Anda di halaman 1dari 24

Pendidikan Kewarganegaraan

Identitas Nasional dan Integrasi Nasional

Kelompok 2

Muhammad Najib Ridwan (5215141097)

Istia Waryani W (5215141101)

Fajar Reza Maulana (5215141121)

Muhammad Rizal Fahlevi (5215144162)

S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kemampuan,
kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang berjudul “Identitas Nasional dan
Integrasi Nasional” tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, langsung maupun tidak
langsung. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka dari itu,
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca sekalian. kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Jakarta, 1 April 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… I

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….. II

BAB I PENDAHALUAN ……………………………………………………………….. 4

1.1 Latar belakang ………………………………………………………....4


1.2 Rumusan Masalah ... ………………………………………………………5
1.3 Tujuan dan manfaat………………………………………………………… 5

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………. 6

2.1 Identitas Nasional ……………………………………………………………… 6

2.1.1 Pengertian Identitas Nasional ………………………………………6

2.1.2 Fungsi Identitas Nasional ………………………………………….. 8

2.1.3 Karakteristik Identitas Nasional …………………………………... 8

2.1.4 Identitas Nasional Indonesia ………………………………………. 9

2.1.5 Proses Pembentukan identitas nasional ………………………….. 10

2.1.6 Paham Indetitas Nasional ………………………………………. 14

2.1.7 Keterkaitan globalisasi dengan identitas nasional ………………. 15

2.2 Integrasi Nasional …………………………….……………………… 17

2.2.1 Pengertian Integrasi Nasional …………………………………… 17

2.2.2 Pentingnya integrasi nasional dalam masyarakat pluralitas ……… 19

2.2.3 Strategi Integrasi …………………………….………………… 20

BAB III PENUTUP

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri,
manusia senantiasa membutuhkan orang lain. Pada akhirnya manusia hidup secara
berkelompok-kelompok. Manusia dalam bersekutu atau berkelompok akan membentuk
suatu organisasi yang berusaha mengatur dan mengarahkan tercapainya tujuan hidup
yang besar. Dimulai dari lingkungan terkecil sampai pada lingkungan terbesar. Pada
mulanya manusia hidup dalam kelompok keluarga. Selanjutnya mereka membentuk
kelompok lebih besar lagi sperti suku, masyarakat dan bangsa. Kemudian manusia hidup
bernegara. Mereka membentuk negara sebagai persekutuan hidupnya. Negara merupakan
suatu organisasi yang dibentuk oleh kelompok manusia yang memiliki cita-cita bersatu,
hidup dalam daerah tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang sama. Negara dan
bangsa memiliki pengertian yang berbeda. Apabila negara adalah organisasi kekuasaan
dari persekutuan hidup manusia maka bangsa lebih menunjuk pada persekutuan hidup
manusia itu sendiri. Di dunia ini masih ada bangsa yang belum bernegara. Demikian pula
orang-orang yang telah bernegara yang pada mulanya berasal dari banyak bangsa dapat
menyatakan dirinya sebagai suatu bangsa. Baik bangsa maupun negara memiliki ciri khas
yang membedakan bangsa atau negara tersebut dengan bangsa atau negara lain di dunia.
Ciri khas sebuah bangsa merupakan identitas dari bangsa yang bersangkutan. Ciri khas
yang dimiliki negara juga merupakan identitas dari negara yang bersangkutan. Identitas-
identitas yang disepakati dan diterima oleh bangsa menjadi identitas nasional bangsa.
Pemerintahan di Indonesia  sudah lama menjadi mimpi buruk banyak orang di
Indonesia. Kendati pemahaman mayarakat tentang pemerintahan sangatlah  berbeda-
beda, Namun setidaknya sebagian besar dari masyarakat membayangkan bahwa dengan
adanya pemerintahan, masyarakat  akan dapat memiliki kualitas pemerintahan yang lebih
baik. Banyak di antara masyarakat-masyarakat yang ada di inonesia  membayangkan,
bahwa dengan memiliki tata kelola pemerintahan  yang lebih baik, maka kualitas
pelayanan publik menjadi semakin baik, angka korupsi menjadi semakin rendah, dan
pemerintah menjadi semakin peduli dengan kepentingan warga.

