Oleh :
Drs. I Nyoman Ngidep Wiyasa, M.Si
I Made Sumantra, S.Sn.
2. Ketua Peneliti
a. Nama lengkap dengan gelar
b. Pangkat/Golongan/NIP
c. Jabatan Sekarang
d. Fakultas
e. Universitas
f. Alamat Kantor
g. Telepon/Faks/E-mail
3. Jumlah Peneliti
4. Lokasi Penelitian
5. Kerja sama
6. Jangka Waktu Penelitian
7. Biaya Penelitian
A.n. Dekan
Pembantu Dekan I, FSRD ISI Denpasar
Menyetujui
Kepala Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat ISI Denpasar
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian
yang berjudul Kerajinan Perak Di Desa Celuk : Kajian Aspek Disain Dan
Inovasinya.
Pada kesempatan yang baik ini, perkenankan penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dekan Fakultas Seni Rupa Dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar.
2. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Institut Seni
Indonesia Denpasar.
3. Bapak Kepala Desa Celuk, atas segala fasilitas dan informasi yang
diberikannya ketika penulis melakukan penelitian.
4. Rekan-rekan dosen di Fakultas Seni Rupa Dan Desain, Institut Seni Indonesia
Denpasar, yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, yang telah
memberikan refrensi dan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penelitian
ini.
5. Bapak Nyoman Pica, Wayan Sumerti, dan perajin perak lainnya, yang tidak
bisa disebutkan namanya satu persatu, yang telah banyak memberikan
informasi mengenai keberadaan kerajinan perak di Desa Celuk, jika dikaji
BAB I
PENDAHULUAN
lain : Badung, Buleleng, Klungkung, Bangli, dan Desa Celuk Kabupaten Gianyar.
Desa Celuk sebagai pusat kerajinan perak tersbesar di Bali dewasa ini, sudah
terkenal di Mancanegara.
Bentuk dan jenis-jenis kerajinan perak yang diproduksi oleh perajin Desa
Celuk dewasa ini sangat beragam antara lain : anting-anting, liontin, bross, gelang,
kalung, tempat lilin, tempat tisu, dan berbagai bentuk cendramata (souvenir) untuk
memenuhi kebutuhan pariwisata, baik domistik maupun asing. Produk kerajinan
perak tersebut di disain dengan memadukan unsur-unsur motif tradisional Bali
yang sudah ada sebelumnya, dengan menyerap unsur-unsur disain modern,
sehingga menghasilkan berbagai produk yang kreatif dan inovatif, yang memiliki
kekhasan tersendiri, sehingga bisa bersaing di pasaran, baik lokal, nasional,
maupun global. Kemampuan dalam mengorganisasikan elemen-elemen seni rupa
seperti garis, bidang, warna, tektur, ruang, dan prinsip-prinsip penyusunan seperti:
komposisi, proporsi, kesatuan, kontras, irama, dan keseimbangan, sangat
dibutuhkan dalam membuat rancangan disain (Fadjar Sidik, 1981 : 25).
Disain yang inovatif memiliki dasar kreatif dalam mencermati gejala
sosial, budaya, ekonomi dari masyarakat, sehingga memiliki karakteristik atau
identitas budaya. Perajin perak Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Kabupaten
Gianyar terus melakukan berbagai upaya dalam mengembangkan disain-disain
baru yang kreatif dan inovatif, dalam memenuhi kebutuhan pasar pariwisata yang
sangat kompetitif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kerajinan perak sebenarnya tidak jauh berbeda dengan karya seni yang
lainnya, yakni merupakan media ekspresi untuk mengungkapkan ide, perasaan
serta pengalaman estetis seniman dan perajin, akan tetapi yang berbeda adalah
dalam pemanfaatan material. Kerajinan perak sebagai bagian dari seni rupa,
disamping memiliki nilai praktis, ekonomis, juga nilai estetis. Kerajinan perak
Bali sudah dikenal sejak lama, dimana pada masa lalu diperuntukkan sebagai alatalat perlengkapan upacara
kerajaan. Bentuknya menekankan pada fungsi kegunaan dengan ragam hias yang
mengandung nilai simbolis, sosial, dan juga nilai estetis. Beberapa jenis produk
kerajinan perak pada masa tersebut yang diperuntukkan sebagai perlengkapan
upacara agama Hindu adalah sejenis kendi, guci, penastaan, genta, sibuh, canting,
saab, dulang, bokor dan sebagainya.
Sementara itu, berbagai jenis produk kerajinan sejenis giwang, badong,
cucuk konde, cincin, anting-anting, danganan keris, dan sebagainya merupakan
benda-benda yang bernilai sosial tinggi, karena diperuntukkan terhadap raja-raja
atau kaum bangsawan. Dengan demikian keberadaan benda-benda kerajinan perak
di masa lalu dibuat sebagai pengabdian baik untuk kepentingan spiritual maupun
sosial (Lodra, 2002 : 48).
Perkembangan pariwisata turut membawa perkembangan kerajinan perak
Bali, hal ini bisa dilihat dari aspek bentuk, jenis, fungsi, maupun maknanya bagi
masyarakat. Kerajinan perak Bali memperlihatkan bentuk, jenis, fungsi, yang
sangat beragam, dengan makna tidak hanya simbolis, akan tetapi juga makna
estetis, ekonomis, dan sosial budaya.
Sedangkan
hal itu saling berkaitan dengan sistem kepercayaan dan pengetahuan yang ada,
sehingga bisa diterima dan terpadu dalam kebudayaan yang ada pada masyarakat
bersangkutan.
Inovasi berlaku pada semua bidang kehidupan baik, sosial, budaya,
kesenian, termasuk kerajinan perak yang ada di Desa Celuk, yakni para perajin
mengembangkan kreativitas seninya dengan cara/teknik baru, yakni memadukan
unsur-unsur motif tradisional Bali, dengan unsur-unsur seni modern, sehingga
tercipta kerajinan perak dengan disain yang kreatif dan inovatif yang bisa
memenuhi selera konsumen.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.1
Observasi
Pengumpulan data dengan observasi dilakukan melalui pengamatan
langsung terhadap objek yang diteliti, yakni kerajinan perak yang ada di Desa
Celuk, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar yang ditinjau dari aspek disain
dan inovasi-inovasinya, sehingga terwujud disain dan karya-karya baru. Hal ini
10
dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap berkenaan dengan keadaan yang
sesungguhnya di lapangan.
3.2.2 Wawancara
Metode ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang lengkap
dari beberapa orang narasumber, yang mengerti tentang perkembangan kerajianan
perak di Desa Celuk, baik dari kalangan perajin perak, pemilik art shop, dan
tokoh-tokoh masyarakat lainnya yang berkecimpung dalam bidang tersebut. Jenis
wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam dengan membuat
catatan tentang pokok-pokok permasalahan yang akan ditanyakan sesuai dengan
tujuan penelitian.
3.2.3
Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data melalui sejumlah
pustaka, dalam hal ini peneliti akan menelaah beberapa literatur baik berupa buku
disain, jurnal, majalah yang memuat kerajinan dan gambar disain perak, maupun
surat kabar, yang ada signifikansinya terhadap penelitian.
3.3 Dokumentasi
Adalah bukti-bukti tertulis atau benda-benda peninggalan yang berkaitan
dengan peristiwa
11
BAB IV
12
13
4.1.2
Provinsi Bali. Desa Celuk letaknya sangat strategis, yang mempunyai arti
tersendiri bagi masyarakat Desa Celuk, sebagai penunjang pariwisata dan sebagai
tujuan kunjungan parwisata Bali bagian timur. Luas Desa Celuk seluruhnya
14
sekitar 247,56 Ha, yang terdiri dari persawahan, tegalan, pemukiman penduduk,
dan artshop-artshop. Secara teritorial berbatasan dengan :
Sebelah utara Sungai Wos, sebelah timur sungai Wos, sebelah selatan
berbatasan dengan Desa Guwang, dan Desa Batubulan Kangin. Sedangkan di
sebelah barat berbatasan dengan Desa Singapadu dan Desa Batubulan. Daratan
Desa Celuk, berbentuk landai, tidak berbukit dan terletak lebih kurang 72 meter
dari permukaan laut. Tanahnya sangat subur dan produktif dengan sumber air dari
sungai wos, sehingga menjadi incaran banyak orang, yang memiliki banyak uang
untuk bermukim di wilayah tersebut.
