Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak kenikmatan, rahmat,
hidayah serta inayah-Nya kepada kita terutama kepada para penyusun sehingga bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul sistem pendidikan nasional ini dengan sebaik-baiknya.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW.
Yang selalu menjadi suri tauladan kita dalam berbagai aspek kehidupan. Semoga kita senantiasa
bisa mencontohnya.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada anggota kelompok yang telah bekerja keras,
berupaya untuk menyelesaikan makalah ini. Dan juga kepada semua pihak yang telah
membantu para penyusun dalam pencarian berbagai sumber referensi untuk digunakan sebagai
bahan acuan pembuatan makalah ini. Terima kasih juga kami haturkan kepada dosen matakuliah
pengantar ilmu pendidikan Bapak shidiq premono, M.Pd yang telah membagi ilmu kepada kami
dan memberikan wawasan baru mengenai pendidikan.
Makalah ini dibuat untuk menunjang dan memberikan kemudahan bagi para mahasiswa
untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar, sehingga dalam kegiatan ini dapat dilaksanakan
dengan nyaman dan efektif. Harapan selanjutnya, semoga makalah ini dapat digunakan sebagai
sarana belajar bagi mahasiwa serta bisa dijadikan referensi mengenai pembahasan yang terkait.
Akhir kata, makalah ini pastinya jauh dari kesempurnaan, tentunya masih terdapat
banyak kekurangan sehinngga kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan demi
penyempurnaan dan terwujudnya tujuan penyusunan makalah ini.

Praya, 12 Desember 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hak setiap manusia di dunia karena pada dasarnya
pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. Di indonesia,
hak manusia untuk memperoleh pendidikan dicantumkan dalam Undang-Undang Dasar
1945 Pasal 31 yang berbunyi pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara. Undang-
Undang Dasar 1945 secara jelas menunjukkan bahwa negara mempunyai kewajiban dan
bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tiap-tiap warga negara.
Pendidikan diperlukan oleh manusia agar secara fungsional manusia diharapkan
mampu memiliki kecerdasan baik kecerdasan intelligence, spiritual maupun emotional
untuk menjalani kehidupannya dengan bertanggung jawab, baik secara pribadi, sosial
maupun profesional. Dalam bahasa pedagogi, pendidikan bertujuan guna memenuhi tiga
aspek, yaitu aspek afektif, kognitif dan psikomotorik. Dari sini manusia diharapkan mampu
memenuhi kehidupan secara bahagia dan sejahtera.
Pendidikan bisa berjalan dengan baik, jika pendidikan dapat berperan secara
proporsif, kontekstual dan komprehensif. Untuk mencapai hal itu, tentu semestinya ditopang
oleh perangkat pendidikan yang dibutuhkan-baik lunak (software), maupun keras
(hardware). Pendidikan yang seperti ini akan mampu menjawab sekaligus memenuhi
kebutuhan masyarakat dan juga tuntutan perkembangan zaman beriringan kehidupan yang
terus berubah.1
Berjalannya pendidikan tentunya dibutuhkan sebuah sistem yang mengaturnya agar
pendidikan bisa berjalan sesuai yang diharapkan dan menuju kearah pencapaian tujuannya.
Di indonesia sistem tersebut dikenal dengan sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan
dirumuskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989 yang
kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Undang-Undang Sisdiknas dapat mencerminkan baik atau sistem
pendidikan yang ada karena Undang-Undang Sisdiknas berisi bagaimana tujuan, visi, misi,
hingga mekanisme prosedural pendidikan diatur, dengan tidak melepaskan konteks sosial
politik saat itu dan masa depan.
Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai sistem pendidikan nasional
yang ada di Indonesia. Dan diharapkan agar lebih dihapami oleh para mahasiwa
kependidikan karena sebagai calon tenaga pendidik harus mengetahui sistem pendidikan
yang digunakan.

