Anda di halaman 1dari 13

AKUNTANSI PENDAPATAN DAN BIAYA

PENDAPATAN BANK
A. Pengertian
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1999:233) dalam buku Standart
Akuntansi Keuangan menyebutkan bahwa pendapatan adalah: Arus masuk bruto
dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu
periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal
dari kontribusi penanaman modal.
B. Pengukuran Pendapatan
Pendapatan diukur dengan nilai wajar yang dapat diterima. Jumlah
pendapatan biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli
yang diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima
perusahaan dikurangi jumlah discount dagang dan rabat volume yang
diperbolehkan perusahaan, umumnya berbentuk kas atau setara kas.
Bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan nilai wajar dari
imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima
atau yang dapat diterima. Bila barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau
jasa dengan sifat nilai yang sama maka pertukaran tidak dianggap sebagai
transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Dan bila barang dijual atau jasa
diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak serupa
pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan.
Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang
diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.
C. Pengakuan dan Akuntansi Pendapatan Bank
Pengakuan pendapatan bank pada dasarnya adalah secara acrual basis
kecuali untuk aktiva produktif yang digolongkan sebagai non-performing loans
diakui secara cash basis

Akuntansi Pendapatan Bank


Jenis-Jenis Pendapatan Bank
1. Pendapatan Operasional
Pendapatan bunga debitur
Pendapatan bunga adalah pendapatan yang diperoleh dari penanaman
dana bank pada aktiva produktif. Pendapatan bunga dari aktiva produktif non-

perfoming, tidak diakui sebagai pendapatan periode berjalan sejak aktiva


tersebut dinyatakan non-performing. Dengan demikian, bank tidak perlu
melakukan penyesesuaian terhadap pendapatan bunga yang telah diakui
sebelum aktiva produktif tersebut dinyatakan non-performing. Bunga dari
aktiva non-performing yang tidak diakui sebagai pendapatan akan dicatat
dalam rekening administrativ karena merupakan peristiwa kontijensi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam hal terjadi pelunasan yang
berkaitan dengan aktiva produktif non-performing, pelunasan tunggakan
bunga tersebut terlebih dahulu diperlukan sebagai pelunasan tunggakan
pokoknya. Pendapatan bunga diakui secara akrual (accrual basis), kecuali
pendapatan bunga dari aktiva produktif non-performing. Pendapatan dari
aktiva yang non-performing hanya boleh diakui apabila pendapatan tersebut
benar-benar telah diterima (cash basis)
Sebagai contoh, apabila pendapatan bunga debitur performing selama
bulan Juli dihitung sebesar Rp 100.000.000, sedangkan debitur nonperforming sebesar Rp 23.000.000 akan dibukukan dengan ayat jurnal
sebagai berikut :
Accrual Basis.
Dr. Pendapatan debitur yang masih harus diterima
Cr. Pendapatan bunga debitur

Rp 100.000.000
Rp 100.000.000

Pada saat menerima hasil bunga akan dibukukan dengan ayat jurnal berikut ini :
Dr. Kas
Cr. Bunga debitur yang masih harus diterima

Rp 100.000.000
Rp 100.000.000

Dr. Rekening administrasi Rupiah-tunggakan bunga

Rp 23.000.000

Cash Basis.
Pada saat menerima hasil bunga akan dibukukan dengan ayat jurnal berikut ini :
Dr. Kas

Rp 23.000.000

Cr. Pendapatan Bunga Debitur

Rp 23.000.000

Pendapatan komisi dan provisi


Komisi adalah imbalan atau jasa perantara yang diterima atau dibayar
atas suatu transaksi atau aktivitas yang mendasari. Komisi ini merupakan beban

