Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH MENGENAI LANDASAN PENDIDIKAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Landasan Pendidikan oleh:

Dr. Ir. Vina Serevina, MM

DISUSUN OLEH :

VIESTA WAHYU WARDHANY

5115161445

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2017
BAB II
PEMBAHASAN

A. LANDASAN HUKUM

Secara khusus, pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan,
yang berlangsung di dalam dan luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan
peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara
tepat di masa yang akan datang (Mudyaharjo, 2008: 3, 11). Menurut Undang-Undang RI
Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional pasal 1 : “Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Pendidikan sebagai usaha sadar yang selalu bertolak dari sejumlah landasan serta
pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting,
karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan
masyarakat bangsa tertentu. Secara umum, pendidikan merupakan segala pengalaman
belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.

Landasan yuridis atau hukum pendidikan dapat diartikan seperangkat konsep


peraturan perundang-undangan yang berlaku yang menjadi titik tolak atau acuan (bersifat
material, dan bersifat konseptual) dalam rangka praktek pendidikan dan studi pendidikan.
Jadi, landasan hukum pendidikan adalah dasar atau fondasi perundang-undangan yang
menjadi pijakan dan pegangan dalam pelaksanaan pendidikan di suatu negara.

Tiap-tiap negara memiliki peraturan perundang-undangan sendiri. Landasan


yuridis pendidikan Indonesia juga mempunyai seperangkat peraturan perundang-undangan
yang menjadi titik tolak sistem pendidikan di Indonesia, yang meliputi :

 Pembukaan UUD 1945


 UUD 1945 sebagai Landasan Yuridis Pendidikan Indonesia.

2
 Pancasila sebagai Landasan Idiil Sistem Pendidikan Indonesia.
 Ketetapan MPR sebagai Landasan Yuridis Pendidikan Nasional
 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah sebagai Landasan Yuridis Pendidikan
Nasional
 Keputusan Presiden sebagai Landasan Yuridis Pelaksanaan Pendidikan Nasional
 Keputusan Menteri sebagai Landasan Yuridis Pelaksanaan Pendidikan Nasional
 Instruksi Menteri sebagai Landasan yuridis Pelaksanaan Pendidikan Nasional

B. Undang-Undang dan Peraturan Pendidikan

B.1 Undang-Undang Pendidikan

 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

Pada Pembukaan UUD 1945 yang menjadi landasan hukum pendidikan


terdapat pada Alinea Keempat.

 Pendidikan menurut Undang-Undang 1945

Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di


Indonesia. Pasal-pasal yang berkaitan dengan pendidikan Bab XIII yaitu pasal
31 dan pasal 32. Pasal 31 ayat 1 berisi tentang hak setiap warga negara untuk
mendapatkan pendidikan, sedangkan pasal 31 ayat 2-5 berisi tentang
kewajiban negara dalam pendidikan. Pasal 32 berisi tendang kebudayaan.
Kebudayaan dan pendidikan adalah dua unsur yang saling mendukung satu
sama lain.

 Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan


Nasional

Undang-undang ini memuat 59 Pasal yang mengatur tentang ketentuan


umum (istilah-istilah dalam undang-undang ini), kedudukan fungsi dan tujuan ,
hak-hak warga negara untuk memperoleh pendidikan, satuan jalur dan jenis
pendidikan, jenjang pendidikan, peserta didik, tenaga kependidikan, sumber

3
daya pendidikan, kurikulum, hari belajar dan libur sekolah, bahasa pengantar,
penilaian, peran serta masyarakat, badan pertimbangan pendidikan nasional,
pengelolaan, pengawasan, ketentuan lain-lain, ketentuan pidana, ketentuan
peralihan dan ketentuan penutup.

 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional

Undang-undang ini selain memuat pembaharuan visi dan misi


pendidikan nasional, juga terdiri dari 77 Pasal yang mengatur tentang
ketentuan umum(istilah-istilah terkait dalam dunia pendidikan), dasar, fungsi
dan tujuan pendidikan nasional, prinsip penyelenggaraan pendidikan, hak dan
kewajiban warga negara, orang tua dan masyarakat, peserta didik, jalur jenjang
dan jenis pendidikan, bahasa pengantar, stándar nasional pendidikan,
kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana
pendidikan, pendanaan pendidikan, pengelolaan pendidikan, peran serta
masyarakat dalam pendidikan, evaluasi akreditasi dan sertifikasi, pendirian
satuan pendidikan, penyelenggaraan pendidikan oleh lembaga negara lain,
pengawasan, ketentuan pidana, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.

 Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

Undang undang ini memuat 84 Pasal yang mengatur tentang ketentuan


umum (istilah-istilah dalam undang-undang ini), kedudukan fungsi dan tujuan,
prinsip profesionalitas, seluruh peraturan tentang guru dan dosen dari
kualifikasi akademik, hak dan kewajiban sampai organisasi profesi dan kode
etik, sanksi bagi guru dan dosen yang tidak menjalankan kewajiban
sebagaimana mestinya, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.

 Undang-Undang No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional


Pendidikan

4
Undang-undang ini memuat 97 Pasal yang mengatur tentang Ketentuan
Umum, Lingkup, Fungsi dan Tujuan, Standar Isi, Standar Proses, Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Pendidikan dan Tenaga Pendidikan, Standar
Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, Standar
Penilaian Pendidikan, Badan Standar Nasional Pendidikan, Evaluasi,
Akreditasi, Sertifikasi, Penjamin Mutu, Ketentuan Peralihan, Ketentuan
Penutup.
Menurut Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: “Standar nasional
pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

B.2 Peraturan Pendidikan

 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional


Pendidikan

 Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1990 Tentang Status Pendidikan


Pancasila dalam Kurikulum Pendidikan Tinggi sebagai mata kuliah wajib
untuk setiap program studi dan bersifat nasional
o Peraturan Menteri No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
o Peraturan Menteri No. 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi
Lulusan
o Peraturan Menteri No. 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksana Peraturan
Menteri No. 22 dan No. 23
o Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Kepala Sekolah
o Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2007 dan Nomor 32 Tahun
2008 Tentang Guru
o Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar
Pengelolaan
o Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar
Penilaian
o Peraturan Menteri Nomor 24 Tahun 2007 dan Permen Nomor 33
Tahun 2008 tentang Standar Sarana Prasarana.
o Peraturan Menteri Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses
5
o Peraturan Menteri Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Standar Isi
o Peraturan Menteri Nomor 24 Tahun 2008 Tentang TU
o Peraturan Menteri Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Perpustakaan
o Peraturan Menteri Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Laboratorium
o Peraturan Menteri Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kesiswaan
o Keputusan Menteri No. 3 Tahun 2003 Tentang Tunjangan Tenaga
Kependidikan
o Keputusan Menteri No. 34/ U/03 Tentang Pengangkatan Guru
Bantu

Landasan hukum pendidikan merupakan seperangkat peraturan dan perundang-


undangan yang menjadi panduan pokok dalam pelaksanaan sistem pendidikan di
Indonesia. Peraturan yang satu dan yang lain seharusnya saling melengkapi.
Permasalahan yang saat ini terjadi adalah perundangan dan peraturan yang ada belum
sepenuhnya terlaksana dengan baik.

Pada batang tubuh UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : “Tiap – tiap warga
negara berhak mendapatkan pengajaran”. Pada kenyataannya masih banyak warga
negara baik dari kelompok masyarakat miskin, daerah tertinggal dan sebagainya yang
belum mendapatkan pengajaran seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang
tersebut.

Pada UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 4 ayat 2 berbunyi :


“Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa”. Namun dalam kenyataanya sebagian
penyelenggaraan pendidikan belum sesuai dengan peraturan tersebut.
Penyelenggaraan pendidikan masih saja bersifat diskriminatif dan tidak menjunjung
hak asasi manusia. Misalnya dalam penyelenggaraan pendidikan di RSBI dengan
pelajarannya yang begitu padat siswa kehilangan hak-haknya untuk bermain, serta
diskriminatif karena hanya siswa yang pandai dan mampu saja yang bisa menempuh
pendidikan disana.

6
Kita akan masih banyak menemukan beberapa undang-undang yang belum
mencapai tujuannya, karena bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, tentu
tidak mudah mencapai semua tujuan dengan singkat dan cepat. Tercapainya tujuan
pendidikan membutuhkan dukungan positif dari pendukung segala aspek masyarakat,
penyelenggara pendidikan dan pemerintah. Maka penyelenggaraan pendidikan yang
baik adalah sesuai dengan landasan-landasan pendidikan. Pelaksanaan pendidikan
yang berlandaskan hukum akan menjadikan penyelenggaraan pendidikan terarah,
teratur dan sesuai dengan akar kebudayaan nasional.

