Anda di halaman 1dari 6

LANDASAN YURIDIS PENDIDIKAN

Mata Kuliah : Landasan Pendidikan


Dosen Pengampu : Dra. Dafetta Fitrilinda S.Pd, M.Pd.
Disusun Oleh : 1. Arifah (NIM. 2205113679)
2. Raissa Khumaira (NIM. 2205113074)
3. Ria Diva Nadia (NIM. 2205126119)
4. Rully Rachmawati (NIM. 2205135781)

A. PENGERTIAN
Landasan hukum/yuridis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang
bersumber dari peraturan perundangan yang berlaku, yang dijadikan titik
tolak dalam pendidikan.
Peranan landasan yuridis dalam pendidikan adalah memberikan
rambu-rambu tentang bagaimana pelaksanaan sistem pendidikan dan
managemen pendidikan dilaksanakan selaras dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
dinyatakan: “Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima
belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar” (Pasal 6); “Setiap warga
Negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib belajar” (Pasal
34). Implikasinya, Kepala Sekolah Dasar atau panitia penerimaan siswa baru
di SD harus memprioritaskan anak-anak (pendaftar) berusia tujuh tahun
untuk diterima sebagai siswa daripada anak-anak yang baru mencapai usia
enam tahun.
B. PENDIDIKAN MENURUT UUD 1945
UUD 1945 Merupakan hukum tertinggi di Indonesia, sehingga semua
peraturan perundang-undangan yang lain harus tunduk dan tidak boleh
bertentangan dengan UUD 1945.
Pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam UUD 1945 yaitu pasal 31 dan
32. Pasal 31 ayat 1 berbunyi tiap-tiap warganegara berhak mendapat
pengajaran; ayat 2 yaitu: setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemeritah wajib membiayainya. (Berkaitan dengan wajib belajar 9
tahun); Ayat 3 berbunyi pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
suatu sistem pendidikan nasional.
Pasal 32 ayat 1 bermaksud mengajukan budaya nasional serta
memberi kebebasan kepada masyarakat untuk mengembangkannya; ayat 2
menyatakan negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
bagian dari budaya nasional. (Pendidikan merupakan bagian dari
Kebudayaan). (Pidarta, 2013)
C. UU RI NO. 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN
NASIONAL
Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Undang-undang pendidikan yang membedakan jalur pendidikan
dengan jalur pendidikan non formal dan informal tertera pada pasal 13. Pasal
27 ayat 2 UU Pendidikan mengatakan baik pendidikan nonformal maupun
informal kalau kelak bisa lulus ujian kesetaraan yang sesuai dengan standar
nasional, ijazahnya diakui sama dengan ijazah pendidikan formal. Pasal 15:
jalur pendidikan formal terdiri atas pendidikan umum, pendidikan kejuruan,
pendidkan khusus, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan
pendidikan profesional.
D. UU RI NO 14 Tahun 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN
 Pasal 24 menentukan tentang pengangkatan guru. Guru pendidikan
menengah dan pendidikan khusus tingkat, ditempatkan, dipindahkan,
dan diberhentikan oleh pemerintah propinsi; sedangkan untuk guru
pendidikan dasar dan usia dini dilakukan oleh pemerintahan kabupaten/
kota.
 Pasal 42 menguraikan tentang organisasi profesi guru, yang memiliki
wewenang sebagai berikut:
1. Menetapkan dan menegakkan kode etik guru.
2. Memberikan bantuan hukum pada guru;
3. Memberikan perlindungan profesi guru;
4. Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru;
5. Memajukan pendidikan nasional.
 Pasal 46 menyatakan dosen minimal lulusan magister untuk mengajar di
program diploma dan sarjana dan lulusan program doktor untuk
mengajar di pascasarjana.
 Pasal 48 menyatakan bahwa persyaratan untuk menduduki jabatan guru
besar harus memiliki ijazah doktor.
 pasal 49 menyatakan guru besar yang memiliki karya ilmiah dan karya
monumental sangat istimewa dalam bidangnya dan diakuinya secara
internasional dapat dapat diangkat menjadi profesor parifurna.
 PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
 Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan
Nasional
 Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompentesi
Lulusan (SKL)
E. Bab II pasal 2 dan 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 mengamanatkan
Dasar, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional sebagai berikut:
Pasal 2
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pasal 3
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
F. BAB X KURIKULUM
Pasal 36
1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah, dan peserta didik.
3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
a. peningkatan iman dan takwa:
b. peningkatan akhlak mulia; "
c. peningkatan potensi, kecerdasan, dan nunat peserta didik.
d. keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f. tuntutan dunia kerja:
g perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni:
h. agama.
i. dinamika perkembangan global: dan
j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
4) Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah.
(UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
G. Pengertian kurikulum secara dasar
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
BAB X KURIKULUM
Pasal 37
1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat :
a. pendidikan agama:
b. pendidikan kewarganegaraan
c. bahasa:
d. matematika:
e. ilmu pengetahuan alam
f. ilmu pengetahuan sosial:
g. seni dan budaya
h. pendidikan jasanani dan olalaga:
i. keterampilan/kejuruan, dan
j. muatan lokal.
2) Kurikulum pendidikan tinggi wajib memat:
a. pendidikan agama:
b. pendidikan kewarganegaraan: dan
c. bahasa.
3) Ketentuan mengenai kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Pasal 38
1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan
menengah ditetapkan oleh Pemerintah.
2) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai
dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan
dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi
dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota
untuk pendidikan dasar dan provinsi
H. IMPLIKASI
Ada perbedaan yang jelas antara pendidikan akademik dan
pendidikan profesional. Pendidikan akademik menyiapkan ahli agar mampu
mengembangkan ilmu atau teknik atau seni di bidang masing-masing.
Pendidikan profesional bertujuan menyiapkan peserta didika agar ahli
dalam menerapkan teori tertentu.
Pendidikan profesional tidak cukup hanya menyiapkan ahli dalam
menerapkan suatu teori, tetapi juga mempelajari cara membina para tenaga
pembantu, mengusahakan alat-alat bekerja dll.
Sebagai konsekuensi dari beragamnya bakat dan kemampuan para
siswa serta dibutuhkannya dibutuhkannya tenaga kerja menengah yang
banyak, maka perlu diciptakan berbagai ragam sekolah kejuruan.
Perlu adanya perhatian yang sama antara kognidi, afeksi, dan
psikomotor demi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Pendidika
humaniora termasuk pendidikan moral pancasila perlu lebih menekankan
pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari. Perlu pemilihan isi kurikulum
muatan lokal.Perlu adanya kerjasama antar semua elemen pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai