ALROSYID
JELAJAH UANG
NUSANTARA
SEBAGAI DAMPAK
KEBUDAYAAN DAN KEBIJAKAN EKONOMI
MASA KERAJAAN MATARAM KUNO SAMPAI
MASA PEMERINTAHAN NEDERLNADSCH INDIE
850 M – 1945 M
KATA PENGANTAR
Kita semua mengetahui, kehidupan bermasyarakat
tidak luput dengan Aspek hubungan social, terutama
penggunaan mata uang. Dengan adanya kebutuhan disetiap
masyarakat, maka alat pembanyaran yang digunakan
semakin berkembang pesat, seiring dengan meningkatnya
kebutuhan dan meningkatnya kemakmuran.
Apalagi perkembangan uang yang digunakan,
merupakan dampak dari adanya Kebudayaan, Imperalisme,
Kolonialisme, dan kebijakan system ekonomi yang
diterapkan oleh pemerintahan saat menguasai wilayah
indonesia.
Penulis adalah seorang Numismatis yang sudah
bercimpung dalam dunia Numismatika lebih dari 23.000 jam
lamanya. Dengan diterbitkannya buku ini, penulis berharap
dapat bermanfaat kepada para Numismatis. Selain itu, juga
akan menambah buku literasi yang menjelaskan uang koin
yang pernah digunakan di wilayah Nusantara.
Penulis berharap dengan diterbitkannya buku ini,
dapat menambah reverensi Numismatika di Indonesia.
Seorang Numismatis tidak hanya mengumpulkan uang koin,
kertas, dan token. Namun, juga harus mempelajari dan
memahami tentang sejarah pembuatan, ciri, variasi hingga
sejarah politik-ekonomi yang menyebabkan dicetaknya
uang tersebut.
Maka dari itu, dalam buku kedua, penulis mengulas
lengkap tentang berbagai jenis uang koin dan token yang
pernah digunakan di wilayah Nusantara. Buku ini
menyajikan sejarah lengkap pembuatan uang, disertai
gambar dan berbagai fakta menarik yang pernah terjadi.
Penulis mengetahui bahwa masih banyak
kekurangan yang disajikan dalam buku ini. Maka dari itu,
penulis sangat terbuka dengan adanya kritik, saran dan
masukan yang mendukung dari para senior numismatic agar
menjadi semakin baik dalam pembuatan buku selanjutnya.
1
A. MATA UANG ZAMAN HINDU
BHUDA
Uang Kerajaan Mataram kuno 1
Uang Kerajaan Majapahit 3
Uang Kerajaan Sriwijaya 5
Uang Kerajaan Jenggala 7
Uang Kampua Kerajaan Buton 9
Kerajaan Mataram Kuno didirikan dan mulai mencetak uang pada awal
abad 8 dengan satuan mata uang Tahil, berbahan dasar logam, tembaga dan
emas yang di potong kasar dengan bermacam macam bentuk. Uang ini masih
masuk masa Pra-Standarnisasi, dimana uang yang dipergunakan tidak memiliki
berat Standar atau berat yang direntukan.
Fakta Menarik
Pada awalnya uang ini dicetak dalam bentuk
lingkaran utuh. Namun, karena dipergunakan sebagai
alat transaksi kala itu, maka uang tersebut dipotong-
potong menjadi beberapa bagian yang lebih kecil
sesuai nilai transaksinya.
Fakta Menarik
Ukuran uang Kerajaan Jenggala
sangatlah kecil, lebih kecil dari seujung
jari. Uang ini terbuat dari emas 24 karat
dengan berat antara lain 0.6, 1.2, dan 2.4
Gram.
Fakta Menarik
Fakta Menarik
Ukuran uang Kerajaan Sriwijaya sangatlah
kecil, lebih kecil dari seujung jari, uang ini terbuat dari
emas dan perak dengan berat 2,4 Gram, 1,2 Gram, 0,6
Gram, 0,3 Gram dan 0,11 Gram, berdiameter kurang
lebih 13 Milimeter. Diproduksi masa pemerintahan Sri
Sangrama Vijayo-Tunggawarman abad ke 12-13.
FAKTA MENARIK
Tahun 1851, Gubenur Jendral Albertus Jacobus
saat berkunjung ke wilayah Buton. Ia sempat salah
mengerti, dan menganggap masyarakat membayar
barang dengan menggunakan kain lap. Kemudian ia
memperkenalkan uang koin Cent Hindia Belanda.
Fakta Menarik
Gubenur Hindia Belanda, yaitu
G.J. Stamford Raffles adalah seorang
kolektor uang (Numismatis) dan berhasil
mengoleksi sejumlah 200 keping uang
Gobog Majapahit yang tersimpan di
Museum Britania Raya.
