Anda di halaman 1dari 19

Cover

UNSUR UTAMA
SUB UNSUR
C. PENGEMBANGAN
PROFESI
WIDYAISWARA

KEMENTERIAN AGAMA RI
MTS MUHAMMADIYAH 10 PURBALINGGA
PURBALINGGA 2015
PUBLIKASI ILMIAH
Pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) untuk Publikasi Ilmiah pada Kegiatan PKB
Presentasi pada Forum Ilmiah

Urgensi Pengembangan Kurikulum Integratif


Pelaksanaan 30 Juni 2015
1. Surat Tugas
2. Surat Keterangan dari Panitia Seminar
3. Makalah KTI
a. Halaman Judul
b. Lembar Pengesahan KTI dari Kepala Madrasah
c. Abstraction
d. Kata Pengantar
e. Daftar Isi
f. Naskah
Disusun oleh:
Sodikin, S.ag.
NIP. 197004121998031006
Guru Madya

Surat Tugas

Surat Keterangan Panitia Seminar

Judul

KEMENTERIAN AGAMA RI
MTS MUHAMMADIYAH 10 PURBALINGGA
SEMARANG 2015
PUBLIKASI ILMIAH

Pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) untuk Publikasi


Ilmiah pada Kegiatan PKB Presentasi pada Forum
Ilmiah

Urgensi Pengembangan Kurikulum Integratif


Diselenggarankan pada kegiatan .....
Pada tanggal.....

Disusun oleh:
Sodikin, S.Ag.
NIP. 197004121998031006
Guru Madya

KEMENTRIAN AGAMA
BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN SEMARANG
Jalan Temugiring Banyumanik Telepon: (024) 7460290 Fax (024) 7472551 Semarang
Website : bdksemarang,kemenag.go.id Email : bdk_semarang@kemenag.go.id

PERNYATAAN PENGESAHAN KTI GURU


Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Drs. H. Juhdi Amin, M.Ag

NIP

: 19620908 199003 1 001

Pangkat/golongan/TMT

: Pembina Tingkat I - IV/b/ 1 April 2008

Jabatan/TMT

: Kepala Balai Diklat Keagamaan Semarang/ 5 Januari 2012

Unit Kerja

: Balai Diklat Keagamaan Semarang

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah berjudul Urgensi Pengembangan


Kurikulum Integratif benar-benar disusun oleh Guru dibawah ini:
Nama

: Sodikin, Sag.

NIP.

: 197004121998031006

Pangkat/Gol. Ruang/TMT

: Pembina/IV-a/1-04-2013

Jabatan/TMT

: Guru Madya/1-04-2013

Unit Kerja

: MTs Muhammadiyah 10 Purbalingga

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya dengan penuh tanggung
jawab.
Purbalingga, 30 Juni 2015
Kepala,

Drs. H. Juhdi Amin, M.Ag


NIP 19620908 199002 1 001

Abstrak
Sodikin, S.Ag., 2015, Urgensi Pengembangan Kurikulum Integratif.
Kurikulum
integratif
merupakan
amanat
Undang-undang.
Pendidikan nasional semestinya tidak memisahkan berbagai unsur
vitalnya. Secara integratif, pendidikan nasional seharusnya
menjawab berbagai tantangan kehidupan peserta didik kini dan
mendatang. Pendidikan seharusnya tidak sekedar menjawab
persoalan fisik-jasmaniyah, tetapi secara integratif menjawab pula
persoalan psikis-ruhaniyah.
Meski demikian, ada problem serius dalam sistem pendidikan nasional.
Diantaranya adalah fenomena pergaulan bebas di kalangan pelajar,
terlibat narkotika, dan perilaku sarkasme/kekerasan. Hal ini
menunjukkan terjadinya mismatch antara sistem pendidikan nasional
dengan upaya membentuk manusia indonesia yang berkepribadian
dan berakhlak mulia sebagaimana dicita-citakan dalam tujuan
pendidikan nasional sendiri (Psl.2 UU No.20/2003). Dan juga, hasil
pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan manusia yang beriman
dan bertakwa serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi masih
jauh dari kenyataan.
Kurikulum integratif tidak boleh berhenti pada wilayah konsep dan
idealisme, tetapi harus dilanjutkan dalam tataran implementasi
agar memberikan efek positif bagi peserta didik.
Kata kunci: Urgensi pengembangan kurikulum integratif.

