BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Sejarah Singkat Pendirian dan Perkembangan Pabrik
Berdasarkan prasasti yang terdapat di pabrik kopi Arabika kebun Kalisat-Jampit yang di
bangun pada tahun 1927. Pabik pengolahan kopi Arabika kebun Kalisat-Jampit Bondowoso
Jawa Timur tidak dapat dipisahkan dari sejarah pendudukan bangsa Belanda di Indonesia.
Pengolahan kopi arabika di kebun Kalisat-Jampit dimulai tahun 1900 dibawah penguasaan
Perusahan Perkebunan David Bernie Administrate Kantoor (DBAK) yang berpusat di
Surabaya.
Seiring berjalannya waktu pabrik pengolahan kopi Arabika kebun Kalisat-Jampit terus
mengalami pergantian kepemilikan. Setelah kemerdekaan pengelolahan kopi Arabika kebun
Kalisat-Jampit diambil alih oleh pemerintah. Tahun 1955 dikelola oleh LMOD (Landbouw
Matschppij Oud Djember). Tahun 1958 Nasionalisasi dilakukan Pemerintah RI, sehingga
tahun 1961 menjadi PPN kesatuan Jawa Timur VII, tahun 1963 menjadi PPN Aneka Tanaman
XII, tahun 1968 berganti nama menjadi PNP XXVI. Berdasarkan PP 74, tahun 1971 berganti
menjadi PTP XXVI dan tahun 1995 bergabung menjadi PTP Group Jawa Timur. PT
Perkebunan Nusantara XII (Persero) selanjutnya disebut dengan PTPN XII merupakan Badan
Usaha Milik Negara dengan status Perseroan Terbatas yang keseluruhan sahamnya dimiliki
oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Berdasarkan PP nomor 17 tahun 1996, dituangkan dalam akte notaris Harun Kamil,
SH nomor 45 tanggal 11 Maret 1996 dan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dengan SK nomor C.2-8340 HT.01.01 tanggal 8 Agustus 1996. Akte perubahan
Anggaran Dasar perusahaan nomor 62 tanggal 24 Mei 2000 dibuat oleh notaris Justisia
Soetandio, SH dan disahkan Menteri Hukum dan Perundang-Undangan Republik Indonesia
dengan SK No. C. 22950 HT 01.04 tahun 2000. Selanjutnya, Akte Notaris Nomor 62 diubah
menjadi Akte Nomor 30 Notaris Habib Adjie, SH., M.Hum tanggal 16 Agustus
2008. PTP Nusantara XII memiliki visi "Menjadi Perusahaan Agribisnis yang berdaya saing
tinggi dan mampu tumbuh-kembang berkelanjutan".
1.2. Tempat dan Lokasi Pabrik
PTP Nusantara XII mengelola areal perkebunan seluas 80.000 ha dan tersebar di
seluruh wilayah Jawa Timur yang terbagi menjadi 3 wilayah dan 34 unit kebun. PTP
Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit termasuk kedalam wilayah 2 mengelola sekitar 3.105,4
Ha areal lahan. Pabrik pengolahan terletak di Desa Kalisat Kecamatan Sempol Kabupaten
Bondowoso, sedangkan kebun terbagai dalam 5 afdeling yang tersebar di wilayah Kecamatan
Sempol diantaranya afdeling jampit, afdeling Sempol, afdeling kampung Baru, afdeling
Kampung Malang, dan afdeling Krepean. Berikut peta wilayah kerja PTP Nusantara XII.
Gambar 1. Peta lokasi PTP. Nusantara XII Kebun Kasilat-Jampit
1.3. Tujuan Pendirian dan Peranan Pabrik
Adapun tujuan dari didirikannya PTP.Nusantara XII adalah :
1. Melaksanakan reformasi bisnis, strategi, struktur, dan budaya perusahaan untuk mewujudkan
profesionalisme berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
2. Meningkatkan nilai dan daya saing perusahaan (competitive advantage) melalui inovasi serta
peningkatan produktifitas dan efisiensi dalam penyediaan produk berkualitas dengan harga
kompetitif dan pelayanan bermutu tinggi.
3. Menghasilkan laba yang dapat membawa perusahaan tumbuh dan berkembang untuk
meningkatkan nilai bagi shareholders dan stakeholders lainnya.
4. Mengembangkan usaha agribisnis dengan tata kelola yang baik serta peduli pada kelestarian
alam dan tanggung jawab sosial pada lingkungan usaha (community development).
4.1. Produk yang diolah
Adapun produk-produk yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan PTP Nusantara
XII kebun Kalisat-Jampit antara lain :
4.1.1. Kopi Arabika
Kopi arabika (Caffea arabika) adalah salah satu jenis kopi yang dibudidayakan di
Indonesia termasun di PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit. Jenis ini kopi yang sangat
baik ditana
kopi arabika secara umum antaralain; randemennya lebih kecil dari jenis kopi lain (18-20%),
bentuk agak memanjang, bidang cembeung tidak terlalu tinggi, lebih bercahaya, ujung biji
lebih mengkilap (namun bila kering berlabihan akan terlihat retak atau pecah), celah
tengah (center cut) di bidang datar (perut) tidak lurus memanjang kebawah tetapi berlekuk,
biji yang sudah dipanggang (roasting) cela tengah terlihat putih dan pada biji yang sudah
diolah kulit ari biasanya masih menempel dicelah atau parit biji kopi.
Metode pengolahan utama yang diterapkan adalah metode pangolahan basah. Metode
pengolahan kering digunakan sebagi solusi pangolahan untuk bahan baku kopi gelondong
hijau dan kopi rembangan yang tidak dapat diolah dengan metode pengolahan basah. Produk
kopi arabika yang dihasilkan adalah produk kopi dalam bentuk kopi pasar
4.1.2. Kopi Luak Arabiaka
Kopi luak arabika yang diolah di pabrik pengolahan PTP Nusantara XII kebun
Kalisat-Jampit menggunakan bahan baku kopi arabiak yang difermentasi dengan bantuan
hewan luak atau musang (Parodoxurus hermphroditus). Biji kopi yang disukai (dimakan)
adalah buah kopi yang sudah matang (merah). Selanjutnya kopi akan terfermentasi didalam
perut luak dan mengeluarkan kotoran dalam bentuk kopi berkulit tanduk. Kopi tersebut akan
diproses ketahapan selanjutnya sampai menjadi produk kopi pasar.
BAB II
PENGOLAHAN KOPI ARABIKA
2.1. Bahan Dasar
Produk utama yang diolah di pabrik pengolahan PTP Nusantara XII kebun KalisatJampit adalah kopi arabika. Selain kopi arabika, sejak tahun 2008 PTP Nusantara XII kebun
Kalisat-Jampit mulai menambah produk dengan memproduksi kopi luak arabika, melihat
geliat pasar kopi luak yang sangat menjanjikan dan potensial. Produksi kopi arabika dipabrik
pengolahan PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit hanya dalam bentuk produk kopi
pasar (market Coffea).
Gambar 2. Kopi Arabika
Kopi termasuk kelompok tanaman semak belukar degan genus Coffea,
familiRubiaceae, subfamili Ixoroideae, dan suku Coffeae. Jenis kopi yang banyak
dibudidayakan yakni kopi arabika (Caffea arabika) dan robusta (Caffea canephora). Kopi
arabika adalah jenis kopi yang sangat baik ditanam pada ketinggian 1.000 -2.100 meter diatas
permukaan laut. Karakteristik kopi arabika secara umum antara lain; randemennya lebih kecil
dari jenis kopi lain (18-20%), bentuk agak memanjang, bidang cembung tidak terlalu tinggi,
lebih bercahaya, ujung biji lebih mengkilap (namun bila kering berlabihan akan terlihat retak
atau pecah), celah tengah (center cut) di bidang datar (perut) tidak lurus memanjang kebawah
tetapi berlekuk, biji yang sudah dipanggang (roasting)cela tengah terlihat putih dan pada biji
yang sudah diolah kulit ari biasanya masih menempel dicelah atau parit biji kopi.
Areal perkebunan kopi arabika PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit teserebar di
wilayah Kecamatan Sempol Bondowoso, yang mencakup beberapa Dusun dan Desa
diantaranya ; Sempol, Jampit, Kampung Baru, Kampung Malang. Daerah ini berada pada
ketinggian 1.100-1.534 meter diatas permukaan laut dengan jenis tanah andosol regosol
alluvial, tipe iklim Schmidt ferguson dan memiliki topogrgrafi tanah berbukukit, datar, landai,
berombak dan bergunung. kondisi tersebut sangat baik untuk pertumbuhan kopi arabika.
Pemanenan kopi arabika dilakukan mulai bulan Maret hingga Agustus. Puncak
panenan terjadi pada bulan juni, juli, dan agustus. Kopi mulai menghasilkan buah ketika
berumur empat tahun. Panen dilakukan setiap dua kali seminggu ketika buah kopi sudah
berwarna merah hingga merah tua. Setiap hari panen dilakukan mulai jam 6 pagi sampai jam
4 sore, dilakukan oleh pekerja musiman baik yang menetap diwilayah perkebunan khususnya
di Kecamatan Sempol dan diwilayah Bondowoso. Jumlah pekerja tidak tetap/musimam pada
panen tahun 2012 berjumlah + 3.000 pekerja. Cara panen dilakukan dengan memetik buah
kopi satu per satu menggunakan tangan, lalu buah tersebut dimasukkan ke dalam keranjang.
Pola panen buah kopi dibedakan menjadi dua dintaranya; petik merah dimana pemetikan
buah kopi yang berarna merah, petik sembarang karena tingkat kematangan buah kopi dalam
satu ranting berbeda-beda dari yang masih hijau sampai yang sudah merah tua. Setelah
dipetik kopi dalam bentuk kopi arabika dalam bentuk kopi gelondong kemudian dikumpulkan
untuk dilakukan sortasi kebun.
Gambar. 3. Proses sortasi kebun
Sortasi kebun dilakukan untuk memisahkan kopi gelondong berdasarkan warna yakni
warna merah, warna merah sebagian sampai kuning dan warna hijau. Proses sortasi dilakukan
secara manual oleh pekerja yang sebelumnya melakukan pemetikan. Kopi gelondong yang
telah disortasi kemudian dikirim kepabrik menggunakan truk-truj pengangkut. Kopi
gelondong yang berwarna merah dan warna merah sebagian sampai kuning akan diolah
dengan proses basah dengn persentase kopi gelondong merah 99% sedangkan kopi
gelondong hijau akan diolah dengan proses kering. Kopi gelondong merah memiliki kualitas
terbaik diantara kopi gelondong yang lain.
2.2. Bahan Pembantu
2.2.1. Air
Air merupakan bahan/unsur penting dalam proses pengolahan kopi arabika di pabrik
pengolahan PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit, karena 98% kopi diolah dengan
metode basah. Umumnya air adalah media trasportasi untuk membawa biji kopi ke
komponen alat lain untuk tahapan proses pengolahan selanjutnya, namun dalam beberapa
tahan proses pengolahan, air memiliki fungsi yang spesifik ditiap-tiap prosesnya. Air yang
digunakan adalah air yang memenuhi standar industri, yang bersumber dari mata air
pengunungan setempat. Air dibutuhkan pada beberapa proses sebagai berikut :
1. Penerimaan
Kopi gelondong merah yang telah ditimbang di tempat penimbangan lansung dikirim ke bak
penerimaan/penampungan (siphon) dengan kapasitas 265 ton kopi gelondong/hari. Dibak
penerimaan kopi gelondong akan dimasukan ke konishtank. Air berfungsi sebagi
media trasportasi yang akan membawa kopi gelondong dari bak peneriamaan ke konishtank.