4
Dewasa ini permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia semakin komplek
dan semakin sarat. Oknum-oknum organisasi pemerintah yang seyogyanya menjadi
panutan rakyat banyak yang tersandung masalah hukum. Eksistensi pemerintahan yang
baik atau yang sering disebut good governance yang selama ini dielukan-elukan faktanya
saat ini masih menjadi mimpi dan hanyalah sebatas jargon belaka. Indonesia harus segera
terbangun dari tidur panjangnya. Maka dari itu, Pemerintah indonesia berinisiatif akan
membangun Indonesia ini dalam sistem pemerintahannya agar dapr menjadi lebih baik.
Dan menggunakan sistem pemerintahan yang berlandaskan kejujuran serta ketulusan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu idetitas dan integrasi nasioal ?
2. Apa saja karakteristik identitas nasional ?
3. Bagaimana proses pembentukan identitas nasional ?
4. Bagaimana identitas nasional Indonesia dalam globalisasi ?
5. Apa saja paham identitas nasional ?
6. Apa pentingnya integrasi nasional dalam masyarakat pluralitas ?
7. Apa strategi untuk mewujudkan integrasi nasional Indonesia ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Mengetahui pengertian identitas dan integrasi nasional
2. Mengetahui karakteristik, proses pembentukan, dan paham identits nasiona
3. Mengetahui pentingnya integrasi nasional dalam masyaakat pluralitas
4. Mengetahui strategi untuk mewujudkan integrasi nasional Indonesia
2

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Identitas Nasional

2.1.1 Pengertian Identitas Nasional

“Nasional“ berasal dari bahasa inggris National yang berarti sebagai warga
Negara atau kebangsaan. Indentitas nasional berasal dari kata National Indentity yang
diartikan sebagai kepribadian nasional atau jatidiri asional. Dan pribadi yang dimiliki
oleh suatu bangsa. Indentitas nasional itu terbentuk karena kita merasa bahwa sebagai
bangsa Indonesia mempunyai pengalaman bersama. Pada masa sebelum kemerdekaan
bangsa Indonesia mempunyai pengalaman sejarah yang sama dalam mengusir penjajah
besarnya penderitaan yang dialami bangsa Indonesia pada masa itu, baik secara fisik
maupun non fisik. Indentitas nasional juga terbentuk melalui saling adanya kerjasama
antara indentitas kelompok yang satu dengan kelompok lainnya.

Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi kebutuhanya sendiri,


manusia senantiasa membutuhkan orang lain. Pada akhirnya manusia hidup
berkelompok. Manusia dalam bersekutu atau berkelompok akan membentuk suatu
organisasi yang berusaha mengatur atau mengarahkan tercapainya tujuan hidup yang
besar. Dimulai dari lingkungan terkecil sampai pada lingkungan terbesar. Pada mulanya
manusia hidup dalam kelompok keluarga. Kemudian hidup bernegara. Mereka
membentuk Negara sebagai persekutuan hidupnya. Negara merupakan suatu organisasi
yang dibentuk oleh kelompok manusia yang memiliki cita-cita bersatu, hidup dalam
daerah tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang sama.

Negara dan bangsa memiliki pengertian yang berbeda. Apabila Negara adalah
organisasi kekuasaan dari persekutuan hidup manusia maka bangsa lebih menunjuk pada
persekutuan hidup manusia itu sendiri. Didunia ini masih ada bangsa yang belum
bernegara. Demikian pula orang-orang yang telah bernegara yang pada mulanya berasal
dari banyak bangsa dapat menyatakan dirinya sebagai suatu bangsa. Baik bangsa maupun

6
Negara memiliki ciri khas yang membedakan bangsa atau Negara tersebut dengan Negara
lain di dunia. Ciri khas sebuah Negara merupakan indentitas dari bangsa yang
bersangkutan. Indentitas-indentitas yang disepakati dan diterima oleh bangsa menjadi
indentitas nasional bangsa.

Secara harfiah . Indentitas adalah ciri-ciri, atau tanda-tanda jatidiri yang melekat
pada sesuatu atau seseorang yang membedakannya dengan yang lain. Bisa dijadikan
indentitas itu menjelaskan sesuatu,seseorang,kelompok atau suatu bangsa. Pengertian
indentitas pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-
ciri khas tersebut maka suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupanya.
Secara teoritis, seperti dikatakan Koento Wibisono, penfertian indentitas pada hakekatnya
merupakan “manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek
kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas, dengan ciri-ciri khas tersebut maka suatu
bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya”.dengan demikian indentitas
nasional suatu bangsa adalah ciri-ciri khas yang dimiliki suatu bangsa yang
membedakannya dari bangsa lainnya. Proses pembentukan indentitas nasional bukan
merupakan sesuatu yang sudah selesai, tetapi sesuatu yang terbuka dan terus berkembang
mengtikuti perkembangan zaman.