FAKTA MENARIK
History of Java merupakan buku
asli Raffles (1817) yang terdiri dari dua volume
yang merupakan hasil ekspedisinya selama
berada di Pulau Jawa. Karya ini diterbutkan dua
tahun dan membuat nama Rafles mendunia
sebagai seorang cendikiawan, dan melampoi
profesinya sebagai Bikorat Kerajaan Inggris.
Fakta Menarik
Joe Cribb adalah seorang ahli
numismatis, yang mengkhususkan diri pada
mata uang Asia. Ia juga mengulas Koin
Gobog Wayang, Uang Gobog Wayang
diulasnya dalam sebuah buku karyanya yang
berjudul “Magic Coins Of Java, Bali and The
Malay Peninsula”, yang diproduksi pada
tahun 1999.
2. KOIN GOBOG JIMAT BALI BERORNAMEN BIMA, berasal dari koin jepang.
Koin ini diproduksi tahun 1950-1960. Diyakini memiliki kekuatan gaib yang
akan menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran. Diyakini pemegangnya
akan ahli dalam berperang. Sehingga cocok untuk seorang perwira, atau
seorang yang berhubungan dengan menjaga keamanan suatu daerah.
4. KOIN GOBOG JIMAT BALI BERORNAMEN VISHNU, berasal dari koin China.
Diproduksi pada masa Dinasty Qing pada tahun 1950-1960. Tokoh Visnu
dalam agama Hindu yaitu Dewa yang bertugas memelihara dan melindungi
segala ciptaan tuhan. Koin ini dipercayai untuk menjaga diri dan memberi
ketenangan pada jiwa pemegangnya.
5. KOIN GOBOG JIMAT BALI BERORNAMEN ARJUNA, berasal dari koin China
dan Jepang. Koin ini diproduksi pada tahun 1950-1960. Dan diyakini
pemegangnya dapat memikat gadis, dengan memanah jantung asmara
kepada seseorang yang disukai.
dan bijaksana.
11. KOIN JIMAT BALI BERORNAMENT LEAK, berasal dari koin China dan
Jepang. Leak adalah penyihir jahat yang mencari organ orang mati
saat malam hari untuk ramuan sihir.
13. KOIN JIMAT BALI BERORNAMENT BARONG, berasal dari koin Jepang dan
China. Koin ini diproduksi pada tahun 1950-1960. Barong memiliki symbol
kebaikan , ketenangan dan pelindung spiritual bagi masyarakat bali.
14. KOIN JIMAT BALI PIS RUMPUT/ JIAN YAN YUAN BAO. Masyarakat biasa
menyakini bahwa koin yang berornament kuda ini harus berpasangan
dengan koin Pis Rumput/ Juan Yan Yuan Bao. Pis Rumput adalah koin Cash
China yang dibagian bawahnya terdapat ornament huruf china seperti
gambar rumput. Uang ini berbahan perunggu. Diproduksi pada masa
Kaisar Gaozong tahun 1127-1162, Dinasty Song Selatan. Jika kedua koin
tersebut tidak dipasangkan, diyakini pemilik Koin berornamen Kuda akan
mengalami kebotakan.
15. KOIN JIMAT BALI BERORNAMEN SEEKOR GAJAH, berasal dari koin china
dan jepang. Koin ini diproduksi pada tahun 1950-1960. Ornamen gajah
putih ini melambangkan gajah Airawata yang merupakan salah satu gajah
penjaga alam semesta dan pemimpin para gajah.
Koin ini juga diyakini orang yang memilikinya akan memiliki stamina
kekuatan seperti halnya seekor gajah dan harus dipasangkan bersama koin
Pis Rumput/ Juan Yan Yuan Bao
16. KOIN JIMAT BALI PASEPAN DUPA. Koin ini masa kaisar Yuan Feng Tong Bao
pada tahun 1086-1094. Koin ini diyakini oleh masyarakat dapat
mempercepat hubungan dengan tuhan, dan memberi aura kesucian kepada
orang yang memilikinya.
FAKTA MENARIK
Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal atau Padrão
Sunda Kelapa adalah sebuah prasasti berbentuk tugu
batu (padrão) menandakan perjanjian Kerajaan Sunda–
Kerajaan Portugal, Portugis dari Melaka pimpinan
Enrique Leme dan Sang Hyang Surawisesa. Ditemukan
di Batavia pada tahun 1918.
J e lREAL
MATA UANG a j a HISPAN
h U a n COB
g N SPANYOL
u s a n t a ABAD
ra 16
205 | 214
MATA UANG ZAMAN HINDU BHUDA
Berikut adalah desain mata uang Real Spanyol berbahan Perak masa
kekuasaan Raja Carolus III (1759-1788) dan Charles IV ( 1788-1808) ;
Ada pula mata uang desain real spayol perak yang dikenal
dikalangan numismatis sebagai Real Spanyol desain dua pilar dengan
dua bola Dunia.