Air disemprotkan/dialirkan melalui pipa-pipa dan selang yang telah didesain sedemikian rupa
pada bak penerimaan.
2. Konishtank
Pada konishtank air berfungsi sebagai media sortasi dimana kopi gelondong berkualitas baik
akan dipisahkan dengan kopi gelondong yang berkualitas rendah dan benda asing lain seperti
ranting dan sebaginya. Pemisahan dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis. Kopi dengan
kualitas baik memiliki berat jenis yang tinggi dan akan tenggelam sedangkan kopi dengan
kualitas rendah akan mengapung dan melayang (disebut kopi rembangan). Air dari
konishtank akan lansung mengalir membawa kopi gelondong ke mesin pulping.
3. Pulping
Puping adalan pemisahan kulit buah (pulp) dengan biji kopi sehingga menjadi kopi HS basah.
Dalam proses pulping air berperan dalam mempermudah dan mempercepat proses
pengupasan pada saat pulper menekan buah sehingga keeping biji keluar dalam mesin Vis
Pulper.
4. Fermentasi
Dalam proses fermentasi Pabrik pengolahan PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit
menggunakan metode fermentasi kering. Air digunakan sebagai media transportasi untuk
meratakan biji kopi pada bak fermentasi, mengeluarkan biji kopi dari bak fermentasi, dan
membersikan bak fermentasi setelah selesai digunakan.
5. Pencucian
Proses ini dilakukan dengan bantuan Vis Washer atau ruang Washer. Air berfungsi
membersihkan lendir pada biji kopi HS basah.
2. Abu Gosok
Abu gosok digunakan untuk membersihkan bak fermentasi, karena diduga abu gosok
tidak akan membunuh mikroba alami yang terdapat pada bak fermentasi yang berfungsi
sebagi aktor fermentasi. Abu gosok cukup efektif untuk membersikan kotoran pada bak
fermentasi yang digunakan dalam fermentasi sebelumnya serta tidak menimbulkan bau yang
merusak cita rasa kopi dibandingkan dengan bahan pembersih sintetik.
2.3. Pengolahan
Pengolahan merupakan proses mengubah bahan baku menjadi produk yang siap
diperdagangkan. Biji kopi yang sudah siap diperdagangkan adalah berupa biji kopi kering
yang sudah terlepas dari daging buah, kulit tanduk dan kulit arinya, butiran biji kopi yang
demikian ini disebut kopi beras (market coffe). Kopi beras berasal dari buah kopi basah yang
telah mengalami beberapa tingkat proses pengolahan. Secara garis besar dan berdasarkan cara
kerjanya, maka terdapat dua cara pengolahan buah kopi basah menijadi kopi beras, yaitu
yang disebut pengolahan buah kopi cara basah dan cara kering. Pengolahan buah kopi sccara
basah biasa disebut W.I.B. (West lndische Bereiding), sedangkan pengolahan cara kering
biasa disebut O.I.B (Ost Indische Bereiding). Jenis dancara pengolahan sangat menentukan
karaker dan cita rasa kopi.
Tiap tahapan dalam proses pengolahan memiliki keterkaitan yang sangat kompleks.
Kualitas mutu kopi harus dapat dipertahankan sampai ke tangan konsumen. Untuk itu, tiap
tahapan proses pengolahan harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Tahapan proses penggudangan adalah hal penting yang harus diperhatikan.
Kapasitas yang mampu diolah pabrik pengolahan PTP Nusantara XII kebun KalisatJampit adalah 200 ton gelondong/hari dengan 670-1000 ton kopi pasar pasar/hari.
Pabrik pengolahan kopi arabika PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit menerapkan
kedua metode pengolahan tersebut. Pengolahan basah adalah metode pangolahan utama yang
diterapkan, sedangkan metode pengolahan kering adalah metode pengolahan sampingan
sebagai solusi untuk mengolah kopi gelondong hijau yang ikut terpetik selama proses
pemanenan dan kopi rembangan yang tidak dapat dioah melaui metode pengolahan basah.
Pengolahan lain yang diterapkan di Pabrik pengolahan kopi arabika PTP Nusantara
XII kebun Kalisat-Jampit adalah pengolahan kopi luak arabika. Dalam pengolahan kopi luak
arabika tahapan prosesnya mengacu pada metode pengolahan basah, namun yang
membedakan adalah dalam proses fermentasi. Dimana proses fermentasi pada pengolahan
kopi luak arabika mengunakan perut luak, sedangkan pada proses pengolahan metode basah
menerapkan proses fermentasi kering.
2.3.1 Pengolahan Kopi Arabika dengan Metode Basah
Metode pengolahan basah merupakan metode pengolahan utama yang diterapkan di
pabrik pengolahan kopi arabika PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit. Pengolahan
metode basah hanya digunakan untuk buah kopi yang sudah masak penuh. Pengolahan
metode basah relatife lebih panjang dengan sangat kompleks. Setiap tahapan pengolahan
saling berkaitan dan memiliki pangaruh dalam membentuk cita rasa kopi. Pengolahan metode
basah akan menghasilkan produk kopi yang balance antara odor, aroma, citarasa (taste), dan
perisa (flavor) dimana dari segi taste lebih mempertegas cita rasa asam(acidity) dari
pada Body.
Gambar 4. Skema Proses Pengolahan Basah
Proses pengolahan metode basah di Pabrik pengolahan kopi arabika PTP Nusantara
XII kebun Kalisat-Jampit meliputi: penerimaan, sortasi, pulping, fermentasi, pencucian,
penuntasan, pengeringan/penjemuran, uji mutu, tempering/conditioning, pengerbusan,
pengayakan, sortasi, pengemasan, pengambilan sampel uji mutu dan pengiriman.
2.3.1.1 Penerimaan
Penerimaan merupakan tahap awal dari proses pengolahan. Penerimaan meliputi
penimbangan dan penerimaan pada bak penerimaan (sipon). Sebelum masuk ke sipon/bak
penerimaan kopi gelondong terlebih dahulu ditimbang di jembatan timbang untuk didata
yang mencakup berat, afdeling asal kopi, varietas dan waktu penerimaan. Data
tersebut menjadi propil kopi selama proses pengolahan sampai pengiriman, sehingga ketika
terjadi penyimpangan dalam proses pengolahan akan lebih cepat dan mudah diambil langkah
penanggulangan. Selain itu penerimaan jugu bertujuan untuk mengetahui hasil panen
gelondong tiap-tiap afdeling. Kopi gelondong ditimbang bersamaan dengan truk pengangkut
kopi. Untuk mengetahui berat kopi, berat keseluruhan dikurangi berat truk pengangkut.
Gambar 5. Proses Penerimaan Kopi Arabika
2.3.1.3 Pulping
Pulping bertujuan untuk memisahkan kopi dari kulit terluar dan mesocarp (bagian
daging), hasilnya pulp. Prinsip kerjanya adalah melepaskan exocarp dan mesocarp buah kopi
dimana prosesnya dilakukan dilakukan didalam air mengalir.
Gambar 7. Proses Pulping
Proses ini menghasilkan kopi hijau kering dengan jenis yang berbeda-beda. Macammacam alat pulper yang sering digunakan : Disc Pulper (cakram pemecah), Drum pulper,
Raung Pulper, Roller pulper dan Vis pulper. Di pabrik pengolahan kopi arabikaPTP
Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit alat yang digunakan adalah Vis Pulper. Vis
pulper berfungsi sebagai pengupas kulit, sehingga hasilnya harus difermentasi dan dicuci
lagi. Kapasitas alat vis pulper adalah 210 kopi gelondong / hari.
2.3.1.4. Fermentasi
Setelah proses pulping, biji kopi akan masuk ke bak fermentasi. Di pabrik pengolahan
kopi arabika PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit terdapat 3 bak fermentasi dimana 2
bak digunakan untuk kopi yang berkualitas abaik dan 1 bak digunakan untuk kopi rembangan
(mengapung). Kapasitas bak fermentasi adalah 205,5 ton kopi gelondong /hari. Proses
fermentasi bertujuan untuk melepaskan daging buah berlendir (mucilage) yang masih melekat
pada kulit tanduk dan pada proses pencucian akan mudah terlepas (terpisah) sehingga
mempermudah proses pengeringan. Selama proses fermentasi terjadi hidrolisis pektin
disebabkan, oleh enzim pektihase yang terdapat di dalam buah.Reaksinya dipercepat dengan
bantuan mikroba.
Selama dalam pengaliran melewati saluran ini dapat dinamakan proses pencucian
pendahuluan. Di dalam pencucian pendahuluan ini biji kopi yang berat (bernas) dapat
dipisahkan dari sisa-sisa daging buah yang terbawa, lapisan lendir dan biji-biji yang hampa
karena bagian ini terapung di atas aliran air sehingga mudah dipisahkan.
Dalam pengolahan kopi arabika dengan metode basah (wet processing) umumnya
menggunakan dua jenis fermentasi yaitu fermentasi kering dan fermentasi basah.
1. Fermentasi basah
Fermentasi basah dilakuakn setelah biji tersebut melewati proses pencucian
pendahuluan segera ditimbun dan direndam dalam bak fermentasi. Bak fermentasi ini terbuat
dari bak plester semen dengan alas miring. Ditengah-tengah dasar dibuat saluran dan ditutup
dengan plat yang beriubang-lubang. Proses fermentasi di dalam bak-bak fermentasi terrsebut
dilakukan bertingkat tingkat serta diselingi oleh pergantian air rendaman. Pada tingkat
petama perendaman dilakukan selama 10 jam, Selama proses fermentasi ini dengan bantuan
kegiatan jasad renik, terjadi pemecahan komponen lapisan lendir tersebut, maka akan terlepas
dari permukaan kulit tanduk biji kopi. Proses fermentasi akan berlangsung selama lebih
kurang dari 1,5 sampai 4,5 hari tergantung pada keadaan iklim dan daerahnya. Proses
fermentasi yang terlalu lama akan menghasilkan kopi beras yang berbau apek disebabkan
oleh terjadinya pemecahan komponen isi putih lembaga.Jenis fermentasi ini tidak diterapkan
lagi dalam proses pengolahan basah di pabrik pengolahan PTP. Nusantara XII Kebun KalisatJampit dan beralih ke jenis fermrntasi kering
2. Fermentasi kering
Gambar 8. Proses Fermentasi Kering
Dalam fermentasi kering dilakukan beberapa tahapan proses, dimana biji kopi setelah
pencucian pendahuluan lalu masuk ke dalam bak fermentasi dan ditutup terpal. Didalam bak
tersebut segera terjadi proses fermentasi alami. Proses fermentasi belansung selama 36
jam. Proses fermentasi yang terlalu lama akan menghasilkan kopi beras yang berbau apek
disebabkan oleh terjadinya pemecahan komponen isi putih lembaga. Selain bertujuan
menghilangka melepaskan daging buah berlendir (mucilage) yang masih melekat pada kulit
tanduk proses fermentasi juga menentukan/menciptakan cita rasa acidity, calon warna dan
aroma pada kopi arabika. Cita rasa acidity diperoleh dari perombakan sukrosayang
terkandung dalam daging buah kopi menjadi asam-asam organik sebagai hasil dari proses
fermentasi. Perubahan warna yang terjadi akibat proses browning ini terjadi akibat oksidasi
polifenol sehingga warna biji menjadi sedikit kecoklatan dan abu-abu atau abu-abu
kebiruan. Jenis fermentasi inilah yang diterapkan dalam tahapan pengolahan kopi arabika
metode basah di pabrik pengolahan PTP. Nusantara XII Kebun Kalisat-Jampit.