Secara umum terdapat beberapa dimensi yang menjelaskan khas suatu bangsa, antara
lain:

1. Pola Perilaku, adalah gambaran pola perilaku yang terwujud dalam kehidupan sehari-
hari, misalnya: adat istiadat, budaya, kebiasaan.

2. Lambang-lambang, adalah sesuatu yang menggambarkan tujuan dan fungsi Negara,


misalnya: lagu kebangsaan, bendera, bahasa.

3. Alat-alat Pelengkapan, adalah sejumlah perangkat atau alat-alat perlengkapan yang


digunakan untuk bangunan atau peralatan dan teknologi, misalnya: bangunan masjid,
bangunan candi,pakaian adat.

7
4. Tujuan yang ingin dicapai, indentitas yang bersumber dari tujuan ini bersifat dinamis
dan tidak tetap, mislnya: budaya unggul, prestasi dalam bidang tertentu.

2.1.2 Fungsi Identitas Nasional

Sebagaimana kita ketahui bahwa indentitas nasional itu adalah jatidiri yang
dimiliki oleh warga Negara atau suku bangsa dari suatu Negara atau Indonesia. Identitas
nasional ini diperlukan dalam interaksi. Karena dalam setiap interaksi para pelaku
mengambil suatu posisi dan berdasarkan posisi tersebut para pelaku menjalankan
peranan-peranannya sesuai dengan corak interaksi yang berlangsung, maka dalam
interaksi orang berpedoman kepada kebudayaanya. Seorang yang memilki indentitas
nasional, Ia harus bangga mengakui Indonesia sebagai negaranya, karena salah satu dari
indentitas nasional orang Indonesia adalah orang yang mempunyai peradaban yang
tinggi.

2.1.3 Karakteristik Identitas Nasional

1. Sejarah

Sebelum menjadi Negara yang modern Indonesia pernah mengalami masa kejayaan
yang gemilang pada masa kerajaan Majapahit dan Sriwijaya. Pada dua kerajaan tersebut
telah membekas pada semangat perjuangan bangsa Indonesia pada abat-abat berikutnya.

2. Kebudayaan

Aspek kebuayaan yang menjadi unsur pembentuk indentitas nasional meliputi: akal
budi, peradaban, dan pengetahuan. Misalnya sikap ramah dan santun bangsa Indonesia.

3. Suku Bangsa

Kemajemukan merupakan indentitas lain bangsa Indonesia. Tradisi bangsa Indonesia


untuk hidup bersama dalam kemajemukan yang bersfat alamiah tersebut, tradisi bangsa

8
Indonesia untuk hidup bersama dalam kemajemukan merupakan hal lain yang harus
dikembangkan dan dibudayakan.

4. Agama

Keanekaragaman agama merupakan indentitas lain dari kemajemukan dengan kata


lain, agama dan keyakinan Indonesia tidak hanya dijamin oleh konstitusi Negara, tetapi
juga merupakan suatu Rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang harus tetap dipelihara dan
disyukuri bangsa Indonesia. Menyukuri nikmat kemajemukan pemberian Allah dapat
dilakukan dengan, salah satunya sikap dan tindakan untuk tidak memaksakan keyakinan
dan tradisi suatu agama, baik mayoritas maupun minoritas, atau kelompok lainnya.

5. Bahasa

Bahasa adalah salah satu atribut indentitas nasional Indonesia. Sekalipun Indonesia
memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia (bahasa yang digunakan
bangsa melayu) sebagai bahasa penghubung (lingua franca) peristiwa sumpah pemuda
tahun 1982, yang menyatakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa
Indonesia.

6. Kasta dan Kelas

Kasta adalah pembagian sosial atas dasar agama. Dalam agama hindu para
penganutnya dikelompokkan kedalam beberapa kasta-kasta yang tertinggi adalah kasta
Brahmana (kelompok rohaniaan) dan kasta yang terendah adalah kasta Sudra (orang
biasa atau masyarakat biasa). Kasta yang rendah tidak bisa menikah dengan kasta yang
lebih tingi dan begitu juga sebaliknya.

Kelas menurut Weber ialah suatu kelompok orang-orang dalam situasi kelas yang
sama, yaitu kesempatan untuk memperoleh barang-barang dan untuk dapat menentukan
sendiri keadaan kehidupan ekstern dan nasib pribadi. Kekuasaan dan kepemilikan
merupakan komponen-komponen terpenting. Berkat kekuasaan, maka kepemilikan
mengakibatkan monopolisasi dan kesempatan-kesempatan.

