Anda di halaman 1dari 15

1.

JUDUL PENELITIAN
Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Derah terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan
2. LATAR BELAKANG
Berdasarkan UU NO. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan
wewenang yaang penuh disetiap provinsi, kabupaten/kota untuk mengatur dan mengurus
daerahnya dengan adanya sedikit campur tangan dari pemerintah pusat. Kebijakan ini di kenal
dengan kebijakan otonomi daerah. Tujuan dari otonomi daerah adalah untuk meningkatkan
pembangunan daerah dan pertumbuhan ekonomi, meminimalisasi kesenjangan antar daerah
dan meningkatkan kuantitas pelayan publik (menurut Andirfa, dikutip oleh Gede Wertianti
dan Dwirandra, 2013). Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah diberikan
kesempatan untuk melakukan penyelenggaraan pemerintah termasuk menyusun anggaran
pemerintah daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ini akan dijadikan
pedoman untuk menjalankan berbagai aktivitas di pemerintah daerah.
Permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah adalah mengenai pengalokasian
anggaran. Rata-rata pemerintah daerah lebih banyak mengalokasikan anggaran pada belanja
operasi dibandingkan belanja modal. Pemerintah daerah harus mempu mengalokasikan semua
penerimaan yang diperoleh untuk belanja daerah khususnya belanja modal. Sebagaimana
dalam mengalokasikan anggaran belanja modal, pemerintah daerah harus mempu mengelola
dengan optimal karena hal ini merupakan pelayanan kepada masyarakat. Untuk meningkatkan
pengalokasian belanja modal, maka diperlukan pendapatan yang dipungut oleh pemerintah
daerah dari masyarakat baik kontribusi wajib maupun tidak. Pendapatan tersebut adalah dari
pajak daerah dan retribusi daerah. Setiap daerah mempunyai dasar pengenaan pajak yang
berbeda-beda tergantung dari kebijakan pemerintah daerah setempat begitupun dengan
retribusi daerah.
Pajak daerah dan retribusi daerah adalah salah satu penerimaan daerah yang
mencerminkan tingkat kemandirian daerah. Semakin besar jumlah pajak daerah dan retribusi
daerah maka menunjukkan bahwa daerah itu mampu melaksanakan desentralisasi fiskal dan
ketergantungan terhadap pemerintah pusat berkurang. Kabupaten Ogan Komering Ulu
Selatan merupakan salah satu kabupaten yang memuliki jumlah tingkat pajak daaerah dan
retribusi daerah yang masih rendah dibandingkan kabupaten lainnya yang beraada di
1

Sumatera Selatan. Selama ini dominasi Dana Transfer pemerintah pusat kepada daerah masih
besar. Hal ini dapat dilihat dari Laporan Realisasi APBD periode tahun 2010-2013. Maka dari
itu Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan harus berusaha semaksimal mungkin
untuk meningkatkan pajak daerah dan retribusi daerah, sebagai sumber pendapatan daerah
dalam meningkatkan belanja modal..
Perbedaan penelitian ini dengan peneltian sebelumnya yaitu lebih memfokuskan
kepada variabel independen yaitu pajak daerah dan retribusi daerah dan variabel dependen
yaitu belanja modal. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan kontribusi dari masyarakat
dan menggambarakan kemandirian dari daerah tersebut sedangkan belanja modal merupakan
pelayanan dari pemerintah daerah untuk masyarakat. Data yang akan di teliti adalah data
realisasi APBD tahun 2010 hingga 2013 dari Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.
Pemilihan periode waktu tersebut karena dengan menggunakan data 5 tahun terakhir, kecuali
tahun 2014 karena ketersediaan data yang kurang mendukung, diharapkan dapat memberikan
informasi yang relevan untuk kondisi belanja modal saat ini. Pemilihan Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan karena Ogan Komering Ulu Selatan ini merupakan kabupaten yang
masih banyak mengalami problema dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) khususnya pajak daerah dan retribusi daerah.
3. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, untuk meningkatkan pengalokasian
anggraan ke sektor belenja modal diperlukan pengetahuan mengenai pendapatan apa saja
yang memberikan pengaruh positih untuk dialokasikan ke belanja modal. Pajak daerah dan
retribusi daerah mempunyai pengaruh terhadap belanja modal. Dengan demikian dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut ;
1. Bagaimana pengaruh pajak daerah terhadap alokasi belanja modal?
2. Bagaimana pengaruh retribusi daerah terhadap alokasi belanja modal?
4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalag tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memberikan bukti empiris pada ;
1. Untuk menganalisis pengaruh pajak daerah terhadap alokasi belanja modal
2. Untuk menganalisis pengaruh retribusi daerah terhadap alokasi belanja modal
Manfaat dari penelitian ini diantaranya adalah :
2