2.3.1.5. Pencucian
Setelah proses fermentasi selesai, selanjutnya dilakukan pencucian biji kopi.
Pencucian bertujuan untuk membersihkan lendir pada kulit kopi yang sudah terpisah dengan
biji. Pencucian dilakukan dengan memasukkan biji kopi tersebut ke dalam suatu mesin
pengaduk (vis washer) yang berputar pada sumbu horizontal dan mendorong biji kopi dengan
air mengalir. Vis washer akan memisahkan lapisan lendir yang masih melekat pada biji dan
lapisan lendir yang masih melekat pada biji dan lapisan lendir yang telah terpisah ini akan
terbuang lewat aliran air yang seterusnya dibuang. Kapasitas vis washer adalah 27,9 ton/hari.
Gambar 9. Proses Pencucian
Proses pencucian biji kopi selanjutnya dilakukan secara manual dimana biji
kopidialirkan dengan air melalui saluran dalam bak pencucian yang segera diaduk
dengan alat sejenis skop yang terbuat dari kayu oleh pekerjai. Selama proses ini, air di dalam
bak dibiarkan terus mengalir keluar dengan membawa bagian-bagian yang terapung berupa
sisa-sisa lapisan lendir yang terlepas.
2.3.1.6. Penuntasan
Penuntasan merupakan pengeringan pendahuluan pada kopi berkulit
tanduk basahsetelah proses pencucian. Proses ini bertujuan untuk mengurangi air pada
permukaan biji kopi sehingga beban pengeringan berkurang. Proses penuntasan
berlangsung + 1-2 jam umumnya sampai kadar airnya mencapai 50%. Penuntasan dilakukan
di lantai yang terbuat dari plat baja yang berlubang. Lubang yang terdapat pada lantai adalah
jalur keluarnya air pada permukaan kopi. Kapasitas lantai penuntasan adalah 219.6 ton kopi
gelondong/hari.Pengeringan kopi berkulit tanduk basah dilanjutkan, dengan peneringan sinar
matahari hingga kadar air mencapai 11 %.
2.3.1.7 Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air biji kopi sampai batas aman
penyimpanan (11%). Disamping itu proses pengeringan sangat menentukan citarasa kopi.
Metode pengeringan yang diterapkan di pabrik pengolahan kopi arabika PTP Nusantara
XII kebun Kalisat-Jampit antara lain pengeringan tradisional, pengeringan kombinasi dan
pengeringan mekanis.
2.3.1.7.1 Penjemuran
Penjemuran dilakukan di lantai jemur secara manual di bawah terik sinar matahari.
Permukaan lantai jemur cembung dengan kemiringan antara 5-10o. Penjemuran dilakukan
selama 10-20 hari untuk mencapai kadar air 30-11% bergantung jenis pengeringan (full sun
drying atau kombinasi) dengan ketebalan 7-10 cm. Untuk full sun drying kadar air yang harus
dicapai adalah 11%. Biji kopi yang dijemur/dikeringkan dengan full sun drying memiliki
mutu yang lebih baik dibandingkan dengan jenis pengeringan yang lain. Hal ini diduga
disebabkan karena interval laju penurunan kadar air di lantai jemur lebih lambat
menyebabkan air keluar dengan merata dan teratur.
Gambar 10. Proses Penjemuran
Penjemuran dilakukan mulai jam 6 pagi sampai jam 4 sore. Untuk menghindari
embun di malam hari biji kopi yang dijemur di lantai jemur akan ditutup terpal. Pembalikan
dilakukan tiap 2-3 jam sekali oleh pekerja dengan menggunakan alat bantu manual berupa
skop yang terbuat dari kayu. Pembalikan juga dapat dilakukan dengan mesin pembalik yang
dioperasikan oleh satu orang pekerja.
Pengukuran laju penurunan kadar air di lantai jemur diukur menggunakan blek. Jenis
blek yang digunakan adalah blek minyak goreng. Pengukuran laju penerunan kadar air
dilantai jemur dilakukan setiap hari mulai jam 9 pagi sampi jam 3 sore. Untuk menandai
tingkat kadar air biji kopi disatu lantai jemur digunakan bendera yang terdiri dari tiga warna.
Masing-masing waran mewakili kadar air biji kopi di satu lantai jemur. Warna hijau dengan
berat belek antara 14-9.5 kg, warna kuning dengan berat blek antara 14-7.5 kg, dan warna
merah dengan berat belek antara 14-7 kg. Untuk satu blek yang beratnya 9 kg memiliki kadar
air + 30%. Kapasitas lantai jemur adalah 288,9 ton kopi gelondong/hari.
2.3.1.7.2 Pengeringan Kombinasi
Pengeringan kombinasi adalah mengkombinasikan berapa jenis pengeringan yang
ada, umumnya antara pengeringan tradisional dengan mekanis (Vis Dryer dan
Mason). Pengeringan kombinasi hanya dilakukan apabila lantai penjemuran sudah
mencukupi kapasitas dan faktor cuaca yang mendung atau hujan. Pengeringan kombinasi
dapat dilakukan dengan cacatan kadar air biji kopi +30%. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
penurunan kadar air yang signifikan pada biji kopi yang dapat menurunkan mutu biji kopi
yang dihasilkan.
2.3.7.3 Pengeringan Mekanis
Jenis alat pengering mekanis di pabrik pengolahan kopi arabika PTP Nusantara
XII kebun Kalisat-Jampit antara lain Mason dan Vis Dryer. Mason memiliki kapasitas 10,5
ton kopi pasar/2 hari. Di pengeringan Mason suhu maksimum yang digunakan adalah 40oC
dengan lama pengorengan/pengeringan + 20 jam. Vis Dryer memiliki kapasitas 80 ton kopi
gelondong/hari.
Gambar 11. Proses Pengeringan Mekanis Mason
Pada pengeringan Vis Dryer batas maksimum suhu yang digunakan 40oC dengan
ketebalan 10 cm. Lama penggorengan/pengeringan + 40 jam dengan pembalikan secara
perodik atau berkala setiap satu jam sekali. Pengerigan jenis ini jarang diterapkan pabrik
pengolahan kopi arabika PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit keran biaya operasional
yang mahal, kualiatas mutu kopi pasar yang dikeringkan lebih rendah jika dibandingkan
dengan pengeringan tradisional.
2.3.1.8 Uji Mutu/Cupping
Uji mutu/cupping dilakukan pasca proses pengeringan dimana kadar air biji kopi
mencaai 11%. Uji mutu dilakukan di laboratorium pabrik. Uji mutu dimaksudkan untuk
mengetahui secara dini apabila terjadi penyimpangan mutu biji kopi sehingga dapat
dilakukan tindakan penanggulangan. Tindakan penanggulangan yang umum dilakukan adalah
pencampuran (blending) dengan kopi yang berkualitas baik.
Gambar 12. Proses Pengujian Mutu
Blending merupakan pencampuran biji kopi yang mengalami penyimangan mutu
dengan biji kopi yang berkualitas baik sampai derajat penyimpangannya berkurang atau
hilang. Metode pengujian mengacu pada standar yang ditetapkan Amerika SCAA(Specialty
Coffee Association Of America). Metode pengujian ini adalah metode pengujian yang
direkomendasikan oleh Pusat Penelitian Kopi Dan Kakau (pustik). Hal ini dikarenakan
produk kopi pasar yang dihasilkan memiliki orientasi pasar internasional sehingga standar
mutu yang digunakan adalah standar mutu yang disepakati oleh konsuman internasional.
2.3.1.10. Tempering/Conditioning
Biji kopi yang berkulit tanduk yang mencapai kadar air penyimpanan akan ditimbun
di silo untuk ditempering. Silo merupakan bak penampungan yang berbentuk kubus terbuat
dari plat baja dengan kapasitas 39 ton Hs kering/unit.Tempering/conditioning
bertujuan untuk menyeragamkan kadar air biji kopi sebelum penggerbusan. Sehingga hasil
penggerbusan seragam. Untuk kopi arabika tempering dilakukan minimal 2 minggu. Silo juga
digunakan sebagai tempat penyimpanan biji kopi karena menyipan biji kopi yang berkulit
tanduk dirasa lebih aman dari pada menyimpan biji kopi dalan bentuk kopi beras. Pegerbusan
akan dilakuakn bila ada permintaan dari konsumen sehingga penyimpanan kopi beras di
gudang penyimpanan tidak terlalu lama.
2.3.1.11. Penggerbusan
Penggerbusan adalah proses pemisahan biji kopi dengn kulit tanduk dan kulit ari.
Mekanisme pengupasan kulit tanduk hampir sama dengan pengupasan kulit buah, yaitu
adanya gesekan dan tekanan antara stator dan rotor yang mendesak permukaan kulit hingga
terkelupas. Pengerbusan harus dilakukan dengan hati-hati oleh tenaga ahli, karena kesalahan
setelan pada alat gerbus akan menyebabkan biji kopi pecah jika setelan terlalu rapat dan jika
setelan terlalu longgar menyebabkan biji kopi akan lolos atau tidak terkelupas kulitnya. Kulit
ari biji kopi arabika dibiarkan tetap melekat. Karena berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakuakan, cita rasa kopi dari biji kopi yang masih terbungkus kulit ari lebih gurih
dibandingkan dengan kopi dari biji kopi yang sudah bersih dari kulit ari.
Limbah kulit tanduk hasil dari proses penggerbusan disalurkan dengan pipa untuk
ditampung sementara di tong penampungan (siklon). Selanjutnya disalurkan menggunakan
air melalui saluran drenase ke tempat pengumpulah limbah kulit kopi yang sudah ada.
Kapasitas alat gerebus adalah 1 ton kopi pasar/jam.
2.3.1.12. Pengayakan (Greader)
Greader atau pengayak merupakan rangkaian alat yang terdapat dalam proses
pengerbusan berfungsi memisah biji-biji kopi yang telah digerbus berdasarkan ukurannya.
Terdapat 3 tingkatan alat pengayakan yang memisahkan masing-masing ukuran. Ayakan
pertama memisahkan ukuran X atau besar (tidak lolos ayakan 6,5 mm), ayakan kedua
memisahkan ukuran M atau sedang (tidak lolos ayakan 6 mm) dan ayakan ketiga
memisahkan ukuran S atau kecil (tidak lolos ayakan 5 mm). Kapasitas greader adalah 1 ton
kopi pasar / jam
2.3.1.13. Sortasi
Sortasi bertujuan untuk memisahkan biji-biji kopi dengan cara manual menurut sistem
nilai cacat dan standar mutu dengan mengacu pada SNI No.01-2907-1999. Teknik sortasi
secara manual juga berguna untuk memisahkan bji dari cacat, kotoran, biji yang berbau serta
benda-benda asing lainya. Sortasi secara manual membutuhkan tenaga kerja yang terampil
memiliki kejelian dan ketelitian yang cukup tinggi. Sortasi dilakuan oleh ibu-ibu istri
kariawan tetap yang bekerja dan menetap di arel pabrik. Sortasi dilakukan setiap ada pesanan.