Landasan adalah titik tolak yang mendasari suatu hal, hukum adalah aturan
baku yang patut ditaati, dan pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak.
Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati.
Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah ini, bila dilanggar akan
mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula. Landasan hukum dapat
diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan
kegiatan – kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan.

B. Pendidikan menurut Undang-Undang 1945


Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di Indonesia. Pasal
– pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang – Undang Dasar 1945 hanya
2 pasal, yaitu pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan dan
yang satu menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap – tiap
warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2 pasal ini berbunyi :
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajar Pasal 32 pada
Undang – Undang Dasar berbunyi : Pemerintah memajukan kebudayaan nasional
Indonesia yang diatur dengan Undang – Undang.

C. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional


Tidak semua pasal akan dibahas dalam makalah ini. Yang dibahas adalah pasal – pasal
penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam serta sebagai acuan
untuk mengembangkan pendidikan. Pertama – tama adalah Pasal 1 Ayat 2 dan Ayat 7.
Ayat 2 berbunyi sebagai berikut : Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar

7
pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang – Undang
Dasar 45. Undang – undang ini mengharuskan pendidikan berakar pada kebudayaan
nasional yang berdasarkan pada pancasila dan Undang – Undang dasar 1945, yang
selanjutnya disebut kebudayaan Indonesia saja. Ini berarti teori – teori pendidikan dan
praktek – praktek
Pendidikan yang diterapkan di Indonesia, tidak boleh tidak haruslah berakar pada
kebudayaan Indonesia.“Selanjutnya Pasal 1 Ayat 7 berbunyi : Tenaga Pendidik adalah
anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan.
Menurut ayat ini yang berhak menjadi tenaga kependidikan adalah setiap anggota
masyarakat yang mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedang
yang dimaksud dengan Tenaga Kependidikan tertera dalam pasal 27 ayat 2, yang
mengatakan tenaga kependidikan mencakup tenaga pendidik, pengelola/kepala
lembaga pendidikan, penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang pendidikan,
pustakawan, laporan, dan teknisi sumber belajar.”
Dari bahasan diatas untuk lebih jelasnya bahwa undang-undang tentang pendidikan
nasional sebagai berikut: Pasal 1 Ayat 2, Ayat 5, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 12, Pasal 13,
Pasal 15, Pasal 20, Pasal 24, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 36 Ayat 1, Pasal 39, Pasal 45,
dan Pasal 58.
Pasal 1 Ayat 2 menerangkan, “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia.” Sedangkan Pasal 1 Ayat 5 berbunyi, “Tenaga
kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam
penyelenggaraan pendidikan.”
Pasal 5 bermakna, “Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu, baik bagi mereka yang berlainan fisik, di
daerah terpencil, maupun yang cerdas sekalipun.”
Pasal 6 menjelaskan, “Memberdayakan semua komponen masyarakat berarti
pendidikan diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat dalam suasana kemitraan
dan kerja sama saling melengkapi dan memperkuat.”
Pasal 12, “Peserta didik mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan agama yang
sesuai dengan agama yang dianutnya yang diajarkan oleh pendidik yang seagama.”
Pasal 13, “Jalur pendidikan formal merupakan ppendidikan yang diselenggarakan di
sekolah secara berjenjang dan bersinambungan, sedang jalur pendidikan nonformal

8
dan informal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah yang tidak
harus berjenjang dan bersinambungan.”
Pasal 15, “Jalur pendidikan formal yang terdiri dari pendidikan umum, pendidikan
kejuruan, pendidikan khusus, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan
pendidikan professional.”
Pasal 20, “Sekolah tinggi, institut, dan universitas menyelenggarakan pendidikan
akademik atau professional.”
Pasal 24, “Tentang kebebasan akademik, kebebasan mimbar akadmik, dan otonomi
keilmuan.”
Pasal 28, “Pendidikan anak usia dini dapat terjadi pada jalur formal, nonformal, dan
informal.”
Pasal 29, “Meningkatkan kinerja pegawai dan calon pegawai negri yang
diselenggarakan oleh departemen atau nondepartemen pemerintah.”
Pasal 36 Ayat 1, “Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidian untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”
Pasal 39, “Tentang kewajiban tenaga kerja.”
Pasal 45, “Pengadaan dan pendayagunan sumber daya pendidikan yang harus
dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan keluarga peserta didik.”
Pasal 58, “Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik.”

D. Undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.


Ada beberapa hal yang diuraikan dalam Undang-Undan Guru dan Dosen. Tercantum
dalam Pasal 8, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 15, Pasal 19, Pasal 24, Pasal 40, Pasal 42,
Pasal 46, Pasal 48, dan Pasal 49.
Pasal 8, “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.”
Pasal 10, “Potensi guru mencakup pedagogik, kepribadian, social, dan professional.”
Pasal 11, “Sertifikasi diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pangadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.”

9
Pasal 15, “Guru yang berkualitas diberi imbalan berupa gaji pokok, beserta tunjangan
yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus
bagi yang bertugas di daerah khusus, dan maslahat tambahan.”
Pasal 19, “Yang dimaksud maslahat tambahan berupa kesejahteraan seperti tunjangan
pendidikan, asuransi pendidikan beasiswa, layanan kesehatan, dan penghargaan-
penghargaan tertentu.”
Pasal 24, “Menentukan tentang pengangkatan guru.”
Pasal 40, “Guru juga diberi cuti seperti pegawai biasa dan tugas belajar.”
Pasal 42, “Tentang organisasi profesi guru.”
Pasal 46, “Dosen minimal lulusan magister untuk mengajar di program diploma dan
sarjana dan lulusan program doktor untuk mengajar di pascasarjana.”
Pasal 48, “Persyaratan untuk menduduki jabatan guru besar harus memiliki ijazah
doktor.”

E. PP RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan


Tidak semua pasal akan dibahas dalam makalah ini. Yang dibahas adalah pasal – pasal
penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam serta sebagai acuan
untuk mengembangkan pendidikan.
Pasal 3, Pendidikan nasional yang bermutu diarahkan untuk pengembangan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadiwarganegara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Pasal 6,Ayat (1), Yang dimaksudpendidikanumummeliputi SD/MI/paket A,
SMP/MTs/Paket B, dan SMA/MA/Paket C atau bentuk lain yang sederajat.Yang
dimaksudpendidikankejuruanmeliputi SMK/MAK ataubentuklain yang sederajat.Yang
dimaksudpendidikankhususmeliputi SDLB, SMPLB, dan SMALB ataubentuklain
yang
sederajat.Pelaksanaansemuakelompokmatapelajarandisesuaikandengantingkatperkemb
anganfisik dan psikologis peserta didik.
Ayat (1) butir a,Yang dimaksud dengan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia termasuk di dalamnya muatan akhlak mulia yang merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan.Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan
untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi

10
pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan
agama.Kelompokmatapelajaran agama danakhlakmuliapada SD/MI/SDLB/Paket A,
SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau bentuk
lain yang sederajat dimaksudkan untuk pe-ningkatan potensi spiritual. Peningkatan
potensi spiritual dalam kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia mencakup
penge-nalan, pemahaman, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
individual ataupun kolektif kemasyarakat. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada
akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang
aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makluk Tuhan.

Tiap-tiap negara memiliki peraturan perundang-undagan sendiri. Semua


tindakan yang di lakukan di negara itu di dasarkan pada perundang-undangan tersebut.
Bila ada suatu tindakan yang bertendangan dengan peraturan perundang-undanga itu,
maka di katakan tindakan itu melanggar hukum. Dan orang bersangkutan patut di
adilih. Oleh sebab itu, tindakan di katakan benar bila sejalan atau sesuai dengan
hukum yang berlaku di negara persekutuan.
Negara republik indonesia mempunyai berbagai peraturan perundang-
undangan yang bertingkat, mulai dengan undang-undang dasar 1945, undang-undang,
peraturan pemerintah, ketetapan, samapai dengan surat keputusan , semuanya
mengandung hukum yang tertinggi. Sementara itu peraturan perundang-undang dasar
1945.

Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak .
landasan hukum seorang guru boleh mengajar misalnya, adalah surat keputusan
tentang pengangkatannya sebagai guru. Hukum atau aturan baku di atas, tidak selalu
di dalam bentuk tertulis. Dari uraian di atas di dapatkan di pahami makna kata
landasan hukum yang sedang di bahas ini. Kegiatan pendidikan yang di landasi oleh
hukum, antara lain adalah calon siswa SD tidak harus lulusan TK , masyarakat harus
membantu pembiaya’an pendidikan, pendidikan menengah mempersiapkan para siswa
untuk masuk perguruan tinggi dan menjadi anggota masyarakat dalam membina
pendidikan, dan sebagainya.

1. Pendidikan menurut undang-undang dasar 1945

11
Undang-undang dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di indonesia .
semua peraturan undang-undangan yang lain harus tunduk atau tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang dasar ini sangat sederhana. Pasal-pasal yang
bertalian dengan pendidikan dalam undang-undang dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu
pasal 31 ayat 1 pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan dan yang satu
menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 ayat 1 berbunyi: tiap-tiap warga berhak
mendapatkan pengajaran . dan ayat 2 pasal ini berbunyi : pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang di atur dengan undang-
undang. Pasal 32 pada undang-undang dasar itu berbunyi: pemerintah memajukan
kebudaya’an nasional indonesia. Mengapa pasal ini juga berhubungan dengan
pendidikan? Sebab pendidikan adalah bagian dari kebudaya’an.
Kebudaya’an dan pendidikan adalah dua ungsur yang saling mendukung satu
sama lain. Sudah di katakan di atas, bila pendidikan maju maka kebudaya’an juga
akan maju . karena kebudaya’an yang banyak aspeknya akan mendukung progam dan
melaksana’an pendidikan. Dengan demikian upaya memajukan pendidikan.

2. Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional


Pendidikan sebagai gejala universal, merupakan suatu keharusan bagi manusia,
karena selain pendidikan sebagai gejala, juga sebagai upaya memanusiakan manusia.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, keperibadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat
bangsa dan negara.
Undang undang ini selain memuat pembaharuan visi dan misi pendidikan
nasional, juga terdiri dari 77 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum (istilah-
istilah terkait dalam dunia pendidikan), dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional,
prinsip penyelenggaraan pendidikan, hak dan kewajiban warga negara, orang tua dan
masyarakat, peserta didik, jalur jenjang dan jenis pendidikan, bahasa pengantar,
standar nasional pendidikan, kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana pendidikan, pendanaan pendidikan, pengelolaan pendidikan, peran serta
masyarakat dalam pendidikan, evaluasi akreditasi dan sertifikasi, pendirian satuan
pendidikan, penyelenggaraan pendidikan oleh lembaga negara lain, pengawasan,

12
ketentuan pidana, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.

Menurut undang-undang ini yang dimaksud dengan: “Pendidikan nasional


adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”.
3. Undang-undang RI nomor 32 tahun 2013 tentang standar nasional pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional
Pendidikan ini merupakan penjabaran dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sebagaimana tercantum dalam ketentuan umum
pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013, yang dimaksud dengan Standar
Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Standar Nasional Pendidikan ini memiliki fungsi sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu. Di samping itu, Standar Nasional Pendidikan
memiliki tujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat.

Fungsi dan tujuan tersebut dapat diketahui, bahwa standarisasi pendidikan


nasional ini merupakan bentuk mencita-citakan suatu pendidikan nasional yang
bermutu. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
pasal 2 ayat 3: standar nasional pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah
dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan
global.

13
Dalam mengoperasionalisasikan standar nasional pendidikan, pemerintah telah
membentuk sebuah badan yang bertugas memantau, mengembangkan dan melaporkan
tingkat pencapaian standar nasional pendidikan, badan yang dimaksud tersebut dikenal
dengan nama Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). BSNP ini memiliki
beberapa wewenang guna menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai pemantau dan
pengembang standar nasional pendidikan, wewenang tersebut meliputi:
1. Mengembangkan standar nasional pendidikan
2. Menyelenggarakan ujian nasional
3. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan pemerintah daerah dalam
penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan
4. Merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah.
4. Bebarapa pp tentang pendidikan dan GBHN 1993
Ada beberapa peraturan lain tentang pendidikan yang akan di bahas dalam
buku ini. Beberapa peraturan lain itu adalah;
a. Peraturan Menteri No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
b. Peraturan Menteri No. 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan
c. Peraturan Menteri No. 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksana Peraturan Menteri No.
22 dan No. 23
d. Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Kepala Sekolah
e. Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2007 dan Nomor 32 Tahun 2008 Tentang
Guru
f. Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan
g. Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian
h. Peraturan Menteri Nomor 24 Tahun 2007 dan Permen Nomor 33 Tahun 2008
tentang Standar Sarana Prasarana
i. Peraturan Menteri Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses
j. Peraturan Menteri Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Standar Isi
k. Peraturan Menteri Nomor 24 Tahun 2008 Tentang TU
l. Peraturan Menteri Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Perpustakaan
m. Peraturan Menteri Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Laboratorium
n. Peraturan Menteri Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kesiswaan
o. Keputusan Menteri No. 3 Tahun 2003 Tentang Tunjangan Tenaga Kependidikan.

14
p. Keputusan Menteri No. 34/ U/03 Tentang Pengangkatan Guru Bantu
q. Peraturan pemerintah RI nomor 27 tahun 1990 tentang pendidikan presekolah.
r. Peraturan pemerintah RI nomor 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar.
s. Peraturan pendidikan RI nomer 29 tahun 1990 tentang pendidikan menengah.
t. Peraturan pemerintah RI nomor 30 tahun 1990 tentang pendidikan tinggi
Sudah tentu tidak semua pasal dan ayat-ayat yang ada dalam PP ini akan di
bahas. Hal-hal yang sudah di bahas dalam undang-undang pendidikan tahun 1989
tetapi tercantum dalam PP ini tidak akan di bahas lagi. Pertama-tama yang di bahas
adalah materi yang terkandung dalam PP tentang pendidikan presekolah. Pasal 2 pada
PP itu berbunyi: pendidikan prasekolah tidak merupakan persyaratan untuk memasuki
pendidikan dasar. Pasal 4 ayat 1 menunjukkan bentuk pendidikan prasekolah adalah
teman kanak-kanak, kelompok bermain, penitipan anak, dan bentuk lain yang di tetap-
kan oleh pemerintah. Pada pasal 16 ayat 1 antara lain tertulis: siswa mempunyai hak
memperoleh pendidikan agama sesuai agama yang di anutnya . Pasal yang cukup
penting untuk di ketahui bagi para pengembang ilmu adalah pasal 30 tentang
pengembangan.
Pasal 1 pasal yang berbunyi: satuan pendidikan dasar dapat melakukan uji
coba untuk mengembangkan gagasan baru yang di perlukan dalam rangkah
peningkatkan pendidikan.
Sekolah tiba giliranya untuk membahas beberapa hal yang terdapat dalam PP
tentang pendidikan menengah, pertama pada pasal 4 ayat 1 yang menyatakan bentuk
pendidikan menengah adalah:
a. Sekolah menengah umum.
b. Sekolah menengah kejuruan.
c. Sekolah menengan keagama’an.
d. Sekolah menengah kedinasan.
e. Sekolah menengah luar biasa
Pasal kedua yang akan di komentari adalah pasal 15 ayat 5 yang mengatakan:
sekolah menengah dapat menjabarkan dan menambah mata pelajaran sesuai dengan
mata pelajaran sesuai dengan keada’an lingkungan dan cirikhas sekolah menengah
yang bersangkutan dengan tidak mengurangi keilmuan yang berlaku secara nasional.
Pasal 25 ayat 1 berbunyi: gelar doktor kehormatan dapat di berikan kepada
seorang yang telah berjasa luar biasa bagi ilmu pengetahuan, teknologi, kebudaya’an.

