif
Kronik
(PPOK)
penyakit
kronik
saluran
napas
yang
dapat
dicegah
dan
diobati
Ditandai
oleh
hambatan
aliran
udara
yang
tidak
sepenuhnya
reversibel
dan
bersifat
progresif
yang
berhubungan
dengan
inflamasi
ronik
sebagai
respons
tehadap
partikel
atau
gas
yang
berbahaya
Eksaserbasi
dan
ko-morbiditas
berkontribusi
terhadap
beratnya
penyakit
Pajanan
(Exposures)
Faktor
Host
- Kebiasaan
merokok
- Gen
- Debu
&
bahan
kimia
dari
lingkungan
kerja
Defisiensi
1
antitripsin
- Polusi
udara
Peran
gen
lain
belum
teridentifikasi
- Infeksi
- Hipereaktivitas
bronkus
- Status
sosial
ekonomi
Anamnesis
Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan
Penunjang
Gejala
batuk-batuk,
berdahak
dan
Pada
awalnya
pemeriksaan
fisis
bisa
RADIOLOGI
sesak
napas
normal
Pada
awalnya
pemeriksaan
bisa
normal
Gejala
berlangsung
lama,
makin
Tahap
lanjut,
tanda-tanda
hiperinflasi
Tahap
lanjut,
tanda-tanda
hiperinflasi
memberat
- Dada
cembung
dada
tong
- Paru
lebih
lusen
Sesak
napas
bertambah
saat
- Sela
iga
melebar
15
beraktivitas
Ada
riwayat
merokok
atau
pajanan
polusi
-
-
-
-
-
-
Diafragma
mendatar
Jantung
menggantung
/pendulum
(teardrop
appearance)
Air
Traping
- Terjadi
pada
penderita
PPOK
- Hasil
akhir
dari
peningkatan
kerja
napas
(work
of
breathing)
- Kerja
mekanik
otot
pernapasan
tidak
baik
- Berperan
dalam
menimbulkan
sensasi
sesak
(dyspnea)
Hyperinflasion
Sprirometri
16
PATOFISIOLOGI
PENATALAKSANAAN
Tripsin:
menghancurkan
polutan.
Berhenti
merokok!
ANTIBIOTIK
-
Lini
I
:
Amoksisilin
Makrolid
-
Lini
II
:
Amoksisilin
dan
Asam
klavulanat
Sefalosporin
Kuinolon
Makrolid
baru
ANTIOKSIDAN:
mengurangi
eksaserbasi
Terapi
Oksigen
TB
HIV
DEFINISI
Orang
yg
menderita
TB
sering
mempunyai
beban
virus
HIV
tinggi
TB
meningkatkan
Penurunan
kekebalan
tubuh
(immunosuppression)
berjalan
lebih
cepat,
dan
daya
tahan
hidup
dapat
lebih
singkat
walaupun
kejadian
penyakit
HIV
pengobatan
TB
berhasil
Penderita
TB/HIV
kemungkinan
hidup
lebih
singkat
dibanding
pasien
HIV
tanpa
TB
ART
menurunkan
tingkat
kematian
pada
pasien
TB/HIV
DIAGNOSIS
Tidak
dapat
mengacu
pada
gejala
umum
TB
Batuk
bukan
merupakan
gejala
umum
Lebih
banyak
TB
ekstra
paru
Demam
dan
berat
badan
merupakan
gejala
yg
penting
Banyak
variasi
pada
gambaran
foto
dan
diseminasi
toraks
Diagnosis
diferensial
lbh
luas
17
FOTO
RO
ALUR DIAGNOSIS
CD4 : 50
TB
HAPUSAN
DAHAK
NEGATIF
EVALUASI
KLINIS,
UJI
HIV,
HAPUSAN
BTA
PALING
TIDAK
2
SPESIMEN
BTA
NEGATIF
HIV
(+)
DAN/ATAU
SAKIT
TIDAK
PARAH
HIV
(-)
DAN/ATAU
SAKIT
TIDAK
PARAH
ANTIBIOTIK
SPEKTRUM
LUAS
(Tanpa
OAT
dan
florokuinolon)
ULANG
EVALUASI
KLINIS
FOTO
RO
TANPA
PERBAIKAN
PERBAIKAN
BIAKAN
DAHAK
ATAU
TES
LAIN
PENGOBATAN
INJEKSI
EVALUASI
KLINIS
ULANG
ANTIBIOTIK
LUAS
KECUALI
RO
FOTO
FLOROKUINOLIN
BUKAN
BIAKAN
DAHAK
ATAU
TB
TES
L
AIN
Hasil
klinis/Foto
RO
Hasil
klinis/Foto
RO
TIDAK
MENGARAH
MENGARAH
TB
TB
Biakan
negative/
Hasil
klinis/Foto
RO
Hasil
klinis/Foto
RO
Biakan
negative
positif
TIDAK
M
ENGARAH
MENGARAH
TB
TB
Biakan
negative/
BUKAN
TB
TB
Biakan
negative
positif
PERTIBANGKAN
OAT
DIAGNOSIS
LAIN
BUKAN
TB
TB
PERTIMBANGKAN
DIAGNOSIS
LAIN
OBATI
18
ETIOLOGI
GEJALA KLINIS
DIAGNOSIS
EPIGLOTITIS
CROUP
(LARINGOTRAKEOBRONKITIS
AKUT)
Infeksi
sangat
serius
epiglotis
&
struktur
supraglotis
Penyakit
yang
mengenai
laring,
infra/subglotis,
trakea,
bronchus
menyebabkan
obstruksi
napas
akut
!
kematian
Karakteristik
:
Insidens
:
usia
2-7
tahun,
puncak
usia
3,5
tahun
batuk
menggonggong
suara
serak
stridor
inspirasi
dengan
atau
tanpa
obstruksi
jalan
napas
(obstruksi
perlahan)
Haemophilus
influenzae
tipe
B
(terbanyak)
Human
parainfluenzae
virus
(HPIV)
1-4
(60%)
S.aureus
Virus
Influensa
A
&
B
S.pneumonia
Adenovirus
C.albicans
RSV
Virus
Virus
campak
Trauma
Demam
ringan
mendadak
&
berat
Demam
tidak
tinggi
12
72
jam,
hidung
berair,
nyeri
menelan,
batuk
Nyeri
tenggorok
ringan
Sesak
napas
Batuk
nyaring,
suara
parau
dan
kasar
Gejala
obstruksi
sal.respiratori
progresif
(dalam
bbrp
jam
dapat
Sesak,stridor
inspirasi,
retraksi,
gelisah,
bertambah
berat
pada
malam
menjadi
obstruksi
total)
hari
Pada
anak
besar
:
sniffing
position
(badan
bungkuk
ke
depan,
Gejala
puncak
24
48
jam
pertama
mulut
terbuka
&
leher
ekstensi)
Perbaikan
:
1
minggu
Epiglotis
besar,
bengkak,
warna
merah
ceri
terlihat
dengan
PEMBAGIAN
pemeriksaan
langsung
atau
dg
laringoskop
(hati2
menggunakan
VIRAL
CROUP
krn
bisa
menyebabkan
laring
spasme)
- gejala
prodromal
infeksi
respiratori
selama
3-5
hari
Radiologis
:
gambaran
thumb
sign
SPASMODIC
CROUP
- terdapat
faktor
atopi
- tanpa
gejala
prodromal
- tiba-tiba
obstruksi,
biasa
menjelang
malam
- serangan
sebentar
!