yang diperhitungkan kepada para nasabah bank yang mempergunakan jasa


bank. Komisi juga lazimnya dibukukan langsung sebagai pendapatan pada
saat bank menjual jasa kepada para nasabahnya.
Provisi adalah imbalan yang diterima atau dibayar sehubungan dengan
fasilitas yang diberikan atau diterima. Provisi kredit merupakan sumber
pendapatan bank yang akan diterima dan diakui sebagai pendapatan pada saat
kredit disetujui oleh bank. Biasanya provisi kredit langsung dibayarkan oleh
nasabah yang bersangkutan.
Komisi dan provisi yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan
perkreditan namun terkait dengan jangka waktu diperlukan sebagai
pendapatan atau beban yang ditangguhkan dan diamortisasi secara sistimatis
selang jangka waktunya. Pendapatan atau beban komisi dan provisi tersebut
disajikan sebagai bagian dari pendapatan dan beban operasional lainnya
dalam tubuh laporan laba-rugi.
Sebagai contoh, Bank A menyetujui kredit untuk PT. B sebesar Rp
200.000.000 selama jangka waktu 5 tahun. Provisi kredit ditetapkan sebesar
0,6% dari pagu kredit. Ayat jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah sebagai
berikut:
Dr. Kas
Cr. Provisi Kredit Diterima Dimuka

Rp 1.200.000
Rp 1.200.000

Transaksi ini berkaitan dengan kegiatan perkreditan dan terikat dengan


jangka waktu. Oleh sebab itu, perlu dialokasikan setiap bulan selama lima
tahun mendatang. Provisi kredit ini akan dialokasikan menjadi pendapatan
dan akan disajikan dalam laporan laba-rugi bulanan. Alokasi pendapatan pada
bulan pertama dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Alokasi bulan pertama = 1/60 x Rp 1.200.000 = Rp 20.000
Ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :
Dr. Provisi Kredit Diterima Dimuka

Rp 20.000

Cr. Pendapatan Provisi Kredit

Rp 20.000

Contoh lain, bila Bank A membebankan komisi kepada nasabah giro


atas jasa ATM yang dipergunakannya sebesar Rp. 20.000. Transaksi ini tidak
terikat dengan jangka waktu. Oleh Bank A akan dibukukan ke dalam
pendapatan dengan ayat jurnal sebagai berikut :
Dr. Giro

Rp 20.000

Cr. Pendapatan Komisi ATM

Rp 20.000

Pendapatan atas transaksi valuta asing


Pendapatan yang timbul dari transaksi valuta asing lazimnya berasal
dari kurs. Selisih kurs ini akan dimasukkan ke dalam pos pendapatan dalam
laporan laba rugi. Laba atau rugi yang timbul dari transaksi valuta asing harus
diakui sebagai pendapatan atau beban dalam perhitungan laba-rugi periode
berjalan.
Terhadap aktiva dan kewajiban yang dimiliki suatu bank dalam valuta
asing harus dijabarkan dalam valuta Rupiah. Penjabaran aktiva dan kewajiban
dalam mata uang asing ke dalam valuta Rupiah harus diakui sebagai
pendapatan atau beban dalam perhitungan laba-rugi periode berjalan.
Penjabaran seluruh aktiva dan kewajiban dalam valuta Rupiah harus
mempergunakan kurs tengah Bank Indonesia.
Transaksi berjangka valuta asing

Seringkali suatu bank devisa yang memiliki aktiva atau kewajiban


dalam valuta asing dalam jumlah yang besar berupaya untuk menghindari
adanya kerugian akibat selisih kurs. Upaya ini dikenal dengan hedging dalam
hutang ataupun piutang. Di dalam melakukan hedging ini bank akan
melaksanakan pembelian atau penjualan valuta asing secara berjangka atau
dikenal dengan forward.
Dalam transaksi forward, piutang atau hutang valuta asing dicatat
sebesar kurs tunai yang berlaku pada saat itu (spot rate), sedangkan hutang
atau piutang Rupiah dicatat sebesar kurs masa depan (forward rate), yaitu
kurs pertukaran mata uang asing di hari kemudian yang ditentukan
berdasarkan perjanjian.
Akibat dari penggunaan kurs yang berbeda antara kurs spot dan forward, maka akan timbul laba atau rugi kurs. Selisih kurs ini merupakan
diskonto atau premi yang harus diamortisasi secara proporsional sesuai
dengan jangka waktu transaksi valuta berjangka. Laba atau rugi kurs yang
timbul sebagai akibat perbedaan kurs tunai tanggal neraca dan kurs tunai pada
saat terjadinya transaksi valuta berjangka harus diakui pada periode yang
bersangkutan. Dengan demikian, akan terjadi dua macam laba atau rugi
akibat transaksi berjangka dalam valuta asing ini, yaitu diskonto dan
pengakuan laba-rugi karena perbedaan kurs neraca dan transaksi berjangka
tersebut.
Untuk transaksi berjangka valuta asing dalam rangka trading, selisih
antara kurs yang diperjanjikan (contracted forward rate) dengan kurs tunai
pada tanggal jatuh waktu (spot rate) diakui sebagai laba atau rugi transaksi
valuta asing pada akhir masa kontrak.
Dalam neraca, hutang atau piutang dan diskonto atau premi yang
belum diamortisasi yang timbul dari kontrak valuta berjangka yang
berhubungan harus dijadikan satu dibagian harta atau kewajiban, tergantung
pada saldo posisi neto dari kewajiban kontrak-kontrak valuta berjangka