BAB II
PEMBAHASAN

1
Dikutip dari Darmaningtyas dkk. Membongkar Ideologi Pendidikan. Yogyakarta : Resolusi Press. 2004. Hal. 15
A. SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Setiap bangsa memiliki sistem pendidikan nasional. Pendidikan nasional masing-


masing bangsa berdasarkan pada kondisinya dan dijiwai oleh kebudayannya. Kebudayannya
tersebut sarat dengan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang melalui sejarah sehingga
mewarnai seluruh gerak hidup suatu bangsa.
Istilah sistem berasal dari bahasa “systema”, yang berarti sehimpunan bagian atau
komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan istilah,
sistem dipakai untuk menujukkan beberapa pengertian, salah satunya adalah sistem dapat di
pakai untuk menunjukkan sehimpunan gagasan atau ide yang tersusun dan terorganisasi
sehingga membentuk suatu kesatuan yang logis.
Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen atau elemen-
elemen atau unsur-unsur sebagai sumber-sumber yang mempunyai hubungan fungsional
yang teratur tidak sekedar acak, yang saling membantu untuk mencapai suatu hasil (product)
(zaharo idris 1987). Menurut ahli, suatu usaha pendidikan menyangkut tiga unsur pokok
yaitu sebagai berikut:
a) Unsur masukan ialah peserta didik dengan berbagai ciri-ciri yang ada pada diri peserta
didik itu (antara lain : bakat, minat, kemampuan, keadaan jasmani)
b) Unsur usaha adalah proses pendidikan yang terkait berbagai hal, seperti pendidik,
kurikulum, gedung sekolah, buku, metode belajar, dan lain-lain.
c) Unsur hasil adalah hasil pendidikan yang meliputi hasil belajar (yang berupa
pengetahuan, sikap dan keterampilan) setelah selesainya suatu proses belajar-mengajar
tertentu.

Pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur tujuan atau


sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur atau jenjang
pendidikan, kurikulum dan peralatan atau fasilitas (departemen pendidikan dan
kebudayaan). Dalam pengertian umum sistem pendidikan adalah jumlah keseluruhan dari
bagian-bagiannya yang saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan
berdasarkan atas kebutuhan yang telah ditentukan. Setiap sistem pasti mempunyai tujuan,
dan semua kegiatan dari semua komponen atau bagian-bagiannya adalah diarahkan untuk
tercapainya tujuan tertentu. Karena itu, proses pendidikan merupakan sebuah sistem,
yang disebut sebagai sistem pendidikan.
Sistem pendidikan nasional Indonesia disusun berlandaskan kepada kebudayaan
bangsa Indonesia dan berdasar pada Pancasila dan UUD 1945 sebagai kristalisasi nilai-
niali hidup bangsa Indonesia. Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional disusun
sedemikian rupa, meskipun secara garis besar ada persamaan dengan sistem pendidikan
nasional bangsa lain, sehingga sesuai dengan kebutuhan akan pendidikan dari bangsa
Indonesia yang secara geografis, historis, dan kultural berciri khas.
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling
terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional (Pasal 1 butir 3 UU No.
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional)
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan Negara (Pasal 1 butir 1).
Istilah kecerdasan yang dimaksud dalam pasal tersebut adalah kecerdasan
intelektual, karena kecerdasan spiritual telah disebutkan secara eksplisit sebagai
“kekuatan spiritual keagamaan”. Sementara itu, pengendalian diri dalam pasal ini tentu
dapat dijelaskan sebagai kecerdasan emosional.
Untuk mencapai tujuan akan disajikan materi yang meliputi: jalur, jenjang, dan
jenis program sistem pendidikan nasional, pengelolaan jalur pendidikan persekolahan dan
jalur pendidikan luar sekolah, serta upaya pembaruan sistem pendidikan nasional.

