Anda di halaman 1dari 9

Laporan Aplikasi Pembelajaran

Desa Wisata Kamasan

NAMA : IDA BAGUS ANGGA DARMAYUDA

NO : 20

KELAS : XI MIPA 5
DAFTAR ISI

I. Pendahuluan

1.1 Latar belakang …………………………………………………………………. 1

1.2 Manfaat …………………………………………………………………………. 2

1.3 Tujuan …………………………………………………………………………… 2

1.4 Rumusan masalah ……………………………………………………………….. 2

II. Pembahasan

2.1 Hasil dan pembahasan …………………………………………………………… 4

III. Kesimpulan dan saran ……………………………………………………………............. 7


Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Uang kepeng atau yang ada di masyarakat Bali lebih dikenal dengan pis bolong adalah
uang yang koin yang berlubang dan mewakili salah satu medium upacara (yadnya) yang
memiliki peran yang penting (Saputra, 2012).

Uang kepeng dikenal dalam masyarakat Bali kuna, sejak terjadinya perdagangan antara
etnis Tionghoa dengan etnis Bali. Tingginya intensitas interaksi antara etnis Tionghoa dengan
etnis Bali menyebabkan terjadinya percampuran budaya antara etnis Tionghoa dengan etnis Bali.
Percampuran budaya yang terjadi, menyebabkan berbagai dampak sosial budaya saat itu. Salah
satunya pemanfaatan uang kepeng sebagai alat tukar dan sarana upakara. Seiring dengan
perubahan sosial budaya sejak zaman kemerdekaan Republik Indonesia, tatanan perekonomian
Indonesia termasuk Bali mengalami perubahan. Uang kepeng tidak lagi digunakan sebagai alat
tukar, dan diganti dengan mata uang sah yaitu Rupiah. Meskipun uang kepeng telah ditarik dari
peredaran, namun pemanfaatan uang kepeng sebagai sarana upakara dalam masyarakat Hindu di
Bali tidak mengalami perubahan (Arisanti, 2015).
Tingginya kebutuhan uang kepeng untuk sarana upakara, menyebabkan adanya upaya
reproduksi uang kepeng. Bentuk uang kepeng dalam masyarakat Bali kontemporer dibedakan
atas bahan dasar uang kepeng dan tulisan bagian permukaan uang kepeng. Berdasarkan bahan
dasarnya, uang kepeng dibedakan atas uang kepeng berbahan dasar panca datu dan uang kepeng
berbahan dasar seng. Uang kepeng panca datu diambil dari konsep ajaran agama Hindu, panca
datu merupakan perpaduan lima unsur yaitu: perak, tembaga, emas, besi, dan kuningan). Unsur
panca datu dalam uang kepeng , juga mewakili Panca Dewata (lima manifestasi Ida Sang Hyang
Widhi Wasa) dalam ajaran agama Hindu (Arisanti, 2015).
Menurut Studi Uang Kepeng Sebagai Produk Seni Kerajinan dan Hubungannya dengan
Konsep “Ajeg Bali” di Bali oleh Fakultas Seni Rupa dan Desain Jurusan Kriya Seni Institut Seni
Indonesia Denpasar tahun 2007, mengatakan bahwa di samping terkait dengan agama, dewasa
ini dikembangkan sebagai bahan produk keraj inan, misalnya sebagai bahan patung yang
dipadukan dengan bahan kayu. Usaha ini dilakukan oleh beberapa perajin di Kabupaten Gianyar
dan Klungkung Bali.
Adapun salah satu wilayah spesifik yang memproduksi uang kepeng ini adalah Desa
Kamasan, Klungkung. Desa ini tidak hanya terkenal kaena corak lukisan kuno khasnya yang
sangat klasik, namun Desa Kamasan kini juga terkenal dengan industri Uang Kepeng Kamasan
Klungkung (thearoengbinangproject.com, 2017). Desa yang luasnya hanya sekitar 249 hektar
memiliki jumlah penduduk sekitar 3.400 jiwa dan tersebar di 10 banjar adat atau 4 dusun
pemerintah. Desa Kamasan hanya berjarak 4 km saja dari Kota Semarapura, yang merupakan
ibukota Kabupaten Klungkung (panduanwisata.id, 2017). Salah satu pengrajin uang kepeng yang
masih aktif hingga kini adalah I Made Suksma Swacita. Menurut penuturannya pada Tribun Bali,
dari jumlah produk yang dihasilkan, harga termahal bisa mencapai Rp 70 juta. Harga setiap
produk beragam bergantung tingkat kerumitan dan jumlah uang kepeng yang digunakan
(bali.tribunnews.com, 2014).