tersebut. Premi atau diskonto tersebut disajikan sebagai penambah atau


pengurang beban bunga.
Swap suku bunga
Salah satu jenis hedging dan upaya untuk meraih keuntungan dalam
mekanisme pasar uang adalah dengan melakukan gadai valuta asing atau
dikenal dengan istilah swap. Dalam kenyataannya, ada dua jenis transaksi
swap. Pertama, adalah transaksi swap suku bunga dalam rangka pendanaan.
Kedua, transaksi swap suku bunga dalam rangka trading.
Untuk transaksi swap dalam rangka pendanaan, selisih antara suku
bunga yang dipertukarkan (original interest rate) dengan suku bunga yang
diperjanjikan (contracted interest rate) disajikan sebagai penambah atau
pengurang beban dana dan diamortisasiken secara proporsional selama jangka
waktu kontrak. Sedangkan, untuk transaksi swap suku bunga dalam rangka
trading, selisih antara suku bunga yang dipertukarkan dengan suku bunga
yang diperjanjikan diakui sebagai laba atau rugi pada akhir masa kontrak.
Pendapatan operasional lainnya
Contoh dari pendapatan operasional lainnya adalah penerimaan
deviden dari anak perusahaan atau penyertaan saham, laba rugi penjualan
surat berharga pasar modal, dan lainnya. Pengakuan pendapatan dari deviden
erat kaitannya dengan metode pencatatan dari penyertaan, apakah secara cost
atau equity method.
Berikut ini diberikan contoh pendapatan lain yang timbul dari
penjualan sural berharga. Apabila Bank Omega memiliki 100 lembar saham
PT. BBC sebesar nominal Rp 100.000 per lembar dan telah dibeli sebesar Rp
9.800.000 untuk seluruh saham tersebut. Kemudian saham tersebut dijual Rp
98.500 per lembar secara tunai. Perhitungan keuntungan dari penjualan saham
dan ayat jurnal untuk membukukan transaksi tersebut dijabarkan sebagai
berikut:
Harga perolehan saham.......................... Rp 9.800.000

Harga Jual : Rp. 98.500 x100..................Rp 9.850.000


Keuntungan..............................................Rp 50.000
Keuntungan sebesar Rp 50.000 harus disajikan dalam pendapatan
operasional lainnya dalam laba-rugi bank.

Dr. Kas

Rp 9.850.000

Cr. Keuntungan dari penjualan surat berharga

Rp

50.000

Cr. Surat berharga

Rp 9.800.000

2. Pendapatan Non Operasional


Yang termasuk dalam kelompok pendapatan non-operasional adalah segala
pendapatan yang berasal dari aktivitas diluar usaha utama bank. Contohnya adalah
pendapatan dari penjualan aktiva tetap, penyewaan fasilitas gedung yang dimiliki
oleh bank, dan lainnya. Pendapatan ini harus diakui sebagai pendapatan pada
periode berjalan.
Pendapatan dari penjualan aktiva tetap
Sebagai contoh, apabila Bank Omega memiliki sebuah mobil dengan
harga perolehan sebesar Rp 35.000.000 dan telah disusutkan sebesar Rp
30.000.000, dijual tunai seharga Rp 7.000.000. Perhitungan keuntungan ini
akan dibukukan dengan ayat jumal sebagai berikut :
Dr. Kas