B. Landasan Yuridis Pendidikan Nasional Indonesia


Praktik pendidikan nasional diselenggarakan dengan mengacu kepada landasan yuridis
tertentu yang telah ditetapkan, baik berupa undang-undang maupun peraturan pemerintah
mengenai pendidikan.
1. Pengertian Landasan Yuridis Pendidikan Nasional Indonesia
Landasan yuridis pendidikan Indonesia adalah  seperangkat konsep peraturan
perundang-undangan yang menjadi titik tolak  sistem pendidikan Indonesia, yang
menurut  Undang-Undang  Dasar 1945 meliputi, Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia, Ketetapan MPR, Undang-Undang Peraturan Pemerintah  pengganti undang-
undang, peraturan pemerintah, Keputusan Presiden, peraturan pelaksanaan lainnya, seperti
peraturan Menteri, Instruksi Menteri, dan lain-lain.
2. Landasan Yuridis Pendidikan Nasional Indonesia
Sistem pendidikan nasional bukanlah sistem yang berjalan tanpa adanya suatu
landasan. Tentu diperlukan suatu aturan hukum yang mengaturnya agar sistem itu bisa
berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Berikut ini adalah beberapa
landasan hukum pelaksanaan sistem pendidikan nasional :
a) Pancasila sebagai landasan idiil sistem pendidikan nasional.
Pancasila sebagai ideologi negara merupakan landasan idiil sistem pendidikan
nasional karena pendidikan nasional mengacu kepada butir-butir yang ada pada
pancasila. Sehingga sistem pendidikan nasional harus sesuai dengan amanat yang
terkandung dalam pancasila.
b) Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan dasar sistem pendidikan nasional
Pembukaan UUD 1945 tersirat dan tersurat cita-cita nasional di bidang
pendidikan yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehubungan dengan hal tsb, pasal
31 ayat (3) UUD 1945 mengamanatkan agar “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”.
c) Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai visi, misi, tujuan, fungsi pendidikan
nasional dan hal-hal yang berkaitan, namun seiring berjalanan waktu dirasa perlu
adanya pembaharuan terhadap undang-undang ini sehingga diperbaharui dengan UU
No. 20 tahun 2003.
d) Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-undang ini berisikan mengenai : pengertian pendidikan, pendidikan
nasional dan sistem pendidikan nasional; visi, misi, fungsi, tujuan, strategi pendidikan
nasional, dan prinsip penyelenggaraan pendidikan; hak dan kewajiban warga negara,
orang tua, masyarakat, negara dan pemerintah; serta wajib belajar.

C. Kelembagaan, Program, dan Pengelolaan Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat berperan
aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang.
System pendidikan national (Sisdiknas) merupakan satu keseluruhan yang terpadu
dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang saling berkaitan untuk mengusahakan
tercapainya tujun pendidikan nasional.
Sistem pendidikan nasional diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta di bawah
tanggung jawab Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan menteri lainnya, seperti
pendidikan agama oleh menteri agama, Akabri oleh menteri pertahanan dan keamanan. Juga
departemen lainnya menyelanggarakan pendidikan yang disebut diklat.
Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional dilaksanakan melalui bentuk-bentuk
kelembagaan beserta program-programnya. Butir-butir berikut ini akan membahas kedua hal
tersebut.
1. Kelembagaan Pendidikan
a) Jalur Pendidikan
Pada UU Sisdiknas No 2 tahun 2003, pasal 13 ayat 1 dijelaskan bahwa jalur
pendidikan dibagi menjadi pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat
saling melengkapi dan memperkaya.
1) Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
2) Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
3) Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

b) Jenjang Pendidikan
Menurut UU No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 8, Jenjang pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang
akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang Pendidikan formal dibagi
menjadi 3, yaitu jenjang pendidikan dasar, jenjang pendidikan menengah dan jenjang
pendidikan tinggi (UU No 20 tahun 2003 pasal 14).

1) Jenjang pendidikan dasar

Merupakan jenjang yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar


berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang
sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs),
atau bentuk lain yang sederajat.

2) Jenjang pendidikan menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah


terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah
(MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah dalam hubungan ke
bawah berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar, dan dalam
hubungan ke atas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan tinggi
ataupun memasuki lapangan kerja.