15
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak.
Landasan hukum seorang guru boleh mengajar misalnya, adalah surat keputusan
tentang pengangkatannya sebagai guru. Yang melandasi atau mendasari ia menjadi
guru adalah surat keputusan itu beserta hak-haknya. Surat keputusan itu merupakan
titik tolak untuk ia bisa melaksanakan pekerjaan guru. Begitu pula halnya anak-anak
sekarang diwajibkan belajar paling sedikit sampai dengan tingkat SLTP, adalah
dilandasi atau didasari atau bertitik tolak pada Peraturan Pendidikan tentang
Pendidikan Dasar dan ketentuan wajib tentang belajar.
Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut
ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah ini, bila dilanggar akan
mendapat sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula. Seorang guru yang
melanggar disiplin misalnya, bisa dikenai sanksi dalam bentuk kenaikan pangkatnya
ditunda. Begitu pula seorang peserta didik yang kehadirannya kurang dari 75% tidak
diizinkan mengikuti ujian akhir.
Hukum atau aturan baku diatas, tidak selalu dalam bentuk tertulis. Seringkali
aturan itu dalam bentuk lisan, tetapi diakui atau ditaati masyarakat. Hukum adat
misalnya, banyak yang tidak tertulis, diturunkan secara lisan turun-temurun di
masyarakat, yang merupakan kebiasaan yang sangat kuat mengikat masyarakat. Huum
seperti ini juga menjadi landasan pendidikan. Kalau masyarakat masih taat
melaksanakan gotong royong dalam kehidupan, maka sekolahpun perlu menanamkan
kebiasaan-kebiasaan gotong royong dalam kehidupan kepada para siswa-siswanya.
Uraian diatas memberikan gambaran jelas tentang makna kata landasan
hukum. Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat berpijak atau
titik tolak dalam melaksankan kegiatan-kegiatan tertentu dalam hal ini kegiatan
pendidikan.

B. PENDIDIKAN MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR 1945


Undang-Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di Indonesia.
Semua peraturan perundang-undangan yang lain harus tunduk atau tidak boleh
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar ini. Sesuai dengan namanya, ia mendasari
semua perundang-undangan yang muncul kemudian. Kedudukan seperti ini membuat
Undang-Undang Dasar mengandung isi yang sifatnya umum. Demikianlah aturan
tentang pendidikan dalam Undang-Undang Dasar ini sangat sederhana.

16
Pasal-pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang-Undang Dasar
1945 hanya 2 pasal, yatu Pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang
pendidikan dan yang satu menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1 berbunyi
: Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran. Ayat 2 Pasal ini berbunyi :
Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya. Ayat ini berkaitan dengan wajib belajar 9 tahun di SD dan SMP yang
sedang dilaksanakan. Agar wajib belajar ini berjalan lancar, maka biayanya harus
ditanggung oleh Negara. Kewajiban Negara ini berkaitan erat dengan ayat 4 pasal
yang sama yang mengharuskan negarai memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD.
Ayat 3 pasal ini berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu system pendidikan nasional. Ayat ini mengharuskan pemerintah mengadakan satu
system pendidikan nasional, untuk member kesempatan kepada setiap warga Negara
mendapatkan pendidikan. Kalau karena suatu hal seseorang atau sekelompok
masyarakat tidak bisa mendapatkan kesempatan belajar, maka mereka bisa menuntut
hak itu kepada pemerintah. Atas dasar inilah pemerintah menciptakan sekolah-sekolah
khusus yang bisa melayani kebutuhan masyarakat terpencil, penduduknya tersebar
berjauhan satu dengan yang lain. Sekolah-sekolah yang dimaksud antara lain ialah SD
kecil, SD pamong, SMP terbuka, dan system belajar jarak jauh.
Pasal 32 Undang-Undang Dasar itu pada Ayat 1 bermaksud memajukan budaya
nasional serta memberi kebebasan kepada masyarakat untuk mengembangkannya dan
ayat 2 menyatakan Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
bagian dari budaya nasional. Mengapa pasal ini juga berhubungan dengan pendidikan
? Sebab penddikan adalah bagian dari kebudayaan. Seperti kita ketahui bahwa
kebudahaan adalah hasil dari budi daya manusia. Kebudayaan akan berkembang bila
budi daya manusia ditingkatkan. Sementara itu sebagian besar budi daya bisa
dikembangkan kemampuannya melalui pendidikan. Jadi bila pendidikan maju, maka
kebudayaan pun akan maju pula.
Kebudayaan dan pendidikan adalah dua unsur yang saling mendukung satu
sama lain. Dengan demikian upaya memajukan kebudayaan berarti juga sebagai upaya
memajukan pendidikan.

C. UNDANG-UNDANG RI NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG


SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

17
Di antara peraturan perundang-undangan RI yang paling banyak
membicarakan pendidikan adalah Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003. Sebab
undang-undang ini bisa disebut sebagai induk peraturan perundang-undangan
pendidikan. Undang-undang ini mengatur pendidikan pada umumnya, artinya segala
sesuatu yang bertalian dengan pendidikan, mulai dari pra sekolah sampai dengan
pendidikan tinggi ditentukan dalam undang-undang ini.
Pasal 1 ayat 2 berbunyi : “Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dsar 45 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan Nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntunan perubahan
zaman. Undang-undang ini mengharuskan pendidikan berakar pada kebudayaan
nasional dan nilai-nilai agama yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang
dasar 1945. Ini berarti teori-teori pendidikan dan praktik-pratik pendidikan yang
diterapkan di Indonesia, tidak bolah tidak haruslah berakar pada kebudayaan Indonesia
dan agama. Tetapi kenyataan menunjukkan kita belum punya teori-teori pendidikan
yang khas sesuai dengan budaya bangsa. Kita sedang mulai membangunnya teori
pendidikan kita masih dalam proses pengembangan. Teori-teori pendidikan beserta
prakteknya yang dilakukan di Indonesia sampai saat ini sebagian besar merupakan
teori-teori yang diimpor dari luar negeri. Dimana para pendidika elajar disitulah
mereka menerima teori-teori pendidikan. Dimana para penguasa pendidikan
mengadakan studi banding, disitu pulalah mereka menerima teori-teori itu. Teori-teori
luar negeri itu lengkap dengan buku-bukunya dibawa ke Indonesia, sebagian
ditatarkan kepada para pendidik lainnya, tentu sesudah direvisi sana-sini.
Teori-teori dari luar negeri ini tidak mesti direplikasi dulu melalui penelitian-
penelitian. Sebagian besar diterapkan begitu saja di negeri ini. Karena teori itu banyak
ragamnya, yang diterapkan pun dipilih sesuai dengan pandangan dan selera pendidik,
terutama oleh yang mempunyai wewengan menentukan kebijakan pendidikan.
Selanjutnya pasal 1 Ayat 5 berbunyi : Tenaga kependidikan adalah anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat
ini yang berhak menjadi tenaga kependidikan adalah setiap anggota masyarakat yang
mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedang yang dimaksud
dengan tenaga kependidikan tertera dalam pasal 39 ayat 1, yang mengatakan tenaga
kependidikan mencakup tenaga administrasi, pengelola/kepala lembaga pendidikan,
penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang pendidikan, pustakawan, laboran dan
teknisi sumber belajar.

18
Dari ketujuh macam tenaga kependidikan tersebut di atas ditambah ayat 2
tentang pendidikan, yang sudah jelas kedudukan dan wewenangnya, baik karena
keahlian maupun karena surat keputusan yang diterimanya adalah penilik/pengawas,
peneliti dan pengembang pendidikan, pustakawan, laboran dan teknisi sumber belajar.
Tentang tenaga pendidik dan tenga pengelola sebagian sudah jelas karena keahlian dan
surat pengangkatan, tetapi sebagian lagi belum jelas. Mereka itu sebgian besar
pendidik dan pengelola pada jalur nonformal dan informal, baik pendidikan keluarga
maupun pendidikan di masyarakat. Tetapi secara hukum kedudukan mereka tetap sah
karena mereka telah mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan.
Bukan hanya warga masyarakat yang mengabdikan diri pada jalur informal dan
nonformal saja, yang peranannya sah sebagai pendidik, tetapi juga bagi mereka yang
mengabdikan diri pada jalur formal. Di Negara maju warga Negara seperti ini cukup
banyak jumlahnya. Dalam batas-batas tertentu mereka membantu dan bekerja sama
dengan personalia sekolah memajukan pendidikan. Kerjasama seperti ini sangat bagus
dan perlu dikembangkan. Kerja sama seperti ini pulalah yang didambakan oleh
undang-undang pendidikan kita, seperti tertulis dalam penjelasan pasal 6 sebagai
berikut : Memberdayakan semua komponen masyarakat berarti pendidikan
diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat dalam suasana kemitraan dan kerja
sama yang saling melengkapi dan memperkuat.
Jadi, disamping masyarakat mempunyai kewajiban membiayai pendidikan, mereka
juga mempunyai kewajiban memikirkan, memberi masukan, dan membantu
penyelenggaraan pendidikan jalur sekolah. Kewajiban ini perlu diinformasikan kepada
masyarakat luas, agar mereka menjadi lebih paham. Dengan demikian partisipasi
warga masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan diharapkan semakin besar.
Partisipasi itu bisa saja ditampung lewat komite sekolah atau badan-badan lain yang
sejenis, sehingga kegiatan badan-badan seperti itu tidak hanya terfokus pada upaya
mencari dana tambahan, melainkan juga kepada masalah-masalah lain, seperti
mengembangkan kurikulum local, disiplin proses belajar mengajar, kesediaan menjadi
narasumber, penanganan kenakalan siswa, peningkatan respek terhadap guru, dan
sebagainya.
Demikianlah tugas dan kewajiban pendidik dan pengelola pendidikan yang
berasal dari masyarakat umum, baik pada pendidikan di masyarakat maupun di
sekolah perlu mendapat penegasan dan informasi lebih rinci. Dengan cara ini