BERIKUT ADALAH DESAIN MATA UANG REAL SPANYOL
BERBAHAN PERAK MASA KEKUASAAN RAJA FERNANDO VI (1746 -
1759)
FAKTA MENARIK
Pasai Darussalam mengeluarkan mata uang
yang berupa dirham khusus untuk bertransaksi dengan
kerajaan Malaka pada tahun 1400. Hal ini merupakan
kesempatan Kesultanan Pasai Darussalam untuk
memperkenalkan dirham kepada Kerajaan Malaka.
Keuh adalah mata uang yang dibuat dari timah. Orang Portugis
menyebutnya dengan Caxa, sedangkan Belanda menyebutnya Kasha.
Nilainya: 1600 Keuh sama dengan 1 Kupang (mata uang yang dibuat dari
perak). 4 Kupang sama dengan 1 Deureuham (Dirham; mata uang emas).
FAKTA MENARIK
Alexander Here adalah Seorang Raja
Maluka pertama, yang berkebangsaan Inggris.
Dahulu ia adalah seorang pelaut Skotlandia.
Karena kedekatannya dengan Gubenur Thomas
Stanford Raffles, ia diangkat menjadi seorang
Raja Maluka, Kalimantan Selatan pada 1812.
FAKTA MENARIK
Kedatangan Cornelis De Houtman ke
kepulauan Banten pada 27 Juni 1598, dalam
EKSPEDISI DE HOUTMAN, bertujuan mencari
Kepulauan Rempah-rempah, yang berujung pada
praktik Kolonialisme-Imperalisme di Nusantara.
Mata uang ini ada dua jenis yaitu mata uang dengan ada titiknya
dan mata uang tanpa titik, yang terbuat dari tembaga. Mata uang ini
bernama Kasha.
Koin ini diatas memiliki berat 8,6 gram dengan diameter 31mm.
Adajuga koin yang berbantuk lubang kotak, yang menginskripsi Pangeran
Ratu menggunakan bahan tembaga, diyakini koin ini merupakan koin
dari Kesultanan Jambi, yang dulunya merupakan daerah kesultanan
Palembang sebelum memisahkan diri.
Pada masa Sultan Abdul Ma’ali Ahmad Rahmatullah, yang
berkuasa 1647-1651 dicetaklah koin dengan bahan timah, memiliki berat
55 gram dengan ukuran 25mm. Dan bahan perunggu memiliki berat 31
gram dengan ukuran 27mm, dengan menggunakan inskripsi huruf arab
yang berbunyi Sultan Abdul Ma’ali.
UANG PICIS MASA SULTAN ABDUL MAHASIN ZAINUL ABIDIN (1690 - 1733)
Jelajah Uang Nusantara
205 | 214
MATA UANG ZAMAN KESULTANAN NUSANTARA
Salah satu tempat yang menyimpan Unag Pohon Pitih ini adalah
Galery Sha Banknote. Kondisi koleksi sangatlah baik dan tulisan inskripsi
pada koin sangatlah detail. Uang ini dalam keadaan amat cantik, sepohon
lengkap dengan berdaun 13 keping pitis. Koleksi ini adalah koleksi yang
istimewa bagi Galery Sha Banknote.
J e l a j a
h Uang Nusantara 6.
205 | 214
MATA UANG IMPERALISME BELANDA
7.
9.
Pada bagian depan8.terdapat sebuah mahkota diatas lambang
Kerajaan Belanda, dengan tertulis inskripsi Bahasa latin “Insignia
Hollandie”, memiliki arti “Lencana Holland”. Disamping kanan-kiri
lambang Kerajaan Belanda, dan terdapat nominal uang. Sedangkan,
tahun cetak 1602 tertulis diatas mahkota kerajaan. Pada bagian
belakang koin terdapat Lambang Amsterdam yang dipegang oleh dua
singa, dengan terdapat inskripsi Bahasa latin “Et. Civitatis
Amstelredamensis” , memiliki arti “Kota Amsterdam”.
Kemudian, pada tahun 1602 perusahaan belanda lainnya yang
bernama Verenigde Zeeuwse Compagnie (1597-1602) juga mulai
mencetak uang koinnya sendiri. Berbeda halnya dengan perusahaan
Verenigde Amsterdamse Compagnie yang mencetak berbagai jenis
nominal, perusahaan ini hanya mencetak satu pecahan yaitu 8
Schelligen menggunakan bahan dasar perak.
Pada bagian depan koin terdapat Lambang gabungan Kesatria
dan Kota Zeeland, dengan terdapat inskripsi Bahasa latin “Mone Arg
Ordi Zeelanddiae”, singkatan dari “Moneta Argentea Ordinium
Zeelanddiae” memiliki arti “Uang Perak Pemerintahan Zeeland”, dan
tahun cetak 1602 terdapat diatas mahkota.