Dilihat dari pola pemukiman masyarakat Desa Celuk memperlihatkan pola
pemukiman mengelompok, serta rumah-rumah tempat tinggal penduduk terletak
berjejer di pinggir jalan, dan terhimpun dalam suatu pekarangan rumah. Dalam
suatu pekarangan rumah terdapat berbagai bangunan yang dapat dibedakan
menjadi kelompok bangunan tempat pemujaan (tempat suci), dan kelompok
bangunan tempat tinggal (rumah). Selain itu muncul pula jenis bangunan berupa
artshop-artshop untuk memajang hasil produk kerajinan perak dan emas yang
menjadi mata pencaharian utama masyarakat Desa Celuk.
pencaharian
merupakan
sumber
penghidupan
dalam
suatu
15
lain : sebagai perajin perak dan emas, pedagang, peternak, dan sebagainya, yang
dapat meningkatkan kesejahteraan hidup.
Ciri agraris juga masih tetap terlihat, karena masyarakat Desa Celuk juga
cukup banyak bekerja pada sektor pertanian. Sejalan dengan perkembangan Desa
Celuk sebagai daerah penunjang dan sekaligus sebagai daerah kunjungan wisata,
maka berkembang pula jenis pekerjaan disektor lain yaitu, sebagai perajin perak,
emas dan sebagai wiraswasta. Desa Celuk memiliki sumber daya alam yang
sangat potensial bila dikembangkan dan dijadikan sumber mata pencaharian
penduduk. Mata pencaharian penduduk Desa Celuk ada di beberapa sektor antara
lain sebagai berikut.
Sektor pertanian, dalam hal ini pertanian lahan basah tetap menjadi mata
pencaharian sebagian penduduk desa. Areal persawahan di Desa Celuk cukup
luas, dengan menerapkan pola tanam padi, dan sayur-sayuran. Pertanian lahan
kering terutama tegalan dan pekarangan tersedia cukup luas, ditanami berbagai
jenis buah-buahan lokal seperti pisang, kelapa, mangga, dan pepaya.
Sektor kerajinan perak dan emas menjadi mata pencaharian andalan
masyarakat Desa Celuk, karena sebagian besar penduduk menekuni pekerjaan ini,
dan menunjukkan perkembangan cukup signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini
bisa dilihat dari adanya peningkatan jumlah pemilik usaha kerajinan perak dan
emas di desa tersebut dewasa ini. Meningkatnya minat generasi muda yang
berkecimpung dalam bidang kerajinan perak dan emas, bisa menambah
pendapatan masyarakat, secara tidak langsung mengurangi jumlah pengangguran.
16
17
18
19
Pada mulanya kerajinan perak ini hanya dikerjakan oleh segelintir orang,
yakni dari klen Pande (soroh pande), kemudian setelah banyaknya permitaan
wisatawan,
menjadikan
semakin
bertambahnya
volume
kerja
perajin,
menyebabkan orang di luar klen Pande pun juga ikut mengerjakan kerajinan
perak, baik yang ada di sekitar lingkungan desanya sendiri maupun di luar desa
tersebut (Geriya dalam Muryana, 2006 : 74). Banyaknya permitaan akan barangbarang seni terutama kerajinan perak, baik yang dipesan langsung maupun tidak
langsung oleh wisatawan, mampu memperkaya beragam bentuk dan jenis
produksi kerajinan seperti halnya kerajinan perak di Desa Celuk, dalam
menciptakan produk dengan disain-disain baru yang inovatif, masih tetap
memperlihatkan kekhasan kerajinan perak Bali.