normal
kembali
BERDASARKAN
DERAJAT
KEGAWATAN
RINGAN
SEDANG
BERAT
GAGAL
NAFAS
batuk
keras
batuk
gejala
batuk
tidak
menggonggon menggonggong
ditambah
dg
jelas
g
kadang-
sering
timbul
stridor
stridor
kadang
stridor
(+)
ekspirasi
gangguan
Jangan
periksa
dengan
spatula
karena
menyebabkan
stridor
(-)
retraksi
retraksi
kesadaran,
retraksi
dinding
dada
dinding
dada
letargi
ringan
sedikit
tidak
ada
19
laringospasme
&
obstruksi
total
akut,
aspirasi
sekret,
henti
stridor
(-)
retraksi
kardiorespirasi
retraksi
dinding
dada
ringan
sedikit
dinding
dada
tidak
ada
gawat
napas
retraksi
dinding
dada
tidak
ada
gawat
napas
kesadaran,
letargi
KARAKTERISTIK
VIRAL CROUP
SPASMODIC CROUP
USIA
6 bl 6 th
6 bln-6 thn
G. PRODROMAL
Ada
Tidak jelas
STRIDOR
Ada
Ada
BATUK
Sepanjang waktu
DEMAM
Ada (tinggi)
LAMA SAKIT
2-7 hari
2-4 jam
RW KELUARGA
Tidak ada
Ada
PREDISP.
ASMA
Tidak
ada
Khas
LABORATORIUM
:
Tidak
diperlukan,
diagnosis
ditegakkan
dengan
gejala
klinis
RADIOLOGIS
:
Gambaran
steeple
sign
(seperti
menara)
!
penyempitan
columna
subglotis
TATALAKSANA
Indikasi
rawat
:
- usia
<
6
bulan
- stridor
progresif
- stridor
pada
saat
istirahat
- gejala
gawat
napas
Inhalasi
- Racemic
epineprin
!
nebulisasi
20
menit
- L-epineprin
Kortikosteroid
!
mengurangi
20
-
-
-
-
-
DIAGNOSIS
BANDING
DEFINISI
ETIOLOGI
GEJALA KLINIS
hipoksemia
gelisah,
sianosis
gangguan
kesadaran
demam
tinggi,
tampak
toksik
tidak
respons
terhadap
terapi
edema
Intubasi
endotrakeal
Antibiotika
- bila
ada
infeksi
sekunder
oleh
bakteri
- Sefalosporin
generasi
II
atau
III
KARAKTERISTIK
EPIGLOTITIS
CROUP
USIA
Semua usia
6 bln-6 thn
AWITAN
Mendadak
Perlahan
LOKASI
Supraglotis
Subglotis
SUHU TUBUH
Demam tinggi
Berat
Ringan / (-)
DISPNEA
Ada
Ada
DROOLING
Ada
Ada
BATUK
Jarang
Khas
RONTGEN
Thumb
sign
Steeple sign
BRONKITIS
AKUT
BRONKIOLITIS
Infeksi
mengenai
trakea,
bronkus
utama
&
menengah
yang
Penyakit
IRA
bawah
yang
ditandai
dengan
inflamasi
pada
bronkiolus
menimbulkan
gejala
batuk
Paling
sering
usia
2-24
bulan
puncak
usia
2-8
bulan
Dapat
membaik
tanpa
terapi
selama
2
minggu
Faktor
predisposisi
:
- strain
virus
- tempat
penitipan
anak
Virus
(terbanyak)
M
pneumoniae
RSV
(95%)
-
Rhinovirus
Bordetella
pertusis
Adenovirus
-
RSV
C.
diptheriae
Virus
influenza
-
Virus
influenza
Virus
Parainfluenza
-
Adenovirus
Rhinovirus
-
Virus
rubeola
Mikoplasma
-
Paramyxovirus
-
Zat
iritan
BRONKITIS
AKUT
VIRUS
BRONKITIS
AKUT
BAKTERI
Gejala
awal
seperti
IRA
atas
akibat
virus
seperti
:
pilek
ringan,
batuk,
21
Disertai
rinitis
dan
faringitis
Batuk
muncul
3-4
hari
setelah
rinitis
Auskultasi
dada
tidak
khas,
bisa
terdapat
ronki
dan
wheezing
TATALAKSANA
DEFINISI
ETIOLOGI
PATOLOGI
GEJALA
KLINIS
PEMERIKSAAN
Terapi
suportif
Dapat
sembuh
tanpa
terapi
Antibiotika
:
bila
ada
infeksi
sekunder
oleh
bakteri
Obat
penekan
batuk
tidak
perlu
Lebih
jarang
demam
Etiologi
:
S
aureus,
S
1-2
hari
kemudian
batuk
disertai
sesak
napas
pneumoniae,
H
influenzae,
M
Dapat
ditemukan
wheezing
(bedakan
dengan
ASMA),
sianosis,
merintih
pneumoniae
(grunting),
napas
berbunyi,
muntah
setelah
batuk,
rewel,
penurunan
Gejala
batuk
napsu
makan
Laboratorium
terdapat
infiltrasi
limfosit
dan
leukosit
PMN
PEMERIKSAAN
FISIK:
Diagnosis
pasti
;
kultur
sekresi
Takipnea,
takikardi
mucus
Suhu
>
38,50C
Konjungtivitis
ringan
Faringitis
Obstruksi
sal.napas
bawah
akibat
respons
inflamasi
menyebabkan
ekpirasi
memanjang
hingga
wheezing,
napas
cuping
hidung,
retraksi
intercostal
PEMERIKSAAN
PENUNJANG:
Pem
darah
rutin
kurang
bermakna(hasil
normal)
Foto
rontgen
toraks
;
gambaran
hiperinflasi
dan
infiltrat,
dapat
ditemukan
gambaran
atelectasis
Terapi
suportif
:
pemberian
oksigen,
kecukupan
cairan,
tunjangangan
respirasi
bila
perlu
(ventilator,
dll)
Bronkodilator
:
masih
kontroversi,
kombinasi
adrenergik
dan
agonis
adrenergik
Kortikosteroid
Ribavirin
PNEUMONIA
22
PENUNJANG
PEDOMAN
DIAGNOSIS
WHO
TATALAKSANA
ETIOLOGI
PENULARAN
GEJALA KLINIS
CRP
(+)
Uji
serologis
tidak
rutin
dilakukan
Pemeriksaan
mikrobiologis
dilakukan
pada
pneumonia
berat
Toraks
foto
:
bercak
infiltrate
BAYI
<2
BULAN:
" PEUMONIA
- napas
cepat
>60x/menit
atau
sesak
napas
- harus
rawat
dan
diberikan
antibiotik
" BUKAN
PNEUMONIA
- tidak
ada
napas
cepat
atau
sesak
napas
- tidak
perlu
dirawat,
cukup
diberikan
pengobatan
simtomatis
23
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATALAKSANA
24
meninggal
duluan
Tanpa
komplikasi
membaik
48-72
jam
Antiviral
:
48
jam
pertama
dari
timbul
gejala
- penghambat
neuramidase
(efektif
untuk
inf.A
dan
B)
:
oseltamivir
(
2mg/kgBB/x,
2x)
5
hr
zanamivir
- penghambat
protein
M2
(efektif
untuk
wabah
inf.A)
:
amantadine
rimantadin
ETIOLOGI
PATOGENESIS
MANIFESTASI KLINIS
DIPHTERI
PERTUSIS
Corynebacterium
diphteriae
Bordetella
pertussis,
Bordetella
parapertussis
Bakteria
aerob,
tak
berkapsul,
tidak
membentuk
spora,
Gram
negatif,
coccobacilli,aerob
sebagian
besar
tidak
motile,
pleomorfik,
gram
poisitif
C
diphteriae
toksigenik
maupun
non
toksigenik
dapat
menginfeksi
kulit
dan
mukosa
dan
kadang
organ
lain
setelah
terjadi
bakteriemia.