19
diharapkan perhatian, pengetahuan dan komitmen mereka lebih meningkat dalam
menyelenggarakan pendidikan.
Selanjutnya, pasal 5 Undang-Undang pendidikan berbunyi : Setiap warga Negara
berhak atas kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, baik
bagi mereka yang berlainan fisik, di daerah terpencil, maupun yang cerdas atau
berbakat khusus, yang bisa berlangsung sepanjang hayat. Semetara itu pasal 6
mewajibkan warga Negara berusia 7 sampai 15 tahun mengikuti pendidikan dasar.
Semua pihak seharusnya berusaha menyukseskan program wajib belajar ini. Pihak
pemerintah berusaha dengan berbagai cara agar program ini berjalan lancer, begitu
pula pihak masyarakat yang putra-putranya dikenai oleh pendidikan harus juga
berusaha membantu pemerintah. Sebab kalau masyarakat berdiam diri, apalagi
menentang program wajib belajar ini, berarti menelantarkan atau meniadakan peluang
untuk mendapatkan kesempatan belajar tersebut. Dapat saja sikap atau tindakan itu
dikatakan melalaikan hukum atau menentang hukum. Kalau hal ini terjadi jelas akan
merugikan masyarakat sendiri, baik sebagai konsekuensi dan melalaikan atau
menentang hukum maupun dan kerugian yang diterima oleh putra-putra mereka akibat
tidak dapat kesempatan mengikuti pelajaran sebagaimana mestinya.
Undang-undang pendidikan ini membedakan jalur pendidikan dengan jalur
nonformal dan informal yang tertera pada pasal 13. Dikatakan jalur pendidikan formal
merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah secara berjenjang dan
bersinambungan, sedangkan jalur pendidikan nonformal dan informal merupakan
pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah yang tidak harus berjenjang dan
bersinambungan. Sebagai konsekuensi dari peraturan ini maka yang berhak masuk ke
jalur pendidikan nonformal dan informasl tidak dibatasi umurnya. Orang boleh masuk
ke lembaga ini kapan saja dan pada umur berapa saja. Boleh juga berhenti kapan saja
dalam waktu yang tak terbatas sebelum melanjutkan studi lagi atau berhenti
selamanya.
Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah hasil belajar pada jalur pendidikan
formal tidak mesti sama baiknya dengan hasil belajar pada jalur pendidikan
nonformal. Belum ditemukan hasil penelitian untuk menjawab pertanyaan ini. Namun
dari pengamatan di sana-sini, tampaknya tidak ada perbedaan yang mencolok tentang
prestasi belajar kedua kelompok ini, terutama bila dikaitkan dengan tugas belajar, izin
belajar dan belajar sambil bekerja di perguruan tinggi. Prestasi belajar itu sebagian
besar ditentukan oleh minat, bakat dan kemampuan mereka masing-masing. Sebab itu

20
baik jalur sekolah maupun jalur luar sekolah, bila pendidikannya dikelola dan
dilaksanakan secara professional akan memberikan hasil yang tidak jauh berbeda.
Pada jalur pendidikan formal yang terdiri dari pendidikan umum, pendidikan
kejuruan, pendidikan khusus, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik dan
pendidikan professional (pasal 15). Pendidikan umum terdiri dari pendidikan dasar
dan pendidikan menengah umum, pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah
kejuruan, pendidikan khusus adalah pendidikan untuk anak-anak luar biasa, dan
pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang banyak diwarnai oleh keagamaan.
Sementara itu pendidikan akademik dan professional/lokasi diselenggarakan di
perguruan tinggi.
Pendidikan kedinasan tertulis pada pasal 29 yang menyatakan untuk
meningkatkan kinerja pegawai dan calon pegawai negeri yang diselenggarakan oleh
departemen atau nondepartemen pemerintah. Pendidikan ini bisa dalam jalur formal
bisa juga nonformal.
Pendidikan anak usia dini tertuang pada pasal 28, yang terjdi pada jalur formal,
nonformal dan informal. Taman Kanak-Kanak termasuk pendidikan jalur formal.
Hal lain yang perlu diberi penjelasan adalah pendidikan akademik dan
pendidikan professional. Pasal 20 menyebutkan bahwa sekolah tinggi, institute dan
universitas menyelenggarakan pendidikan akademi dan politeknik menyelenggarakan
pendidikan professional. Pertama-tama yang perlu dijelaskan adalah apa beda
endidikan akademik dengan professional. Pendidikan akademik adalah pendidikan
yang berupaya melayani pengembangan sikap, berpikir dan perilaku ilmiah para
mahasiswa sehingga mereka dapat mengembangkan ilmu, teknologi, dan seni sesuai
dengan bidangnya masing-masing.
Dengan demikian kemampuan orientasi pendidikan akademik ini adalah pada
kemampuan mengembangkan ilmu, teknologi dan seni melalui kegiatan-kegiatan
penelitian. Dengan harapan mereka yang telah lulus dari pendidikan ini kelak dapat
mendarmabaktikan dirinya pada upaya pengembangan-pengembangan tersebut di atas,
baik untuk ilmu, teknologi dan seni yang bersifat universal, maupun yang khas sesuai
dengan kebudayaan dan geografis bumi Indonesia. Yang terakhir ini sangat diperlukan
mengingat Indonesia mempunyai kebudayaan tersendiri yang diwarnai oleh filsafat
Pancasila dan geografis tersendiri pula. Jadi tamatan-tamatan ini diharapkan mampu
mandiri atau berkelompok mengadakan pengembangan-pengembangan itu, berarti
pula mampu menghidupi diri sendiri. Implikasinya adalah mereka tidak pad tempatnya

21
menuntut untuk ditempatkan dalam suatu tugas pekerjaan tertentu. Karena pada
hakikatnya mereka tidak disiapkan untuk mampu melaksanakan tugas teretntu yang
sudah ada di masyarakat. Mereka ini hanya dibina lahir batin agar semua potensi,
terutama bakat mereka berkembang secara optimal. Dengan bakat yang sudah
berkembang ini mereka diharapkan mampu mencari kerja atau menciptakan kerja
sendiri.
Tamatan pendidikan akademik inilah yang diberi gelar sarjana, magister atau
doktor. Gelar sarjana dan magister ditulis di belakang nama, sedangkan gelar doktor
ditulis di depan nama yang berhak. Sementara itu lulusan professional hanya diberi
sebutan professional. Sebab makna professional berbeda dengan akademik. Bila istilah
akademik berkaitan dengan sikap, berpikir dan perilaku ilmiah, maka istilah
professional berkaitan dengan pelayanan terhadap klien atau orang yang
membutuhkan secara benar.
Pendidikan professional menekankan pada aplikasi teori-teori ang telah ada.
Yang dipelajari dalam pendidikan ini adalah teori-teori atau konsep-konsep yang ada
sebagai temuan dari para akademisi dan cara-cara penerapannya di lapangan secara
efektif dan efisien. Para mahasiswa tidak begitu penting mempelajari bagaimana
terjadinya suatu teori, mengetes kebenaran suatu teori, atau mereplikasinya agar cocok
dengan keadaan wilayah tertentu. Pekerjaan-pekerjaan seperti ini adalah tugas para
akademisi, yaitu mereka yang telah memiliki gelar. Sebaliknya dalam pendidikan
professional ini penerapan suatu teori lebih diperhatikan, di samping memahami teori
itu sendiri.
Penerapan suatu teori akan mencakup tenaga-tenaga pembantu, alat-alat
pembantu, lingkungan kerja, iklim kerja, materi yang dikerjakan, system penilaian,
efektifitas, efisien dan akuntabilitas. Mari kita ambil contoh di bidang kedokteran,
yang harus menyembuhkan pasien dari penyakitnya. Dokter itu membutuhkan
pembantu berupa perawat dan para pegawai, membuuthkan berbagai alat untuk
bekerja, lingkungan kerjanya harus tenang dan kalau sedang mengoperasi pasien harus
memakai memakai ruang bebas kuman, iklim kerja yang bergairah dan saling
membantu, setiap kegiatan dinilai proses sertea hasilnya. Dan disini akan diketahui
keberhasilan atau efektivitas kerjanya, serta efisiensinya bila dikaitkan dengan waktu
dan uang. Tingkat keberhasilan penyembuhan dan lamanya berobat akan menentukan
akuntabilitas kerja dokter itu atau sampai berapa besar hasil pengobatan itu member