9
2.1.4 Identitas Nasional Indonesia

1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia

2. Bendera Negara yaitu Sang Merah Putih

3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya

4. Lambang Negara yaitu Pancasila

5. Semboyan Negara yaitu Bhinnika Tunggal Ika

6. Dasar Falsafah Negara yaitu pancasila

7. Konstituti (Hukum Dasar) Negara yaitu UUD1945

8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat

9. Konsepsi Wawasan Nusantara

10. Kebudayaan daerah yang telah diterima Kebudayaan Nasional

2.1.5 Proses Pembentukan identitas nasional

Budaya Nasional

Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun


kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada
tahun 1945. Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas
nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:
220px-Indonesian_Culture“ Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah
perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya
upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa,
serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional
dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional

10
merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bagi Masyarakat
Pendukungnya, Semarang: P&K, 199 ”

Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-


puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan
makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada
kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional,
serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari
peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa
mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”.
Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku
bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk
mewakili identitas bersama. Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan
Nasional”

Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945
Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan
eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga
kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan
adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai
kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.

Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk


mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah
kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-
daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai
kebudayaan bangsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh
bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga
Indonesia yang sudah sadar dan mengalami persebaran secara nasional. Di dalamnya
terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru
atau hasil invensi nasional.

11
Budaya Politik

Budaya politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan


bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat
istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap
harinya. Budaya politik juga dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu
masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya.

Bagian-bagian budaya politik

Secara umum budaya politik terbagi atas tiga :

1. Budaya politik apatis (acuh, masa bodoh, dan pasif)

2. Budaya politik mobilisasi (didorong atau sengaja dimobilisasi)

3. Budaya politik partisipatif (aktif)

Tipe-tipe Budaya politik

Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya
sangat rendah. Budaya politik suatu masyarakat dapat di katakan Parokial apabila
frekuensi orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol
atau tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap keempat dimensi tersebut. Tipe
budaya politik ini umumnya terdapat pada masyarakat suku Afrika atau masyarakat
pedalaman di Indonesia. dalam masyarakat ini tidak ada peran politik yang bersifat
khusus. Kepala suku, kepala kampung, kyai, atau dukun,yang biasanya merangkum
semua peran yang ada, baik peran yang bersifat politis, ekonomis atau religius.

Budaya politik kaula (subjek),yaitu budaya politik yang masyarakat yang


bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat
pasif. Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan subyek jika terdapat frekuensi
orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek output
atau terdapat pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah.
Namun frekuensi orientasi mengenai struktur dan peranan dalam pembuatan kebijakan

12
yang dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan. Para subyek menyadari akan
otoritas pemerintah dan secara efektif mereka di arahkan pada otoritas tersebut. Sikap
masyarakat terhadap sistem politik yang ada ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah
rasa tidak suka. Intinya, dalam kebudayaan politik subyek, sudah ada pengetahuan yang
memadai tentang sistem politik secara umum serta proses penguatan kebijakan yang di
buat oleh pemerintah.

Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran


politik yang sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam
kegiatan politik. Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik yang anggota
masyarakatnya sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi penentu
budaya politik. Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik
secara umum, tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan,
dan berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung. Masyarakat cenderung di
arahkan pada peran pribadi yang aktif dalam semua dimensi di atas, meskipun perasaan
dan evaluasi mereka terhadap peran tersebut bisa saja bersifat menerima atau menolak.

Budaya Politik di Indonesia

 Hirarki yang Tegar/Ketat

Masyarakat Jawa, dan sebagian besar masyarakat lain di Indonesia, pada dasarnya
bersifat hirarkis. Stratifikasi sosial yang hirarkis ini tampak dari adanya pemilahan tegas
antara penguasa (wong gedhe) dengan rakyat kebanyakan (wong cilik). Masing-masing
terpisah melalui tatanan hirarkis yang sangat ketat. Alam pikiran dan tatacara sopan
santun diekspresikan sedemikian rupa sesuai dengan asal usul kelas masing-masing.
Penguasa dapat menggunakan bahasa 'kasar' kepada rakyat kebanyakan. Sebaliknya,
rakyat harus mengekspresikan diri kepada penguasa dalam bahasa 'halus'. Dalam
kehidupan politik, pengaruh stratifikasi sosial semacam itu antara lain tercemin pada cara
penguasa memandang diri dan rakyatnya.

 Kecendrungan Patronage

13
Pola hubungan Patronage merupakan salah satu budaya politik yang menonjol di
Indonesia.Pola hubungan ini bersifat individual. Dalam kehidupan politik, tumbuhnya
budaya politik semacam ini tampak misalnya di kalangan pelaku politik. Mereka lebih
memilih mencari dukungan dari atas daripada menggali dukungn dari basisnya.