Gambar 13. Proses Sortasi
Pabrik Pengolahan Kopi Arabika PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit umumnya
menyimpan biji kopi dalam bentuk biji kopi berkulit tanduk. Karena biji kopi lebih aman
disimpan dalam bentuk biji kopi berkulit tanduk dari pada dalam bentuk kopi pasar. Hal ini
dikarenakan masih terdapat lapisan kulit (kulit tanduk) yang melindungi bagian biji kopi.
2.3.1.14. Pengemasan
Tujuan pengepakan atau pengemasan, diantaranya mempertahankan mutu fisik dan
cita rasa, menghindari kontaminasi bau, mempermudah penanganan, mempercepat prosedur
pengangkutan serta menghindari serangan kutu dan jamur Ochratoxin A (OTA). Sebelum
dilakukan pengemasan terlebih dahulu dilakukan pencampuran antara kopi mutu sejenis
dengan cara manual agar homogen. Bahan pengemas yang digunakan adalah berupa karung
goni dan karung plasik. Karung plastik digunakan untuk pasar nasional sedangkan karung
goni digunakan untuk pasar internasional. Berat setiap karung kopi baik karung goni maupun
karung plastik adalah 60 kg/karung.
Setelah dikemas, kopi akan disimpan sementara di ruang Redi untuk persiapan
pengiriman. Selama penyimpanan di ruang Redi, kopi yang telah dikemas disusun
berdasarkan kavling-kavling. Satu kapling berisi 50 karung kopi atau 3.000 kg kopi.
Pengkavlingan dimaksudkan untuk mengelompokan kopi berdasarkan karakteristik masingmasing baik tingkatan mutu.
2.3.1.15. Pengambilan Sampel Uji Mutu (Cupping)
Sempel diambil dari setiap karung pada saat pengisian kopi kedalam karung. Hal ini
dimaksudkan agar karakteristik kopi cukup representative mewakili masing-masing kavling.
Analisa mutu dilakukan berdasarkan jenis, yang mencakup cita rasa maupun fisik. Hasil
analisa mutu akan disusun dalam laporan pengujian mutu (LPM).
Pengujian mutu berdasarkan cita rasa dapat dilakukan dengan Cupping tes.Cupping
tes merupakan salah satu model pengujian organolepteik untuk kopi. Cuppingtes pada tahapn
ini sangat penting, karena menentukan kualitas mutu kopi yang akan kirim untuk dipasarkan
benar-benar bermutu baik. Sampel kopi yang akan di Cupping tesdiklasifikasi berdasarkan
varietas, afdeling (afdeling jampit memiliki mutu terbaik), metode pengolahan (metode
basah, metode kering, dan pengolahan kopi luak), dan berdasarkan metode pengringan (Full
Sun Drying, kombinasi, dam mekanis). Metode analisa/pengujianCupping tes mengacu pada
standar pengujian yang dikeluarkan Amerika SCAA. Berdasarkan kondisi fisik, pengujian
mutu diterapkan bersamaan pada tahapan proses greder dan sortasi.
2.3.1.16. Pengiriman
Pengiriman atau distribusi bertujuan untuk memenuhi kontrak penjualan. Dalam
tahapan ini perlu diperhatikan kelayakan alat angkut, kapasitas alat angkut dngen jumlah
muatan adan ketepatan berat timbangan hasil yang akan dikirim. Untuk kopi arabika yang
akan diekspor ke pasar Eropa, Asia, dan Amerika akan distok di gudang penyimpanan utama
yang berada di Surabaya, selanjutnya akan dikirim menggunakan kapal laut. Sedangkan
untuk konsumen pasar nasional biasanya lansung dikirim atau distok sementara di gudang
utama yang berada di Surabaya.
2.3.2. Pengolahan Metode Kering
Tahapan pengolahan metode kering lebih pendek dan sederhana dibandingkan
dengan tahapan pengolahan metode basah. Metode pengolahan kering di Pabrik Pengolahan
Kopi Arabika PTP. Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit hanya mengolah 2-5% bahan baku
kopi gelondong. Metode pengolahan kering diperuntukan untuk kopi gelondong hijau dan
kuning bancut yang ikut terpetik pada saat pemanenan, karena metode pengolahan metode
basah hanya dapat digunakan untuk kopi gelondong merah. Produk kopi pasar hasil
pengolahan ini hanya memenuhi skup pasar lokal. Cita rasa kopi yang ditonjolkan dari proses
pengolahan kering adalah dari segi body.
Gambar 14. Skema Proses Pengolahan Metode kering
Unsur Body merupakan tingkat kepekatan rasa dari seduhan kopi. Secara mudah
dapat dibayangkan antara kopi yang ringan (flat) dengan kopi yang 'berat'. Nilai body dari
suatu kopi ditentukan oleh senyawa-senyawa yang larut dalam air saat diseduh. Senyawasenyawa seperti golongan karbohidrat, senyawa aromatik, alkaloids dan minyak sangat
menentukan body dari suatu kopi. Semakin tinggi senyawa yang larut atau membentuk koloid
dalam cairan seduhan maka semakin tinggi nilai body dari kopi tersebut. Dengan demikian
biasanya nilai body berkait dengan sifat kekentalan (viskositas) cairan, kekuatan (strength)
(secara imajiner) dan sifat 'licin'-`kasat' dari cairan seduhan.
Tahapan pengolahan metode kering di Pabrik pengolahan kopi arabika PTP Nusantara
XII kebun Kalisat-Jampit terdiri dari penerimaan, pengeringan, pengupasan kulit buah dan
kulit tanduk, pengeringan biji, sortasi, pengemasan dan pendistribusian.
2.3.2.1 Penerimaan
Proses penerimaan pada metode pengolahan kering, dimana kopi gelondong yang
datang dari kebun akan ditimbang terlebih dahulu di jembatan timbang untuk pendataan.
Kopi gelondong sselanjutnya lansung dijemur di lantai jemur atau terpal bila lantai jemur
penuh (dibawah terik mata hari).
2.3.2.2. Pengeringan
Proses pengeringan pada metode pengolahan kering sepenuhnya mengunakan sinar
matahari. Ketabalan pada saat penjemuran atara 10-15 cm. Proses pengeringan akan
dihentikan apabial kulit buah kopi sudah keriput dan mengeras atau pada kadar air + 20%
selama 3 minggu. Tujuan pengeringan ini adalah untuk menghilangkan lapisan lendir pada
kopi sekaligus menurunkan kadar air biji kopi.
Gambar 15. Proses Pengeringan Kopi Gelondong Hijau
2.3.2.3 Pengupasan Kulit Buah dan Kulit Tanduk
Pengupasan kulit buah dan kulit tanduk dilakukan secara bersamaan untuk
mengefisiensi biaya, tenaga dan waktu. Proses ini bertujuan untuk memisahkan kulit buah
dan kulit tanduk dengan biji kopi. Proses pengupasan kulit buah dan kulit tanduk dilakuakan
menggunakan mesin huller.
Penentuan mutu, merupakan suatu bentuk pengendalian dan menejemen suatu persepsi dalam
standar mutu kopi yang telah di tentukan dalam istilah, misalnya mutu dari bentuk tanaman
kopi, mutu dalam bentuk biji, dan ukuran kopi dll.
2.
3.
Syarat mutu, merupakan persyaratan bagi setiap biji kopi untuk di nilai tingkat mutunya.
4.
BAB III
ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN KOPI ARABIKA
Dalam menunjang proses produksi, Pabrik Pengolahan PTP Nusantara XII kebun
Kalisat-Jampit pada setiap tahap proses pengolahan memanfaatkan alat dan mesin untuk
mempermudah pekerja dalam proses pengolahan. Jenis alat alat mesin yang digunakan dalam
proses pengolahan kopi Arabika beragam, di tiap-tiap tahapan proses yang sesuai dengan
kebutuhan.
Mesin dan alat pengolahan kopi arabika terpasang diruang-ruang pengolahan. Tiap
tahapan proses membutuhkan mesin dan alat pembantu. Mesin dan alat yang ada di pabrik
Pengolahan PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit antara lain : jembatan timbang, ruang
produksi basah, lantai jemur, ruang mason, ruang vis drayer, ruang silo, ruang gerbus, ruang
redi dansortasi serta rung lep uji mutu (Cupping tes). Untuk menjaga keamanan pekerja
(operator mesin), mencapai hasil yang masimal dan perawatan mesin dan alat. dibeberapa
bagian mesin dan peralatan terpasang standar prosedur operasinal.
3.1. Jembatan Timbang
Jambatan timbang merupakan bagian dari tahapan proses penerimaan. Pada Jambatan
timbang kopi yang masuk dari afdeling akan didata khusunya berat kopi yang masuk.
Mekanisme penimbangan di jambatan timbang menggunakan system kumputerisasi. Berat
awal truk yang masuk dengan muatan kopi gelondong dikurangi dengan berat truk yang
keluar tanpa muatan. Selisih dari pengurang tersebut diperoleh berat kopi gelondong yang
masuk ke pabrik.
Gambar 17. Jembatan Timbang
Spesifikasi
Kapasitas
System kerja :
Bentuk
Letak
20 ton / hari
komputerisasi
mengambang (inferior) dan benda asing lainnya sebelum masuk ke tahapan proses
selanjutnya.
Gambar 18. konishtank
Spesifikasi
Tenaga Penggerak
b.
- Type/Model
: Motor Listrik 1 HP
- Daya/Putaran Mesin
: 1440 Rpm
- Bahan Bakar
: Solar
- Transmisi
Dimensi Peralatan
- Panjang
: 67 cm
- Lebar
: 60 cm
- Tinggi
: 70 cm
c. Kapasitas Kerja
Jumlah
: Bental
Kw
: 11,5
Amper
: 29
RPM
: 960
Unit
:2
Kapasitas
: 2 ton/unit/jam
- Transmisi
- Sistem Pemisah
- Daya/Putaran Mesin
: 800 RPM
- Bahan Bakar
: Solar
b. Kapasitas Kerja
c. Jumlah
: Bental
Kw
: 3
Amper
: 6
RPM
: 1430
Unit
:4
Kapasitas
: 2 ton/unit/jam
Spesifikasi :
Merek
: Niagara
Kw
: 11
Amper
: 22
RPM
: 1445
Unit
:2
Kapasitas
sekat berongga dimana dibawahnya terdapat sebuah tungku yang digunakan untuk
pemanasan atau penggorengan
Gambar 20. Vis Drayer
Spesifikasi
a. Tenaga Penggerak
- Listrik : Kipas Aksial
Kipas Sentrifugal
- Bahan Bakar
Belt Konveyor
Belt konveyor meruakan alat pengangkut biji kopi setengah kering untuk di keringkan
lagi di Vis dryer. Prinsif kerjanya seperti lif tangga, dimana bahan dari bawah akan dibawa
naik ke atas.