22
kepuasan kepada pasien beserta keluarganya, dokter itu sendiri, serta pengelola rumah
berobat itu.
Bila pendidikan akademik membuat manusia berkembang secara optimal,
maka pendidikan professional berusaha membuat manusia-manusia pekerja dalam
bidang-bidang tertentu.
Pada pasal 12 menyebutkan peserta didik mempunyai hak untuk mendapatkan
pendidikan agama yang sesuai dengan agama yang dianutnya yang diajarkan oleh
pendidik yang seagama. Mereka juga berhak mendapatkan pelayanan sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuannya. Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi tetapi
tidak punya dana. Mendapatkan biaya pendidikan bagi orang tuanya yang tidak
mampu. Pindah program pendidikan ke program lain atau lembaga pendidikan lain
yang setara. Dan boleh menyelesaikan pendidikan sesuai dengan kecepatan mereka
masing-masing.
Dari pasal-pasal tersebut di atas dapat dilihat adanya pendidikan yang bersifat
terbuka, berhak pindah ke sekolah lain, berhak mendahului menyelesaikan program
dan mengembangkan mina, bakat serta kemampuannya. Yang dimaksud dengan
pendidikan terbuka disini antara lain adalah :
1. Peserta didik berhak pindah ke lembaga atau sekolah lain dengan alasan
tertentu. Sebagai missal, kalau orang tua pindah tempat tinggal, maka anak-anaknya
harus pula diberi kesempatan pindah. Contoh lain ialah kalau kesehatan anak tidak
cocok dengan kondisi wilayah sekolah itu, maka ia harus diberi kesempatan pindah.
Anak-anak juga berhak dipindahkan ke kelas atau ke sekolah yang lebih tinggi kalau
kemampuannya sudah melebihi tuntutan di kelas atau di sekolah semula. Bila hal ini
tidak diizinkan, maka yang melarang bisa kena sanksi hukum.
2. Peserta didik berhak menyelesaikan program belajar mendahului teman-
temannya, termasuk berhak lulus lebih dahulu. Disini terkandung maksud kemampuan
dan kecepatan anak tidak boleh dihambat.
3. Peserta didik berhak mengikuti pelajaran atau studi sesuai dengan minat, bakat,
dan kemampuannya. Anak-anak tidak boleh diarahkan ke kebutuhn pasar yang ada
yang bertentangan dengan bakatnya. Orang tua tidak boleh memaksakan kehendaknya
agar anak memasuki jurusan tertentu, yang menurut pandangan orang tua
menguntungkan dari segi ekonomi, misalnya. Penghalang pengembangan minat, bakat
dan kemampuan ini juga bisa dikenai sanksi hukum.

23
Selanjutnya pasal 39 tentang kewajiban tenaga kependidikan. Kewajiban itu
secara berturut-turut adalah sebagai berikut :
1. Membina loyalitas pribadi dan peserta didik terhadap ideology Negara Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan landasan idea l dan landasan
konstitusional bangsa dan Negara. Loyal terhadapnya merupakan kewajiban utama
bagi semua warga Negara.
2. Menjunjung tinggi kebudayaan bangsa. Tenaga kependidikan harus menghargai
dan memelihara budaya bangsa. Bagi yang mengagung-agungkan kebudayaan asing,
tetapi menomorduakan atau merendahkan kebudayaan sendiri bisa dituntut secara
hukum.
3. Melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab dan pengabdian. Butir ini
menunjukkan bahwa bagi tenaga kependidikan yang malas bekerja, tidak
bertanggungjawab, dan bekerja hanya karena gaji dapat pula dituntut secara hukum.
4. Meningkatkan kemampuan professional sesuai dengan tuntutan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa. Kaliman ini
mengharuskan para tenaga kependidikan belajar terus secara formal dan bisa juga
belajar secara tidak formal. Bagi yang melalaikan kewajiban mengembangkan profesi
bisa juga dikenai sanksi atas dasar pasal ini.
5. Menjaga nama baik sesuai dengan kepercayaan, yang diberikan masyarakat,
bangsa dan Negara. Nama baik bisa dijaga antara lain dengan cara bekerja secara
professional, seperti mengutamakan pengabdian, mengerjakan sesuatu sesuai dengan
teori, taat pada waktu, bersemangat dan sebagainya.
Pasal 45 Undang-Undang ini menyangkut pengadaan dan pendayagunaan
sumber daya pendidikan yang harus dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan
keluarga peserta didik. Pemerintah, masyarakat dan keluarga adalah partner
penyelenggaraan pendidikan. Ketiganya patut bertanggungjawab bersama dalam
batas-batas kemampuan mereka masing-masing secara professional dalam bidang
perencanaan, pengadaan, pelaksanaan dan pengawasan. Sehingga pendidikan di
tingkat manapun tidak hanya diserahkan kepada sekolah saja untuk menanganinya.
Yang dimaksud dengan sumber daya pendidikan adalah seperti tersebut di
bawah ini :
1. Materi yang dipelajari peserta didik
2. Metode yang dipakai untuk belajar dan mengajar
3. Berbagai alat perga

24
4. Berbagai media pendidikan
5. Orang-orang seperti pengelola, guru, narasumber dan pengawas
6. Informasi pendidikan
7. Dana pendidikan
8. Sarana pendidikan
9. Prasarana pendidikan
Sementara itu yang bisa ikut ditangani oleh masyarakat atau tokoh masyarakat
dan keluarga peserta didik adalah sebagai berikut :
1. Materi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang disebut kurikulum
muatan lokal
2. Beberapa alat peraga yang ada di masyarakat dan atau yang dimiliki oleh
masyarakat/orang tua peserta didik
3. Beberapa narasumber yang ada di masyarakat, yaitu orang-orang yang memiliki
ketrampilan tertentu yang tidak dimiliki oleh sekolah
4. Masyarakat dan orang tua siswa juga berfungsi sebagai pengawas terhadap
pelaksanaan pendidikan di sekolah
5. Memberikan informasi yang bertalian dengan pendidikan
6. Membantu dana pendidikan dan ikut mencari sumber-sumber dana yang baru
7. Membantu mengembangkan prasarana dan sarana pendidikan.
Pasal yang bertalian dengan kurikulum yang perlu diberi penjelasan adalah
pasal 36 ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut : Pengembangan kurikulum dilakukan
dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Pengembangan ini harus memperhatikan (ayat 3) peningkatan
iman dan takwa (agama), peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan,
dan minat, keragaman potensi daerah, tuntutan pembangunan daerah dan nasional,
tuntutan dunia kerja perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, dinamika
perkembangan global dan persatuan nasional serta nilai-nilai kebudayaan nasional.
Menurut pasal ini ada dua macam kurikulum yaitu kurikulum nasional dan kurikulum
lingkungan setempat. Kurikulum nasional ditetapkan oleh pemerintah pusat,
sementara itu kurikulum lingkungan ditetapkan oleh lembaga-lembaga pendidikan
yang bersangkutan beserta badan lain yang berwenang untuk itu. Badan itu adalah
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
Komite Sekolah bersama-sama dengan sekolah menyelenggarakan pendidikan.
Kerjasama antara masyarakat, orang tua peserta didik dan sekolah dalam

25
menyelenggarakan pendidikan adalah sah secara hukum. Oleh sebab itu kerjasama ini
sngat pantas bila diwadahi oleh suatu badan. Dengan cara ini pengurusan
penyelenggaraan pendidikan akan menjadi lebih mudah.
Selanjutnya pada UU NO. 20 tahun 2003 Pasal 58 mengatakan evaluasi hasil
belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik. Sementara itu evaluasi peserta didik,
program dan lembaga pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang mengacu pada
criteria standar nasional.
Evaluasi hasil belajar dalam pendidikan system desentralisasi dilakukan oleh
badan atau lembaga pada tingkat desentralisasi itu. Evaluasi atau ujian akhir di
Indonesia pada waktu ini dilakukan oleh tim pendidik sekabupaten/kota. Kelak dapat
juga dilakukan oleh guru-guru pada masing-masing sekolah manakala desentralisasi
sudah ada pada tingkat sekolah. Evaluasi formatif, sumatif, dan ujian akhir haruslah
afeksi, kognisi dan psikomotor agar ada jaminan tujuan pendidikan nasional bisa
diwujudkan.