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pada pasal 1 ayat (1), (2), dan (3) Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2013 disebutkan tiga hal
penting dalam sistem pendidikan nasional. Tiga hal penting
tersebut adalah: pertama, pendidikan merupakan pengembangan
potensi

diri

peserta

agar

mempunyai

kekuatan

spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak


mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Kedua, pendidikan berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan

perubahan

zaman.

Ketiga,

keseluruhan

komponen

pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai


tujuan pendidikan nasional.1
Jika

memperhatikan

dengan

seksama

hal-hal

penting

tersebut di atas maka pendidikan nasional semestinya tidak


memisahkan berbagai unsur vitalnya. Secara integratif, pendidikan
nasional seharusnya menjawab berbagai tantangan kehidupan
peserta didik kini dan mendatang. Pendidikan seharusnya tidak
sekedar

menjawab

persoalan

fisik-jasmaniyah,

tetapi

secara

integratif menjawab pula persoalan psikis-ruhaniyah. Tidak saja


mempersiapkan kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan
emosional

dan

spiritual.

Akar

pendidikan

nasional

bukanlah

materialisme, melainkan nilai-nilai Agama, budaya nasional dan


responsif terhadap perubahan zaman.
Mengapa demikian? Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia

Tahun

mengamanatkan
menyelenggarakan

1945
agar
satu

Pasal

31

pemerintah
sistem

ayat

(3)

secara

jelas

mengusahakan

dan

pendidikan

nasional,

yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam


1

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat: 1,


2 dan 3.

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan


undang-undang.2

Diundangkannya

Undang-Undang

Nomor

20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan


jawaban atas amanat tersebut.
Agar tujuan pendidikan dapat tercapai maka diperlukan standar
kompetensi lulusan yang memenuhi kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta
didik.3 Secara pesifik dan tegas dimensi sikap dalam standar
kompetensi

kelulusan

disebutkan

bahwa

peserta

didik

harus

memenuhi Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang


beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung
jawab.4
Meski demikian, ada problem serius dalam sistem pendidikan
nasional.

Diantaranya

kalangan

pelajar,

adalah

fenomena

terlibat

pergaulan

narkotika,

dan

bebas

di

perilaku

sarkasme/kekerasan. Hal ini menunjukkan terjadinya mismatch


antara sistem pendidikan nasional dengan upaya membentuk
manusia indonesia yang berkepribadian dan berakhlak mulia
sebagaimana

dicita-citakan

dalam

tujuan

pendidikan

nasional

sendiri (Psl.2 UU No.20/2003). Dan juga, hasil pendidikan yang


bertujuan untuk menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa
serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi masih jauh dari
kenyataan.
Oleh karenanya diperlukan proses pendidikan yang mencakup
konsep dan praktek pendidikan yang mampu menjawab tujuan
pendidikan nasional. Salah satu hal pokok dalam pendidikan dan
memiliki peran strategis dalam menentukan bentuk lulusan adalah
kurikulum.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (3)
Lihat penjelasan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
4
Peraturan Menteri Pendidikan Nomor: 54 Tahun 2013 Tentang Standar Komptensi
Kelulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
3

B. Permasalahan
Mendasarkan pada latar belakang diatas maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah: Bagaimana konsep dan urgensi
kurikulum Integratif dalam mewujudkan tujuan pendidikan?

C. Pembahasan Masalah
1. Pengertian Kurikulum Integratif
Dakir5 menjelaskan bahwa kurikulum adalah suatu program
pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman
belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan
secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku yang
dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga
kependidikan

dan

peserta

didik

untuk

mencapai

tujuan

pendidikan.
Sedikit

berbeda

Undang-undang
kurikulum

dengan

Sisdiknas

adalah

rumusan

tahun

seperangkat

Dakir

2003

diatas,

disebutkan

rencana

dan

dalam
bahwa

pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang


digunakan

sebagai

pedoman

penyelenggaraan

kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.


Ada

prinsip-prinsip

yang

harus

diperhatikan

dalam

penyusunan kurikulum dengan mengacu kepada UU Sisdiknas


sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.6 Hal-hal prinsip tersebut adalah:
a. peningkatan iman dan takwa;
b. peningkatan akhlak mulia;
c. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d. keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f. tuntutan dunia kerja;
g. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h. agama;
i. dinamika perkembangan global; dan
j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Dakir, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta, 2004,


hlm. 3
6
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 36 ayat: 3

Jika ditelaah, konsep dan rumusan kurikulum dalam Undangundang Sisdiknas secara integratif telah menggabungkan aspek
spiritual,

akhlak

nasionalisme.
dirumuskan

mulia,

kecerdasan

Artinya,
dalam

secara

sistem

akal,

konsep

pendidikan

life

skill

dan

kurikulum

nasional

yang

merupakan

kurikulum yang integratif dan menyeluruh. Dan berdasar ini pula


maka semestinya tidak ada masalah pada outcome dan peserta
didik selama mereka menempuh pendidikan.
Namun jika faktanya masih terdapat masalah yang terjadi
berarti

ada

faktor

lain

yang

menjadi

penyebabnya.