 Kecendrungan Neo-patrimonisalistik

Salah satu kecendrungan dalam kehidupan politik di Indonesia adalah adanya


kecendrungan munculnya budaya politik yang bersifat neo-patrimonisalistik; artinya
meskipun memiliki atribut yang bersifat modern dan rasionalistik zeperti birokrasi,
perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter
patrimonial.

Ciri-ciri birokrasi modern:

 Adanya suatu struktur hirarkis yang melibatkan pendelegasian wewenang dari atas ke
bawah dalam organisasi

 Adanya posisi-posisi atau jabatan-jabatan yang masing-masing mempunyai tugas dan


tanggung jawab yang tegas

 Adanya aturan-aturan, regulasi-regulasi, dan standar-standar formalyang mengatur


bekerjanya organisasi dan tingkah laku anggotanya

 Adanya personel yang secara teknis memenuhi syarat, yang dipekerjakan atas dasar
karier, dengan promosi yang didasarkan pada kualifikasi dan penampilan.

2.1.6 Paham Indetitas Nasional

Ekspresi positif dari identitas nasional adalah patriotism, dan nasionalisme sedangkang
bentuk negatifnya adalah chauvinisme .

Perbedaan nasionalisme dan patriotisme

Nasionalisme merupakan sikap mencintai bangsa dan negara sendiri Perasaan yang
mendalam akan ikatan terhadap tanah air sebagai tumpah darah.

14
Patriotisme merupakan suatu sikap rela berkorban segala-galanya termasuk nyawa
sekalipun untuk mempertahankan dan kejayaan negara, Rela berkorban untuk
kepentingan bangsa dan Negara.

Identitas bangsa (national identity) sebagai suatu kesatuan ini biasanya dikaitkan
dengan nilai keterikatan dengan tanah air (ibu pertiwi), yang terwujud identitas atau jati
diri bangsa dan biasanya menampilkan karakteristik tertentu yang berbeda dengan
bangsa-bangsa lain, yang pada umumnya dikenal dengan istilah kebangsaan atau
nasionalisme. Ketika sikap nasionalisme dan patriotisme terpatri dalam setiap individu
bangsa indonesia bukan tidak mungkin bagaimana budaya kita dapat dilihat dimata dunia
sebagai suatu keindahan dan potensi besar yang dapat memajukan bangsa ini, sikap cinta
terhadap budaya kita serta rela berkorban apa pun agar budaya kita tidak diakui oleh
negara lain, tapi tetap memperjuangkan bagaimana budaya kita tetap menjadi jati diri
bangsa indonesia.

chauvinisme merupakan sikap Rasa cinta dan bangga yang berlebihan sehingga
mengganggap negara lain lemah, dimana kecintaan serta bangga yang berlebihan dapat
memicu kebencian serta perkelahian antar pihak atau kelompok/ bangsa dan negara, rasa
berlebihan itu sendiri dapat menurunkan martabat atau mencoreng identitas nasional itu
sendiri yang terbentuk karena proses yang panjang dan faktor-faktor luar biasa yang
membentuk nya.

2.1.7 Keterkaitan Globalisasi dengan Identitas Nasional

a. Globalisasi

Adanya Era Globalisasi dapat berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa


Indonesia. Era Globalisasi tersebut mau tidak mau, suka atau tidak suka telah datang
dan menggeser nilai-nilai yang telah ada. Nilai-nilai tersebut baik yang bersifat positif
maupun yang bersifat negatif. Ini semua merupakan ancaman, tantangan dan sekaligus
sebagai peluang bagi bangsa Indonesia untuk berkreasi, dan berinovasi di segala aspek
kehidupan.

15
Di Era Globalisasi pergaulan antar bangsa semakin ketat. Batas antar negara
hampir tidak ada artinya, batas wilayah tidak lagi menjadi penghalang. Di dalam
pergaulan antar bangsa yang semakin kental itu akan terjadi proses alkulturasi, saling
meniru dan saling mempengaruhi antara budaya masing-masing. Yang perlu kita cermati
dari proses akulturasi tersebut apakah dapat melunturkan tata nilai yang merupakan jati
diri bangsa Indoensia. Lunturnya tata nilai tersebut biasanya ditandai oleh dua faktor
yaitu :

1) Semakin menonjolnya sikap individualistis yaitu mengutamakan kepentingan


pribadi diatas kepentingan umum, hal ini bertentangan dengan azas gotong-royong.