Keuntungan yang bisa dipetik pada desentralisasi pendidikan antara lain adalah :
1. Ujian akhir bisa dilakukan sendiri
2. Ujian akhir hanya diikuti oleh peserta didik di kelas terakhir di lembaga
pendidikan itu sendiri
3. Karena peserta tidak banyak, maka tidak sulit untuk menilai segala aspek
perkembangan yang dituntut oleh lembaga bersangkutan.
4. Ini berarti aspek afeksi, kognisi, dan psikomotor bisa dimasukkan ke dalam
materi ujian
5. Akibatnya setiap peserta didik akan berusaha mengembangkan dirinya pada
ketiga aspek itu secara berimbang
6. Keuntungan akhir yang didapat dari kondisi seperti ini adalah lebih mudah,
mewujudkan cita-cita bangsa untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya
yang berkepribadian Pancasila.
Walaupun keuntungan tersebut di atas akan diperoleh melalui system
desentralisasi dalam pendidikan, masih diperlukan beberapa syarat agar pendidikan
dapat berjalan dengan baik. Syarat yang dimaksud antara lain :

26
1. Kriteria bisa diterima di lembaga pendidikan di atasnya adalah kualitas
perkembangan peserta didik secara keseluruhan, yaitu afeksi, kognisi dan
psikomotor.
2. Para pendidik pada setiap lembaga pendidikan mampu menilai peserta didik
secara objektif. Artinya tidak perlu membandingkan hasil penilaian itu dengan
hasil penilaian di lembaga-lembaga pendidkan yang lain yang sejenis dan
setingkat.
3. Setiap pengelola mampu mengelola lembaga pendidikannya secara professional.

D. UNDANG-UNDANG RI NO. 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN


DOSEN
Banyak hal dalam Undang-Undang Guru dan Dosen yang belum banyak
disosialisasikan kepada masyarakat. Contohnya klasifikasi misalnya adalah dalam
wujud ijazah, sementara itu sertifikasi adalah sebagai bukti tenaga professional. Pada
makalah ini akan diuraikan beberapa pasal.
Pasal 8 berbunyi : Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sementara itu pasal 10 menyatakan
kompetensi guru mencakup pedagogic, kepribadian, sosial dan professional. Yang
menarik disini adalah pernyataan yang menekankan kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Disini guru diminta tidak hanya sekedar mengajaradah
peserta didik paham dan terampil tentang materi pelajaran yang diajarkan, melainkan
materi-materi pelajaran itu hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Itulah sebabnya guru harus mengembangkan afeksi, kognisi dan ketrampilan
peserta didik secara berimbang dan menilainya yang ketiganya dimasukkan ke dalam
rapor.
Sertifikasi diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah
(pasal 11). Ini berarti sertifikasi tidak boleh dikeluarkan oleh badan-badan atau
lembaga-lembag lain selain seperti tersebut di atas. Ketentuan ini bermaksud menjaga
mutu kualifikasi guru.
Bagi guru yang berkualits memenuhi persyaratan tersebut di atas diberi
imbalan seperti yang tertuang dalam pasal 15 yaitu gaji pokok, beserta tunjangan yang
melekat pada gaji, tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus bagi

27
yang bertugas di daerah khusus, dan maslahat tambahan. Yang dimaksud dengan
maslahat tambahan tertuang dalam pasal 19, berupa kesejahteraan seperti tunjangan
pendidikan, asuransi pendidikan beasiswa, layanan kesehatan, dan penghargaan-
penghargan tertentu. Guru juga diberi cuti seperti pegawai bisa dan tugas belajar
(Pasal 40).
Pada pasal 24 menentukan tentang pengangkatan guru. Guru pendidikan
menengah dan pendidikan khusus diangkat, ditempatkan, dipindahkan dan
diberhentikan oleh pemerintah propinsi. Sedangkan untuk guru pendidikan dasar dan
usia dini dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota.
Pada pasal 42 menguraikan tentang organisasi profesi guru yang memiliki
wewenang sebagai berikut :
1. Menetapan dan menegakkan kode etik guru
2. Memberikan bantuan hukum kepada guru
3. Memberikan perlindungan profesi guru
4. Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru
5. Memajukan pendidikan nasional

Secara umum, persyaratan untuk dosen tidak banyak berbeda dengan


persyaratan guru, seperti kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi juga dipersyaratkan
bagi dosen. Pasal 46 menyatakan dosen minimal lulusan magister untuk mengajar di
program diploma dan sarjana, dan lulusan program doktor untuk mengajar di
pascasarjana.
Pasal 48 menyebutkan untuk menduduki jabatan guru besar harus memiliki
ijazah doktor. Dengan demikian dosen nondoktor tidak diizinkan mengusul menjadi
guru besar. Maksud aturan ini adalah agar semua guru besar memiliki kualifikasi yang
bagus. Selanjutnya pasal 49 menyebutkan guru besar yang memiliki karya ilmiah atau
karya monumental sangat istimewa dalam bidangnya dan diakui secara internasional
dapat diangkat menjadi professor paripurna.
Sama dengan guru, para dosen ini juga dapat imbalan bagi yang memenuhi
semua persyaratan. Imbalan yang dimaksud adalah gaji pokok besert tunjangan yang
melekat pada gaji, tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus,
tunjangan kehormatan dan maslahat tambahan. Yang dimaksud dengan tunjangan
kehormatan adalah tunjangan yang hanya diberikan kepada dosen yang menjabat guru
besar setelah berdinas dua tahun. Di samping imbalan tersebut di atas, para dosen juga

28
diberi hak cuti seperti pegawai pada umumnya dan cuti untuk studi atau melakukan
penelitian dengan tetap menjadap gaji penuh.

Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat berpijak atau
titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan
pendidikan. Tetapi tidak semua kegiatan pendidikan dilandasi oleh aturan-aturan baku
ini, contohnya aturan cara mengajar, cara membuat persiapan, supervisi, yang
sebagian besar dikembangkan sendiri oleh para pendidik.

2.2.1 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945


Pada Pembukaan UUD 1945 yang menjadi landasan hukum pendidikan terdapat pada
Alinea Keempat yang berbunyi :
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :
 Ketuhanan Yang Maha Esa,
 kemanusiaan yang adil dan beradab,
 persatuan Indonesia, dan
 kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,
 serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 pendidikan di Indonesia seharusnya
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

2.2.2 Pendidikan Menurut Undang-Undang 1945


Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di Indonesia Pasal
pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang Undang Dasar 1945 hanya 2
pasal, yaitu pasal 31 dan 32. Pasal 31 mengatur tentang pendidikan kewajiban
pemerintah membiayai wajib belajar 9 tahun di SD dan SMP, anggaran pendidikan

29
minimal 20% dari APBN dan APBD, dan sistem pendidikan nasional. Sedangkan
pasal 32 mengatur tentang kebudayaan.

2.2.3 Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional


Undang undang ini memuat 59 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum (istilah-
istilah dalam undang-undang ini), kedudukan fungsi dan tujuan , hak-hak warga
negara untuk memperoleh pendidikan, satuan jalur dan jenis pendidikan, jenjang
pendidikan, peserta didik, tenaga kependidikan, sumber daya pendidikan, kurikulum,
hari belajar dan libur sekolah, bahasa pengantar, penilaian, peran serta masyarakat,
badan pertimbangan pendidikan nasional, pengelolaan, pengawasan, ketentuan lain-
lain, ketentuan pidana, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.
Tidak semua pasal akan dibahas pada makalah ini, salah satunya adalah Pasal 1.
1) Pasal 1 Ayat 2 berbunyi sebagai berikut : “Pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang
– Undang Dasar 45. Undang – undang ini mengharuskan pendidikan berakar pada
kebudayaan nasional yang berdasarkan pada pancasila dan Undang – Undang dasar
1945, yang selanjutnya disebut kebudayaan Indonesia saja. Ini berarti teori – teori
pendidikan dan praktek – praktek pendidikan yang diterapkan di Indonesia, tidak
boleh tidak haruslah berakar pada kebudayaan Indonesia.