Spesifikasi :
Merek
: Bental
Kw
: 4
Amper
: 8,7
RPM
: 1420
Unit
:2
Kapasitas
Mason
Gambar 21. Mason
Mason merupakan satu rangkaian alat pengering mekanis terdiri dari beberapa
komponen alat (trombol, Hooper, elevator dan blower). Mesin Hooper berfungsi sebagai
wadah sementara sekaligus mempermudah dalam pemasukan biji HS kopi dalam trombol,
kemudian saat trombol sudah kosong dan siap dipakai, maka biji kopi setengah kering
dimasukkan dari Hooper menggunakan pipa yang telah disambungkan ke dalam tromol.
Setelah semua masuk maka tromol ditutup setiap lubang-lubangnya lalu mesin blower
dinyalakan terlebih dahulu selama kurang lebih 30 menit setelah itu tungku api dinyalakan.
Udara panas hasil pembakaran dari tungku / blower akan dihembuskan ke dalam tromol
dengan bantuan blower dimana udara panas tersebut dialirkan menggunakan pipa yang
dihubungkan ke setiap ujung trombol. Dilakukan pengawasan terkait kebersihan alat dan
mesin baik trombol, Hooper, elevator, dan blower. Dilakukan pengecekan akan kesiapan alat
ukur dan kebutuhan kayu bakar, dimana kayu bakar disiapkan dalam bnetuk staple di depan
tungku. Selama proses pengeringan berlangsung, suhu diatur maskimal 40C. Kopi HS yang
sudah kering diturunkan dari tromol, lalu dikarungi, dan ditimbang.
Spesifikasi
a. Tenaga Penggerak
- Type/Model
- Daya/Putaran Mesin
: 15 RPM
- Transmisi
- Rangka
- Saringan
- Perlengkapan lain
- Lokasi
: Ruang Mason
- Merk
: GAE
- No
: 641287
- KW
: 4.0
- HP
: -
- PPM
: 1430
- Volt
: 220 / 380
b. Kapasitas Kerja
: 39 ton HS kering
Bentuk
System kerja
Letak
diatur.Kulit tanduk sisa hasil pengupasan akan disalurkan melaui blower ke tempat
penampungn (siklon).
Gambar 23. Huller
Spesifikasi
Merek
: Bantal
KW
: 22
Amper
: 46
RPM
: 1460
Unit
:3
Kapasitas
3.6.2. Catador
Mesin ini berfungsi memisahkan biji kopi berdasarkan berat jenis, kemudian biji yang
lolos sortir masuk ke mesin grader yang memisahkan biji kopi berdasarkan ukuran, setelah itu
dilakukan sortir mekanis menggunakan ayakan.
3.6.3. Greader
Proses ini berlangsung setelah dilakukan proses penggerubasan dimana kopi yang
masuk akan melewati catador lalu dialirkan kembali dengan bantuan elevator menuju mesin
pengayakan. Untuk meningkatkan kualitas mutu, diperlukan pemisahan ukuran. Ukuran kopi
rata-rata berada pada diameter 6-8 mm. Jaring yg terbuat dari lobang bulat diameter 6mm,
7mm, dan 8 mm bisa memisahkan 4 ukuran kopi, yakni ukuran diatas 8 mm, diatas 7mm,
diatas 6 mm dan dibawah 6 mm. Bila ukuran jaring lebih kecil, tentu ukuran yang didapat
lebih merata dan lebih banyak jenisnya. Adapun tujuan dilakukannya pengayakan yaitu untuk
memisahkan biji-biji kopi menurut sizenya.
Gambar 24. Alat Pengayak
Spesifikasi
Kapasitas
Bentuk
System kerja
Letak
BAB IV
SANITASI DAN EKOLOGI PABRIK
Sanitasi pangan merupakan semua tindakan yang dilakukan untuk mencegah
tercemarnya pangan selama penanganan, pengolahan, penyimpanan, dan distribsi. Bagi
industri sanitasi dapat mengrangi kerugian ekonomi yang disebabkan kebusukan atau
kerusakan karana adanya bahan-bahan yang seharusnya tidak terdapat dalam produk pangan.
Pabrik pengolahan PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit menerapkan
prinsifsanitasi yang meliputi sanitasi bahan baku, sanitasi bahan pembantu, sanitasi unit
pengolahan atau bangunan, sanitasi peralatan dan perlengkapan, sanitasi pekerja dan sanitasi
lingkungan baik di dalam dan di luar pabrik.
4.1. Kebersihan Ruang Pengolahan
Ventilasi yang terdapat disetiap diruang pengolahan, cukup untuk menjamin sirkulasi
udara dengan baik. Sirkulasi yang baik akan menciptakan kondisi ruang pengolahan yang
nyaman dan mencengah terjadinya akumulasi panas dalam
ruang pengolahan tetap terjaga, karena selalu dilakukan pembersihan pasca proses
pengolahan dan sebelum proses pengolahan.
4.2. Keadaaan Lingkungan Pabrik
Kondisi lingkungan pabrik harus selalu dalam keadan bersih dan terkontrol. Kondisi
lingkungan pabrik yang baik akan menciptakan suasana kerja yang nyaman dan aman.
Sehingga target kerja akan tercapai dengan maksimal. Untuk itu sanitasi lingkungan pabrik
harus tetap terkonrol. Sanitasi ini mencakup sanitasi ruangan dan luar ruangan.
Sanitasi dalam ruang pengolahan harus diterpkan sesuai dengan kondisi ruang
pengolahan. Di pabrik pengolahan PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit berdasarkan
tapan pengolahan dibedakam menjadi dua yakni tahapan pengolahan basah dan tahapan
pengolahan kering. Tahapan pengolahan basah dimulai dari penerimaan sampai penuntasan.
Tahapan pengolahan basah umumnya dilakuakn di ruang pengolahan basah. Pembersihan
ruang pengolahan diakukan sesuaiai denga standar operasional yang diterapkan. Pembersihan
dilakuakn rutin pasca proses pengolahan dan akan dibersikan kembalai sebelum proses
pengolahan dimualai. Air adalah media utama yang digunakan untuk pembersih. Air yang
digunakan adalah air bersih yang bersumber dari mata air pengunungan sekitar pabrik.
Pembersihan bak fermentasi dilakukan setiap selasai proses fermentasi. Sisa proses
fermentasi berupa lendir yang melekat pada dinding dan lantai bak fermentasi dibersikan
menggunakan abu sisa pembakaran yang digosokkan kebagian yang kotor mengunakan lap
dan disemprotkan dengn air bersih sampai bak fermentasi benar-benar besih. Penggunaan abu
sebagai media pembersih bak fermentasi karena abu merupakan bahan alami yang memilki
daya membersikan yang cukup baik, harga yang murah, mudah didapat dan yang paling
penting abu tidak menimbulkan bau serta tidak membunuh mikroba (dibandingkan bahan
pembersih sintetik) sihingga tidak akan mengganggu proses fermentasi dan produk hasil.
Ruang pengolahan kering mencakup beberapa tahapan proses kering darai
penjemuran sampai pengemasan kecuali pada cupping tes. Untuk rungan dengan luasan yang
besar deberdikan dengan sapu, untuk ruang sortasi dibersikan setiap selesai proses sortasi,
dan untuk ruang lep rutin debersikan karena kondisi rungannya diharuskan selalu dalam
kondisi bersih.
Pekarangan pabrik disapu dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Bunga-bunga yang
tumbuh juga disiram setiap pagi dan sore hari. Tempat parkir kendaraan ditempatkan pada
tempat khusus dan diatur dengan rapi. Bak sampah terdapat disetiap sudut lingkungan pabrik.
Sampah-sampah tersebut umumnya sampah organic berupa daun dan rantai pohon yang akan
dibuang ke lokasi perkebunan untuk dijadikan pupuk organic. Jika dilihat secara keseluruhan,
lingkunan pabrik pengolahan PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit sangat baik. Hal ini
terlihat dari semua aspek yang terdapat pada lingkungan pabrik terpelihara dan tertata dengan
rapi dan nyaman.
4.3. Keadaan Bangunan Pabrik
Bangunan pabrik selalu terlihat bersih dan teratur. Pembersihan selalu dilakukan
secara berkala setiap proses produksi, karena disetiap tahapan proses pengolahan mengacu
pada SOP. Desain bangunan dirancang sedemikian rupa untuk menunjang proses pangolahan
sekaligus mempermudah dalam pembersihannya.
Pada ruang pengolahan basah desain bangunan dirancang terbuka dimana bagunan
tersususn atas rangka-rangka baja yang kuat. Bangunan dilengkapai dengan sistem drainase
yang baik yang berfungsi mengalirkan air sisa proses produksi beserta limbah kulit
kopi(pulp) ke tempat pembuangan limbah. Air sisa produksi seluruhnya mengalir ke tempat
penampungan limbah. Hal tersebut mempermudah dalam proses pembersihan.
Saluran drenase dirancang sedemikian rupa dimana air untuk proses
pengolahan terdapat disaluran drainase bagian atas. Sementara untuk saluran pembuangannya
didesain miring agar air yang membawa limbah pulp dan air sisa proses dapat mengalir
dengan lancar sampai ketempat pembungan.
4.4. Limbah Pabrik dan Penanganannya
Limbah yang dihasilkan dalam proses pengolahan kopi
arabika pabrik pengolahanPTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit berupa kulit buah
kopi (pulp), air kotor sisa proses fermentasi dan proses lain, dan limbah kulit tenduk. Limbah
tersebut masih tergolong aman (tidak berbahaya) sihingga proses penanganannya cukup
sederhana. Limbah pulpdan kulit tanduk akan ditampung sementara ditempat penampungan
limbah yang berada di selatan pabrik. Namun sebelumnya limbah kulit tanduk akan
ditampung terlebih dahulu di siklon untuk menghindari debu/abu yang menyebar akibat
proses pemecahan kulit tanduk di ruang pengerbusan. Dari siklon limbah kulit tanduk akan
dialirkan melalui saluran drenase ketempat penampungan limbah, menyatu dengan
limbah pulp. Air limbah selanjutnya dialirkan melalui saluran drenase yang lebih besar
menuju ke areal pertanian untuk dimanfaatkan untuk mengairi tanaman.
Gambar 25. Tempat Penampungan Liambah
Penanganan limbah pulp dan kulit tanduk dimanfaatkan untuk pupuk organic untuk
kebutuhan perkebunan. Dari tempat penampungan semantara limbah tersebut akan dibawa ke
lokasi perkebunan, kemudian dibiarkan terfermentasi alami menjadi pupuk organik. Metode
penanganan limbah seperti ini dirasa masih belum efektif mengingat tanah di areal
perkebunan masih sangat subur, dimana lapisan humusnya tertinggi mencapai 5 cm.
Beberapa upaya penanganan limbah pulp sedang dilakukan dan dikembangkan
pabrik bekerjasama dengan peneliti dari beberapa universitas.