Bakteri
hidup
pada
permukaan
kulit
atau
selaput
mukosa
saluran
napas,
menyebabkan
reaksi
inflamasi
lokal.
Memproduksi
eksotoksin
polipeptida
62
kD
yang
dapat
menghambat
sintesis
protein
dan
menyebabkan
nekrosis
jaringan.
Membentukl
koagulum
terdiri
atas
bakteri
mati,
sel
epitel,
fibrin,
leukosit,
eritrosit,
yang
semakin
tebal
sehingga
terbentuk
pseudomembran
berwarna
coklat
kelabu
yang
melekat
ke
jaringan
di
bawahnya.
Paralisis
palatum
molle
dan
hipofaring.
Absorpsi
toksin
dapat
menyebabkan
nekrosis
tubuli
ginjal,
trombositopenia,
kardiomiopati
dan
demyelinisasi
serabut
DEFINISI
KLINIS:
saraf
Batuk
14
hari
atau
lebih,
dengan
paling
sedikit
satu
gejala:
Kardiomiopati
dan
demyelinisasi
serabut
saraf
biasanya
terjadi
paroksism,
whoop,
atau
muntah
setelah
batuk.
2-10
minggu
setelah
infeksi
mukokutaneus,
mungkin
disebabkan
oleh
reaksi
imunologis.
Tergantung
lokasi
anatomis
infeksi,
status
kekebalan,produksi
Masa
inkubasi
3-12
hari.
dan
distribusi
toksin. Masa
inkubasi:
2-4
hari.
Fokus
primer:
tosil
atau
faring
(94%),
hidung,
laring
Gejala
catarrhal:
Diphteri
Nares
anterior
- kongesti
dan
rhinorrhea,
demam
tidak
tinggi,
bersin,lakrimasi,
25
26
NEUROPATI
TOKSIK
Komplikasi
neurologis
paralel
dengan
luasnya
infeksi
dengan
onset
yang
multifasik.
2-3
minggu
setelah
onset
(kadang
terjadi
akut)
terjadi
hipestesia
dan
paralisis
lokal
palatum
molle,
diikuti
kelemahan
nervi
facialis,
pharyngeal
posterior
dan
laryngeus,
menyebabkan
suara
sengau,
sulit
menelan,
dan
risiko
kematian
karena
aspirasi.
Neuropati
kranial
biasanya
terjadi
pada
minggu
ke
5,
terjadi
paralisis
nervi
oculomotorius
dan
ciliaris
yang
menyebabkan
strabismus
dan
gangguan
akomodasi.
Onset
polineuropati
simetris
terjadi
10
hari
-
3
bulan
setelah
onset
infeksi
orofaring.
Menyebabkan
deficit
neurologis
dengan
hilangnya
refleks
tendon
dalam.
Terjadi
kelemahan
otot
mulai
dari
distal
berjalan
ke
proksimal
(lebih
sering)
atau
sebaliknya.
Dapat
disertai
paralisis
diafragma.
Dapat
terjadi
kepulihan
spontan.
Temuan
cairan
serebrospinal
mirip
dengan
sindroma
Guillan-
Barre.
Disfungsi
pusat
vasomotor
jarang
terjadi
dan
dapat
menyebabkan
hipotensi
atau
gagal
jantung.
Umumnya
terjadi
27
DIAGNOSIS
TERAPI
Gejala
klinis:
Batuk
tanpa
demam,
maleise
atau
mialgia,
eksantema
atau
enantema,
nyeri
tenggorokan,
serak,
takipnea,
mengi
atau
ronchi.
Pada
bayi
yang
menderita
pertussis,
pemeriksaan
fisik
diantara
serangan
batuk
termasuk
frekuensi
respirasiumumnya
normal,
kecuali
ada
pneumonia
sekunder.
LAB
Ditemukan
leukositosis
(15.000-100.000/mmk)
dengan
limfositosis
absolut.
Limfosit
yang
ditemukan
adalah
limfosit
T
dan
B
dengan
ukuran
normal,
bukan
limfosit
atipik
berukuran
besar
yang
biasa
ditemukan
pada
infeksi
virus.
Pada
penyakit
berat
dan
fatal
ditemukan
angka
leukosit
yang
sangat
tinggi
dan
thrombositosis.
FOTO
RO
abnormal
ringan.
Infiltrat
atau
edema
perihilar.
Kadang
ditemukan
atelektasis,
pneumothoraks,
pneumomediastinum,
udara
pada
jaringan
lunak.
Konsolidasi
parenkim:
infeksi
sekunder
GOLD
STANDART:
kultur
aspirat
nasofaring
Antitoksin
diberikan
berdasar
diagnosis
klinis.
Berfungsi
Tujuan
terapi:
mengikat
toksin
yang
bebas.
Semakin
lama
jarak
infeksi
dengan
mengurangi
frekuensi
paroksism
pemberian
antitoksin
maka
efikasi
akan
semakin
rendah.
mengamati
keparahan
batuk
untuk
Antibiotika:
diberikan
selama
14
hari
memberikan
bantuan
bila
perlu
- erythromycin
oral
atau
parenteral:
40-50mg/kg/hari
untuk
memberikan
nutrisi
dan
istirahat
maksimal
maksimum
2
g
dalam
24
jam
INDIKASI
RAWAT
- penicillin
G
im
atau
iv
100.000-150.000U/kg/hari
bagi
4
Bayi
<
3
bulan
dosis
Bayi
3-6
bulan
dengan
paroksism
berat,
Segala
usia
bila
ada
komplikasi
- prokain
penicillin
25.000-50.000U/kg/hari
bagi
2
dosis
im
Eliminasi
bakteri
dibuktikan
dengan
2
kali
kultur
negative
ANTIBIOTIK
dengan
selisih
24
jam
setelah
terapi
selesai
baru
bisa
stop
Erythromycin
40-50mg/kg/hari
po
terbagi
4
dosis
(14
hari)
terapi.
Ampicillin,
rifampicin,
cotrimoxazole
cukup
efektif.
Pasien
ditempatkan
di
ruang
isolasi.
Cephalosporin
generasi
ke
2
tidak
efektif.
Bed
rest
selama
fase
akut,
sampai
risiko
kerusakan
jantung
sudah
dilewati
(paling
sedikit
selama
2
minggu)
Salbutamol:
sedikit
mengurangi
gejala
pemberian
dengan
aerosol
28
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
PENCEGAHAN
tidak
bermanfaat.