2.2.4 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


Undang undang ini selain memuat pembaharuan visi dan misi pendidikan nasional,
juga terdiri dari 77 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum (istilah-istilah
terkait dalam dunia pendidikan), dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional, prinsip
penyelenggaraan pendidikan, hak dan kewajiban warga negara, orang tua dan
masyarakat, peserta didik, jalur jenjang dan jenis pendidikan, bahasa pengantar,
standar nasional pendidikan, kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana pendidikan, pendanaan pendidikan, pengelolaan pendidikan, peran serta
masyarakat dalam pendidikan, evaluasi akreditasi dan sertifikasi, pendirian satuan
pendidikan, penyelenggaraan pendidikan oleh lembaga negara lain, pengawasan,
ketentuan pidana, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.
Menurut undang-undang ini yang dimaksud dengan: “Pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional

30
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”.
2.2.5 Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
Undang undang ini memuat 84 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum (istilah-
istilah dalam undang-undang ini), kedudukan fungsi dan tujuan, prinsip
profesionalitas, seluruh peraturan tentang guru dan dosen dari kualifikasi akademik,
hak dan kewajiban sampai organisasi profesi dan kode etik, sanksi bagi guru dan
dosen yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya, ketentuan peralihan
dan ketentuan penutup.

2.2.6 Undang-Undang No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan


Undang-undang ini memuat 97 Pasal yang mengatur tentang Ketentuan Umum,
Lingkup, Fungsi dan Tujuan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi
Lulusan, Standar Pendidikan dan Tenaga Pendidikan, Standar Sarana dan Prasarana,
Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, Standar Penilaian Pendidikan, Badan
Standar Nasional Pendidikan, Evaluasi, Akreditasi, Sertifikasi, Penjamin Mutu,
Ketentuan Peralihan, Ketentuan Penutup.
Menurut Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: “Standar nasional
pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

2.2.7 Peraturan Menteri No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
2.2.8 Peraturan Menteri No. 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan
2.2.9 Peraturan Menteri No. 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksana Peraturan Menteri No.
22 dan No. 23
2.2.10 Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Kepala Sekolah
2.2.11 Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2007 dan Nomor 32 Tahun 2008 Tentang
Guru
2.2.12 Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan
2.2.13 Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian
2.2.14 Peraturan Menteri Nomor 24 Tahun 2007 dan Permen Nomor 33 Tahun 2008
tentang Standar Sarana Prasarana
2.2.15 Peraturan Menteri Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses
2.2.16 Peraturan Menteri Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Standar Isi

31
2.2.17 Peraturan Menteri Nomor 24 Tahun 2008 Tentang TU
2.2.18 Peraturan Menteri Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Perpustakaan
2.2.19 Peraturan Menteri Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Laboratorium
2.2.20 Peraturan Menteri Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kesiswaan
2.2.21 Keputusan Menteri No. 3 Tahun 2003 Tentang Tunjangan Tenaga
Kependidikan.
2.2.22 Keputusan Menteri No. 34/ U/03 Tentang Pengangkatan Guru Bantu

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan pada makalah ini yaitu psikomologis yang artinya aktivitas fisik yang
berkaitan mental dan psikologi yang sesuai dengan logika. Landasan hukum pada
pendidikan merupakan melandasi atau mendasari atau titik tolak dari sistem pendidikan.
Suatu sistem atau tindakan di katakan benar bila sejalan atau sesuai dengan hukum
yang berlaku di negara persekutuan. Negara republik indonesia mempunyai berbagai
peraturan perundang-undangan yang bertingkat, mulai dengan undang-undang dasar
1945, undang-undang, peraturan pemerintah, ketetapan, samapai dengan surat keputusan ,
semuanya mengandung hukum yang tertinggi. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian dirinya, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

32
Dan terakhir tercantum dalam ketentuan umum pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 2013, yang dimaksud dengan Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria
minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

B. SARAN
Dengan terteranya peraturan, pasal, serta landasan yang mendasar pada sistem
pendidikan, sudah dapat dipastikan bahwa pendidikan merupakan suatau sistem
pembentuk peradaban yang penting. Pendidikan merupakan dasar untuk memajukan
suatu Negara. Hanya saja terkadang masih saja ada masyarakat yang menyampingkan
pentingnya pendidikan.
Sebagai seorang mahasiswa sudah menjadi kewajiban untuk menjembatani
pendidikan dengan masyarakat yang membutuhkan. Saran yang tepat adalah mahasiswa
harus tetap mengikuti aturan atau sistem yang ada untuk membentuk tempat
pembelajaran.

33
DAFTAR PUSTAKA

Siswoyo, Dwi, dkk. 2007. Ilmu Pendidikan. UNY Press. Yogyakarta


UU Sikdiknas. 2006. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.
UU Guru dan Dosen. 2005. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2007, tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan
Peraturan Menteri Nomor 11 Tahun 2005, tentang Buku Teks Pelajaran
Pidarta, Dr. Made. 2000. Landasan Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta
Peraturan Menteri No
Mode pidarto, dkk.1991. usaha menemukan konsep-konsep baru tentang ilmu pendidikan, (
HASIL PENELITIAN). Pusat penelitian IKIP surabaya, Surabaya
http://www.warna-sahabat.com/2014/03/contoh-makalah-landasan-pendidikan.html
Freire, Paulo. 1984. “Pendidikan sebagai Praktek Pembebasan”, (terjemahan A.A. Nugroho).
PT Gramedia: Jakarta
Made Pidarta, dkk. 1991. “Usaha Menemukan Konsep-Konsep Tentang Ilmu Pendidikan di
Indonesia”. (hasil penelitian). Pusat Pendidikan IKIP Surabaya, Surabaya.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 27, 28, 29, dan 30 Tahun 1990, Tentang Pendidikan Pra
Sekolah, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi.
Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional.
Freire, Paulo. 1984. “Pendidikan sebagai Praktek Pembebasan”, (terjemahan A.A. Nugroho).
PT Gramedia: Jakarta
Garis-Garis Besar Haluan Negara, 1993
Immegart, Glenn L. and Francis J. Pilecki. 1972. “An Introduction to Systems for the
Educational Administrator”, Addison Wesley Publishing Company: California
Imran, M. 1989. “Dasar-Dasar Sosial Budaya Pendidikan”. Dep. P dan K, Ditjen PT,
P2LPTK: Jakarta
Made Pidarta, dkk. 1991. “Usaha Menemukan Konsep-Konsep Tentang Ilmu Pendidikan di
Indonesia”. (hasil penelitian). Pusat Pendidikan IKIP Surabaya, Surabaya.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 27, 28, 29, dan 30 Tahun 1990, Tentang Pendidikan Pra
Sekolah, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi.
Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional.
Pidarta, Made. 2009. LANDASAN KEPENDIDIKAN : Stimulus Ilmu Pendidikan
Bercorak Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta

34
Siswoyo, Dwi, dkk. 2007. Ilmu Pendidikan. UNY Press. Yogyakarta

Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003

Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005

http://longlifeeducation-sukses.blogspot.com/2011/04/landasan-hukum-pendidikan-bag-
1.html

http://sarahsmart.org/landasan-hukum-pendidikan-indonesia/

http://www.geocities.ws/m_win_afgani/arsip/LANDASAN_HUKUM_PENDIDIKAN.pdf
Undang-Undang Dasar 1945.
Departemen Pendidikan Nasional. UU SPN No. 2 Tahun 1989. Akses pada 22 Maret 2003
pukul 20.00.
Departemen Pendidikan Nasional. UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Akses pada 22 Maret
2003 pukul 20.55.
Departemen Pendidikan Nasional. UU Guru dan Dosen. 2005. Akses pada 22 Maret 2003
pukul 20.55.
Pidarta, Made. 2000. Landasan Kependidikan. Rineka Cipta: Jakarta
Sismanto. Landasan Kependidikan. http://mkpd.wordpress.com/2007/07/07/landasan-
kependidikan-stimulus-ilmu-pendidikan-bercorak-indonesia. akses 13 Oktober 2011 pukul
10.43.

35
INDEKS

kontruktif, 5

moralitas,, 5

pedagogik, 5, 13

standarisasi, 9

universal, 8

36
GLOSARIUM
Kontruktif adalah sebuah sikap dimana kita harus memiliki jiwa membangun untuk diri
sendiri ataupun orang lain
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan
buruk
Pendagogik adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru
Standarisasi adalah penentuan ukuran yang harus diikuti dalam melakukan sesuatu
Universal adalah berlaku untuk semua orang atau umum

37

Anda mungkin juga menyukai