4.5. Higien dan Keamanan Kerja
Pekerja merupakan salah satu asfek yang harus diperhatikan dalam proses
pangolahan. Pekerja adalah salah satu sumber kontaminasi yang sangat berpengaruh teradap
mutu produk khususnya tingkat higenitas. Dalam pengolahan kopi
arabika pabrikpengolahan PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit higene pekerja tetap
dianggap penting, namun tidak menjadi fokus utama. Mengingat produk yang dihasilkan
merupakan produk setengah jadi dan masih butuh proses selanjutnya untuk dapat dikonsumsi,
Selain itu produk jenis ini tidak begitu sensitive terhadap kerusakan. Hygiene pekerja tetap
diterapkan dimana pekerja sebelum melaksanakan pekerjaan diharuskan menggunakan sepatu
boot, berpakaian yang rapi dan bersih. Perhatian khusus mengenai hygiene pekerja diterapkan
untuk karyawan yang bekerja di laboratoriun uji mutu, dimana karyawan harus selalu dalam
keadaan bersih (terutama tidak berbau).
Untuk menjamin keamanan kerja dalam hal antisipasi terhadap kerusakan mesin dan
peralatan, bagian mesin akan mengecek setiap kali melakukan prosesing. Apabila terjadi
kerusakan secepat mungkin dilakukan perbaikan. Mesin-mesin yang terdapat diruang
prosesing disertai dengan standar prosedur operasional (SOP). Penerapan Sistem Managemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) serta disediakan fasilitas seperti pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K). Selain itu disediakan tabung pemadam kebakaran (APAR)
disetiap ruangan untuk menanggulangi bila terjadi kebakaran serta dibuat pintu darurat pada
setiap ruangan sehingga akan mempermudah karyawan keluar dari ruangan bila terjadi halhal yang tidak diinginkan.
BAB V
TENAGA KERJA DAN PENGGUNAANNYA
5.1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan untuk
menghasilkan barang dan jasa. Dalam kegiatan produksi, tenaga kerja merupakan input
terpenting selain bahan baku dan modal. Tenaga kerja merupakan bagian dari sumber
daya suatu industri yang sangat penting, karena memegang peranan penting meliputi
pelaksanaan dan pengawasan kegiatan produksi yaitu mulai dari penyiapan bahan baku,
proses pengolahan hingga pendistribusian produk.
PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit memiliki jumlah pekerja yang berbeda pada
tiap panennya. Karena pekerja yang bekerja di PTP Nusantara XII kebun KalisatJampit terdiri dari pekerja tetap dan pekerja tidaka tetap. Pekerja tetap atau karyawan tetap
adalah mereka yang memiliki keterampilan dan kemampuan yang memadai dengan standar
pendidikan minimal SMA atau sederajat. Pekerja tidak tetap umumnya adalah buruh pekerja
yang dikontrak harian atau bulanan (tiap musim panen tiba) yang bersal dari kecamatan
Sempol bahkan dari Bondowoso. Umumnya pekerja tidak tetap memiliki tingkat pendidikan
rendah.
5.2 Klasifikasi Tenaga Kerja
Penyerapan Tenaga kerja di PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit pada panen
tahun 2012 adalah 1.583 orang. Klasifikasinya terdiri dari staf dan kayiawan, dimana
karyawan terdiri dari karyawan kontrak (bulanan), harian tetap dan harian lepas. Berikut tabel
penerapan jumah tenaga kerja di PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit.
Tabel. 1. Tabel Penerapan Jumah Tenaga Kerja di PTP Nusantara XII kebun
Kalisat-Jampit Panen Tahun 2012.
NO
1.
2.
3.
TINGKAT
Kantor
Lapangan
Pabrik
STAF
4
4
1
Upah bulanan
Pada golongan ini setiap karyawan diberikan upah pada setiap bulannya biasanya upah
yang menerima ini adalah karyawan bulanan.
b. Upah harian
Upah harian yaitu upah yang diberikan kepada karyawan harian. Pembayaran upah ini
diberikan pada akhir minggu 2 minggu sekali. Standarisasi dari pemberian upah berdasarkan
ketetapan upah minimum regional (UMR).
c.
Upah borongan
Upah ini diberikan kepada karyawan borongan, pemberian upah ini sama halnya dengan
upah harian yaitu diberikan pada akhir minggu namun berbeda dengan upah harian. Upah
borongan diberikan berdasarkan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan (sesuai kontrak).
Shift Pagi
Shift ini bekerja mulai jam 07.30 pagi hingga dengan 14.00 sore hari dengan 1 jam istirahat
yaitu pada pukul 13.00
Shift Siang
Shift ini bekerja mulai jam 14.00 siang hingga dengan 20.00 malam hari dengan 1 jam
istirahat yaitu pada pukuk 17.30 - 18.30
Shift Malam
Shift ini bekerja mulai jam 20.00 malam hingga dengan 07.00 keesokan harinya.
Pembagian jam kerja atau shift tergantung atau berdasarkan jumlah bahan baku yang
tersedia dan jumlah kariawan/tenaga kerja.
Tenaga panas
Bahan bakar yang digunakan pabrik pengolahan PTP Nusantara XII kebun KalisatJampit sebagian besar menggunakan solar, untuk penbangkit tenaga listrik, baik untuk
mesin-mesin pengolahan maupun dalam ruangan kantor, alat trasportasi dan operasional
pabrik.
5.5
Tenaga air
Air merupakan unsur penting dalam proses pengolahan kopi arabika di pabrik
pengolahan PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit, karena 98% kopi diolah dengan
metode basah. Umumnya air adalah media trasportasi untuk membawa biji kopi ke
komponen alat lain untuk tahapan proses pengolahan selanjutnya, namun dalam beberapa
tahapan proses pengolahan, air memiliki fungsi yang spesifik ditiap-tiap prosesnya. Air yang
digunakan adalah air yang memenuhi standar industri, yang bersumber dari mata air
pengunungan setempat.
BAB VI
MANAGEMEN PERUSAHAAN
6.1. Sistem Organisasi
PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dengan status Perseroan Terbatas yang keseluruhan sahamnya dimiliki oleh
Pemerintah Republik Indonesia. Penentu kebijakan tertinggi lansung dari Dereksi wilayah
Jawa Timur yang berada di Surabaya. Direksi bertanggung jawab atas 3 wilayah/unit
kerja. PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit termasuk dalam wilayah I. Penentu
kebijakan di perkebunan PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit secara umum dipegang
oleh menajar. Sementara untuk lokasi pabrik pengolahan penentuan kebijakan dipegang oleh
Kepala Teknologi Pengolahan (Astekpol) yang berkoordinasi dengan menejer. Astekpol
bertangung jawab atas proses produksi di pabrik.
Struktur organisasi PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit adalah organisasi baris.
Dalam organisasi ini wewenang mengatur pimpinan kebawahannya sampai pada pekerja
lapangnya. Dengan demikian model struktur organisasi seperti ini tugas-tugas dan perintah
telah diatur dengan jelas.
6.2. Manajemen dan Pengawasan Operasional Perusahaan (Tanggung Jawab dan
Pengawasan)
Organisasi merupakan suatu bentuk persekutuan yang terdiri dari 2 orang atau lebih
yang saling bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. PTP Nusantara XII kebun KalisatJampit merupakan suatu organisasi yang susunannya berbentuk garis yaitu wewenang
mengalir dari pimpinan tertinggi kepada bawahannya, dan kemudian kebawahannya lagi
hingga mencapai pegawai lapangan. Penentu kebijakan yang langsung dan merupakan
kendali utama dalam menjalankan operasional harian proses pengolahan dipabrik. Wewenang
tertinggi dipegang oleh kepala bagian teknologi pengolahan (Astekpol) yang berkordinasi
dengan menejer dalam menentukan kebijakan-kebijakan penting.
Astekpol memegang peran penting dan bertanggung jawab dalam proses pengolahan
di pabrik. Astekpol membawahi mandor-mandor. Mandor bertugas mengawasi dan
mengkoordinir pekerja dalam proses pengolahan pada tiap-tiap tahapan proses. Sehingga
proses produksi dapat berjalan deengan maksimal sebagaimana mestinya. Mandor di
tempatkan di beberapa bagian tahapan produksi diantaranya bagian pengolahan bsaah, lantai
jemur, ruang mason, vis dryer, ruang silo dan sortasi. Mandor di koordinir oleh kepala
mandor. Kepala mandor akan bertanggung jawab kepada Astekpol.
Dalam menjalankan tugasnya, Astekpol juga dibantu oleh polentir. Polentir
merupakan asinten Astekpol dapat berfunggi sebagi tangan kanan Astekpol yang memiliki
pangetahuan dan keilmuan yang mendalam tentang proses pengolahan dipabrik. Polentir
dapat mengambil kebijakan di pabrik apabila Astekpol berhalangan.
6.3. Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah orang yang menganalisis, merencanaan, menerapan
dan mengendalikan program yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan
mempertahankan pertukaran dan hubungan yang menguntungkan dengan pasar sasaran yang
mempunyai maksud untuk mencapai tujuan organisasi (Khotller, 1992). Pemasaran
merupakan proses sosial dimana individu maupun kelompok mendapatkan apa yang mereka
inginkan dan butuhkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai individu
atau kelompok lainnya.
Gambar 26. Daftar Customer
Manajemen pemasaran sepenuhnya ditentukan oleh Direksi di Surabaya, PTP
Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit hanya terfokus pada pada produksi. Pembeli atau
konsumen akan berhubungan dengan Direksi yang mengurus bidang pemasaran. Direksi akan
mengajukan beberapa sempel produk kopi arabika yang di produksi oleh masing-masing
pabrik pengolahan termasuk yang di produksi oleh pabrik pengolahan PTP Nusantara XII
kebun Kalisat-Jampit. Sampel tersebut akan disertakan dengn beberapa spesifikasi.
Konsumen akan menentukan pilihannya sendiri, umumnya semakin baik kualitas kopi maka
semakin besar peluang pasarnya. PTP Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit telah memiliki
beberapa pelanggan tetap yang selalu mengorder kopi arabika tiap musim panen. umumnya
perusahaan tesebut berasal dari Eropa, Amerika, Jepang dan beberapa perusahaan nasional.
BAB VII
KARAKTERISTIK GUDANG PENYIMPANAN PTP. NUSANTARA XII
KEBUN KALISAT-JAMPIT
7.1. Karakteristik Gudang Penyimpanan
Gudang penyimpanan sangat berperan dalam mempertahankan kualitas kopi pasar.
Suhu dan RH adalah dua faktor yang sangat mempengaruhi mutu kopi pasar selama
penyimpanan, selain beberapa faktor lain seperti kemasan dan lainnya. Suhu dan RH harus
dapat terkontrol untuk menekan laju peningkatan kadar air pada kopi pasar yang disimpan.
Peningkatan kadar air kopi pasar di atas 12% berpotensi menyebabkan terjadinya kerusakan
yang disebabkan jamur (Aspergilus niger, A. oucharaceous dan Rhizopus sp).