Jika

konsepnya benar maka bisa jadi masalahnya terdapat dalam


tataran praksis. Artinya, dalam pelaksanaan kurikulum terdapat
kesalahan sehingga hasilnya tidak seperti yang diharapkan.
Meski konsep kurikulum dalam sistem pendidikan nasional
sudah sangat menyeluruh dan integratif, diskusi dan konsep
kurikulum

integratif

Sesungguhnya

apa

tetap

sih

yang

meuncul

ke

dimaksud

permukaan.

dengan

kurikulum

integratif?
Dalam istilah yang lebih sempit, kurikulum integratif lebih
disebut dengan pendekatan pembelajaran terpadu. 7 Istilah ini
berasal dari integrated teaching dan learning atau integrated
curriculum

approach.

pembelajaran
Pendekatan

sudah
ini

Pendekatan

lama

dikenalkan

dimaksudkan

terintegrasi
oleh

sebagai

dalam

John

Dewey.

upaya

untuk

mengintegrasikan tiga hal yaitu perkembangan, pertumbuhan


dan

kemampuan

pengetahuan

siswa.

Disebutkan

bahwa

pembelajaran terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan


kemampuan nalar dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan
interaksi

dengan

kehidupannya.
7

lingkungan

Sehubungan

dan
dengan

pengalaman
itu,

dalam

pendekatan

Siti Maryati, Makalah: Integrated Approach, 2008: Jurusan Pendidikan Biologi,


Universitas Pendidikan Bandung, hlm. 2

pembelajaran

terpadu

membantu

anak

untuk

belajar

menghubungkan apa yang telah dipelajarinya dengan baru


mereka pelajari.
Ada

beberapa

istilah

yang

digunakan

untuk

menyebut

pendekatan pembelajaran terpadu, yaitu: integrated teaching and


learning, integrated curriculum approach, a coherent curiculum
approach,

holistic

approach

dan

integrative

learning

serta

tematik.
Konsep dasarnya pendekatan pembelajaran terpadu tersebut
sejalan dengan pengertian pembelajaran tematik integratif dalam
Kurikulum 2013. Hanya saja, pembelajaran tematik integratif
dalam Kurikulum 2013 merupakan pendekatan pembelajaran
yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari beberapa mata
pelajaran ke dalam sebuah tema.
Adanya tema ini bukan hanya bertujuan dalam kontek
penguasaan terhadap konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran
tertentu, melainkan pula keterkaitannya dengan konsep dari mata
pelajaran

yang

lainnya.

Dengan

demikian

maka

sesudah

mengikuti pembelajaran berdasarkan tema tertentu peserta didik


akan mampu menguasai kompetensi dari masing-masing mata
pelajaran yang diintegrasikan.
Pembelajaran tematik juga dapat diartikan sebagai pola
pembelajaran

mengintegrasikan

pengetahuan,

keterampilan,

kemahiran, nilai dan sikap pembelajaran dengan menggunakan


tema.
2. Urgensi Kurikulum Integratif
Secara umum, kurikulum menempati posisi penting dan
strategis

dalam

sitem pendidikan

nasional.

Kurikulum

oleh

Sukmadinata dianggap sebagai syarat mutlak bagi pendidikan di


sekolah. Karena sebagai syarat mutlak maka kurikulum tidak
dapat dipisahkan dari pendidikan.8 Bahkan kurikulum memiliki
8

Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Bandung: Remaja


Rosda Karya, 2014, hlm. 3-4

kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Ia bisa


mengarahkan

segala

bentuk

aktifitas

pendidikan

menuju

ketercapaian tujuan-tujuan pendidkan.