Dengan
berkembangnya
bentuk,
tentu
menyebabkan
adanya
perkembangan fungsi maupun makna dari kerajinan perak tersebut. Pada mulanya
hanya membuat peralatan keperluan upacara keagamaan
seperti : sangku,
20
4.3.1 Ide
Ide atau gagasan menjadi dasar panduan dalam penciptaan seni kerajinan
perak. Ide atau gagasan bisa berasal dari hal-hal yang abstrak, yaitu sesuatu yang
hanya bisa dibayangkan dan dipersepsi oleh pikiran seperti terdapat dalam ceritacerita, mitos dan dongeng. Sementara itu, tema bisa juga terinspirasi dari hal-hal
yang kongkret yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari (Djelantik, 2004 : 17).
Kerajinan perak Desa Celuk terinspirasi dari motif hias Bali seperti motif
primitif,
geometris,
flora
(tumbuh-tumbuhan),
dan
motif
hias
yang
menggambarkan makhluk hidup. Motif hias tradisional Bali diolah dan dipadukan
dengan unsur-unsur seni modern, sehingga menghasilkan bentuk disain baru yang
kreatif dan inovatif yang tetap memiliki kekhasan Bali.
4.3.2 Bentuk
Bentuk yang dimaksudkan dalam kerajinan perak Desa Celuk adalah hasil
dari suatu tindakan kreatif yang dipandu oleh gagasan atau ide dari dalam diri
yang lebih dikenal dengan faktor internal, dan pengaruh dari luar sebagai akibat
pengaruh modernisasi yang sering disebut faktor eksternal, termasuk di dalamnya
adalah material-material lain yang menunjang, sehingga terwujud bentuk
kerajinan perak yang variatif dan inovatif yang bisa bersaing di pasar global.
Bila dicermati perwujudan suatu bentuk kerajinan perak Desa Celuk,
melibatkan unsur-unsur seni rupa antara lain seperti titik, garis, bidang, ruang,
warna, dan tekstur. Kerajinan perak Desa Celuk memperlihatkan bentuk atau
wujud yang sifatnya statis, dan dinamis. Yang statis artinya wujud atau bentuk
yang sudah tidak bisa dikembangkan lagi, karena bentuk erat kaitannya dengan
21
fungsi ataupun makna yang terkandung dalam bentuk, atau wujud tersebut, dan
merupakan suatu hal yang baku seperti bentuk-bentuk peralatan upacara.
Kemudian
dalam
perkembangan
selanjutnya
kerajinan
perak
Celuk
22
yang mencerminkan budaya primitif. Pada masa kehidupan primitif dapat kita
jumpai pada karya-karya berupa torehan gambar atau lukisan pada dinding guagua.
Dari motif-motif ini bisa diketahui adanya unsur-unsur motif geometris
yang mendominasi karya-karya masa lampau, yang kini masih banyak diterapkan
pada produk kerajinan perak Desa Celuk, terutama pada produk perhiasan seperti
: gelang, anting-anting, kalung, liontin, cincin, dan peralatan rumah tangga. Garisgaris geometris tersebut berupa garis zigzag, relung, pilin, miander, dan garis
silang, yang disusun menyerupai motif kadal, cecak, topeng, yang disesuaikan
dengan disain produk tersebut.
4.3.3.2 Motif Hias Tumbuh-tumbuhan (flora)
Motif hias tumbuhan-tumbuhan bersumber dari alam tumbuh-tumbuhan
atau flora, yang digambarkan dalam bentuk perwujudan daun-daun, bunga-bunga,
tangkai, dan buah yang dipolakan secara berulang-ulang sehingga menjadi motif
tumbuh-tumbuhan,
di
Bali
lebih
dikenal
dengan
istilah
pepatran.