Berdasarkan tingkat potensi yang dimiliki oleh usaha uang kepeng dalam persaingan
dagang baik lokal tersebut, penulis tertarik untuk membahas salah satu usaha uang kepeng di
Desa Kamasan dari segi ekonomi serta sejarah usahanya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana awal mula desain Desa Kamasan ini menjadi sebuah ciri khas tersendiri bagi
desanya?
1.2.2 Berapa harga uang kepeng setiap jenisnya di UD Kamasan Bali ini?
1.2.3 Bagaimana hubungan atau keterkaitan pengrajin uang kepeng khas Kamasan dengan
aspek-aspek yang terdapat dalam pembelajaran ekonomi ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui manfaat awal mula desain Desa Kamasan ini menjadi sebuah ciri khas
tersendiri bagi desanya
1.3.2 Untuk mengetahui harga uang kepeng setiap jenisnya di UD Kamasan Bali ini
1.3.3 Untuk mengetahui hubungan atau keterkaitan pengrajin uang kepeng khas Kamasan
dengan aspek-aspek yang terdapat dalam pembelajaran ekonomi.
1.4 Manfaat
1.4.1 Dapat mengetahui sejarah dari uang kepeng Desa Kamasan
1.4.2 Dapat mengetahui harga uang kepeng setiap jenisnya di UD Kamasan Bali ini
1.4.3 Dapat menambah wawasan dalam bidang kerajinan dan pengaruh terhadap kondisi
perekonomian masyarakat Bali, khususnya penduduk Desa Kamasan.
Pembahasan

2.1 Awal Mula Desain Uang Kepeng di Salah Satu Usaha Uang Kepeng Desa Kamasan

Menurut penuturan narasumber, I Made Sukma Swacita, uang kepeng yang ada di Bali
merupakan sebuah akulturasi budaya antara budaya Bali dengan Cina. Saat itu Raja Sri
Jayapangus yang berkuasa dari tahun 1181-1269 menjadikan Kang Cing Wie yang berasal dari
daratan Cina. Awal mula tersebutlah yang lama-kelamaan membuat adanya perpaduan antara
budaya bali dan cina. Salah satunya adalah uang kepeng.

Uang kepeng asli cina biasanya dibuat dari logam dan memiliki tulisan-tulisan cina
sebagai ciri khasya. Perkembangan uang kepeng membuat fungsinya berubah dari yang dulunya
dipakai sebagai alat pembayaran, kini oleh masyarakat Bali digunakan sebagai salah satu bahan
upakara. Uang kepeng ini terus berkembang di Bali dan tersebar di tiap lokasi. Tak jarang ada
yang membuka usaha untuk memproduksinya.

Salah satu deaerah penghasil uang kepeng yaitu terdapat di Desa Kamasan, Klungkung.
Menurut penuturan I Made Sukma Swacita, seorang pengusaha uang kepeng daerah setempat,
gagasan membuka usaha uang kepengnya ini adalah atas dorongan Gubernur Bali saat itu. Ketika
itu penyelamatan serta pelestarian kebudayaan Bali sedang gencar-gencarnya. Pada tahun 2004
pemilik usaha ini pertama kali melakukan pengecoran.

Bahan dari uang kepeng Kamasan pun terdiri dari 5 jenis logam. Yaitu emas, perak,
kuningan, tembaga dan besi (Panca Datu). Yang mana besi berwarna hitam mewakili kekuatan
Wisnu di Utara; emas simbol kuning, Mahadewa, Barat; kuningan simbol warna-warni, Dewa
Siwa, pusat; perak simbol putih, Iswara, Timur; dan tembaga simbol merah, Brahma, Selatan.