7.1.2 Pengukuran Laju Perubahan Suhu dan RH
Pengamatan dan pengukuran laju perubahan suhu dan RH pada gudang penyimpanan
kebun Kalisat-Jampit PTP. NUSANTARA XII dilaksanakan mulai tanggal 19 Juli 2012,
waktu pengamatan berlansung mulai pukul 4.00 pagi, 08.00 pagi, 12.00 siang, 16.00 siang,
20.00 malam dan 24.00 malam (interval waktu 4 jam selama 24 jam). Perlakuan terhadap
kemas dilakukan dengan empat perlakuan yaitu kopi pasar yang dikemas dengan karung
plastik, kopi pasar yang dikemas dengan karung plastik dan ditambahkan kemasan sekunder
plastik tertutup, kopi pasar yang dikemasan dengan karung goni, dan kopi pasar yang
dikemasan dengan karung goni dan ditambahkan kemasan sekunder plastik tertutup. Berikut
grafik laju perubahan suhu dan RH pada gudang penyimpanan kebun Kalisat-Jampit PTP.
NUSANTARA XII kebun Kalisat-Jampit.
Grafik 1. Laju Perubahan Suhu
Laju perubahan suhu bervariasi dan cenderung ekstrim, suhu berkisar antara 9-26C
dimana suhu tendah terjadi pada pagi jam 04.00 (rata-rata 10C) meningkat pada jam 08.00
pagi sampai tertinggi pada siang jam 12.00 (sekitar 25) dan mulai menurun malam hari jam
20.00 sampai 24.00. Sementara suhu optimum untuk penggudangan adalah 20-25C.
Grafik 2. Laju Perubahan RH
Umumnya ketika suhu turum maka RH akan meningkat. Laju perubahan RH
bervariasi antara 40-86%. RH tertinggi terjadi pada pagi hari, menurun signifikan pada siang
hari sampai batas terendah 40% dan bergarak naik mulai sore sampai malam hari. RH
optimum pada gudang penyimpanan adalah 70%.
Suhu ruangan (20-25C) dan RH berhubungan untuk mempertahankan kadar air bji
kopi sekitar 12% (Edy Panggabean, 2012). Pada biji kopi dengan kadara air 11 % dan RH
udara tidak lebih dari 74 % pertumbuhan jamur (Aspergilus niger, A. oucharaceous dan
Rhizopus sp) akan minimal. Apabila RH melebihi 74% maka Kadar air akan ikut naik.kadar
air kopi pasar diatas 12% berpotansi diman faatkan oleh jamur (Aspergilus niger, A.
oucharaceous dan Rhizopus sp) untuk tumbuh menyebabkan terjadinya kerusakan yangakan
menurunkan mutu kopi pasar selama penyimpanan.
BAB VIII
PENUTUP
Dari hasil Praktek Kerja Lapang ( PKL ) di PTP. Nusantara XII Kebun KalisatJampit Bondowoso Jawa Timur dapat simpulkan bahwa :
1. PTP. Nusantara XII Kebun Kalisat-Jampit Bondowoso Jawa Timur merupakan perusahaan
milik Negara (Persero) yang masuk kedalam wilayah kerja 3 dalam wilayah Direksi Jawa
Timur.
2. Bahan baku utama yang diolah adalah kopi Arabika
3. Metode pengolahan utama yang digunakan adalah metode pengolahan basah. Metode
pengolahan kering digunakan sebagai solusi untuk bahan baku kopi yang tidak dapat diolah
dengan pengolahan metode basah. Metode pangolahan lain yang diterapkan adalah
pengolahan kopi luak arabika
4. Sanitasi lingkungan, bahan baku, pekerja dan alat pengolahan di PT. Perkebunan Nusantara
XII (Persero) kebun Kalisat Jampit telah memenuhi syarat dalam proses pengolahan.
5. Limbah yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan PTP Nusantara XII kebun KalisatJampit berupa limbah padat (pulp) dan limbah cair. Limbah disalurkan ke tempat
penampungn limbah untuk kemudian diolah lebih lanjut.
6. Menejemen pemasaran ditentukan oleh Direksi. Pabrik hanya terfokus pada proses
penngolahan, namun umumnya produk kopi pasar yang dihasilkan di pabrik pengolahan PTP
Nusantara XII kebun Kalisat-Jampit dikirim ke Negara-negara Eropa, Amerika dan beberapa
negara Asia.
7. Sistem pengawasan mutu dengan standar internasional yang digunakan di PT. Perkebunan
Nusantara XII (Persero) kebun Kalisat Jampit adalah HACCP (Hazard Analysis Critical
Control Point).
8. Manajemen perusahaan dan karyawan berjalan baik sesuai dengan tugas dan wewenang
masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Agustono, 2012. Pengendalian Mutu Kopi. Unit Pelayanan Jasa Training Dan Konsultasi Persatuan
purnakaryawan Perkebunan RI Cabang PTPN XII
.
Edy Panggabean, 2012. Buku Pintar Kopi. PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Feigenbaum, A, V. 1991. Total Quality Control. Third edition, McGraw Hill Inc. Ney York.
Jenie, B. S. L. dan Ferdiaz, S 1996. Sanitasi Industri Pangan Dalam Sanitasi Higrene Dan
Keselamatan Kerja Dalam Pengolahan Makanan. Kanisius. Yogyakarta.
Suhartono, Edi dan Sri Mulato. 2009. Pengolahan Biji Kopi Primer. Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia. Jember.
Komposisi kimia biji kopi berbeda-beda, tergantung tipe kopi, tanah tempat tumbuh dan pengolahan
kopi. Struktur kimia yang terpenting tedapat didalam kopi adalah kaffein dan caffeol. Caffeine yang
menstimuli kerja saraf, caffeol memberikan flavor dan aroma yang baik. Bentuk murni kafein dijumpai
sebagai kristal berbentuk tepung putih atau berbentuk seperti benang sutera yang panjang dan kusut.
Kristal kafein mengikat satu molekul air, dapat larut dalam air mendidih. Didalam pelarut organic
maka pengkristalan yang terjadi tanpa ikatan molekul air. Kafein mencair pada suhu 235-237C dan
akan menyublin pada suhu 1760 C dialam ruangan terbuka. Kafein mengeluarkan bau yang wangi,
mempunyai rasa yang sangat pahit dan mengembang di dalam air. Kafein adalah suatu alkaloid
turunan dari methyl xanthyne 1,3,7 trimethyl xanthyne. Caffein adalah basa moncidic yang lemah dan
dapat memisah dengan penguapan, serta mudah diuraikan oleh alkalis yang panas.
Kopi yang telah disangrai tidak lagi mengandung tannin seperti sebelum disangrai. Gula pada biji kopi
terdiri dari galaktosa, manosa dan pentosa yang kadarnya 5% pada biji kopi kering dan 3% pada biji
kopi yang telah disangrai.
Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik buah yang telah masak
(berwarna merah). Buah kopi yang telah masak juga mempunyai daging buah lunak dan berlendir
serta mengandung senyawa gula yang relatif tinggi sehingga rasanya manis. Setelah proses panen
proses pasca panen dilakukan sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang superior (masak,
seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah, berlubang dan terserang hama/penyakit). Hal yang
harus dihindari adalah menyimpan buah kopi selama lebih dari 12 jam, karena akan menyebabkan
pra-fermentasi sehingga aroma dan citarasa biji kopi menjadi kurang baik dan berbau busuk
(fermented).
PENGOLAHAN BIJI KOPI
Secara umum proses pengolahan kopi dibagi menjadi dua tipe, yakni proses basah dan proses kering
1.
Hulling
Proses hulling pada pengolahan cara kering bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kulit buah, kulit
tanduk, dan kulit arinya. Hulling dapat dilakukan dengan huller yang terdiri atas 3 tipe, yaitu huller
manual, huller dengan penggerak motor, dan hummer mill.
1.
Metode Pengolahan Basah
Proses Metode Pengolahan basah meliputi ; penerimaan, pulping, Klasifikasi,
fermentasi, pencucian, pengeringan, Pengawetan dan penyimpanan
a. Penerimaan
Hasil panen harus secepat mungkin dipindahkan ke tempat pemerosesan untuk menghindari
pemanasan langsung yang dapat menyebabkan kerusakan (perubahan warna, buah kopi menjadi
busuk). Hasil panen dimasukkan kedalam tangki penerima yang dilengkapi dengan air untuk
memindahkan buah kopi yang mengambang (buah kopi kering di pohon dan terkena penyakit
(Antestatia, stephanoderes) dan biasanya diproses dengan pengolahann kering. Sedangkan buah
kopi yang tidak mengambang (non floating) dipindahkan menuju bagian peniecah (pulper).
b. Pulping
Pulping bertujuan untuk memisahkan kopi dari kulit terluar dan mesocarp (bagian daging), hasilnya
pulp. Prinsip kerjanya adalah melepaskan exocarp dan mesocarp buah kopi dimana prosesnya
dilakukan dilakukan didalam air mengalir.
Proses ini menghasilkan kopi hijau kering dengan jenis yang berbeda-beda
c. Fermentasi
Proses fermentasi bertujuan untuk melepaskan daging buah berlendir (mucilage) yang masih melekat
pada kulit tanduk dan pada proses pencucian akan mudah terlepas (terpisah) sehingga
mempermudah proses pengeringan. Hidrolisis pektin disebabkan, oleh pektihase yang terdapat
didalam buah atau reaksinya bisa dipercepat dengan bantuan jasad renik. Proses fermentasi ini dapat
terjadi, dengan bantuan Saccharomyces yang disebut dengan proses peragian dan pemeraman.
Macam cara fermentasi
Fermentasi basah : dilakukan dengan cara kopi direndam 10 jam, air dikeluarkan
melalui lubang-lubang di bagian bawah bak sambil diaduk-aduk, lalu diisi air lagi setiap 3-4 jam air
rendaman diganti sambil diaduk. Lama fermentasi 36-40 jam, bila lebih kopi berbau busuk dan
mutunya rendah.
Fermentasi kering : dilakukan dengan cara menumpuk kopi yang baru keluar dari mesin
pulper dan ditutup dengan goni agar lembab, lalu setiap 5-6 jam diaduk agar fermentasi merata.
Untuk pengolahan kopi menjadi kopi sangrai dan kopi bubuk dan kopi Instant
(dalam makalah ini hanya akan dibahas pengolahan biji kopi menjadi kopi sangrai dan kopi bubuk)
Dekafeinisasi
Penyangraian
Proses ini merupakan tahapan pembentukan aroma dan citarasa khas kopi dari dalam biji kopi
dengan perlakuan panas. Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa organik calon
pembentuk citarasa dan aroma khas kopi.
Roasting merupakan proses penyangraian biji kopi yang ditandai dengan perubahan kimiawi yang
signifikan. Terjadi kehilangan berat kering terutama gas dan produk pirolisis volatil lainnya.
Kebanyakan produk pirolisis ini sangat menentukan citarasa kopi. Kehilangan berat kering terkait erat
dengan suhu penyangraian. Berdasarkan suhu penyangraian yang digunakan kopi sangrai dibedakan
atas 3 golongan yaitu : ligh roast suhu yang digunakan 193 sampai 199C, medium roast suhu yang
digunakan 204C dandark roast suhu yang digunakan 213 sampai 221C.
Perubahan sifat fisik dan kimia terjadi selama proses penyangraian, menurut Ukers dan Prescott
dalam Ciptadi dan Nasution (1985) seperti swelling, penguapan air, tebentuknya senyawa volatile,
karamelisasi karbohidrat, pengurangan serat kasar, denaturasi protein, terbentuknya gas CO2
sebagai hasil oksidasi dan terbentuknya aroma yang karakteristik pada kopi.
Di dalam proses penyangraian sebagian kecil dari kafein akan menguap dan terbentuk komponenkomponen lain yaitu aseton, furfural, amonia, trimethilamin, asam formiat dan asam asetat. Kafein di
dalam kopi terdapat baik sebagai senyawa bebas maupun dalam bentuk kombinasi dengan
klorogenat sebagai senyawa kalium kafein klorogenat.
Pendinginan
Proses pendinginan biji kopi yang telah disangrai dilakukan untuk mencengah agar tidak terjadi
pemanasan lanjutan yang dapat mengubah warna, flavor, volume atau tingkat kematangan biji yang
diinginkan. Pendinginan yang kurang cepat dapat menyebabkan proses penyangraian berlanjut dan
biji kopi menjadi gosong (over roasted). Selama pendinginan biji kopi diaduk secara manual agar
proses pendinginan lebih cepat dan merata. Selain itu, proses ini juga berfungsi untuk memisahkan
sisa kulit ari yang terlepas dari biji kopi saat proses sangrai
Jika pengolahan bertujuan untuk kopi sangrai proses selanjutnya adalah pengemasan. Tempat
penyimpanan yang lebih baik serta kemasan vakum diperlukan untuk mencegah deteriorasi oksidatif
jika kopi tidak melewati oulet khusus. Saat ini digunakan kemasan vakum dari kaleng yang mampu
menahan tekanan yang terbentuk atau menggunakan kantung yang dapat melepaskan CO2 tapi
menerima oksigen.
Untuk pengolahan menjadi kopi bubuk, Biji kopi sangrai dihaluskan dengan mesin penghalus sampai
diperoleh butiran kopi bubuk. Butiran kopi bubuk mempunyai luas permukaan yang relatif besar
dibandingkan jika dalam keadaan utuh. Dengan demikian, senyawa pembentuk citarasa dan senyawa
penyegar mudah larut dalam air seduhan (Mulato, 2002).
Penggilingan menjadi partikel yang halus dapat mengakibatkan hilangnya substansi volatile karena
panas yang timbul dalam proses penggilingan. Kehilangan aroma pada kopi dapat disebabkan karena
menguapnya zat caffeol yang beraroma khas kopi sehingga aroma khas dari kopi akan menjadi
kurang tajam.
Setelah penggilingan dilakukan pengayakan, pengayakan bertujuan untuk memeperoleh kopi bubuk
yang halus dan seragam. Pada umunya dilakukann dengan alat pengayak yang mempunyai ukuran
40 mesh. Ukuran mesh menunjukkan bahwa setiap 1 inchi2 terdapat sejumlah lubang ayakan.
Bagian yang tepenting dari lapisan berlendir (getah) ini adalah komponen protopektin yaitu suatu
insoluble complex tempat terjadinya meta cellular lactice dari daging buah. Material inilah yang
terpecah dalam proses fementasi. Pemecahan getah itu adalah sebagai akibat bekerjanya suatu
enzim sejenis katalase yang akan memecah protopektin didalam buah kopi. Kondisi fermentasi
dengan pH 5.5-6.0, pemecahan getah akan berjalan cukup cepat. Apabila pH diturunkan menjadi ,4.0
maka kecepatan pemecahan akan menjadi 3 kali lebih cepat dan apabila pH 3.65 pemecahan akan
menjadi dua kali lebih cepat.
Dengan penambahan larutan penyangga fosfat sitrat maka kondisi pH akan stabil bagi aktivitas
protopektinase. Dalam proses ferrmentasi dapat ditambahkan 0.025 persen enzim pektinase yang
dihasilkan dari isolasi sejenis kacang. Dengan penambahan 0..025 persen enzim pektinase maka
fementasi dapat berlangsung selama 5 sampai 10 jam dengan menaikkan suhu sedikit. Sedangkan
bagi proses fermentasi yang alami diperlukan waktu sekitar 36 jam. Pada waktu buah kopi tersebut
mengalami pulping sebagian besar enzym tersebut terpisahkan dari kulit dan daging buah, akan
tetapi sebagian kecil masih tertinggal dalam .bagian sari buah kopi.
Pemecahan Gula
Sukrosa merupakan komponen penting dalam daging buah kopi. Kadar gula akan meningkat dengan
cepat selama proses pematangan buah yang dapat dikenal dengan adanya rasa manis. Gula adalah
senyawa yang larut dalam air, oleh karena itu dengan adanya proses pencucian lebih dari 15 menit
akan banyak menyebabkan terjadinya kehilangan konsentrasi. Proses difusi gula dari biji melalui
parchment ke daging buah yang berjalan lambat. Proses ini terjadi sewaktu perendaman dalam bak
pengumpul dan pemisahan buah. Oleh karena itu kadar gula dalam daging biji akan mempengaruhi
konsentrasi gula di dalam getah beberapa jam setelah fermentasi.
Sebagai hasil pemecahan gula adalah asam laktat dan asam asetat dengan kadar asam laktat yang
lebih besar. Asam-asam lain yang dihasilkan dari proses fertmentasi ini adalah etanol, asam butirat
dan propionat. Asam lain akan memberikan onion flavor.
Biji kopi yang telah terpisahkan dari pulp dan parchment maka kulit ari akan bewarna coklat. Juga
jaringan daging biji akan bewarna sedikit kecoklatan yang tadinya bewarna abu-abu. Proses
browning terjadi akibat oksidasi polifenol. Terjadinya warna kecoklatan yang kurang menarik ini
dapat dicegah dalam proses fermentasi melalui pemakaian air pencucian yang bersifat alkalis.
Terjadi kehilangan berat kering terutama gas CO2 dan produk pirolisis volatile lainnya. Kebanyakan
produk pirolisis ini sangat menentukan cita rasa kopi. Perubahan fisik terjadi termasuk kehilangan
densitas ketika pecah.
Di dalam proses penyangraian sebagian kecil dari kafein akan menguap dan terbentuk komponenkomponen lain yaitu aseton, furfural, amonia, trimethilamin, asam formiat dan asam asetat. Kafein di
dalam kopi terdapat baik sebagai senyawa bebas maupun dalam bentuk kombinasi dengan
klorogenat sebagai senyawa kalium kafein klorogenat.
Perubahan nilai pH. Biji kopi secara alami mengandung berbagai jenis senyawa volatil seperti
aldehida, furfural, keton, alkohol, ester, asam format, dan asam asetat yang sifatnya mudah
menguap. Makin lama dan makin tinggi suhu penyangraian, jumlah ion H+ bebas di dalam seduhan
makin berkurang secara signifikan.
Senyawa yang menyebabkan rasa sepat atau rasa asam seperti tanin dan asam asetat akan hilang
dan sebagian lainnya akan bereaksi dengan asam amino membentuk senyawa melancidin yang
memberikan warna cokelat
Perubahan sifat fisik dan kimia terjadi selama proses penyangraian, menurut Ukers dan Prescott
dalam Ciptadi dan Nasution (1985) seperti swelling, penguapan air, tebentuknya senyawa volatile,
karamelisasi karbohidrat, pengurangan serat kasar, denaturasi protein, terbentuknya gas CO2
sebagai hasil oksidasi dan terbentuknya aroma yang karakteristik pada kopi.
Senyawa yang membentuk aroma dan rasa di dalam kopi menurut Mabrouk dan Deatherage dalam
Ciptadi dan Nasution (1985) adalah:
1. Golongan fenol dan asam tidak mudah menguap yaitu asam kofeat, asam klorogenat, asam ginat
dan riboflavin.
2. Golongan senyawa karbonil yaitu asetaldehid, propanon, alkohol, vanilin aldehid.
3. Golongan senyawa karbonil asam yaitu oksasuksinat, aseto asetat, hidroksi pirufat, keton kaproat,
oksalasetat, mekoksalat, merkaptopiruvat.
4. Golongan asam amino yaitu leusin, iso leusin, variline, hidroksiproline, alanin, threonin, glisin dan
asam aspartat.
5. Golongan asam mudah menguap yaitu asam asetat, propionat, butirat dan volerat.
PERBEDAAN KOPI BIASA, KOPI PUTIH DAN KOPI LUWAK
No
Variabel
Kopi Biasa
Kopi Putih
Kopi Luwak
Asal
Warna Biji
Kopi
Bewarna coklat
Bewarna Terang
Setelah proses roasting
seperti warna kacang akan berwarna coklat
Tekstur
Rasa
Keunggulan
Proses pembuatan
Pemanggangan
Produk
mengakibatkan
kafein terbakar, kopi
putih dengan
pemanggangan
sebentar mengandung
lebih banyak kafein.
Perlakuan
Khusus
(Tidak Ada)(Kopi
biasa ini digunakan
sebagai standar /
acuan pembanding
dengan kopi putih
maupun kopi luwak)
Pemanggangan
singkat membuat
tekstur biji kopi putih
lebih keras sehingga
memerlukan
penggiling khusus.
Memerlukan proses
pencucian yang cukup
lama, serta
pengeringan harus
sempurna untuk
memudahkan
pengupasan kulit
tanduk
Buah kopi yang sudah matang dipetik oleh para petani dari kebun kopi.
Luwak memiliki insting yang bagus untuk memilah mana kopi yang baik dan kopi yang buruk
sehingga jika kualitas kopi itu baik dia akan memakannya.
Sebenarnya Luwak tidak menyukai kopi, dia hanya akan memakan kulitnya saja dan biji kopi
akan dikeluarkan secara utuh dalam bentuk kotoran.
Kemudian petani kopi mengumpulkan kembali biji kopi yang dikeluarkan oleh Luwak tersebut
untuk dibersihkan dengan air hingga bersih benar.
Setelah itu dijemur hingga kering menjadi gabah yang masih ada kulit tanduknya dan kulit ari
dengan kadar air kurang lebih 20%.
Biji kopi tersebut kemudian dikupas kulit tanduknya. Cara mengupas kulitnya dilakukan
tradisional yaitu dengan menumbuk namun jangan terlalu keras cukup agar kulit biji kopinya
terkelupas. Karena jika ditumbuk terlalu keras maka biji kopi luwak bisa hancur
Dengan cara manual, biji kopi dipilih satu per satu untuk memisahkan biji yang masih berkulit
tanduk dan yang sudah terkelupas, hasilnya akan didapatkan biji kopi dengan kulit ari yang
berwarna perak.
Setelah itu, biji kopi diroasting dan digiling kemudian dikemas. Proses ini begitu panjang dan
Kopi Luwak bisa meningkatkan stamina, mencegah penyakit diabetis, aman di lambung dan
lain-lain.
Kopi Luwak memiliki aroma yang istimewa dan rasa yang sempurna.
Kopi Luwak mengandung kafein yang rendah. Rendahnya kadar kafein Kopi Luwak ini
disebabkan oleh proses fermentasi dalam sistem pencernaan luwak yang mampu mengurangi
kadar kafein kopi sehingga dapat menciptakan kenikmatan pada Kopi Luwak dan aroma yang
sangat harum.
Kopi Luwak bebas dari pestisida. Ya, bebas dari pestisida, karena pestisida yang terdapat
pada kopi telah dibersihkan secara alami di dalam perut luwak, sehingga kopi yang keluar
bersamaan dengan feses luwak telah bebas dari kandungan pestisida yang berbahaya.
by