Jelajah Uang Nusantara
205 | 214
MATA UANG IMPERALISME BELANDA
Pecahan 8 Schellingen
FAKTA MENARIK
Conjok adalah seorang warga
Tionghoa yang ditunjuk dan diberikan hak
oleh Gubenur Antonio Van Diemen, untuk
membuat mata uang tertentu yang
dipergunakan pada masa awal berdirinya
VOC pada tahun 1644-1645 di Batavia, yang
bermata uang Stuiver.
PECAHAN 48 STUIVER
1. Provinsi Holland
a. Mintmaster-mark “Bunga mawar diantara dua titi dot”
- Muntmaster : Isaac Westerveen (1726-1732)
- Muntmaster : Otto Buck (1732-1755)
- Muntmaster : Wounter Buck (1764-1784)
- Muntmaster : Jan Abrahan Bodisco (1788-1793)
- Muntmaster : Isaac Westerveen (1802-1804)
3. Provinsi Gelderland
Pada bagian depan terdapat lambang Provinsi Gelderland
dengan terdapat motto berinskripsi “In Deo Est Spes Nostra”,
memiliki arti “Dalam Tuhan Adalah Harapan Kita”. Hanya pada
desain koin Povinsi Gelderland yang terdapat inskripsi tulisan.
a. Mintmaster-mark “Rubah diantara dua titik”
Muntmaster : Jocabus De Vos (1731-1732)
4. Provinsi Gelderland
f. Mintmaster-mark “Rubah diantara dua titik”
Muntmaster : Jocabus De Vos (1731-1732)
3 Gulden
Sebelah kanan adalah hasil Teknik Takikan (Cenderun lebih halus dan
rata), sedangkan sebelah kiri adalah hasil proses patahan (Cenderung lebih
kasar dan tidak rata)
Pada samping kiri dan kanan, dihantam dies bagian atas dan
bawah, sehingga terlihat titik bulir melingkar, tahun cetakan dan
nominal 8 Stuiver. Akibat tempaan dies bertekanan bertekanan
tinggi dikedua sisi, membuat permukaan lebih condong/tipis dan
lebar/gepeng dari permukaan pada bagian tengah.
PECAHAN 4 ¾ STUIVER :
Nominal pecahan 4 ¾ Stuiver dibuat menggunakan batangan
tembaga yang tipis dengan bagian kanan tertulis nominal mata uang,
sedangkan bagian kiri terdapat Mintmark “C” diatas monogram
“VOC”. Mintmark “C” adalah singkatan dari Pulau “Ceylon”. Uang
pecahan 4 ¾ Stuiver digunakan untuk wilayah Ceylon atau Srilanka,
yang dahulu merupakan jajahan wilayah VOC.
Akibat tempaan dies bertekanan bertekanan tinggi dikedua sisi,
membuat permukaan kanan dan kiri lebih condong/tipis dan
lebar/gepeng dari permukaan pada bagian tengah.
PECAHAN 2 STUIVER :
Nominal pecahan 2 Stuiver dibuat menggunakan dua jenis
tembaga, tipis dan tebal. Untuk bahan dasar batangan tembaga
tebal, pecahan 2 Stuiver akan dipotong berukuran lebih pendek.
Sedangkan, jika menggunakan bahan tembaga tipis akan dipotong
berukuran lebih panjang. Namun, keduanya akan memiliki berat
standar yang sudah ditentukan.
Bentuk atau Shape pecahan 2 Stuiver tidak berbentuk kotak
sempurna. Hal ini dilakukan untuk mempercepat produksi. Pada
bagian atas, akan ditempa dies bulir persegi panjang dengan didalam
terdapat tahun cetakan.
Sedangkan, pada bagian belakang, akan ditempa dies bulir
persegi panjang dengan terdapat nominal 2 Stuiver. Akibat tempaan
dies bertekanan bertekanan tinggi dikedua sisi, membuat permukaan
lebih condong/tipis dan lebar/gepeng
PECAHAN ½ STUIVER :
Pecahan ½ Stuiver Bonk adalah pecahan terkecil yang pernah
diporoduksi oleh Colonial Belanda. Uang ini dibuat sejak 1803,
karena terjadinya inflasi kenaikan harga tembaga yang diimpor
dari jepang. Nominal pecahan ½ Stuiver memiliki tahapan
pembuatan yang lebih sulit dibandingkan dengan pecahan 1 dan 2
Stuiver.
Uang ½ Stuiver memiliki berat 7,72 Gram. Tetapi, jika
mempertimbangkan cara pembuatan yang tidak sesuai dengan
gramasi tidak akurat. Maka, tidak bisa diharapkan ketepatan
bobot sesuai ketentuan. Uang ini seharusnya memiliki bobot
sebesar 9,51 gram , jika pecahan 1 stuiver memiliki bobot sebesar
19,03 gram dibagi menjadi dua bagian.