Rp 7.000.000

Dr. Akumulasi Penyusutan Kendaraan

Rp 30.000.000

Cr. Kendaraan

Rp 35.000.000

Cr. Keuntungan dari Penjualan Aktiva Tetap

Rp 2.000.000

Pendapatan dari penyewaan fasilitas gedung yang dimiliki oleh bank


3. Pendapatan Luar Biasa

Disamping pendapatan operasional rutin dan non-operasional, bank


kadangkala dihadapkan dengan suatu keuntungan yang diterima secara tiba-tiba
atau tidak pernah diramalkan sebelumnya. Keuntungan ini merupakan suatu
windfall profit dan harus digolongkan sebagai keuntungan atau pendapatan luar
biasa.
Pendapatan luar biasa harus dipisahkan dari hasil usaha sehari-hari dan
ditunjukkan secara terpisah dalam perhitungan laba-rugi disertai pengungkapan
mengenai sifat dan jumlahnya. Dengan demikian, perlu batasan atau definisi
mengenai pos atau transaksi apa saja yang dapat digolongkan yang sifatnya luar
biasa. Yang dimaksud dengan pos luar biasa adalah pos yang memenuhi kedua
kriteria sebagai berikut:
a) Bersifat tidak normal (tidak biasa). Kejadian atau transaksi yang
bersangkutan memiliki tingkat abnormalitas yang tinggi dan tidak
berhubungan dengan aktifitas perusahaan sehari-hari.
b) Tidak sering terjadi. Kejadian atau transaksi yang bersangkutan tidak
dihubungkan akan terulang lagi di masa yang akan datang.
Jadi dalam menerapkan kedua kriteria tersebut, harus dipertimbangkan
faktor lingkungan dari perusahaan yang bersangkutan, faktor geografis
perusahaan, dan faktor lainnya seperti politis dan sebagainya. Pengakuan
pendapatan yang bersifat luar biasa ini akan mengacu kepada prinsip Akuntansi
Indonesia.
Kejadian yang selalu menjadi pertimbangan bank adalah perubahan kurs
valuta asing terhadap mata uang Rupiah. Kenaikan atau penurunan selisih kurs
valuta asing tidak dapat dijadikan sebangai keuntungan atau kerugian luar biasa
bagi Bank Indonesia karena faham yang diterapkan dalam kurs valuta asing
adalah gampang terkendali (floating rate).
Akan tetapi, apabila terjadi selisih kurs yang naik secara tiba-tiba atau naik
dengan jumlah yang cukup besar seperti adanya devaluasi Rupiah terhadap valuta
asing, maka kejadian ini dapat digolongkan kedalam pos luar biasa (extraordinary
item). Keuntungan yang timbul dari kenaikan selisih kurs akibat dari devaluasi

merupakan keuntungan atau pendapatan yang timbul dari transaksi yang luar
biasa. Disebut luar biasa karena peristiwa devaluasi bukan merupakan yang biasa.
Akan tetapi, bila kenaikan atau penurunan yang sangat tajam terjadi di
negeri America Selatan, yang terkenal dengan seringnya terjadi devaluasi dan
tingkat inflasi yang tinggi, maka peristiwa ini tidak dapat dianggap sebagai
peristiwa luar biasa.
4. Koreksi Masa Lalu
Tidak semua pos dalam laba-rugi periode lalu harus dikoreksi. Pos-pos
yang harus dilaporkan sebagai koreksi masa lalu dan tidak diperhitungkan sebagai
unsur laba periode berjalan adalah koreksi terhadap kesalahan. Kesalahan yang
dimaksud adalah kesalahan dalam laporan keuangan periode yang lalu yang
berasal dari kesalahan perhitungan atau kesalahan dalam penerapan prinsip
akuntansi yang tidak tepat atau tidak dapat diterima, kelalaian mencatat suatu
transaksi atau kejadian yang telah terjadi, dan kesalahan yang bersifat matematis.
Koreksi masa lalu yang dilakukan harus diungkapkan dalam laporan
keuangan pada periode dimana koreksi tersebut dilakukan.
5. Pengaruh Kumulatif Perubahan Prinsip Akuntansi
Adakalanya terjadi perubahan penerapan prinsip akuntasi dalam suatu
periode tertentu karena alasan manajemen. Perubahan penerapan prinsip akuntansi
ini dapat saja berpengaruh pada pendapatan bank sehingga harus dikoreksi dan
diungkapkan dalam laporan keuangan.
PAI mengatur mengenai pengaruh komulatif perubahan prinsip akuntansi
sebagai berikut :