Arifin9 dalam pandangannya menyebutkan bahwa kurikulum
merupakan alat dalam menggapai tujuan pendidikan, yaitu alat
untuk membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan visi, misi
dan tujuan pendidikan nasional. Sebagai alat pencapaian tujuan
pendidikan maka kurikulum harus di-breakdown kedalam bentuk
program yang dirancang dengan sistematis, logis, terencana, dan
sesuai dengan kebutuhan sehingga guru dan peserta didik dapat
menjadikannya sebagai acuan dalam proses pembelajaran yang
efektif dan efisien.
Mendasarkan

pada

pandangan

arifin

diatas

bahwa

penerjemahan krikulum kedalam program harus sistematis, logis,


terencana, dan sesuai dengan kebutuhan maka menggunakan
pendekatan

pembelajaran

terpadu

merupakan

keniscayaan.

Undang-undang dan regulasi dibawahnya mengamanatkan untuk


melakukan

pendekatan

holistik-integratif

dalam

sistem

pendidikan nasional, mulai dari konsep, kurikulum hingga tataran


implementasi dalam proses pembelajaran.
Persoalan value dalam masyarakat yang terus mengalami
penurunan. Orientasi dan pandangan hidup materialistik yang
terus menggerogoti mindset mereka. Dan persoslan-persoalan
lain yang sangat komplek. Bahkan saat ini manusia dianggap
telah terdegradasi dan mengalami kesepian yang teramat sangat.
Apa yang dialami manusia dewasa ini, oleh Kierkegaard disebut
sebagai angst.10
Pendidikan bukan sekedar masalah angka dalam selembar
kertas, melainkan pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari
generasi tua kepada generasi muda agar hidup masyarakat tetap
berkelanjutan dan sekaligus pengembangan potensi-potensi yang
9

Arifin, Konsep Dan Model Pengambangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosda


Karya, 2014, hlm. 13
10
Kuntowijoyo, Paradigma Islam:Intepretasi untuk aksi, Jakarta: Mizan, 1991 hlm.
163

dimiliki oleh setiap individu yang tersembunyi dan terpendam. 11


Menurut Zainiyati12, kebutuhan untuk mengembangkan kurikulum
integratif

ini

disebabkan

oleh

adanya

tuntutan

kebutuhan

masyarakat tersebut dan perkembangan IPTEK yang semakin


pesat.
Urgensi kurikulum integratif baik dalam kontek kurikulum
sebagai acuan sistem pendidikan nasional maupun sebagai
sebuah pendekatan proses pembelajaran dapat dilihat pada
beberapa alasan berikut ini:
a. kurikulum integratif merupakan amanat undang-undang
b. kurikulum integratif memuat empat kompetensi inti yang
mencakup kompetensi inti sikap spiritual, kompetensi inti sikap
sosial, kompetensi inti pengetahuan, dan kompetensi inti
keterampilan.
c. Tujuan:
1) mudah memusatkan perhatian pada suatu tema atau topik
tertentu,
2) mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama,
3) memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran

lebih

mendalam dan berkesan


4) mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan
mengkaitkan

berbagai

mata

pelajaran

lain

dengan

pengalaman pribadi siswa,


5) lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi
dalam dunia nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis
sekaligus mempelajari pelajaran lain,
6) lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
yang disajikan dalam konteks tema yang jelas,
7) guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang
disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan
diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau
pengayaan,
11

Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikann Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1987,


hlm. 3
12
Husniyatus Salamah Zainiyati, Desain Pengembangan Kurikulum Integratif, Jurnal
Pendidikan Islam: Nadwa, Vol. 8, Nomor 2, Oktober 2014, hlm. 296

8) budi pekerti dan moral siswa dapat ditumbuh-kembangkan


dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai
dengan situasi dan kondisi.
d. Landasan pijakan. Kurikulum integratif melandaskan diri pada
landasan filosofis, psikologis dan yuridis.
1) aliran progresivisme yang memandang proses pembelajaran
perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian
sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan
memperhatikan pengalaman siswa,
2) aliran konstruktivisme yang melihat pengalaman langsung
siswa

(direct

experiences)

sebagai

kunci

dalam

pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil


konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi
pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena,
pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat
ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi
harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa.
Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan
suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan
siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat
berperan dalam perkembangan pengetahuannya,
3) aliran
humanisme
yang
melihat
siswa
dari
keunikan/kekhasannya,

potensinya,

dan

motivasi

segi
yang

dimilikinya,
4) landasan psikologis, dalam pembelajaran tematik terutama
berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan
psikologi belajar.
5) landasan yuridis, yaitu UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak
memperoleh

pendidikan

dan

pengajaran

dalam

rangka

pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai


dengan minat dan bakatnya (pasal 9) dan UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak

mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat,


minat, dan kemampuannya.
e. Alasan Empirik, karena pada hakekatnya pengalaman hidup ini

sifatnya kompleks dan terpadu, artinya menyangkut berbagai


aspek yang saling terkait. Misalnya pergi belanja ke pasar,
merupakan kegiatan kompleksitas pengalaman hidup yang
tidak hanya bersifat sosial (berhubungan dengan orang lain),
ekonomi (memenuhi kebutuhan rumah tangga), tetapi juga
matematika (terkait dengan hitung menghitung) dan biologi
(berkaitan dengan sayur-sayuran dan lauk pauk yang akan
f.

dibeli) dan yang lainnya.