Akibat penempaan dies bertekanan tinggi dikedua sisi,
membuat permukaan lebih condong/tipis dan lebar/gepeng.
Maka, jangan heran jika menemukan pecahan ½ Stuiver yang
memiliki berbagai macam bentuk.
Stuck Dies dipukul pada bagian atas dan bawah. Sehingga, pada
permukaan terdapat bulir, tahun cetak dan nominal ½ Stuiver.
Karena permukaan uang yang tidak terlalu besar, menyebabkan
stuck dies yang ditempa hanya sebagian pola tercetak, dan nyaris
tidak menampilkan tahun cetak dan nominal mata uang.
Banyak masyarakat yang melakukan pemalsuan uang bonk
pecahan ½ Stuiver. Sehingga, kegiatan produksi nominal ½ Stuiver
dihentikan tahun 1805.
Eskpor tembaga dari jepang terus dilakukan sampai awal tahun
1799. Setelah itu, Jepang mulai kewalahan dalam melakukan ekspor
Batangan Tembaga ke wilayah Nederlansch Indie. Sehingga, ekspor
batangan sempat dihentikan. Lalu, dilanjutkan kembali pada akhir tahun
1799.
Pada tahun 1800, batangan tembaga yang diekspor dari jepang
mengalami kenaikan harga, menyebabkan pemerintah Hindia Belanda
mengurangi setiap bobot uang bonk.
½ Stuiver 1 Stuiver
Fakta Menarik
Pada penghujung nafas VOC, kendali VOC sudah jatuh kepada Boleka
Prancis/ Republik Batavorum. Lalu Direktur Jendral Percetakan Koin Batavia
diintruksikan untuk segera mencetak pecahan uang Stuiver yang
dimandatkan kepada Messrs Wiegerman dan Macare, tanggal 9 Juli 1799.
Dicetaklah mata uang dengan nominal 1 Stuiver
Uang yang diproduksi termasuk kedalam jenis “Koin Emergency
Currency” atau uang darurat. Uang ini memiliki sisi muka tercetak inskripsi
“JAVA 1799” dan “Java 1800”, pada bagian atas terdapat mintmark
“Bintang segi enam”, dan pada bagian bawah terdapat hiasan “Flora
Geometris Melingkar-lingkar”. Terdapat titik dot atau sirkel yang
mengelilingi pada bagian outline koin, 49 titik dot untuk cetakan 1799, dan
jumlah berkurang menjadi 45 titik dot pada tahun emisi 1800.
Sedangkan dibagian belakang tercetak sebuah angka romawi
“I:St”, huruf “S” adalah capital, sedangkan huruf “t” kecil bertumpuk pada
simbol “=”, dapat diartikan nominal 1 Stuiver. Terdapat pula mintmark
“Bintang Segi Enam” pada bagian atas dan hiasan “Flora Geometri
Melingkar” pada bagian bawah. Pada bagian pinggir koin juga terdapat
sirkel “Tidik Dot” yang mengelilingi koin.
Mata uang ini memiki ciri khas dengan bentuk lingkaran yang tebal, dan
dipinggiran koin bergerigi. Uang tersebut hanya digunakan pada periode
1799-1800, namun sempat digunakan selama dua tahun di pulau jawa
sebagai mata uang resmi Hindia Belanda.
Sudah ada berbagai macam koin yang dicetak oleh pihak colonial
Inggris di Singapura, koin ini disebut juga koin Singapure Merchant Token.
Uang Java Rupee Emas (Mohur) dan Uang Java Rupee Perak
Masa Pemerintahan VOC
½ RUPEE EMAS
1802
Mata uang Rupee EIC ini memiliki nilai tukar sebagai berikut :
FAKTA MENARIK
1 1/2
SCHEEPJESGULDEN SCHEEPJESGULDEN
𝟏 𝟏 𝟏
SCHEEPJESGULDEN SCHEEPJESGULDEN SCHEEPJESGULDEN
𝟏𝟔 𝟖 𝟒
𝟏
SCHEEPJESGULDEN 1 SCHEEPJESGULDEN
𝟐
HURUF “S” HURUF “S” HURUF “S” HURUF “S” HURUF “S”
KECIL BESAR GEMUK KURUS BERGESER
KEBAWAH
Koin tersebut sering terjadi Over Stuck Coin/ cetakan Stuck Dies
Berlebih. Kebijakan yang dilakukan oleh pihak pemerintah untuk
menghemat biaya produksi coin dengan cara menarik coin edaran lama
dan dilakukan penempaan kembali dengan hanya merubah inskripsi
tahun cetakan. Sehingga, seringkali terjadi penumpukan angka pada
tahun cetakan atau disebut dengan Over Stuck Coin, yang menyebabkan
tahun koin terlihat samar ataupun bertumpukan dengan tahun
sebelumnya. Contoh; tertulis tahun cetakan 1809, overstuck 1806.