23
4.3.4 Teknik
Dalam mewujudkan seni kerajinan perak, ada beberapa cara-cara atau
teknik yang dilakukan oleh perajin perak yang ada di Desa Celuk antara lain : (1)
teknik granulasi, adalah teknik pembuatan perhiasan dari perak yang
24
4.3.5 Bahan
Produk kerajinan yang ada di Desa Celuk memanfaatkan bahan dari perak
(silver) dengan kadar 900, dan material lainnya sebagai pendukung. Material
pendukung kerajinan perak Celuk antara lain : gading, batok kelapa, batu permata,
kayu, dan kerang laut. Perak, adalah logam berat yang dalam bahasa latin disebut
argentum dengan lambang Ag. Dalam buku Proses Pengerjaan Kriya Logam
diuraikan : perak sebagaimana emas dan platina adalah termasuk logam mulia
yaitu logam yang berharga dari logam lainnya, warnanya hampir putih,
mengkilap, lunak, dan dapat ditempa (Sukarman,1984: 35). Logam perak,
memiliki karakter dan sifat-sifat yaitu : selain warnanya putih mengkilap, perak
juga dapat dipolis menjadi sangat halus. Perak dapat diproses dengan cara dituang,
ditempa, direnggang dan digiling dengan mudah, dan dapat
25
dibuat menjadi
4.3.6 Pasar
Pada awalnya pemasaran barang-barang kerajinan perak Desa Celuk
sangat terbatas, pangsa pasarnya bersifat lokal, karena membuat produk untuk
kepentingan upacara keagamaan seperti : canting, bokor, sangku, dulang,
penastaan dan sebagainya. Begitu pula sistem pemasarannya dengan cara
menjajakan ke rumah-rumah dan melalui pesanan dengan harga yang bervariasi.
Bali kaya akan berbagai jenis produk kerajinan, antara lain : kerajinan
kayu, batu padas, logam, keramik, tulang, kerang, dan sebagainya. Sejak Bali
dijadikan sebagai daerah tujuan wisata, secara tidak langsung juga dijadikan pasar
produk kerajinan yang datang dari luar daerah Bali seperti : Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Lombok bahkan Papua. Hal ini disebabkan oleh karena Bali
dijadikan sebagai barometer keparwisataan Indonesia, yang sekaligus menjadi
pusat pemasaran produk kerajinan yang memiliki daya tarik tersendiri bagi
wisatawan, baik domistik maupun mancanegara.
Demikian pula halnya dengan seni kerajinan perak yang ada di Desa Celuk,
yang cukup dikenal oleh berbagai kalangan, dalam memasarkan berbagai jenis
26
produknya tersebut tidak terlalu menjadi masalah, oleh karena kawasan desa
tersebut sudah menjadi pusat dan tujuan kunjungan wisatawan. Barang-barang
produk kerajinan Desa Celuk biasanya dipajang di toko-toko seni (artshopartshop) yang ada disepanjang Jalan Raya Celuk Sukawati. Banyak tamu-tamu
yang datang, baik domistik maupun asing yang berminat dengan produk tersebut,
biasanya lagsung memesan. Tamu-tamu asing yang sering memesan kerajinan
perak Desa Celuk antara lain : Malaysia. Korea, Jepang, Australia, Italia, Amerika
dan Eropa.
Lebih-lebih dengan pesatnya kemajuan teknologi, berbagai produk bisa
diakses dan dipasarkan lewat jasa internet, faximille, dengan demikian para
pemesan tidak perlu datang jauh-jauh ke Bali, termasuk datang ke Desa Celuk,
untuk memesan dan melihat secara langsung berbagai produk kerajinan yang
menggunakan bahan dari perak yang beridentitaskan Bali.
4.4 Kerajinan Perak Celuk Kaya Inovasi Dalam Mewujudkan Disain Baru
Disain juga mengandung pengertian sebagai suatu kreasi seniman untuk
memenuhi kebutuhan tertentu dengan cara tertentu pula. Perkembangan disain
merupakan suatu tahapan transformasi disain-disain sebelumnya yang lebih
menekankan pada unsur dekoratif dan fungsi. Disain dalam praktiknya kerap
semakna
dengan
kata
craft
(keterampilan
adiluhung),
sebagai
seni
berketerampilan tinggi (art and craft). Disain sebagai salah satu manifestasi
kebudayaan yang berwujud dan merupakan produk nilai-nilai zamannya, yang
dikaitkan dengan nilai-nilai kontekstual yang menyuarakan kebudayaan.