3) Jenjang pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah


yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor
yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan
untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau
kesenian.

Untuk dapat mencapai tujuan tersebut lembaga pendidikan tinggi melaksanakan


misi “Tridharma” pendidikan tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat dalam ruang lingkup tanah air Indonesia sebagai
kesatuan wilayah pendidikan nasional.

Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan


tinggi yang dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan
universitas. Output pendidikan tinggi diharapkan dapat mengisi kebutuhan yang
beraneka ragam dalam masyarakat. Dari segi peserta didik kenyataan menunjukkan
bahwa minat dan bakat mereka beraneka ragam. Berdasarkan faktor-faktor tersebut,
maka perguruan tinggi disusun dalam multistrata. Suatu perguruan tinggi dapat
menyelenggarakan satu strata atau lebih.

c) Jenis Pendidikan

Menurut UU No 20 tahun 2003 pasal 15 dijelaskan bahwa Jenis pendidikan


mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan
khusus.

 Pendidikan umum yaitu pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan


perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

 Pendidikan kejuruan yaitu pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta


didik untuk bekerja dalam bidang tertentu.

 Pendidikan akademik yaitu pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada


penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu (program sarjana dan
pascasarjana).

 Pendidikan profesi yaitu pendidikan tinggi yang diarahkan untuk mempersiapkan


peserta didik agar memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.

 Pendidikan vokasi yaitu pendidikan tinggi yang diarahkan untuk mempersiapkan


peserta didik agar memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal
setara dengan program sarjana.

 Pendidikan keagamaan yaitu pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang


mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut
penguasaan ilmu pengetahuan tentang ajaran agama atau menjadi ahli ilmu
agama.

 Pendidikan khusus yaitu pendidikan yang diselenggarakan bagi peserta didik yang
berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang
diselenggarakan secara inklusif.

2. Program Pendidikan

Berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 program pendidikan terdiri atas


a) Pendidikan umum

Pendidikan yang mengutamakan perluasan, pengelolaan dan keterampilan seperti,


SD, SMP, SMA dan Universitas.

b) Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Dalam
jalur pendidikan formal dapat berbentuk TK atau RA, dalam jalur non formal dapat
berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA). dalam jalu
informal dapat berbentuk pendidikan keluarga

c) Pendidikan kejuruan

Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang
pekerjaan tertentu seperti, SMTK dan SMIK.

d) Pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus

Pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,
mental, sosial, dan/atau memiliki potensial kecerdasan dan bakat istimewa.

Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah


terpencil tau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau bencana alam,
bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.

e) Pendidikan kedinasan

Pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan dalam


pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon pegawai seperti, SPK (sekolah
perawat kesehatan), APDN (akademik pemerintah dalam negeri).

f) Pendidikan keagamaan

Pendidikan khusus yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat melaksanakan


peranan yang menuntut penguasan pengetahuan khusus tentang ajaran agama seperti,
Madrasah Tsanawiyah (Mts), Madrasah aliyah (MA), pendidikan guru agama negeri
(PGAN), institut agama islam negeri (IAIN), Universitas Islam Negeri (UIN), institut
hidu darma (IHD).

g) Pendidikan Jarak Jauh


Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok
masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.