Tergantung
virulensi
organisme
(subspecies
gravis
paling
virulen).
Case
fatality
rate
untuk
diphteria
traktus
respiratorius
adalah
10%.
Obstruksi
jalan
napas
dan
miokarditis
merupakan
penyebab
kematian
yang
paling
sering.
KONTAK
ASIMPTOMATIK
(sudah
kontak
tp
blm
timbul
gejala)
- Profilaksis:
erythromycin
po
selama
7-14
hari
benzathine
penicillin
im
600.000
U
(<30
kg)
1.200.000
U
(>30
kg)
- Vaksinasi
DT:
bila
belum
mendapat
booster
5
thn
terakhir/
mendapat
<3x
vaksinasi
dengan
diphteria
toxoid/anak
yg
blm
mendapat
vaksinasi
dg
diphteria
toxoid
ke
4
- Monitor
munculnya
gejala
dalam
7
hari
masa
inkubasi
- Kultur
swab
hidung,
faring,
lesi
kulit.
KARIER
ASIMPTOMATIK
- Antibiotika
profilaksis
7-10
hari
- DT
(bila
belum
diberikan
booster
1
tahun
terakhir)
- Isolasi
(respirasi
atau
kontak)
sampai
2
x
kultur
negative
berturut
dalam
jangka
waktu
24
jam
- Ulang
kultur
2
minggu
setelah
penghentian
terapi,
bila
positif
berikan
erythromycin
po
10
hari
dan
ulang
kultur
- Kegagalan
eradikasi
dg
antibiotika:
s/d
21%
#Antitoksin
tidak
diberikan
bila
tidak
ada
gejala!#
TB
ANAK
29
DEFINISI
ETIOLOGI
PENYEBARAN
PATOGENESIS
Tuberkulosis
merupakan
penyakit
akibat
infeksi
kuman
Mycobacterium
tuberculosis
yang
bersifat
sistemik
sehingga
dapat
mengenai
hampir
semua
organ
tubuh
dengan
lokasi
terbanyak
di
paru
yang
biasanya
merupakan
lokasi
infeksi
primer
TB
pada
anak
tidak
batuk
(kecuali
infeksi
sekunder)
Mycobacterium
tuberculosis:
Karakteristik
:
1. Dapat
hidup
berminggu-minggu
dalam
kondisi
kering
2. Tidak
punya
endotoksin
dan
eksotoksin
3. Penyebaran
hematogen
4. Berkembang
lambat
(24-32
hr)
5. Manifestasi
klinis
tidak
spesifik
6. Kuman
aerob,
predileksi
di
paru
7. Dapat
hidup
dormant
Transmisi
melalui
udara
dari
orang
dewasa
dengan
droplet
nuclei
(percik
renik)
Droplet
nuclei
:
mengandung
2-3
basil,
ukuran
kecil
(1-5)
dapat
berada
di
udara
dalam
waktu
yang
lama
Saat
inhalasi,
mencapai
alveoli
Mengenai
Lobus
tengah
dan
bawah,
shg
tb
pd
anak
tidak
menularkan
Makrofag
Droplet
inhalasi
ALVEOLI
Destruksi
DESTRUKSI
KEMBALI
OLEH
Masa
inkubasi:
dari
masuk
REPLIKASI
INTRASELULER
MAKROFAG
kuman
sampai
imunitas
seluler
bekerja.
Selama
masa
inkubasi
mantoux
test
(-),
akhir
masa
Destruksi
menyebabkan
menyebar
inkubasi
uji
tuberculin
(+)
Lymphangitis
Lymphadenitis
terbentuknya
tuberkel,
disebut
FOCUS
PRIMER
KOMPLEX
PRIMER
HEMATOGENIC
IMUNITAS
AKUT
(kuman
sekaligus
banyak)
OCULT
(kuman
masuk
sedikit2)
SELULER
BEKERJA
C/
TB
milier
KENAPA
ANAK
TIDAK
BATUK
karena
alveolus
TIDAK
MEMPUNYAI
REFLEK
BATUK
beda
dgn
bronkus.
30
UJI
TUBERKULIN
(rx
hipersensitifitas
tipe
lambat)
Strength
PPD S
PPD RT23
Seibert
first
1 TU
1 TU
intermediate
5-10 TU
2-5 TU
(standard
dose)
second
250
TU
Diameter
indurasi
:
- 0
-
5
mm
:
negatif
- 5
-
9
mm
:
meragukan,
ulang
2
mg
- >
10
mm
:
positif
- >
15
mm
:
positif
pd
balita
dg
BCG
(+)
KLASIFIKASI
100 TU
Kelas
Kontak
Infeksi
Sakit
Tatalaksana
proph I
proph II?
Terapi
TERAPI
PADA
TB
KELAS
3
KELAS
1
CUKUP
PROFILAKSIS
1. Infeksi TB:
infeksi tanpa sakit /
infeksi TB laten
infeksi DAN sakit
sakit, pasca terapi
2. Imunisasi BCG
3. Infeksi Mycobacterium
atypic
(+)
(-)
pneumonia,
TB
31
TATALAKSANA
Evaluasi
klinis
:
Panambahan
BB
DOSIS
OBAT
TB:
Perbaikan
nafsu
makan
Hilang/membaiknya
gejala
klinis
(demam,
batuk,
dll)
2RHZ(1xhari)+4RH(3x1minggu)
Tidak
perlu
mantoux
test,
cukup
foto
ro
Pemeriksaan
penunjang
:
Foto
toraks
:
2
/
6
bl
Darah
:
LED
Tuberculin
test
:
SEKALI(+)
SELAMANYA
(+)
PRIMER
SEKUNDER
Mencegah
infeksi
TB
pd
TB
kelas
I
Untuk
mencegah
sakit
TB
pada
TB
kelas
2
(paparan
(+),
infeksi
Paparan
(+),
infeksi
(-)
!
uji
tuberkulin
(-)
(+),
sakit
(-)
Obat:
INH
5
-
10
mg/kgBB/hr
Anak
dg
konversi
uji
tuberkulin
Sumber
penularan
harus
diterapi
Populasi
beresiko
Paling
sedikit
3
bulan
Kurang
5
th,
pubertas
Ulang
uji
tuberkulin:
Penggunaan
steroid
jangka
panjang
negatif:
berhasil,
stop
INH
Keganasan
positif:
gagal,
TB
kelas
2
lanjutkan
dg
profilaksis
Infeksi
tertentu:
morbili,
pertusis
sekunder
Obat:
INH
5
-
10
mg/kgBB/hr
Selama:
6-12
bulan
PROFILAKSIS
32
DEFINISI
ASMA
ANAK
KNAA:
diduga
asma
bila:
batuk
dan
atau
mengi
bersifat
episodik,
nokturnal,
reversibel,
musiman,
aktifitas,
atopi(+)
Serangan
asma:
Episode
perburukan
yang
progresif
dari
gejala.