Alasan Teoritis Ilmiah, karena keadaan dan permasalahan
dalam

kehidupan

terus

berkembang

sejalan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


g. Keunggulan.
Pendekatan
terpadu
memiliki
keunggulan

atau

kekuatan

dibandingkan

dengan
beberapa

dengan

model

pembelajaran konvensional, diantaranya adalah:


1) Mendorong guru untuk mengembangkan kreatifitas
2) Memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan
situasi pembelajaran yang utuh , menyeluruh, dinamis dan
bermakna sesuai dengan keinginan dan kemampuan guru
maupun kebutuhan dan kesiapan siswa.
3) Mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal,
menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau
hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan
yang terdapat dalam beberapa pokok bahasan atau bidang
studi.
4) Menghemat

waktu,

tenaga

dan

sarana

serta

biaya

pembelajaran, disamping menyederhanakan langkah-langkah


pembelajaran.
Konsep dan kurikulum pendidikan nasional sebaik apapun
menjadi tidak berarti jika tidak dibarengi dengan implentasi dalam

tataran konkrit. Implemantasi diartikan sebagai Out something


into effect atau penerapan sesuatu yang memberikan efek. 13
Implementasi kurikulum dapat diaktualisasikan dalam bentuk
pembelajaran dan pendidikan.
Sehebat dan seunggul apapun sebuah kurikulum tidak boleh
berhenti hanya pada tataran konsep dan idealisme. Kurikulum
harus dilaksanakan oleh semua pihak dalam bentuk konkrit
sehingga memberikan efek positif bagi peserta didik.

13

Wahyudin, Manajemen Kurikulum, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2014, hlm. 93

Penutup
Dari uraian singkat tentang kurikulum integratif diatas dapat
disimpulkan:
1. Kurikulum integratif merupakan amanat Undang-undang
2. Terdapat dua wilayah dalam penggunaan istilah kurikulum
integratif
a. Dalam tataran konsep, kurikulum integratif merupakan acuan
pelaksanaan pendidikan yang mengintegrasikan aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik yang rumusannya termaktub dalam
Undang-Undang

Nmor

20

Tahun

Pendidkan Nasional
b. Dalam tataran implementatif,

2003

yaitu

Tentang

sebuah

Sistem

pendekatan

pembelajaran terpadu yang mengintegrasikan beberapa tema


terkait dalam sebuah proses pembelajaran atauapun mata
pelajaran tertentu yang saling terkait.
3. Kurikulum integratif tidak boleh berhenti pada wilayah konsep dan
idealisme, tetapi harus dilanjutkan dalam tataran implementasi
agar memberikan efek positif bagi peserta didik.

Daftar Pustaka

Arifin, Zainal, M.Pd., Drs., Konsep Dan Model Pengambangan Kurikulum,


Bandung: Remaja Rosda Karya, 2014
Dakir, Prof., Drs. H. Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta:
Rineka Cipta, 2004
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikann Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1987
Husniyatus Salamah Zainiyati, Urgensi Pengembangan Kurikulum Integratif, Jurnal
Pendidikan Islam: Nadwa, Vol. 8, Nomor 2, Oktober 2014

Kuntowijoyo, Paradigma Islam:Intepretasi untuk aksi, Jakarta: Mizan, 1991


Peraturan Menteri Pendidikan Nomor: 54 Tahun 2013 Tentang Standar
Komptensi Kelulusan Pendidikan Dasar dan Menengah
Siti Maryati, Makalah: Integrated Approach, 2008: Jurusan Pendidikan Biologi,
Universitas Pendidikan Bandung
Sukmadinata, Nana Syaodih, Prof., Dr., Pengembangan Kurikulum: Teori dan
Praktek, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2014
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
Wahyudin, Dinn, MA., Dr., Manajemen Kurikulum, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2014

Anda mungkin juga menyukai