Keseluruhan uang yang diproduksi memiliki desain Medalic
Aligment atau sisi muka dan sisi belakang menghadap keatas. Jikalau
menemukan desain Coin Aligment/ bagian muka menghadap keatas dan
bagian belakang menghadap kebawah adalah salah satu koin yang
keberadaannya sangat langka.
Namun, ada beberapa koin proff yang menggunakan bahan
perak dan emas. Banyak kalangan Numismatis yang beranggapan koin
tersebut adalah koin palsu yang beredar saat itu.
Dimasa awal kependudukan Inggris di Hindia Belanda, pihak
pemerintah tidak mencetak mata uang ini. Kemudian, pada tahun 1814,
terjadi perjanjian kontrak pembuatan koin duit ini antara seorang Kepala
Percetakan Koin di Kota Kampen, Provinsi Overijsel bernama N.
Wonnema dengan H. de Heus seorang saudagar/ penguasa besar di
Amsterdam, yang ditunjuk resmi sebagai wali untuk mengsuplai koin
duit. Dikontrak perjanjian tersebut salah satunya disebutkan bahwa “H.
de Heus berhak mencantumkan inisial namanya di koin doit”. Mata uang
pecahan 5 1/16 Gulden dan 5 1/16 Gulden dipeoduksi di Percetakan Koin
di Kota Amsterdam pada tahun 1814, 1815, dan 1816, menggunakan
bahan tembaga.
Huruf pada bagian bawah koin adalah inisial depan dari nama
Muntmeester/Pejabat Pemimpin Pabrik Uang Surabaya, mintmaster-
mark diantaranya:
D : N.N. Demmenie (1833)
V : K. J. de Vogel (1833-1837)
C : N. Cobline (1837)
J : L. J. Jeekel (1837-1839)
W : C. H. Wilmans (1839-1840)
0—0---0---0---0---0 .---.---.---.---.---.
FAKTA MENARIK
Berikut adalah beberapa jenis koin timah Bangka yang masuk kepada
lelang di Jakarta :
1. Mata uang timah Bangka untuk perusahaan Siswan, yang
tertera disisi depan berinskripsi Aksara China 1740 -1813.
Sedangkan disisi belakang koin berinskripsi Aksara China Flight.
FAKTA MENARIK
Di Pulau Bangka terdapat Tugu berbentuk
Uang Token Pertambangan Bangka. Tugu ini
sebagai penanda sejarah titik awal pembangunan
Pulau Bangka pada 3 September 1913, saat
Pengkalpinang menjadi Ibukota Keresidenan
Bangka. Tugu ini diresmikan oleh H. Maulan Aklil
S.I.P.,M.Si sebagai Walikota Pangkalpinang pada
tanggal 1 Januari 2021
KWALA BEGUMIT
Nb. Sementara ini, uang perkebunan yang telah tercatat terdapat 195 jenis
mata uang perkebunan.
FAKTA MENARIK
Dengan pembayaran upah memakai uang bambu,
perusahaan dapat mengontrol "lalu lintas"
keuangan. Tenaga kerja tidak dapat kabur atau
pulang kampung segera setelah mereka menerima
upahnya, atau melakukan tindakan korupsi.
FAKTA MENARIK
Perusahaan tersebut mengeluarkan koin yang
hanya bisa dibelanjakan di lingkungan perusahaannya
sendiri. Dan, koin tersebut digunakan membayar budak-
budak pekerja di perusahaan tersebut, agar para pekerja
tidak dapat melakukan tindakan korupsi.
Pecahan 2 ½ Cent
Mata uang 2 ½ Gulden diproduksi tahun 1856, 1857, dan 1858.
Uang ini dicetak dengan menggunakan bahan Tembaga. Desain depan
terdapat inskripsi “NEDERLANDSCH INDIE”, didalam lingkaran terdapat
mahkota diatas perisai, samping kiri dan kanan terdapat tahun cetak dan
dibagian bawah terdapat nominal 2 ½ Cent. Pada bagain bawah sebelah
kanan perisai terdapat Privy-mark berupa tanda Mintmark “Tongkat
Mercurius”, dan sebelah kiri perisai terdapat tanda Mintmaster-mark
berupa “Pedang”.
Dibagian belakang, terdapat insripsi Arab-Melayu “Saper Ampat
Poeloh Roepijah” artinya “Satu Perempat Puluh Rupiah”,dan inskripsi
Jawa Hanacaraka berbunyi “Sa Para Patang Poeloh Roepijah” artinya
“Satu Perempat Puluh Rupijah”, memiliki makna nilai 1/40 G setara
dengan 2 ½ Cent.