3. Pengelolaan Pendidikan
Berdasarkan UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 pengelolaan pendidikan dijelaskan
dalam butir-butir dibawah ini :
a) Pengelolaan sistem pendidikan nasional merupakan tanggung jawab menteri
b) Pemerintahan menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk
menjamin mutu pendidikan nasional
c) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu
satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi
satuan pendidikan yang bertaraf internasional.
d) Pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan,
pengembangan tenaga kependidikan, dan penyediaan fasilitas penyelenggaraan
pendidikan lintas daerah kabupaten/kota untuk tingkat pendidikan dasa dan
menengah
e) Pemerintah kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah
serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal.
f) Perguruan tinggi menentukan kebijakan dan memiliki otonomi dalam mengelola
pendidikan di lembaganya.
g) Penyelenggaraan dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah
atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan.
Program penguatan kebijakan DEPDIKNAS dengan rencana pembangunan jangka menengah
BAPENNAS :
1. Pendidikan anak usia dini (PAUD) – TK, RA, KB, TPA
 Perluasan akses PAUD
2. Wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun –SD, MI, SMP, MTS
 Pendanaan biaya oprasional wajib belajar
 Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan wajib belajar
 Rekruitmen pendidik dan tenaga kependidikan (program wajib belajar)
 Perluasan akses pendidikan wajib belajar pada jalur nonformal
 Perluasa akses SLB dan sekolah inklusif
 Pengembangan sekolah wajib belajar layanan khusus bagi daerah
terpencil/kepulauan yang berpenduduk jarang dan terpencar.
3. Pendidikan Menengah
 Perluasan akses SMA/SMK dan SMA terpadu
 Pengembangan sekolah berbasis keunggulan lokal disetiap kabupaten/kota
 Pembangunan sekilah bertaraf internasional di setiap provinsi dan atau
kabupaten/kota.
4. Pendidikan Tinggi
 Perluasan akses perguruan tinggi
 Mendorong jumlah jurusan di perguruan tinggi yang masuk dalam 100 besar Asia
 Akselerasi jumlah program studi kejurusan, vokasi, dan profesi
 Peningkatan jumlah dan mutu publikasi ilmiah dan HAKI
5. Pendidikan non formal
 Perluasan akses pendidikan keaksaraan bagi penduduk usia lebih dari 15 tahun
 Pendidikan keterampilan hidup
 Perluasan pendidikan kecerdasan hidup
6. Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan
 Pengembangan guru sebagai profesi
 Pengembangan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
7. Penelitian dan pengembangan pendidikan
 Peningkatan peran serta masyarakat dalam perluasan akses SMA/SMK/SM
Terpadu, SLB, dan PT
 Implementasi dan penyempurnaan SNP dan BBNP
 Penjaminan mutu secara terprogram dengan mengacu pada SNP
 Perluasan dan peningkatan mutu akreditasi
8. Manajemen pelayanan pendidikan
 Perbaikan sarana dan prasarana
 Penataan regulasi pengelolaan pendidikan
 Peningkatan kapasitas dan kompetensi pengelola pendidikan
Tata nilai pengelolaan pendidikan
1. Inut Values, Nilai-nilai yang diharapkan ditemukan dalam diri setiap pegawai
DEPDIKNAS
 Amanah
 Profesional
 Antusias dan bermotivasi tinggi
 Bertanggung jawab dan mandiri
 Kreatif
 Disiplin
 Peduli dan menghargai orang lain
 Belajar sepajang hayat
2. Proses values, Nilai-niali yang harus diperhatikan dalam bekerja di DEPDIKNAS dalam
rangka mencapai dan mempertahankan kondisi keunggulan
 Visioner dan berwawasan
 Menjadi teladan
 Memotivasi
 Mengilhami
 Memberdayakan
 Membudayakan
 Tata asas
 Koordinatif dan bersinergi dalam kerangka kerja tim
 Akuntabel
3. Output Values, Nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh mereka yang berkepentingan
terhadap DEPDIKNAS
 Produktif (efektif dan efisien)
 Gandrung mutu tinggi
 Andal dan dapat dipercaya
 Responsif dan aspiratif
 Antisipasif dan inovatif
 Demokratis, berkeadilan, dan inklusif
Tiga pilar kebijakan pendidikan
1. Pemerataan dan perluasan akses pendidikan
2. Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing keluaran pendidikan
3. Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Darmaningtyas, dkk. 2004. Membongkar Ideologi Pendidikan. Yogyakarta : Resolusi


Press.

H. Fuad Hasan. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Hasbullah. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Mastuhu. 2003. Mentata Ulang Pemikiran Sistem pendidikan Nasional dalam Abad
21. Yogyakarta : Safiria Insania Press.

Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press.

Umar Tirtarahardja. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai