Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Landasan Pendidikan
Dosen Pengampu:
Dr. Eviana Hikamudin, S.Pd, M.M.
Disusun Oleh:
Afina Az-zahra (2207788)
Emi Nurhaliza (2209557)
Ghina Fatya Rohima (2201651)
Isnaeni Oktavia (2206685)
Muhammad Ridwan Efendi (2206324)
Solihin Abdul Azis (2205368)
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2023 LANDASAN YURIDIS PENDIDIKAN
A. Pengertian Landasan Yuridis Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Yuridis dapat didefinisikan sebagai "suatu hal yang ditinjau secara hukum". Sedangkan dalam kamus hukum Yuridis berasal dari kata Yuridisch yang berarti menuruti hukum yang telah diakui oleh pemerintah. Sehingga dapat dimaknai yuridis adalah segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah disahkan/diakui oleh pemerintah. Pengertian dari Landasan pendidikan sendiri adalah tumpuan dasar konseptual yang digunakan dalam dunia pendidikan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan Landasan Yuridis Pendidikan adalah tumpuan dasar konseptual yang digunakan dalam dunia Pendidikan yang mengandung nilai hukum/ arti hukum dan sudah disahkan dan diakui oleh negara. Di Indonesia sendiri kita memiliki 2 landasan yuridis yaitu Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Pancasila dikukuhkan sebagai Dasar Negara dan Ideologi Bangsa yang memeberikan pondasi nilai-nilai luhur jkebangsaan yang mencakup ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Kemudian Pancsila sendiri adalah sumber dari segala hukum Negara, sehingga seluruh peraturan, sehingga seluruh peraturan yang dibentuk tidak boleh bertentangan dengan Pancasila, termasuk peraturan/kebijakan tentang Pendidikan. Sedangkan UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis, saat ini segala dimensi/aspek di Indonesia harus mencakup/berlandaskan hukum. Tak terkecuali Pendidikan, diakrenakan Pendidikan termasuk dalam aspek dan dimensi dalam bernegara. Sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan dan keberlangsungan Pendidikan di Indonesia harus berlandaskan UUD 1945.
B. Urgensi Landasan Yuridis Pendidikan
Adanya landasan yuridis-politis menjadi pedoman dalam penyelenggaraan Pendidikan, dengan demikian landasan juga memperkuat sistem pendidikan yang diselenggarakan di tingkat satuan pendidikan. Landasan yuridis-politis menjadi dasar bagi terselenggaranya pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Beberapa kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah di bidang Pendidikan. Berdasarkan pembahasan di atas, landasan yuridis-politis memiliki peranan yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Landasan yuridis-politis menjadi dasar hukum bagi lahirnya kebijakan-kebijakan di bidang pendidikan. Kebijakan-kebijakan yang diharapkan akan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia ditinjau dari aspek tata kelola pendidikan. Landasan yuridis-politis juga menjadi fondasi yang kuat dalam sistem pendidikan di tingkat satuan pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan, karena di dalam kebijakan, peraturan, dan undang-undang yang ada berisi tentang arahan yang akan dilakukan oleh penyelenggara pendidikan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional.
C. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1,2,3,4, dan 5 Tentang
Pendidikan dan Kebudayaan Pada pembukaan UUD 1945 alinea keempat telah tergurat cita-cita pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu pada awal pembentukan UUD 1945 ada satu pasal yang fokus membahas pendidikan dan kebudayaan yaitu pasal 31 ayat 1, 2, 3, 4 dan 5. Berikut deskripsi dari pasal tersebut: 1. UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1 Pasar 31 ayat 1 berbunyi: "Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. 2. UUD 1945 Pasal 31 Ayat 2 Pasal 31 ayat 2 berbunyi: "Setiap warga negara wajib mengikuti Pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. 3. UUD 1945 Pasal 31 Ayat 3 Pasal 31 Ayat 3 berbunyi "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang" (UUD 1945 Pasal 31). 4. UUD 1945 Pasal 31 Ayat 4 Pasal 31 ayat 4 berbunyi "Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendidikan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional". 5. UUD 1945 Pasal 31 Ayat 5 Pasal 31 ayat 5 berbunyi "Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”.
D. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 merupakan undang undang yang mengatur sistem pendidikan yang ada di Indonesia, didalamnya mengandung beberapa poin yang merepresentasikan pelaksanaan sisdiknas secara sistematik, sebagai berikut : 1. Definisi Pendidikan (Pasal 1 ayat 1) 2. Definisi Pendidikan Nasional (Pasal 1 ayat 2) 3. Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 1 ayat 3) 4. Dasar Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 2) 5. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional (Pasal 3 dan Penjelasan atas UU RI No.20 tahun 2003) 6. Visi dan Misi (Penjelasan atas UU RI No.20 tahun 2003) 7. Prinsip penyelenggaraan Pendidikan (Pasal 4) 8. Hak dan Kewajiban warga negara 9. Peserta didik (Pasal 12) 10. Bahasa Pengantar (Pasal 33) 11. Wajib belajar (Pasal 34) 12. Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Pasal 39,40,41,42,43,44) 13. Sarana dan Prasarana Pendidikan (Pasal 45) 14. Pendanaan Pendidikan (Pasal 46,47,48,49) 15. Pengelolaan Pendidikan (Pasal 50,51,52) 16. Peran serta masyarakat dalam Pendidikan (Pasal 54,55,56)
E. Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005, No.32 Tahun 2013, dan
No.13 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. PP RI No. 19 Tahun 2005 sampai dengan saat ini telah mengalami dua kali perubahan yaitu pada PP RI No.32 Tahun 2013 dan PP RI No.13 tahun 2015. dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa diperlakukan diperlukan komitmen nasional untuk meningkatkan mutu dan daya saing bangsa melalui pengaturan kembali standar kompetensi lulusan, standar isi, standar isi, standar proses, dan standar penilaian, serta pengaturan kembali kurikulum. fungsi dan tujuan standar nasional pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dalam pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu (pasal 3) . Standar Nasional Pendidikan meliputi beberapa aspek : A. Standar isi (pasal 5) - Standar isi mencakup ruang lingkup materi yang berlaku untuk satuan pendidikan dan tingkat kompetensi yang berlaku untuk peserta didik pada setiap tingkat kelas. Mencakup : muatan wajib yang ditetapkan dalam peraturan perundang undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan. - Tingkat kompetensi mencakup : tingkat perkembangan peserta didik, kualifikasi kompetensi indonesia, penguasaan kompetensi yang berjenjang. - Standar isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan peraturan menteri. B. Standar proses (pasal 19) Adapun beberapa peraturan standar proses adalah sebagai berikut: - Pasal 19 ayat 1 proses pembelajaran yang standar itu memiliki ciri a. Interaktif b. Inspiratif c. Menyenangkan d. Menantang e. Memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi f. Memberikan ruang untuk kreativitas dan prakarsa - Pasal 19 ayat 2 Bahwa proses pembelajaran yang standar memiliki alur yangsistematis mulai adanya perencanaan pelaksanaan penilaian pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran . C. Standar kompetensi lulusan Pasal 25, 26, dan 27 D. Standar pendidik dan tenaga kependidikan - Pasal 28 standar pendidik o Kompetensi pedagogik o kompetensi kepribadian o Kompetensi profesional o Kompetensi sosial - Pasal 35 tentang tenaga kependidikan - Pasal 38 kriteria untuk menjadi kepala sekolah - Pasal 39 pengawas satuan pendidikan E. Standar sarana dan prasarana pendidikan - Pasal 42 poin utama standar sarana dan prasarana pendidikan - Pasal 43 standar laboratorium , peralatan, buku perpustakaan, dankelayakan bahan teks pelajaran - Pasal 44 standar lahan dan bangunan - Pasal 45 standar rasio luas ruang kelas - Pasal 46 ruang layanan khusus - Pasal 47 pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan F. Standar pengelolaan - Pasal 49 manajemen berbasis sekolah - Pasal 50 kepemimpinan - Pasal 51 pengambilan keputusan - Pasal 52 pedoman - Pasal 53 rencana kerja tahunan - Pasal 54 pelaksanaan pengelolaan satuan pendidikan - Pasal 55 lingkup pengawasan satuan pendidikan - Pasal 56 pihak pelaksanaan pengawasan satuan pendidikan - Pasal 57 supervisi pendidikan - Pasal 58 pelaporan G. Standar pembiayaan - Pasal 62 jenis pembiayaan pendidikan H. Standar penilaian pendidikan - Pasal 63 lingkup penilaian pendidikan - Pasal 64 penilaian hasil belajar oleh pendidik - Pasal 65 penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan - Pasal 66 penilaian hasil belajar oleh pemerintah - Pasal 67 penyelenggaraan ujian nasional - Pasal 68 tujuan ujian nasional - Pasal 69 peserta ujian nasional - Pasal 70 cakupan mata pelajaran ujian nasional - Pasal 71 kriteria pencapaian kompetensi lulusan dalam ujian nasional
F. Kebijakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tentang