Pengaruh kumulatif akibat perubahan dari suatu prinsip akuntansi yang lazim
ke prinsip lainnya yang juga sesuai dengan PAI harus dilaporkan dalam
perhitungan laba-rugi periode terjadinya perubahan dan disajikan diatara pos
luar biasa dan laba bersih.

Jumlah pengaruh kumulatif dari perubahan ke prinsip akuntansi yang baru


merupakan selisih antara jumlah laba yang ditahan pada awal periode
perubahan dengan jumlah laba yang ditahan yang seharusnya dilaporkan bila
prinsip akuntasi yang baru tersebut telah ditetapkan secara retroaktif untuk
seluruh periode yang dipengaruhi.

BIAYA BANK
A. Pengertian
Biaya adalah semua biaya yang secara langsung maupun tidak langsung
telah dimanfaatkan untuk menciptakan pendapatan dalam suatu periode tertentu.
Biaya yang dikeluarkan tidak memberikan manfaat ekonomis untuk kegiatan
periode berikutnya.
B. Pengakuan Dan Akuntansi Biaya Bank
Biaya diakui secara accrual basis, artinya selalu diakui dan dibebankan ke
dalam perhitungan laba rugi saat jatuh waktu tanpa terlebih dahulu menunggu
pembayaran. Pembayaran biaya dimuka harus dialokasikan ke dalam rekening
biaya secara proporsional.
Jenis Jenis Biaya Bank
a. Biaya Operasional
Biaya Bunga
Biaya ini paling besar porsinya terhadap biaya bank keseluruhan. Biaya ini
harus diantisipasikan oleh bank pada penutupan tahun buku atau pada tanggal
laporan.
Biaya Valuta Asing
Biaya dalam transaksi valuta asing biasanya muncul dari selisih kurs
yang merugi. Munculnya kerugian selisih kurs baik dari transaksi spot,
forward, maupun swap akan dibebankan ke dalam laporan laba rugi.
Biaya Overhead
Dalam operasi bank sehari-hari diperlukan biaya untuk mengolah
transaksi. Biaya ini berhubungan langsung dengan periode terjadinya
sehingga harus dicatat dan diakui sebagai beban periode berjalan. Contoh
biaya overhead : biaya gaji pegawai, tunjangan-tunjangan, biaya penyusutan
aktiva tetap, biaya kegiatan kantor dan lain-lain.
Biaya overhead yang terjadi di bank memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan jasa yang
dihasilkan karena biaya yang dikeluarkan untuk semua kegiatan bank
Menjadi biaya pada periode terjadinya
Tidak memberikan manfaat untuk masa yang akan datang

Ada berbagai jenis biaya overhead yang terjadi dan harus diakui dalam
laporan laba rugi bank. Jenis-jenis biaya tersebut antara lain biaya-biaya
yang berkaitan dengan pegawai seperti gaji, tunjangan-tunjangan, biaya
penyusutan dari aktiva tetap, biaya operasional kantor yang bukan biaya
pegawai atau penyusutan, dan jenis biaya-biaya lain yang dikeluarkan atau
berkaitan dengan periode pelaporan keuangan.
Biaya pegawai
Sebagai contoh, apabila Bank Omega cabang Jakarta membayar gaji
pegawai sebesar Rp 200.000.000 untuk periode bulan Desember 2014, dan
membayar tunjangan kesehatan Rp 50.000.000 secara tunai, maka akan
dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut:
Dr. Gaji Pegawai