33
PATOFISIOLOGI
(nelson)
Kontak
allergen
(debu,
virus,
dll)
Atelektaksis
KLASIFIKASI
PARAMETER
Aktivitas(bayi)
Bicara
6-8jam
Respon
imun
lambat
Hiperresponsif
jalan
nafas
Respon
imun
awal
Kromolin/nedokromil
selektif
Infiltrasi
eusinofil
dan
netrofil
bronkokonstriksi
Obstruksi
jalan
nafas
Ketidakseimbangan
hiperinflasi
Tekanan
ventilasi
dan
perfusi
intrapulomoner
kelenturan
Hipoventilasi
karena
kerja
alveolar
Hipoksia
pneumothorax
Menggangu
perubahan
Hiperkapneu
asam
basa
menjadi
H2O
dan
CO2
Asam
karbonat
Asidosis
metabolik
Asidosis
VASOKONTRIKSI
respiratorik
Mencederai
sel
alveolar
tipe
II
Surfaktan
Tekanan
intrathorax
Mengganggu
aliran
balik
vena,
<<
curah
jantung
Pulsus
paradoksus
RINGAN
SEDANG
BERAT
ANCAMAN
GGL
NAFAS
Berjalan(menangis
keras)
Berbicara(menangislemah)
Istirahat(berhentimakan)
Kalimat
Penggalan
kalimat.
Kata-kata
34
PENATALAKSANAAN
Posisi
Bisa
baring
Lebih
suka
duduk
Duduk
ber-topang
lgn.
Kesadaran
Mungkin
teragitasi
Biasanya
teragitasi
Biasanya
teragitasi
Bingung
Sianosis
Tidak
ada
Tidak
ada
Ada
Mengi
Sedang,
akhir
eksp.
Nyaring,
eksp.
+
insp.
Terdengar
tanpa
steto.
Sulit
/
tidak
terdengar
Sesak
napas
Minimal
Sedang
Berat
Otot
bantu
napas
Biasanya
tidak
Biasanya
ya
Ya
Gerakan
paradok
Retraksi
Dangkal,
ret.
interkostal
Sedang,
+
ret.sup.stern
Dalam,
+
nps.cpg.hdg
Dangkal
/
hilang
Laju
napas
Takipnu
Takipnu
Takipnu
Menurun
Laju
nadi
Normal
Takikardi
Takikardi
Bradikardi
Pulsus
paradoksus
Tidak
ada
(<10
mmHg)
Ada
10-20
mmHg
Ada
>20
mmHg
Tidak
ada
(Otot
lelah)
PEF
/
FEV1
(%
nilaiduga
/
%
nilai
ter-
baik)
-pra
b.dilat.
>60%
40-60%
<40%
-pasca
b.dil
>80%
60-80%
<60%
SaO2
>95%
91-95%
<90%
PaO2
Normal
>60
mmHg
<60
mmHg
PaCO2
<
45
m
mHg
<
45
m
mHg
>
45
m
mHg
`TUJUAN
TATALAKSANA
UMUM:
TUJUAN
TATALAKSANA
SERANGAN:
Menghilangkan
dan
mengendalikan
asma
meredakan
penyempitan
jalan
napas
secepatnya
Mencegah
serangan
akut
mengurangi
hipoksemia
Meningkatkan
fungsi
paru
dan
mencegah
gangguan
menetap
mengembalikan
faal
paru
normal
secepatnya
Melakukan
aktivitas
secara
normal
reevaluasi
tatalaksana
untuk
mencegah
kekambuhan
Meminimalisasi
penggunaan
obat
Menghindari
efek
samping
obat
Mencegah
kematian
Nilai
prediksi
derajat
serangan
Nebulisasi
-agonis,
selang
20
menit
Nebulisasi
ketiga:
tambahkan
antikolinergik
Serangan
berat:
langsung
tambah
antikolinergik
Bila
tidak
ada
nebulizer:
-
MDI
dengan
Spacer
- Adrenalin
SC
IGD
Nilai
derajat
serangan
TATALAKSANA
AWAL:
nebulisasi
-agonis
3x,
selang
20
menit.
Nebulisasi
ke
3
+
anti
kolinergik
35
Serangan
sedang:
(nebulisasi
2-3
kali,
Serangan
Berat:
(nebulisasi
3x,
respon
Serangan
Ringan:
(nebulisasi
1x,
repon
b
aik).
B
ertahan
1
-2jam
b
oleh
respon
p
arsial.
B
erikan
o
ksigen.
N
ilai
buruk).
Oksigen
sejak
awal,
pasang
ulangserangan
sedangruang
infus.
Nilai
ulang
berat
ruang
pulang.
Gejala
timbul
kembali
serangan
sedang
rawat
sehari,
pasang
infus
rawat
inap.
Foto
RO.
Ruang
rawat
sehari:
Oksigen
teruskan.
Ruang
rawat
inap:
oksigen
teruskan.
Boleh
Pulang:
bekali
agonis
(hirupan
/oral).
J
ika
a
da
o
bat
p
engendali
Steroid
o
ral.
N
ebulisasi/2jam.
D
alam
Atasi
dehidrasi
dan
asidosis
jika
ada.
8-12
jam
stabil
boleh
pulang.
Steroid
IV
6-8jam.
Nebulisasi/1-2jam.
teruskan.
Jika
infeksi
virus
(+)
steroid
oral.
24-48jam
control
Dalam
12
jam
blm
baik
rawat
inap.
Aminovilin
IV
awal
lanjutkan
rumatan.
proevaluasi.
Nebulisasi
4-6xbaik
(interval
4-6jm).
24jam
stabilboleh
pulang.
Dengan
steroid
dan
aminovilin
IV
tetap
tdk
Catatan:
baikICU
Jika
menurut
penilaian
serangannya
berat,
nebulisasi
1x,
langsung
-agonis+antikolinergik
Bila
belum
ada
alatnya,
nebulisasi
awal
dapat
diganti
dgn
adrenalin
sk.
0,01
ml/kgBB/kali,
maksimal
0,3
ml/kali.
Untuk
serangan
sedang
dan
terutama
berat,
O2
2-4L/mnt
diberikan
sejak
awal,
termasuk
saat
nebulisasi
Parameter
klinis,
Asma
episodik
jarang
Asma
episodik
sering
Asma
persisten
kebutuhan
obat
dan
faal
paru
Frekuensi
serangan
< 1x/bulan
> 1x/bulan
Sering
Lama serangan
< 1 minggu
1 minggu
Intensitas serangan
Biasanya ringan
Biasanya sedang
Biasanya berat
Di antara serangan
Tanpa gejala
Tidak terganggu
Sering terganggu
Sangat terganggu
Hampir
sepanjang
tahun,
tidak
ada
remisi
36
Pemeriksaan
fisis
diluar
serangan
Normal
(tidak
ditemukan
kelainan)
Mungkin
terganggu
(ditemukan
kelainan)
Tidak perlu
Perlu
Perlu
PEF/FEV1 60-80%
37
OBAT
ASMA
ADRENERGIK
1. EPINEFRIN
Sangat
bermanfaat
untuk
status
asmatikus
dan
asma
akut
F.kinetik:
- mempunyai
aktifitas
terhadap
reseptor
,
1
dan
2
bronkodilatasi,
stimulasi
jantung
- oral
dirusak
oleh
enzim
COMT
dan
MAO
- SK
absorbs
lambat
krn
vasokonstriksi
local
- IM
absorbs
cepat
- Semprotan
hidung
efek
local
tp
dapat
sistemik
Efek
samping:
- Rasa
takut,
gelisah,
sakit
kepala
berdenyut,
tremor,
palpitasi,
sukar
bernafas.
- Dosis
>>
atau
IV
dapat
tjd
aritmia,
fibrilasi
ventrikel
Kontra
indikasi
- Hipertensi
- Hipertiroid
- Aritmia
- Angina
pectoris
Indikasi
- Bronkospasme
- Shock
anafilaktik
- Vasokonstriksi
local
- Henti
jantung
2. EFEDRIN
Masih
banyak
dipakai
karena
murah
dan
dapat
per
oral
F.
kinetic:
- Merupakan
adrenergic
yang
bekerja
tdk
lsg
- Efek
mirip
epinefrin
tp
lebih
lambat
dan
lama
(10x
epi),
efek
sentral
lbh
kuat
- Efek
bronkodilator
<epi
XANTIN
PENGHAMBAT
MEDIATOR
BRONKOKONSTRIKSI
Efek
bronkodilatasi
bekerja
melalui
1. KORTIKOSTEROID
penghambatan
fosfodiesterase
Merupakan
anti
asma
yang
kuat,
sangat
bermanfaat
1. TEOFILIN
pada
status
asmatikus
dan
asma
berat
Farmakologi:
Merupakan
obat
dan
pencegahan
asma
- Abs
cepat:
oral,
parenteral,
rektal
Menghambat
proses
radang
di
sal
nafas
- Dist.
Keseluruh
tubuh
Penggunaan
dibatasi
oleh
efek
samping
sistemik
- Ikatan
protein
50%
Penghentian
harus
bertahap
(tapering
off)
- Metabolism
di
hati
dengan
T
Berikan
pagi
hari,
agar
tdk
mempengaruhi
aksis
8jam
hipofisis
adrenal
- Perangsang
ssp
yang
kuat
Efeksamping:
- Ino
(+)
- Penghentian
tiba-tiba:
insuf
adrenal,
gejala
mirip
- Mempunyai
efek
eksresi
air
dan
reaktivasi
artitis
rematoid
elektrolit
spt
tiazid
- Penggunaan
jangka
panjang:
- KAD
serum
harus
dimonitor
krn
SINDROMA
CUSHING:
moon
face,
mudah
toksik
(KAD>20mg/L)
miopati,
osteoporosis,
hipertensi,
- KAD
terapi
7-10mg/L
gangguan
met.
KH
dan
lipid
- Utk
asma
akut
aminofilin
Resiko
infeksi
diberikan
IV
perlahan
Hambatan
pertumbuhan
- Teofilin
12
jam
terakhir
dosis
jd
KORTIKOSTEROID
SELEKTIF
BEKLOMETASON
AEROSOL
separuh
Bekerja
local
pada
mukosa
sal
nafas
utk
mengurangi
Efeksamping
inflamasi
- Sakit
kepala,
gugup,
mual,
muntah,
Tersedia
aerosol
inhalasi
dgn
dosis
terukur
nyeri
epigastrium
Digunakan
sebagai
substitusi
kortikosteroid
oral
pada
- IV:
aritmia,
hipotensi,
henti
ketergantungan
steroid
jantung
Abs
sistemik
kecil
dan
met
cepat.
Tdk
berefek
pada
- Anak:
perangsang
ssp,
diuresis
asksis
hipotalamus
hipofisis
adrenal
Interaksi
obat:
met
pd
pemberian
Efeksamping:
bersama
barbiturate,
feniroin,
dan
- Efek
iritasi:
suara
parau,
sakit
tenggorokan,
perokok
mulut
kering
- Infeksi
candida
pada
orofaring
dan
laring
2. AMINOFILIN
Indikasi:
asma
bronkial,
copd
Teofilin
dalam
bentuk
garam
2. NATRIUM
KROMOLIN
Berisi
80%
teofilin,
bila
diberikan
dlm
Bekerja
menghambat
degranulasi
sel
mastosit
dan
btk
aminofilin
dosis
naik
20%
pengelepasan
histamine
dan
SRSA
38
- Stimulan
ringan
- Absorbs
peroral
baik
- Dapat
melawati
BBB
Efek
samping:
- Takikardi,
sakit
kepala,
tremor,
rasa
melayang
- TD
Indikasi:
asma
bronkial,
COPD
Kontraindikasi:
- Hipertensi
- Penyakit
jantung
3. ISOPROTERENOL
Nama
lain:
isopropilnorepinefrin
isoprenalin
Farmakologi:
- Merupakan
agonis
paling
kuat
- Efek
thd
reseptor
hampir
tidak
ada
- Bronkodilatasi
melalu
reseptor
2
- Selain
bronkodilatasi
juga
mencegah
pengelepasan
histamine
dan
mediator
lain
- Mula
kerjanya
cepat
tapi
lama
kerjanya
pendek
(1-2jam)
- Dipakai
scr
inhalasi
Indikasi:
asma
bronkial,
copd
Kontraindikasi:
penyakit
jantung
4. AGONIS
2
SELEKTIF
Salbutamol,
terbutalin,
fenoterol,
dan
ritodrin
Farmakologi:
- Dosis
kecil:
mempengaruhi
R.
2.
Dosis
besar:
R.
1
juga
- Perangsangan
2bronkodilatasi
- Selektivitas
obat
tdk
sama,
mis:
salbutamol>
metaproterenol
Efeksamping:
mual
muntah,
takikardi,
palpitasi,
hipertensi,
disritmia,
sakit
kepala,
tremor
Indikasi:
asmabronkial,
copd
39
OBAT
BATUK
Batuk
adalah
Mekanisme
fisiologis
utk
membersihkan
dan
melindungi
sal
napas
dari
sekret,
benda
asing,
dan
zat
lain
Mek
batuk
:
rangsangan
r/
di
mukosa
sal
napas
serat
aferen
medula
oblongata
serat
eferen
efektor
Batuk
Ada
2
Jenis
:
Produktif
(
Berdahak
)
Dan
Non
Produktif
(
Kering
)
ANTITUSIF
EKSPEKTORAN
MUKOLITIK
Mek.kerja
:
Meningkatkan
ambang
Obat
yg
merangsang
pengeluaran
dahak
Mek
Kerja:
Mengencerkan
sekret
sal
rangsang
batuk
napas
dgn
memecah
mukoprotein
dan
Mek
kerja
:
Merangsang
mukosa
mukopolisakarida.
Ada
2
jenis
:
Bekerja
sentral
(
narkotik
dan
lambung
N.
vagus
sekresi
kel
sal
non
narkotik
)
dan
Bekerja
perifer
napas
,
dahak
mudah
dikeluarkan
BEKERJA
SENTRAL
1. AMONIUM
KLORIDA
1. BROMHEKSIN
A. ANTITUSSIF
NARKOTIK
-
Biasa
digunakan
sbg
kombinasi
dgn
-
digunakan
sbg
mukolitik
pd
bronkitis
obat
lain
dan
lainnya.
1. KODEIN
-
Dpt
menyebabkan
asidosis
metabolik
-
Bersifat
iritatif
thd
lambung
EFEK
:
pd
ds
besar-
Ds
lazim
300
mg
tiap
4
jam
-
KI:
Tukak
lambung
-
antitusif,
analgesik
dan
sedatif
-
potensi
adiksi
kecil
2.
GLISERIL
GUAIAKOLAT
2. AMBROKSOL
-
Suatu
metabolit
dari
bromheksin
F.
KINETIK:
-
Pemakaian
hanya
berdasarkan
-
Cara
kerja
dan
penggunaannya
seperti
-
absorbsi
oral
baik,
efek
timbul
1-2
jam,
pengalaman
empiris
bromheksin
durasi
4-6
jam
-Efek
membersihkan
mukosiliar
-
jml
kecil
ditemukan
dlm
asi
-
Ds
2-4
kali
200-400
mg
3. ASETILSISTEIN
-
metab
t/u
di
hepar
-
Cara
kerja:
melepaskan
ikatan
disulfida
-
eksresi
t/u
mel
urin
3. KALIUM
YODIDA
Viskositas
-
Sekret
encer
dlm
1
menit.
ES
:
-
Ekspektoran
tua
ES:
spasme
bronkus,
sekret
berlebihan
-
Dlm
ds
terapi
jarang
timbul
efek
samping
-
Menurunkan
viskositas
mukus
-
Konstipasi
timbul
pd
ds
100-150
mg
-
Kontraindikasi:
hamil,
menyusui.
-
Depresi
pernapasan
timbul
pd
ds
60
mg
-Ds
fatal
800-1000
mg
INDIKASI
:
batuk
kering
2.
DIHIDROKODEIN
Cara
kerja
dan
efek
samping
hampir
sama
dg
kodein
NASAL
DEKONGESTAN
-
Menghilangkan
kongesti
hidung
-
Digunakan
sbg
sistemik
dan
tetes
hidung
SIMPATOMIMETIK
1. FENILEFRIN
-
Mek
Kerja:
agonis
reseptor
alfa-1
selektif
2. FENILPROPANOLAMIN
-
Efeknya
mirip
efedrin,
kecuali
efek
SSP
(kecil)
3. OKSIMETAZOLIN
&
XYLOMETAZOLIN
4. EFEDRIN
5. PSEUDOEFEDRIN
ES:
-
Penggunaan
sistemik:
takikardia,
palpitasi,
insomnia,
hipertensi
dan
gangguan
kardiovaskuler
lainnya.
-
Penggunaan
topikal:
rasa
nyeri
mukosa
hidung,
rebound
congestion
(rinitis
medikamentosa)
40
3.
FOLKODIN
Gejala
putus
obat
lebih
ringan
dari
kodein
BEKERJA
PERIFER
ANESTESI
LOKAL
:
-
Obat
:
lidokain,
lignokain
-
mek
kerja
:
anestesi
lokal
di
mukosa
sal
napas.
-
biasanya
digunakan
secara
inhalasi
-
efektif
pd
batuk
yg
bandel
-
ES
:
aspirasi,
alergi,
aritmia
dan
kejang
KI
:
hipertensi,
angina
pectoris,
gagal
jantung,
hipertiroid,
dll
RINITIS
Rinitis
akut
disebabkan
infeksi
oleh
virus
atau
bakteri
Rinitis
alergika
merupakan
manifestasi
klinik
reaksi
hipersensitivitas
tipe
1
dg
mukosa
hidung
sbg
sasaran.
ada
2
jenis
:
1.
Musiman
(seasonal,
hay
fever,
pollinosis
)
2.
Sepanjang
tahun
(perennial)
# Patofisiologi
Pada
Reaksi
Alergi
Dilepaskan
Berbagai
Mediator
Terutama
Histamin
Dilatasi
Pblh
Darah,
Permiabilitas
Kapiler
Meningkat,
Iritasi
Ujung-Ujung
Saraf
Sensoris,
Aktivasi
Kelenjar
Eksokrin
# Gejala
:
Bersin,
Rinorea,
Hidung
Tersumbat,
Hidung
Dan
Mata
Gatal.
Rinitis
vasomotor
:
terdapat
ggg
fisiologi
mukosa
hidung
krn
aktivasi
parasimpatis
# Patofisiologi
parasimpatis
asetilkolin
dilatasi
pbl
pd
konka,
permiabilitas
kapiler
,
sekresi
kelenjar
# Gejala
:
hampir
sama
dg
rinitis
alergika,
gejala
bersin
kurang
41
ASFIKSIA
(kematian
tercepat
7menit)
ETIOLOGI
FASE
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
SMOTHERING
GAGGING
&
CHOKING
PENCEKIKAN
(PEMBEKAPAN)
Tanda
kekerasan
Sumbatan
/benda
di
Luka
lecet
kecil2
tergantungjenis
sal.
Nafas
bentuk
bulan
sabit
di
benda
&
kekuatan.
Gagging
leher
---
kuku.
Luka
lecet
gores/tekan
oropharynx.
Luka
memar
PENJERATAN
GANTUNG
/
HANGING
/STRANGULASI
Jerat---
jejas
Jejas
Jerat
:
jerat/simpul
- Mengarah
keatas
Jejas
=
luka
lecet
tekan
ke
simpul.dan
- Mendatar,seluruh
menghilang
pada
TENGGELAM
/
DROWNING
Suatu
proses
yg
dihasilkan
oleh
terbenamnya
korban
dalam
air
yang
42
tergantungjenis
benda
&
kekuatan.
Luka
lecet
gores/tekan
kukudi
hidung,
pipi,
bibir,
dagu.
Luka
memarbelakang
kepala,
gusi,seb.dlm,
bibir,lidah.
PEMBEKAPAN
1.
Suicide
smothering
:-
mental
psychosis
2.
Accidental
smothering
:
-
overlying
baby
,
gempa
bumi
3.
Homicidal
smothering
:
-
bayi
p.a.s.
-
tua,
sakit,
pengaruh
alcohol
sal.
Nafas
Gagging
oropharynx.
Choking
laryngopharynx.
Sebab
kematian
:
1.
Asfiksia.
2.
Vagal
reflex.
muka/kepala.
penjerat
:
keras(kecil,
Asfiksia
/
vagal
reflex.
jelas.
Halus(lebar).
Lunak(t.jelas)
Mengarah
keatas
ke
simpul.dan
menghilang
pada
b.rambut.
- Diatas
rawan
gondok.
- Simpul
hidup.
Lebam
mayat
pd
ujung
ext.
Dan
genitalia
externa.
Posisi
Gantung
:
- Komplit
hanging
- Inkomplit
hanging
;
Duduk/
berlutut
Berbaring
terlungkup.
Letak
Simpul
:
- Typical
hanging:
blk
kepala
- Atypical
hanging
:
samping
leher
kiri,kanan
depan.
SEBAB
KEMATIAN
(GANTUNG)
Asfiksia.
Anoksia
jaringan
otak.
jerat
kecil&keras,
letak
simpul,
posisi
gantung
Vagal
reflex.
Fraktur
os
cervical.
kasus
hukum
gantung.
PEMBUNUHAN
&
BUNUH
DIRI
KASUS
GANTUNG
Alat
penjerat
:
simpul,lilitan,arah.
dihasilkan
oleh
terbenamnya
korban
dalam
air
yang
menyebabkan
kehilangan
kesadaran
&
dan
mengancam
jiwa.
# Diagnosa
/
sering
sulit
bila
tak
ada
tanda
khas
# Tenggelam
dapat
seluruh
tubuh
/
muka
terbenam
# Kematian
:
dpt.
Akibat
tenggelam
atau
sudah
mati
oleh
karena
sebab
lain.
Jenis2
Drowning
:
1. Wet
Drowning
2. Dry
Drowning
3. Secondary
Drowning
4. Immersion
Syndrome
TENGGELAM
YANG
DI
AIR
TAWAR
:
(Hypotonik)
:
mati
5
menit
Darah
diatrium
kiri
Hemodilusi
Hemolysis
Ion
k
Fibrilasi
ventrikel
TD
menurun
43
Korban
:
jejas
Cerebral
anoksik
dileher,perlawanan,
luka
lain,
jarak
dg
lantai.
Mati
dalam
5
menit
T.k.p.:
TENGGELAM
DI
AIR
ASIN
lokasi,kondisi,pakaian,
(Hypertonik):
mati
8-
surat
9mn
Tek.
Osmotic
air
laut
4x
dari
plasma
Air
ditarik
dari
sirkulasi
pulmonal
ke
jaringan
interstisial
Acute
secondary
pulmoner
edema
Haemokonsentrasi
Sirkulasi
lambat
Payah
jantung
Mati
dalam
8-9mnt
TUJUAN
PEMERIKSAAN
JENAZAH
Tentukan
identitas
korban
Apakah
korban
masih
hidup
waktu
tenggelam
Apakah
sebab
kematiannya
Faktor2
apa
yg
berperan
pada
proses
kematian
Tempat
dimana
korban
pertama
kali
tenggelam
PEMERIKSAAN
LUAR
JENAZAH
PEMERIKSAAN
DALAM
JENAZAH
Tanda2
terendam
dalam
air
1. Busa
halus
dihidung,
mulut,sal
nafas
dan
1. Basah,
berlumuran
pasir,
lumpur,
dll
benda
asing
(pasir,
Lumpur,algae)
dalam
2. Telapak
tangan
&
kaki
keriput
saluran
pernafasan.
(Washer
Woman
Hand)
2. drowning
lung/aqueous
pulmonary
3. Kulit
permukaan
kasar
Kulit
bebek
emphysema
dan
edema:
paru2
membesar
(Cutis
Anserina)
(balon)
sembab,
lebih
berat,
pyramidal
hemorrhage
pengirisan
banyak
TANDA-TANDA
INTRAVITAL
cairan.
1. Kaku
pada
sebagian
otot/cadaveric
3. Bercak
perdarahan
dibawah
pleura
paru,
Spasme
Posisi
&
Kekuatan
Orang
(bercak
Paltauf)
4. Lambung
dapat
sangat
membesar,
isi
air,
hidup.
lumpur,
dll
diusus
halus.
2. Luka2
lecet
gesekan
/
benturan
1.
2.
3.
4.
5.
PEMERIKSAAN
LAB
1. Adanya
diatomeganggang
bersel
satu
bila
pd.pem.
di
paru2
ditemukan
4
5
diatome
berarti
orang
masih
hidup.
a.
pemeriksaan
sediaan
apus
getah
paru
-
sediaan
langsung
b.
pemeriksaan
destruksi
jaringan
2. Pem.darah
jantung
bilik
kiri
dan
bilik
kanan.
Berat
jenis
&
kadar
elektrolitnya
Mg,
beda
>
10%
sokong
diagnosa.
3. Pem.
Keracunan
(kalau
perlu)
4. Pem.
Mikroskopik
jaringan.
44
45
TB
JAMUR
Aspergilosis
Aspergilus
fumigatus,
A.
flavus,
A.
niger
Radiologi
sulit
di
bedakan
dgn
pnemonia
bakterial
Terpenting
bila
terdapat
gambaran
karakteristik
air
crescent
sign
atau
Fungus
ball
sign
FOTO
RO:
Primer
!
Fokus
ghon
dan
limfadenitis
hilus
(komplek
primer)
Post
primer
!
Tb
milier
!
bercak
nodul
berukuran
kecil,
ukuran
relatif
sama
tersebar
di
kedua
paru
(
Snowstorm)
Pleuritis
!
efusi
pleura
Lesi
predileksi
di
apex,
segmen
posterior
lobus
atas
dan
segmen
apikal
lobus
bawah,
berupa
:
- Eksudat
!
infiltrat
batas
tak
jelas
- Produktif
tb
!
Lesi
opak
batas
jelas,
ireguler
- Tuberkuloma
!
massa
/
nodul
0,5
4
cm,
batas
licin,
calsifikasi
- Kavitas
tb
!
lesi
5
10
cm,
dinding
tebal
Fibrosis,
calsifikasi
AIDS
Infeksi
!
virus
(cytomegalovirus),
parasit
(pneumocystis
carinii),
jamur
(cryptococcosis),
bakteri,
mycobakterium
(tbc,
mycobacterium
avium)
Neoplasia
!
Sarcoma
kaposi,
Limfoma
Kel
sistem
limfatik
!
pnemonia
interstitial
limfositik
Torak
foto
Non
spesifik
Diagnosa
pasti
PA
SARCOMA KAPOSI
46
!
non
aktif
OBSTRUKSI
KRONIK
BRONKRITIS
KRONIK
EMFISEMA
FOTO
RO
Barrel
chest
!
diameter
torak
melebar,
costae
posterior
posisi
relatif
horisontal,
intercostae
space
melebar
Diafragma
depresif
!
kubah
mendatar,
sudut
costofrenikus
hampir
90
derajat
Jantung
kesan
posisi
menggantung
dan
lebih
kecil
Retrosternal
space
tampak
melebar
!
rongga
torak
membesar
Hilus
tampak
melebar
dan
menebal
!
resistensi
pulmoner
Perifer
paru
hiperlusen
!
overinflasi
paru
dan
vaskularisasi
berkurang
Gambaran
kaliber
pembuluh
darah
hilus
dari
proksimal
ke
distal
menurun
cepat
(amputasi
hilus)
!
resistensi
pulmoner
Pada
emfisema
fokal,
gambaran
corakan
pembuluh
darah
di
area
normal
tampak
meningkat
!
dilatasi
vascular
FOTO
RO
>
gambaran
normal,
non
spesifik
Penebalan
dinding
bronchial!
peribronchial
cuffing
Corakan
paru
kasar
!
brochovaskular
marking
meningkat,
kasar,
dirty
chest
BRONKIEKTASIS
Foto
torak
Sering
non
spesifik
Gambaran
fibrosis
peribronchial
berupa
bayangan
garis
tegas
dan
kasar
Tramline
(bayangan
garis
paralel)
!
penebalan
dinding
bronchus
dilatasi
silindrik
Honey
comb
appearance
!
suatu
area
dimana
terdapat
bentuk
spt
rongga
-
rongga
(kavitas
kecil
/
sarang
tawon)
!
bronchiectasis
sakular
ASMA BRONKIAL
FOTO
RO
Foto
torak
asma
akut
(serangan)
- Hiperaerasi
- Diafragma
mendatar
- Peribronchial
cuffing
(edema
peribronchial)
- Ruang
retrosteranal
bertambah
Foto
torak
asma
bronchiale
dalam
keadaan
tidak
ada
serangan
!
normal
47