2) Semakin menonjolnya sikap materialistis yang berarti harkat dan martabat


kemanusiaan hanya diukur dari hasil atau keberhasilan seseorang dalam memperoleh
kekayaan. Hal ini bisa berakibat bagaimana cara memperolehnya menjadi tidak
dipersoalkan lagi. Bila hal ini terjadi berarti etika dan moral telah dikesampingkan.

Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap


nilai-nilai asing yang negatif semakin besar. Apabila proses ini tidak segera dibendung
akan berakibat lebih serius dimana pada puncaknya mereka tidak bangga kepada bangsa
dan negaranya.

Pengaruh negatif akibat proses akulturasi tersebut dapat merongrong nilai-nilai


yang telah ada di dalam masyarakat kita. Jika semua ini tidak dapat dibendung maka akan
mengganggu ketahanan di segala aspek bahkan mengarah kepada kreditabilitas sebuah
ideologi. Untuk membendung arus globalisasi yang sangat deras tersebut kita harus
berupaya untuk menciptakan suatu kondisi (konsepsi) agar ketahanan nasional dapat
terjaga. Dengan cara membangun sebuah konsep nasionalisme kebangsaan yang
mengarah kepada konsep Identitas Nasional

b. Keterkaitan Globalisasi dengan Identitas Nasional.

Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat antara satu negara


dengan negara yang lain menjadi semakin tinggi. Dengan demikian kecenderungan

16
munculnya kejahatan yang bersifat transnasional menjadi semakin sering terjadi.
Kejahatan-kejahatan tersebut antara lain terkait dengan masalah narkotika, pencucian
uang (money laundering), peredaran dokumen keimigrasian palsu dan terorisme.
Masalah-masalah tersebut berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa yang selama
ini dijunjung tinggi mulai memudar. Hal ini ditunjukkan dengan semakin merajalelanya
peredaran narkotika dan psikotropika sehingga sangat merusak kepribadian dan moral
bangsa khususnya bagi generasi penerus bangsa. Jika hal tersebut tidak dapat dibendung
maka akan mengganggu terhadap ketahanan nasional di segala aspek kehidupan bahkan
akan menyebabkan lunturnya nilai-nilai identitas nasional.

Keterkaitan Integrasi Nasional Indonesia dan Identitas Nasional

Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional.


Untuk mewujudkannya diperlukan keadilan, kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah
dengan tidak membedakan ras, suku, agama, bahasa dan sebagainya. Sebenarnya upaya
membangun keadilan, kesatuan dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya
membangun dan membina stabilitas politik disamping upaya lain seperti banyaknya
keterlibatan pemerintah dalam menentukan komposisi dan mekanisme parlemen.

Dengan demikian upaya integrasi nasional dengan strategi yang mantap perlu
terus dilakukan agar terwujud integrasi bangsa Indonesia yang diinginkan. Upaya
pembangunan dan pembinaan integrasi nasional ini perlu karena pada hakekatnya
integrasi nasional tidak lain menunjukkan tingkat kuatnya persatuan dan kesatuan bangsa
yang diinginkan. Pada akhirnya persatuan dan kesatuan bangsa inilah yang dapat lebih
menjamin terwujudnya negara yang makmur, aman dan tentram. Jika melihat konflik
yang terjadi di Aceh, Ambon, Kalimantan Barat dan Papua merupakan cermin dan belum
terwujudnya Integrasi Nasional yang diharapkan. Sedangkan kaitannya dengan Identitas
Nasional adalah bahwa adanya integrasi nasional dapat menguatkan akar dari Identitas
Nasional yang sedang dibangun.

2.2 Integrasi Nasional

17
2.2.1 Pengertian integrasi nasional

Integrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan
pemerintah dan wilayahnya (Saafroedin Bahar,1998). “Mengintegrasikan” berarti
membuat untuk atau menyempurnakan dengan jalan menyatukan unsur-unsur yang
semula terpisah-pisah. Menurut Howard Wrigins (1996), integrasi berarti penyatuan
bangsa-bangsa yang

berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau
memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa. Jadi
menurutnya, integrasi bangsa dilihatnya sebagai peralihan dari banyak masyarakat kecil
menjadi satu masyarakat besar.

Tentang integrasi, Myron Weiner (1971) memberikan lima definisi mengenai integrasi,
yaitu:

1. Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial
dalam satu wilayah dan proses pembentukan identitas nasional, membangun rasa
kebangsaan dengan cara menghapus kesetiaan pada ikatan-ikatan yang lebih sempit.