27
pula
dengan
kerajinan
perak
Desa
Celuk,
dalam
perkembangannya seperti yang bisa kita lihat dewasa ini, tidak terlepas dari proses
alkulturasi, sebagai pengaruh budaya asing terutama pariwisata, yang terus
direspon oleh perajin Bali terutama Celuk, antara lain, mengenai konsep-konsep
seni, rancangan/disain, teknik, penerapan elemen-elemen seni rupa, sehingga
menghasilkan bentuk-bentuk disain baru (modern) yang lebih praktis, tepat guna,
ekonomis dan bisa mensejahterakan masyarakat.
Dalam menciptakan produk kerajinan perak yang bersifat parktis, estetis,
dan ekonomis, perlu dilakukan inovasi-inovasi baru sehingga tercipta produk baru
yang variatif. Inovasi dilakukan secara sengaja untuk menemukan suatu bentuk
28
dan nilai baru dengan tetap mengindahkan nilai lama. Inovasi atau penemuan baru
bisa berupa ide baru, alat baru, yang diciptakan oleh seorang individu atau
kelompok masyarakat bersangkutan. Dasar dari inovasi ini adalah kreativitas yang
berhubungan dengan ide, inspirasi spontan, pemikiran baru, sesuatu yang tidak
biasa, dan dengan membuat sesuatu yang baru mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat luas.
Munculnya ide baru dalam membuat disain dan karya baru khususnya
dalam bidang seni kerajinan, merupakan inovasi. Suatu penemuan atau inovasi
mempunyai makna sosial jika hal itu saling berkaitan dengan sistem kepercayaan
dan pengetahuan yang ada, sehingga bisa diterima dan terpadu dalam kebudayaan
yang ada pada masyarakat bersangkutan.
Upaya pengembangan seni kerajinan perak Celuk mengandung nilainilai inovasi. Inovasi ini berlaku pada semua bidang sosial, budaya, kesenian,
termasuk kerajinan perak yang ada di Desa Celuk, yakni para perajin
mengembangkan kreativitas seninya dengan teknik baru, yakni memadukan
unsur-unsur motif tradisional Bali, dengan unsur-unsur seni modern, sehingga
tercipta kerajinan perak dengan disain yang kreatif dan inovatif, dan bisa
memenuhi selera konsumen, baik lokal, nasional maupun global.
29
Gambar 1.
Proses Kerja Kerajinan perak
Gambar 2.
Proses ngaud membuat kawat perak
30
Gambar 3.
Model Anting-anting
Bahan perak kombinasi gading
31
Gambar 4.
Model Kalung
Bahan perak kombinasi gading dan permata
32
Gambar 5.
Model Bross
Bahan perak kombinasi gading
33
Gambar 6.
Model Liontin
Bahan perak kombinasi gading dan permata
34
Gambar 7.
Model Gelang dan Cincin
Bahan perak
35
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari uraian tentang Kerajinan Perak di Desa Celuk : Kajian Aspek Disain
dan Inovasinya , dapat ditarik kesimpulan, kerajinan perak yang ada Desa Celuk
telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan. Kerajinan perak Desa
Celuk sebagaimana halnya kerajinan perak Bali, pada awalnya membuat barang
barang untuk keperluan upacara keagamaan dan sosial antara lain seperti : bokor,
dulang, canting, sangku, penastaan, dan sibuh, yang bersifat sakral religius,
sedangkan untuk kepentingan sosial seperti : badong, gelang, cincin, subang dan
sebagainya.
Adanya pengaruh asing lewat pariwisata, lebih-lebih daerah Bali dijadikan
sebagai tujuan kunjungan wisatawan, berdampak positif terhadap kerajinan perak
Bali terutama Desa Celuk, mulai menghasilkan produk kerajinan perak yang
bersifat praktis, estetis, profan, ekonomis, yang bisa memenuhi kebutuhan
konsumen tidak hanya lokal Bali, akan tetapi mancanegara (pasar global).
Pengaruh pariwisata menjadikan perkembangan bentuk kerajinan perak Desa
Celuk, cukup beragam seperti : gelang, kalung, cincin, anting, anting, bross,
liontin, asesoris, dan peralatan rumah tangga.