Pecahan 1 Cent
Mata uang 1 Cent diproduksi tahun 1855, 1856, 1857, 1858,
dan 1860. Uang ini dicetak dengan menggunakan bahan Tembaga.
Desain depan terdapat inskripsi “NEDERLANDSCH INDIE”, didalam
lingkaran terdapat mahkota diatas perisai, samping kiri dan kanan
terdapat tahun cetak dan dibagian bawah terdapat nominal 1 Cent.
Pada bagain bawah sebelah kanan perisai terdapat Privy-mark berupa
tanda Mintmark “Tongkat Mercurius”, dan sebelah kiri perisai
terdapat tanda Mintmaster-mark berupa “Pedang”.
Dibagian belakang, terdapat inskripsi Arab-Melayu “Saperatoes
Roepijah” artinya “Satu Perseratus Rupiah”, dan inskripsi Jawa
Hanacaraka berbunyi “Sa Para Satoes Roepijah” artinya “Satu
Perseratus Rupiah”, memiliki makna nilai 1/100 G setara
dengan 1 Cent
Pecahan ½ Cent
Mata uang ½ Gulden diproduksi tahun 1855, 1856, 1857, 1858,
1859, dan 1860. Uang ini dicetak dengan menggunakan bahan
Tembaga. Desain depan terdapat inskripsi “NEDERLANDSCH INDIE”,
didalam lingkaran terdapat mahkota diatas perisai, samping kiri dan
kanan terdapat tahun cetak dan dibagian bawah terdapat nominal
mata uang. Pada bagain bawah sebelah kanan perisai terdapat
Privy-mark berupa tanda Mintmark “Tongkat Mercurius”, dan
sebelah kiri perisai terdapat tanda Mintmaster-mark berupa
“Pedang”.
Seri cetakan pertama diproduksi tahun 1890, 1891, 1893, 1896, 1898,
1900, dan 1901.
Seri cetakan kedua diproduksi tahun 1903, 1904, 1906, 1907, 1908, dan
1909.
Seri cetakan ketiga diproduksi tahun 1910, 1911, 1912, 1913,1914, 1915,
1917, 1919, 1920, 1921, 1929, 1923, dan 1930. Menggunakan tanda
Mintmaster-mark “Kuda Laut”
Seri cetakan kedua diproduksi tahun 1903, 1904, 1905, 1906, 1907,
1908, dan 1909.
Seri cetakan keempat diproduksi tahun 1937, 1938, 1939, dan 1940
Inskripsi Jawa Hanacaraka “Sa Para Sa Poeloh Roepijah”, inskripsi Arab-
Melayu “Saper Sapoeloh Roepijah”, menggunakan Mintmaster-mark
berupa “Seikat Anggur”
Pecahan 5 Cent
Pecahan 2 ½ Cent
Mata uang 2 ½ Gulden diproduksi tahun 1896, 1897, 1898,
1899, 1902, 1907, 1908, 1909, 1913, 1914, 1915, dan 1920. Uang ini
dicetak dengan menggunakan bahan Tembaga.
Desain cetakan 1896, 1897, 1898, 1899, 1902, 1907, 1908, 1909,
dan 1913, bagian depan terdapat inskripsi “NEDERLANDSCH INDIE”,
didalam lingkaran terdapat mahkota diatas perisai, samping kiri dan
kanan terdapat tahun cetak dan dibagian bawah terdapat nominal 2
½ Cent. Pada bagain bawah sebelah kanan perisai terdapat Privy-
mark berupa tanda Mintmark “Tongkat Mercurius”, dan sebelah kiri
perisai terdapat tanda Mintmaster-mark berupa “Kapak”.
Dibagian belakang, terdapat insripsi Arab-Melayu “Saper
Ampat Poeloh Roepijah” artinya “Satu Perempat Puluh
Rupiah”,dan inskripsi Jawa Hanacaraka berbunyi “Sa Para Patang
Poeloh Roepijah” artinya “Satu Perempat Puluh Rupiyah”, memiliki
makna nilai 1/40 G setara dengan 2 ½ Cent.
Pecahan 1 Cent
Mata uang 1 Cent diproduksi tahun 1896, 1897, 1898, 1899, 1901,
1902, 1907, 1908, 1909, 1912, 1914, 1916, 1919, 1920, 1926, dan 1929.
Uang ini dicetak dengan menggunakan bahan Tembaga.
Desain pada periode 1897-1912 bagian depan terdapat inskripsi
“NEDERLANDSCH INDIE”, didalam lingkaran terdapat mahkota diatas
perisai, samping kiri dan kanan terdapat tahun cetak dan dibagian bawah
terdapat nominal 1 Cent. Pada bagain bawah sebelah kanan perisai
terdapat Privy-mark berupa tanda Mintmark “Tongkat Mercurius”, dan
sebelah kiri perisai terdapat tanda Mintmaster-mark berupa “Kapak”.
Dibagian belakang, terdapat insripsi Arab-Melayu “Saperatoes
Roepijah” artinya “Satu Perseratus Rupiah”, dan inskripsi Jawa Hanacaraka
berbunyi “Sa Para Satoes Roepijah” artinya “Satu Perseratus Rupiah”,
memiliki makna nilai 1/100 G setara dengan 1 Cent
Pecahan ½ Cent
Mata uang ½ Gulden diproduksi tahun 1902, 1908, 1909, 1914,
1916, 1921, 1932, 1933, 1934, 1935, 1936, 1937, 1938, dan 1939.
Uang ini dicetak dengan menggunakan bahan Tembaga. Pada bagain
bawah sebelah kanan perisai terdapat Privy-mark berupa tanda
Mintmark “Tongkat Mercurius”, dan sebelah kiri perisai terdapat
tanda Mintmaster-mark berupa “Kapak”.
Desain tahun 1902, 1908, dan 1909 pada bagian depan terdapat
inskripsi “NEDERLANDSCH INDIE”, didalam lingkaran terdapat
mahkota diatas perisai, samping kiri dan kanan terdapat tahun cetak
dan dibagian bawah terdapat nominal 1 Cent.
Pecahan 1 Gulden
Mata uang 1 Gulden diproduksi tahun 1943. Uang ini dicetak
dengan menggunakan bahan Perak 72 %. Desain depan terdapat
inskripsi “Nederlands Koningin Der Nederlanden” artinya “Ratu dari
Kerajaan Belanda”, dengan wajah Ratu Wilhelmina.
Jelajah Uang Nusantara
205 | 214
MATA UANG ZAMAN HINDU BHUDA
Pecahan ¼ Gulden
Mata uang 1/4 Gulden diproduksi tahun 1941, 1942, dan 1945.
Uang ini dicetak dengan menggunakan bahan Perak 72 %. Desain depan
terdapat insripsi “NEDERL.INDIE” singkatan dari “Nederlandsch Indie”,
terdapat sebuah mahkota diatas perisai dengan seekor singa memegang
pedang. Sebelah kiri terdapat nominal “ ¼ ” dan sebelah kanan terdapat
huruf “G”, singkatan dari Gulden. Dan pada bagian bawah perisai terdapat
tahun cetak
Pecahan 2 ½ Cent
Mata uang 2 ½ Cent diproduksi tahun 1945. Uang ini dicetak
dengan menggunakan bahan Tembaga. Desain bagian depan terdapat
inskripsi “NEDERLANDSCH INDIE”, didalam lingkaran terdapat mahkota
diatas perisai, samping kiri dan kanan terdapat tahun cetak dan
dibagian bawah terdapat nominal mata uang “2 ½ Cent”
HURUF “P” DENGAN BENTUK PENDEK HURUF “P” DENGAN BENTUK PANJANG
Uang yang diproduksi masa pemerintahan Raja Willem III dan Ratu
Wilhelmina, semua uang memiliki desain “Coin Alignment”, dimana
bagian muka depan menghadap keatas, sedangkan bagian belakang
menghadap kebawah.
Nominal koin 5 Sen bagian depan terdapat inskripsi huruf kanji “Dai
Nippon” atau “Jepang Yang Agung”, nominal angka 5 sen dan tahun
Tarikh Kokki 2603. Sedangkan untuk bagian belakang terdapat tokoh
arjuna dan di sebelah kanan dan kirinyanya terdapat bunga sakura.
Pada mata uang 10 sen bagian muka tertulis inskripsi huruf kanji “Dai
Nippon” atau “Jepang yang agung”, nominal 10 sen, dan tahun Tarikh
Kokki 2604. Sedangkan, dibagian belakang terdapat wayang Arjuna, dan
disebelah kanan kirinya terdapat bunga Sakura.
Bunga Sakura memiliki makna kehidupan, kematian dan
pembaharuan / siklus kehidupan. Tahun Tarikh Kokki yang terdapat pada
tahun cetak uang berpatokan dari Kaisar Pertama Jepang bernama Kaisar
Jimmu Tenno (771 SM -585 SM).
FAKTA MENARIK
Begitu cerdiknya Pemerintah Jepang memilih
Wayang Arjuna sebagai desain belakang 3 jenis koin
tersebut, karena tokoh arjuna memiliki sifat cerdik,
pandai, pendiam, teliti, sopan santun, berani, dan suka
melindungi yang lemah.
Jelajah Uang
Nusantara
SEBAGAI DAMPAK KEBUDAYAAN DAN
KEBIJAKAN EKONOMI MASA
KERAJAAN MATARAM KUNO SAMPAI
MASA PEMERINTAHAN
NEDERLANDSCH INDIE