2. Integrasi menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat di


atas unit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakan kelompok-kelompok sosial
budaya masyarakat tertentu.

3. Integrasi menunjuk pada masalah menghubungkan antara pemerintah dengan yang


diperintah. Mendekatkan perbedaanperbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada
kelompok elit dan massa.

4. Integrasi menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimum yang
diperlukan dalam memelihara tertib sosial.

5. Integrasi menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan yang diterima
demi mencapai tujuan bersama.

Sejalan dengan definisi tersebut, Myron Weiner membedakan 5 (lima) tipe


integrasi yaitu integrasi nasional, integrasi wilayah, integrasi nilai, integrasi elit-massa,

18
dan integrasi tingkah laku (tindakan integratif).Integrasi merupakan upaya menyatukan
bangsa-bangsa yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi satu keseluruhan yang lebih
utuh, atau memadukan masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi satu bangsa.

Howard Wriggins (1996) menyebut ada 5 (lima) pendekatan atau cara bagaimana
para pemimpin politik mengembangkan integrasi bangsa. Kelima pendekatan yang
selanjutnya kami sebut sebagai faktor yang menentukan tingkat integrasi suatu negara
adalah: 1) adanya ancaman dariluar, 2) gaya politik kepemimpinan, 3) kekuatan lembaga-
lembaga politik,4) ideologi nasional, dan 5) kesempatan pembangunan ekonomi.

Hampir senada dengan pendapat di atas, Sunyoto Usman (1998) menyataka bahwa suatu
kelompok masyarakat dapat terintegrasi apabila, 1)masyarakat dapat menemukan dan
menyepakati nilai-nilai fundamental yang dapat dijadikan rujukan bersama, 2)
masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus memiliki “croos cutting affiliation”
sehingga menghasilkan “croos cutting loyality”, dan 3) masyarakat berada di atas saling
ketergantungan di antara unit-unit sosial yang terhimpun di dalamnya dalam pemenuhan
kebutuhan ekonomi.

2.2.2 Pentingnya integrasi nasional dalam masyarakat pluralitas

Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi setiap negara.
Sebab integrasi masyarakat merupakan kondisi yang diperlukan bagi negara untuk
membangun kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang diharapkan. Ketika
masyarakat suatu Negara senantiasa diwarnai oleh pertentangan atau konflik, maka akan
banyak kerugian yang diderita, baik kerugian berupa fisik materiil seperti kerusakan
sarana dan prasarana yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, maupun kerugian mental
spiritual seperti perasaan kekawatiran, cemas,ketakutan, bahkan juga tekanan mental
yang berkepanjangan.

Di sisi lain banyak pula potensi sumber daya yang dimiliki oleh negara, yang
mestinya dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan
masyarakat, harus dikorbankan untuk menyelesaikankonflik tersebut. Dengan demikian
negara yang senantiasa diwarnai konflik di dalamnya akan sulit untuk mewujudkan
kemajuan.

19
Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin
diwujudkan, karena setiap masyarakat di samping membawakan potensi integrasi juga
menyimpan potensi konflik atau pertentangan.Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk
bekerjasama, serta consensus tentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat, merupan
potensi yang mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-perbedaan yang ada dalam
masyarakat seperti perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya,dan perbedaan
kepentingan adalah menyimpan potensi konflik, terlebih apabila perbedaan-perbedaan itu
tidak dikelola dan disikapi dengan cara dan sikap yang tepat. Namun apapun kondisinya
integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangan dibutuhkan untuk membangun
kejayaan bangsa dan negara, dan oleh karena itu perlu senantiasa diupayakan.

Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat berarti kegagalan untuk


membangun kejayaan nasional, bahkan dapat mengancam kelangsungan hidup bangsa
dan negara yang bersangkutan.Sejarah Indonesia adalah sejarah yang merupakan proses
dari bersatunya suku-suku bangsa menjadi sebuah bangsa. Ada semacam proses
konvergensi, baik yang disengaja atau tak disengaja, ke arah menyatunya suku-suku
tersebut menjadi satu kesatuan negara dan bangsa.(Sumartana dkk, 2001:100).