Para perajin perak Desa Celuk dalam membuat disain menerapkan motif
hias geometris, tumbuh-tumbuhan (flora), dan makhluk hidup, yang bernuansa
lokal Bali. Motif-motif tersebut tetap dijadikan acuan, akan tetapi sudah diolah
36
5.2 Saran
Para perajin perak Desa Celuk diharapkan mampu mengembangkan seni
kerajinan perak secara berkelanjutan, dengan pengolahan motif hias tradisional
Bali yang sudah ada sebelumnya, dielaborasikan dengan unsur-unsur seni modern,
sehingga terwujud seni kerajinan perak, dengan beragam bentuk disain baru yang
kreatif dan inovatif. Dalam pasar global terjadi persaingan yang ketat, menuntut
perajin bekerja keras dalam menciptakan produk kerajinan yang memiliki
kekhasan tersendiri sehingga bisa bersaing di pasaran, baik lokal, nasional,
maupun global. Pemerintah Daerah Bali diharapkan, oleh karena terjadinya
pengalihan hak cipta terhadap berbagai jenis motif hias tradisional Bali
belakangan ini oleh orang asing, perlu dilakukan pembelaan hukum, agar tidak
terjadi keresahan dikalangan perajin perak yang ada di Bali dewasa ini.
37
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1974. Kerajinan dan Industri Kecil di Bali. Diterbitkan oleh Kantor
Wilayah Departemen Perindustrian Provinsi Bali.
Covarrubias, Miguel. 1974. Island Of Bali. Kualalumpur, Oxford University
Press, Jakarta, Singapore, Melbourne.
Couteu, Jean. 2003. Wacana Seni Rupa Bali Modern Paradigma dan Pasar.
Yogyakarta : Yayasan Seni Cemeti.
Djelantik, AA M. 2004. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung : Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia.
Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Lauer, H. Robert. 2001. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta : Rineka
Cipta.
Lodra, I Nyoman. 2002. Kerajinan Perak Suarti Sebagai Karya Tandingan Di
Pasar Global. Tesis Program Studi Magister (S2) Kajian Budaya
Universitas Udayana Denpasar.
_________. 1986. Balinese Painting. Singapore : Oxford University Press.
Moerdowo, R.M. 1967. Seni Budaya Bali (Balinese Art and Culture). Surabaya :
Fadjar Bhakti.
Oka A, Yety. 1985. Komersialisasi Seni Budaya Dalam Pariwisata. Bandung :
PN. Angkasa
Poerwadarminta, 1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Soedarso, Sp. 1990. Tinjauan Seni Sebuah Pengantar Untuk Apresiasi Seni.
Yogyakarta : Saku Dayar Sana.
Sukarman, 1984. Proses Pengerjaan Kriya Logam. Diterbitkan oleh STSRI
ASRI Yogyakarta.
Soedarsono, RM. 2000. Melacak Jejak Perkembangan Seni Di Indonesia, Sebuah
terjemahan buku Claire Holt (Art In Indonesia : Continuities and
Change) Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
SP. Gusatami, 2000. Seni Kerajinan Mebel Ukir Jepara : Kajian Estetik Melalui
Pendekatan Multidisiplin. Yogyakarta : Kanisius.
38
39
RINGKASAN
Dari uraian tentang Kerajinan Perak di Desa Celuk : Kajian Aspek Disain
dan Inovasinya , dapat diuraikan sebagai berikut : kerajinan perak yang ada Desa
Celuk telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan. Kerajinan perak
Desa Celuk sebagaimana halnya kerajinan perak Bali pada awalnya membuat
barang barang untuk keperluan upacara keagamaan dan sosial antara lain seperti :
bokor, dulang, canting, sangku, penastaan, dan sibuh, yang bersifat sakral
religius, dan untuk kepentingan sosial seperti : badong, gelang, cincin, subang dan
sebagainya.
Sejalan dengan semakin berkembangnya kepariwisataan Bali, meningkat
pula kebutuhan akan barang-barang seni seperti lukisan, kerajinan kayu, termasuk
juga kerajinan yang terbuat dari perak, secara tidak langsung memberikan dampak
yang cukup baik di kalangan seniman dan perajin, khususnya perajin perak yang
ada di Desa Celuk.