Program Guru Pembelajar Program guru pembelajar bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai aktor pendidikan yang terus belajar dalam mengekplorasi dan memperbarui proses belajar mengajar guna mencerdaskan generasi bangsa yang memiliki kualitas tinggi agar mampu bersaing dan bereksistensi di abad 21 (Nuryani, 2017). Guru merupakan seorang pembelajar yang secara terus menerus belajar untuk meningkatkan kualitas dirinya. (Kemendikbud, 2016). Berkaitan dengan hal tersebut tentunya bangsa ini membutuhkan profil guru yang memiliki semangat juang untuk belajar, kuriositas tetap tajam dalam melihat fonemena, memiliki sikap reflektif-transformatif pada proses pembelajaran yang ia laksanakan di kelas demi perbaikan yang signifikan kedepannya. 1. Hakikat Guru Pembelajaran Pentingnya peranan guru dalam pendidikan diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mengamanatkan mengamanatkan adanya pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagai aktualisasi dari profesi pendidik. Bunyi dari UU RI No.14 Tahun 2005 poin b yaitu: “Menimbang perlu kiranya dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru dan dosen secara terencana, terarah dan berkesinambungan; bahwa guru dan dosen mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan sebagaimana dimaksud pada huruf a sehingga perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat” Untuk merealisasikan amanah undang-undang sebagaimana dimaksud, kementrian pendidikan dan kebudayaan melaksanakan Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajaran bagi semua guru, baik yang sudah bersertifikat maupun belum bersertifikat. Guru Pembelajar adalah guru ideal yang terus belajar dan mengembangkan (upgrade) diri di setiap dan di manapun. Selain itu dalam penelitiannya, Ibrahim dkk (2017) menjelaskan bahwa “guru pembelajar senantiasa memiliki karqakter baik secara moral maupun kinerja. Penelitian ini menyimpulkan bahwa profil karakter guru pembelajar memiliki beberapa indikator, pertama memiliki kuriositas epistemic; Kedua, memilik hasrat memperbaiki kehidupan atau kesadaran utopis; ketiga, memiliki keterampilan belajar yang didalamnya terdapat kemampuan metakognitif dan kesadaran kritis; keempat memiliki kemandirian atau otonomi belajar yang ditunjukkan dengan kontribusi terhadap diri dan orang lain”. 2. Program Guru Pembelajaran Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar merupakan proses penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kompetensi guru dalam melaksanakan tugas profesinya, yang mencakup kegiatan ang bertujuan untuk perbaikan kemampuan (abilities), sikap (attitude), dan keterampilan (skill). Dari kegiatan ini diharapkan akan menghasilkan suatu perubahan perilaku guru yang secara nyata perubahan perilaku tersebut berdampak pada peningkatan kinerja guru dalam proses belajar mengajar di kelas (Kemendikbud, 2016) 3. Landasan Hukum Guru Pembelajaran Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar dikembangkan dengan memperhatikan beberapa peraturan sebagai berikut: a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru d. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2012 tentang Uji Kompetensi Guru e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata kerja Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan 4. Tujuan Program Guru Pembelajaran Program peningkatan kompetensi guru dan pembelajar secara umum bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru, baik pedagogik maupun profesional, serta memiliki performa sebagai pendidik dan pemimpin bagi peserta didiknya, menjadi contoh tentqang ketangguhan, optimisme dan keceriaan bagi peserta didiknya, melalui berbagai moda dan media, di berbagai pusat belajar. Secara khusus, program peningkatan kompetensi guru pembelajar bertujuan agar peserta: a. Menguasai komptensi pedagogik dan profesional sesuai dengan modul yang dipelajari b. Memiliki Performa sebagai pendidik dan pemimpin bagi peserta didiknya c. Menjadi contoh tentang ketangguhan, optimisme dan keceriaan bagi peserta didiknya; dan d. Memiliki kemauan untuk terus belajar mengembangkan potensi dirinya. 5. Skenario Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelejaran Program guru pembelajar dimulai dari upaya penyadaran mengenai peran guru sebagai pembelajar. Dari upaya penyadaran ini diharapkan adanya perubahan sikap sebagai guru pembelajar. Indikatornya adalah bangkitanya kemauan untuk belajar dan mengembangkan potensi diri. Selanjutnya adalah penguasaan kompetensi professional yang indikatornya adalah guru mampu menguasai prinsip dan prosedur disiplin ilmu yang mendukung mapel yang diampu. Kemudian penguasaan kompetensi pedagogik yang indikatornya guru bisa terampil mengelola pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik, pada jalur, jenis dan jenjang pendidikan. muara akhir dari program ini adalah peningkatan kinerja dan kompetensi guru.
G. Kebijakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tentang
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
Dalam bagian awal buku pedoman PPK (Penguatan Pendidikan
Karakter) yang dirancang oleh Tim PPK Kemendikbud Republik Indonesia, menteri pendidikan menegaskan bahwa: “Penataan kembali atau transformasi pendidikan nasional Indonesia tersebut perlu dimulai dengan menempatkan kembali karakter sebagai ruh atau dimensi terdalam pendidikan nasional berdampingan dengan intelektualitas yang tercermin dalam kompetensi. Dengan karakter yang kuat-tanggung beserta kompetensi yang tinggi, yang dihasilkan oleh pendidikan yang baik, pelbagai kebutuhan, tantangan, dan tuntutan baru dapat dipenuhi atau diatasi. Oleh karena itu, selain pengembangan intelektualitas, pengembangan karakter peserta didik sangatlah penting atau utama dalam sistem pendidikan nasional Indonesia.” (Kemendikbud, 2017). Untuk memperkuat karakter diperlukan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Penguatan pendidikan karakter merujuk pada lima nilai utama yang memegang teguh nilai-nilai pancasila, yaitu: 1. Nilai Utama Karakter a. Religius (beriman, bertaqwa, dan toleransi) b. Nasionalis (cinta tanah air, semangat kebangsaan, menghargai kebhinekaan) c. Mandiri (kerja keras, kreatif, disiplin, dan berani) d. Gotong Royong (kerjasama, solidaritas, saling menolong, dan kekeluargaan) e. Integritas (kejujuran, keteladanan, kesantunan, dan cinta pada kebenaran) 2. Tujuan PPK a. “Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan”. b. Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi dinamika perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21. c. Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik). d. Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala sekolah, guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk mendukung perluasan implementasi pendidikan karakter. e. Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai sumber-sumber belajar di dalam dan di luar sekolah. f. Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). 3. Fokus Gerakan PPK Tim Kemendikbud menegaskan bahwa, “Gerakan PPK berfokus pada struktur yang sudah ada dalam sistem pendidikan nasional. Terdapat tiga struktur yang dapat digunakan sebagai wahana, jalur, dan medium untuk memperkuat pendidikan karakter bangsa, yaitu: Pertama, Struktur Program, antara lain jenjang dan kelas, ekosistem sekolah, penguatan kapasitas guru; Kedua, Struktur Kurikulum, antara lain kegiatan pembentukan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran (intrakulikuler), kokulikuler, dan ekstrakurikuler; Ketiga, Struktur Kegiatan, antara lain berbagai program dan kegiatan yang mampu mensinergikan empat dimensi pengolahan karakter dari Ki Hadjar Dewantara (olah raga, olah pikir, olah rasa, dan olah hati)”. 4. Implementasi Gerakan PPK Implementasi PKK dapat dilakukan dengan tiga pendekatan utama yaitu berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat. Ketiga pendekatan ini saling terkait dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan ini dapat membantu satuan pendidikan dalam merancang dan mengimplementasikan program dan kegiatan PPK. a. PPK Berbasis Kelas 1. Pengintegrasian PPK dalam kurikulum yaitu pendidik mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK ke dalam proses pembelajaran dan setiap mata pelajaran. 2. PPK melalui manajemen kelas yaitu momen pendidikan yang menempatkan para guru sebagai individu yang berwenang dan memiliki otonomi dalam proses pembelajaran untuk mengarahkan, membangun kultur pembelajaran, mengevaluasi dan mengajak seluruh komunitas kelas membuat komitmen bersama agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan berhasil. 3. PPK melalui pilihan dan penggunaan metode pembelajaran dimana guru harus pandai memilih metode pembelajaran yang secara tidak langsung menanamkan pembentukan karakter peserta didik. Metode pembelajaran yang dipilih harus dapat membantu guru dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan peserta didik pada abad XXI, seperti kecakapan berpikir kritis, berpikir kreatif, kecakapan berkomunikasi, termasuk penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran. 4. PPK melalui pembelajaran tematis yaitu kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh satuan pendidikan dengan mengalokasikan waktu khusus untuk mengajarkan nilai-nilai tertentu dengan harapan dapat semakin memperkaya praksis PPK di sekolah. 5. PPK melalui gerakan literasi yang merupakan kegiatan mengasah kemampuan mengakses, memahami, mengolah, dan memanfaatkan informasi secara kritis dan cerdas berlandaskan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara untuk menumbuhkembangkan karakter seseorang menjadi tangguh, kuat, dan baik. 6. PPK melalui layanan bimbingan dan konseling dengan membantu semua peserta didik dalam pengembangan ragam potensi, meliputi pengembangan aspek belajar/akademik, karier, pribadi, dan sosial. b. PPK Berbasis Budaya Sekolah Pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian sekolah, keteladanan orang dewasa di lingkungan, melibatkan ekosistem sekolah, serta memberdayakan manajemen sekolah. c. PPK Berbasis Masyarakat Potensi lingkungan sebagai sumber pembelajaran seperti keberadaan serta dukungan pegiat seni & budaya, tokoh masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri.