2.2.3 Strategi Integrasi

Masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami oleh semua negara,
terutama adalah negara-negara berkembang. Dalam usianya yang masih relatif muda
dalam membangun negara bangsa (nation state),ikatan antara kelompok-kelompok yang
berbeda dalam negara masih rentan dan mudah tersulut untuk terjadinya pertentangan
antar kelompok. Di samping itu masyarakat di negara berkembang umumnya memiliki
ikatan primordial yang masih kuat. Kuatnya ikatan primordial menjadikan masyarakat
lebih terpancang pada ikatan-ikatan primer yang lebih sempit seperti ikatan keluarga,
ikatan kesukuan, ikatan sesama pemeluk agama, dan sebagainya. Dengan demikian upaya
mewujudkan integrasi nasional yang notabene mendasarkan pada ikatan yang lebih luas
dan melawati batas-batas kekeluargaan, kesukuan, dan keagamaan menjadi sulit untuk
diwujudkan.

20
Dalam rangka mengupayakan terwujudnya integrasi nasional yang mantap ada
beberapa strategi yang mungkin ditempuh, yaitu:

1. Stategi Asilmilasi

2. Strategi Akulturasi

3. Strategi Pluralis

Ketiga strategi tersebut terkait dengan seberapa jauh penghargaan yang diberikan
atas unsur-unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat.

Strategi asimilasi, akulturasi, dan pluralisme masing-masing menunjukkan


penghargaan yang secara gradual berbeda dari yang paling kurang, yanglebih, dan yang
paling besar penghargaannya terhadap unsur-unsur perbedaan dalam masyarakat, di
dalam upaya mewujudkan integrasi nasional tersebut.

1. Strategi Asimilasi

Asimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih menjadi
satu kebudayaan yang baru, di mana dengan percampuran tersebut maka masing-masing
unsur budaya melebur menjadi satu sehingga dalam kebudayaan yang baru itu tidak
tampak lagi identitas masing-masing budaya pembentuknya. Ketika asimilasi ini menjadi
sebuah strategi integrasi nasional, berarti bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya
dengan mengupayakan agar unsur-unsur budaya yang adadalam negara itu benar-benar
melebur menjadi satu dan tidak lagimenampakkan identitas budaya kelompok atau
budaya lokal.

2. Strategi Akulturasi

Akulturasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih


sehingga memunculkan kebudayaan yang baru, di mana ciri-ciri budaya asli
pembentuknya masih tampak dalam kebudayaan baru tersebut.

3. Strategi Pluralis

21
Paham pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnya perbedaan dalam
masyarakat. Paham pluralis pada prinsipnya mewujudkan integrasi nasional dengan
memberi kesempatan pada segalaunsur perbedaan yang ada dalam masyarakat untuk
hidup dan berkembang.

22
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara harfiah . Indentitas adalah ciri-ciri, atau tanda-tanda jatidiri yang melekat pada
sesuatu atau seseorang yang membedakannya dengan yang lain. Bisa dijadikan indentitas
itu menjelaskan sesuatu,seseorang,kelompok atau suatu bangsa. Pengertian indentitas
pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang
dalam aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri khas
tersebut maka suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupanya.

Proses pembentukan indentitas nasional bukan merupakan sesuatu yang sudah


selesai, tetapi sesuatu yang terbuka dan terus berkembang mengtikuti perkembangan
zaman. Secara umum terdapat beberapa dimensi yang menjelaskan khas suatu bangsa,
antara lain: Pola perilaku, lambang-lambang, alat-alat perlengkapan, tujuan yag ingin
dicapai

Integrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan
pemerintah dan wilayahnya (Saafroedin Bahar,1998). “Mengintegrasikan” berarti
membuat untuk atau menyempurnakan dengan jalan menyatukan unsur-unsur yang
semula terpisah-pisah. Menurut Howard Wrigins (1996), integrasi berarti penyatuan
bangsa-bangsa yang

berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau
memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa.

23
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pengertianpakar.com/2015/03/pengertian-dan-unsur-identitas-nasional.html

http://achmadghozaliash.blogspot.co.id/

http://ilhamberkuliah.blogspot.co.id/2015/09/makalah-identitas-nasional.html

http://astridianti.blogspot.co.id/2015/04/identitas-nasional-indonesia-a.html

http://niawidiawati.blogspot.co.id/2015/04/identitas-nasional-dan-contoh.html

https://hendrabegundal.wordpress.com/2012/09/26/identitas-nasional-ppkn/

http://princesmala.blogspot.co.id/2012/06/identitas-nasional.html

http://thetaphizevo.blogspot.co.id/2013/06/makalah-kewarganegaraan-identitas.html

https://putriwindu.wordpress.com/2012/04/29/integrasi-nasional/

http://www.pengertianilmu.com/2015/07/normal-0-false-false-false-en-us-x-none27_93.html

http://indonesia184.blogspot.co.id/2015/05/integrasi-nasional.html

24

Anda mungkin juga menyukai