Kondisi ini dimanfaatkan oleh perajin perak Desa Celuk, mulai
menghasilkan produk kerajinan perak dengan disain yang bersifat praktis, estetis,
profan, sosial ekonomis, yang bisa memenuhi kebutuhan konsumen tidak hanya
lokal Bali, akan tetapi mancanegara (pasar global). Pengaruh pariwisata
menjadikan perkembangan bentuk kerajinan perak Desa Celuk, cukup beragam
seperti : gelang, kalung, cincin, anting, anting, bross, liontin, asesoris, dan
peralatan rumah tangga dengan rancangan/disain yang kreatif.
Para perajin Desa Celuk dalam membuat disain menerapkan motif hias
geometris, tumbuh-tumbuhan (flora), dan makhluk hidup, yang bernuansa lokal
Bali. Motif-motif tersebut tetap dijadikan acuan, akan tetapi sudah diolah dan
dielaborasikan dengan unsur-unsur seni modern sebagai pengaruh asing, sehingga
terwujud kerajinan perak Bali yang lebih kreatif dan inovatif yang tetap
beridentitaskan Bali, sehingga bisa bersaing di pasar global.
Kemudian bila dikaitkan dengan fungsi kerajinan perak Desa Celuk telah
mengalami pegeseran fungsi dari sakral ke profan, yakni fungsi praktis, estetis,
sosial, dan ekonomis, yang mampu mensejahterakan masyarakat Desa Celuk,
demikian pula makna yang terkandung di dalamnya.
40
LAMPIRAN
41
Nama
Tempat/Tanggal lahir
Pangkat/Golongan
Jabatan
NIP
Kesatuan/Jabatan/Dinas
Alamat Kantor
Alamat Rumah
Riwayat Pendidikan
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
PENDIDIKAN
Sekolah Dasar
Sekolah Menengah
Pertama
Sekolah Menengah Seni
Rupa
Perguruan Tinggi Tingkat
Sarjana
Perguruan Tinggi Tingkat
Magister
TAHUN
1973-1979
1979-1982
1982-1986
1986-1991
2003-2006
TEMPAT
SDN 1 Keliki
SMPN 1
Tegallalang
SMSR N
Denpasar
ISI
Yogyakarta
Program
Pascasarjana
UNUD
SPESIALISASI
Umum
Umum
Seni Lukis
Tradisional Bali
Seni Kriya
Logam
Kajian Budaya
Pengalaman Penelitian
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
TAHUN
1993
1993
1994
1995
2004
6.
7.
2006
2006
8.
2007
JUDUL PENELITIAN
Proses Kreasi Pematung I Made Ada
Unsur-unsur Primitif Karya Patung I Ketut Nongos
Kerajinan Logam Di Banjar Pande Kabupaten Bangli
Kreativitas Seni Pematung I Ketut Tulak
Keberadaan Dan Perkembangan Seni Rupa Bali di Era
Globalisasi
Proses Kreatif I Wayan Winten Dalam Membuat Patung Beton
Upaya Pelestarian Seni Lukis Klasik Wayang Kamasan :
Perspektif Kajian Budaya
Perkembangan seni Patung Beton Di Desa Peliatan, Kecamatan
Ubud, Kabupaten Gianyar.
Denpasar, 2 Maret 2008
42
Nama
Tempat/Tanggal lahir
Pangkat/Golongan
Jabatan
NIP
Kesatuan/Jabatan/Dinas
Alamat Kantor
Alamat Rumah
Riwayat Pendidikan
NO.
1.
2.
3.
4.
PENDIDIKAN
Sekolah Dasar
Sekolah Menengah
Pertama
Sekolah Menengah Seni
Rupa
Perguruan Tinggi Tingkat
Sarjana
TAHUN
1985-1991
1991-1994
1994-1997
1997-2003
TEMPAT
SDN 7 Mas
SMPN 1
Ubud
SMKN 1
Sukawati
STSI
Denpasar
SPESIALISASI
Umum
Umum
Seni Kriya
Seni Kriya
43