H. Kebijakan Kemendikbud tentang Program Gerakan Literasi
Nasional (GLN) Demi menyukseskan pembangunan di Indonesia di abad ke-21, menjadi keharusan bagi masyarakat Indonesia untuk menguasai enam literasi dasar, yaitu (1) literasi Bahasa, (2) literasi numerasi, (3) literasi sains, (4) literasi digital, (5) literasi finansial, serta (6) literasi budaya dan kewarganegaraan. Kemampuan literasi ini juga harus diimbangi dengan menumbuhkembangkan kompetensi yang meliputi kemampuan berpikir kritis/memecahkan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan berbagai kegiatan literasi untuk meningkatkan indeks literasi nasional melalui Gerakan Literasi Nasional (Kemendikbud,2017) Gerakan Literasi Nasional (GLN) lahir dari sinkronisasi semua program literasi yang sudah berjalan pada setiap uni utama di dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan . Gerakan ini juga merupakan perwujudan pendidikan budi pekerti melalui program budaya literasi yang berlandaskan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti melalui kegiatan membaca (Kemendikbud, 2017). 1. Tujuan GLN Tujuan umum Gerakan Literasi Nasional adalah untuk menumbuhkembangkan budaya literasi pada ekosistem pendidikan mulai dari keluarga, sekolah dan masyarakat dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup. 2. Dimensi Literasi a. Literasi Baca dan Tulis b. Literasi Numerasi c. Literasi Sains d. Literasi Digital e. Literasi Finansial f. Literasi Budaya dan Kewargaan 3. Ranah Gerakan Literasi Nasional a. Gerakan Literasi Sekolah b. Gerakan Literasi Keluarga c. Gerakan Literasi Masyarakat 4. Strategi Gerakan Literasi Nasional a. Penguatan Kapasitas Fasilitator • Pada ranah keluarga : orang tua dan anggota keluarga • Pada ranah sekolah : kepala sekolah, guru, tenaga pendidik, pengawas, serta komite sekolah • Pada ranah masyarakat: pegiat literasi dan pengelola perpustakaan public atau taman baca b. Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu Pengembangan bahan bacaan literasi dalam bentuk digital merupakan pilihan yang tepat. Sumber belajar yang kaya dan beragam memberikan keleluasaan bagi pelaku literasi untuk mengakses, memanfaatkan, dan mengembangkan kegiatan literasi c. Perluasan Akses terhadap Sumber Belajar dan Cakupan Peserta Belajar Agar masyarakat dapat menjangkau sumber-sumber belajar dengan mudah, perlu ada sarana dan prasarana yang mendukung, seperti layanan taman bacaan dan pojok baca di tempat umum. d. Peningkatan Pelibatan Publik Pelaksanaan Gerakan literasi di semua satuan pendidikan melinatkan semua pemangku kepentingan yang meliputi pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Pada lingkup eksternal Kemendikbud, pihak-pihak yang dapat terlibat adalah perguruan tinggi, Perpusnas, Ikapi, Lembaga donor, dan lain-lain. Gerakan Literasi Nasional juga memerlukan keterlibatan unsur masyarakat, seperti Lembaga masyarakat di bidang pendidikan, perpustakaan dan taman bacaan masyarakat serta para tokoh masyarakat. e. Penguatan Tata Kelola Penguatan tata Kelola GLN ini dimaksudkan agar sinergitas para perumus kebijakan, pendanaan, dan pelaksana di tingkat lapangan tetap terjamin.