Selain itu ada hal yang membuat uang kepeng di Desa Kamasan beda dari desain lain.
KamasanBali memproduksi uang kepeng dengan desain aksara Sa, Ba, Ta, A, I. Aksara ini
merupakan aksara dari unsur Panca Aksara.  Huruf Sa melambangkan arah Timur, berwarna
putih dengan unsur perak yang merupakan simbol kekuatan Dewa Iswara. Huruf Ba, arah
Selatan, berwarna merah dengan unsur tembaga simbol dari Dewa Brahma. Huruf Ta, arah
Barat, berwarna kuning dengan unsur emas yang merupakan symbol Dewa Mahadewa. Huruf A,
arah Utara, berwarna hitam dengan unsur besi yang merupakan simbol Dewa Wisnu. Sementara
itu huruf I, berada di tengah, berwarna-warni dengan unsur logam perunggu atau kuningan yang
merupakan simbol dari Dewa Siwa. Desain ini terinspirasi dari kehidupan manusia. Dimana
huruf Sa, Ba, Ta, A merupakan proses kehidupan penuh oleh berbagai macam kebutuha.
Sedangkan I melambangkan ketenangan tertnggi yang mana tercapainya kebahagiaan abadi atau
Moksa dalam ajaran agama Hindu.

Keping-keping uang ini juga dipasupati oleh Pendeta. Serta desain ini pun bahkan telah
memiliki hak cipta. Sehinga tidak boleh sembarangan orang yang memproduksi desainnya.
Karena dapat melanggar hokum. Hal ini ia lakukan agar masyarakat dapat membedakan uang
kepeng asli dan palsu.

2.2 Harga Uang Kepeng Setiap Jenisnya

Menurut hasil wawancara dengan pemilik UD Kamasan Bali, I Made Sukma Swacita, berikut
harga tiap jenis uang kepeng.

Harga Jenis Uang Kepeng


1. Harga uang kepeng Panca Datu : Rp1.100
2. Harga uang kepeng warna hitam : Rp.1.500
3. Harga uang kepeng Tridatu warnah kuning : Rp800
4. Harga uang kepeng Tridatu warna hitam : Rp1000
5. Harga uang kepeng sutra : Rp4.500

2.3 Hubungan atau keterkaitan pengrajin uang kepeng khas Kamasan dengan aspek-aspek
yang terdapat dalam pembelajaran ekonomi

Dalam pengambilan data, penulis mewawancarai pemilik dari uang kepeng Kamasan yaitu I
Wayan Sukma Swacita . Beliau mengatakan uang kepeng tidak hanya diperjualbelikan saja
namun dapat dibentuk menjadi alat-alat upakara lainnya, seperti patung, tempat daksina,
gantung-gantungan, dan lain sebagainya. Inovasi ini dipikirkan beliau karena di lingkungan
sekitar sudah banyak uang kepeng bijian yang diperjualbelikan tanpa dibentuk menjadi apapun,
maka dari itu beliau membuat sebuah inovasi terkemuka yang dapat mengasah keterampilan
serta menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Bali. Ditambahnya lagi , beliau
menggunakan pekerja yang memiliki kebutuhan ekonomi yang kurang dan memiliki kekurangan
fisik , alasan beliau melakukan hal tersebut ialah karena orang yang memiliki kebutuhan khusus
mudah untuk diajarkan teknik teknik tersebut , dan pasti selalu nurut dengan perintah dan
peraturan yang telah ditetapkan .
Penutup
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan gagasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
3.1.1. Uang kepeng yang ada di Bali merupakan sebuah akulturasi budaya antara budaya Bali
dengan Cina. Perkembangan uang kepeng membuat fungsinya berubah. Salah satu desa
yang mengambil langkah inovatif mengolah uang kepeng yakni Desa Kamasan,
Klungkung khususnya UD Kamasan Bali.
3.1.2. Terdapat varian harga terhadap jenis-jenis uang kepeng yang dijual sesuai jenisnya

3.1.3. Pengusaha mempekerjakan semua orang yang berkebutuhan khusus agar mereka yang
memiliki kebutuhan khusus memiliki pekerjaan yang memadai agar mampu memenuhi
kebutuhannya.

3.2. Saran
Adapun saran yang penulis rekomendasikan meliputi:
3.2.1. Perlu kajian lebih lanjut mengenai pertumbuhan usaha uang kepeng di Desa Kamasan
3.2.2. Pemerintah, pengusaha, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat perlu
memperhatikan perkembangan pasar ekonomi untuk menguatkan posisi usaha uang
kepeng yang ada di Bali
3.2.3 perlu adanya pelatihan terhadap pekerja yang memiliki kebutuhan khusus agar mereka
lebih memiliki wawasan tehadap pekerjaan yang dilakoni.

Anda mungkin juga menyukai