Rp 200.000.000

Dr. Tunjangan Kesehatan

Rp 50.000.000

Cr. Kas

Rp 250.000.000

Biaya Kegiatan Kantor


Contoh lain adalah biaya yang berkenaan dengan kegiatan kantor. Apabila
Bank Omega Cabang Jakarta mengeluarkan biaya pengurusan tamu sebesar
Rp 20.000.000 selama bulan Desember 2014, biaya listrik dan air sebesar Rp
45.000.000, biaya riset untuk kegiatan marketing periode berjalan Rp
43.000.000, biaya alat tulis kantor Rp 23.000000. Semua dibayarkan secara
tunai.
Dr. Biaya Entertainment

Rp 20.000.000

Dr. Biaya Listrik dan Air

Rp 45.000.000

Dr. Biaya Riset

Rp 43.000.000

Dr. Biaya Alat Tulis Kantor

Rp 23.000.000

Cr. Kas

Rp 131.000.000

Khusus untuk biaya riset dapat ditangguhkan dan dialokasikan secara


berkala apabila manfaatnya dirasakan lebih dan satu tahun.
Biaya Penyusutan
Penyusutan merupakan alokasi biaya yang dibebankan ke dalam laporan
laba-rugi menurut kriteria atau berdasarkan waktu dengan beberapa pilihan
atau metode penyusutan sebagai berikut:

a) Metode garis lurus, dimana besarnya penyusutan dilakukan dengan


jumlah yang sama setiap periode.
b) Metode pembebanan yang menurun
Metode Sum-of-the-year digits method, dimana besamya penyusutan
akan menurun setiap periodenya dibanding dengan periode sebelumnya.

Metode Declining balance method, dimana besarnya penyusutan akan

semakin kecil setiap periodenya dan tarif yang dipergunakan adalah dua
kali tarif semula.
Untuk aktiva tetap tak berwujud umumnya diamortisasikan berdasarkan
metode garis lurus dan penyusutannya langsung mengkredit rekening aktiva
yang bersangkutan.
b. Biaya Non Operasional
Yaitu biayabiaya yang yang dikeluarkan yang tidak berkaitan dengan kegiatan
utama bank, misalnya kerugian dari penjualan aktiva tetap.
Sebagai contoh, apabila Bank Omega cabang Jakarta menjual inventaris kantor
secara lelang karena sudah habis umur ekonomisnya dengan harga Rp 400.000
secara tunai dimana harga perolehannya sebesar Rp 3.000.000 dan telah habis
disusutkan. Ayat jumal untuk mencatat transaksi ini adalah sebagai berikut :
Dr. Kas

Rp

400.000

Dr. Akumulasi Penyusutan -Inventaris

Rp 3.000.000

Cr. Inventaris Kantor

Rp 3.000.000

Cr. Keuntungan dari penjualan aktiva tetap

Rp 400.000

c. Pos Luar Biasa


Biaya ini harus dipisahkan dari hasil usaha sehari-hari dan ditunjukkan secara
terpisah dalam perhitungan laba rugi disertai pengungkapan atas sifat dan
jumlahnya. Biaya luar biasa, kejadiannya tidak normal dan tidak sering terjadi
atau tidak terulang lagi di masa yang akan datang. Misalnya peristiwa gempa
bumi.
d. Koreksi Masa Lalu
Koreksi yang dilakukan terhadap laba rugi periode lalu misalnya
kesalahan perhitungan, kelalaian mencatat suatu transaksi harus tetap
diungkapkan.

e. Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan dihitung berdasarkan laba menurut akuntansi atau laba
kena pajak (taxable income) untuk diperhitungkan dengan tarif pajak penghasilan.
Dalam hal pajak penghasilan dihitung menurut laba akuntansi, selisih perhitungan
tersebut dengan hutang pajak (yang dihitung menurut laba kena pajak), yang
disebabkan perbedaan waktu (timing difference) pengakuan pendapatan dan
beban untuk tujuan akuntansi dengan tujuan pajak, ditampung dalam pos 'Pajak
Penghasilan' yang ditangguhkan dan dialokasikan pada beban pajak penghasilan
tahun-tahun mendatang.

Anda mungkin juga menyukai