1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperkaya ilmu pengetahuan dalam


bidang akuntansi, terutama dalam hal pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah
terhadap belanja modal.
2. Dpat digunakan oleh pemerintah daerah setempat sebagai bahan pertimbangan untuk
mengalokasikan

belanja

modal,

sehingga

meningkatkan

pelayanan

kepada

masyarakat.
3. Dapat memberikan referensi bagi piak lain yang berkepentingan dan berminat dalam
melaksanakan penelitian-penelitian selanjutnya pada bidang yang sama.
5. TINJAUAN PUSTAKA
Belanja Modal
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 53, belanja modal adalah anggaran pengeluaran
APBD yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/
pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam
bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan
aset tetap lainnya. Belanja modal menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59
Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Ketentuan Pasal 52, adalah belanja
barang atau jasa yang dianggarkan pada pengeluaran APBD yang digunakan untuk
menganggarkan pengadaan barang dan jasa yang nilai manfaatnya lebih dari 12 (dua belas)
bulan dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah. Nilai aset tetap
berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga beli/ bangun aset ditambah
seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/ pembangunan aset sampai aset tersebut
siap digunakan.
Aset tetap merupakan prasyarat utama dalam memberikan pelayanan publik oleh
pemerintah daerah. Untuk menambah aset tetap, pemerintah daerah mengalokasikan dalam
bentuk belanja modal dalam APBD. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan
daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan
maupun untuk fasilitas publik. Biasanya setiap tahun diadakan pengadaan aset tetap oleh
pemerintah, sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan publik yang memberikan
dampak jangka panjang secara finansial.
Menurut Abdul Halim (2007: 113-114) dalam (Renidia Dewanti Putri Priwikasari,
2014) belanja modal dapat dikategorikan dalam lima kategori utama yaitu:
a. Belanja Modal Tanah

Belanja modal tanah adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk pengadaan
atau pembelian atau pembebasan penyelesaian, baik nama dan sewa tanah,
pengosongan, pengurugan, peralatan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan
pengeluaran lainnya yang sehubungan dengan perolehan hak atas tanah sampai tanah
yang dimaksud dalam kondisi siap pakai.
b. Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan
untuk pengadaan atau penambahan atau penggantian dan peningkatan kapasitas
peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberi manfaat lebih dari dua belas
bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.
c. Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan
untuk pengadaan atau penambahan atau penggantian dan termasuk pengeluaran untuk
perencanaan, pengawasan, dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang
menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan yang dimaksud dalam kondisi siap
pakai.
d. Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan adalah pengeluaran atau biaya yang
digunakan untuk pengadaan atau penambahan atau penggantian dan peningkatan
pembangunan atau pembuatan serta perawatan, dan pengelolaan jalan, irigasi, dan
jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan, irigasi, dan jaringan yang dimaksud
dalam kondisi siap pakai.
e. Belanja Modal Fisik Lainnya
Belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk
pengadaan atau penambahan atau penggantian atau peningkatan atau pembangunan
atau pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan
ke dalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan,
jalan, irigasi, serta jaringan, termasuk juga dalam belanja ini adalah belanja modal
kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang
untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.
Pajak Daerah
Berdasarkan UU No. 28 tahun 2009, yang dimaksud dengan Pajak Daerah adalah
kontribusi Wajib Pajak kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran


rakyat. Jenis pajak daerah dirinci menjadi:
1) Pajak Provinsi, terdiri atas: Tarif pajak untuk Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air
Permukaan, dan Pajak Rokok ditetapkan seragam di seluruh Indonesia dan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
2) Pajak Kabupaten atau Kota, terdiri atas: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,
Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan,
Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
Retribusi Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Berbeda
dengan pajak pusat seperti Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai yang dikelola
oleh Direktorat Jenderal Pajak, retribusi dapat disebut sebagai pajak daerah yang dikelola
oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda). Jenis Pemungutan Retribusi Daerah
Pemungutan retribusi dilakukan terhadap objek retribusi yaitu:
1) Jasa Umum
Retribusi jasa umum yang dikenakan atas jasa umum yang digolongkan sebagai
retribusi jasa umum sebagai objek atas retribusi jasa umum ini yaitu pelayanan yang
disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
bermanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan termasuk
dalam kategori retribusi jasa umum, yaitu: retribusi pelayanan kesehatan; retribusi
pelayanan persampahan atau kebersihan; retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda
penduduk dan akta catatan sipil; retribusi pelayanan pemakaman dan penguburan
mayat; retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum; retribusi pelayanan pasar;
retribusi pengujian kendaraan bermotor; retribusi pemeriksaan alat pemadam
kebakaran; retribusi penggantian biaya cetak peta; retribusi penyediaan dan/ atau
penyedotan kakus; retribusi pengelolaan limbah cair; retribusi pelayanan tera ulang;
retribusi pelayanan pendidikan; dan retribusi pengendalian menara telekomunikasi.
2) Jasa Usaha

Retribusi jasa usaha ini dikenakan atas jasa usaha sebagai objek retribusi jasa usaha
yaitu pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip
komersial yang meliputi:
a) Pelayanan dengan menggunakan atau memanfaatkan kekayaan daerah yang belum
dimanfaatkan secara optimal; dan atau
b) Pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara memadai
oleh pihak swasta. Kategori jasa usaha dalam hal ini adalah retribusi pemakaman
kekayaan daerah; retribusi pasar grosir dan atau

pertokoan; retribusi tempat

pelanggan; retsribusi terminal; retribusi tempat khusus parkir; retribusi tempat


penginapan, pesanggrahan atau villa; retribusi rumah potong hewan; retribusi
pelayanan kepelabuhan; retribusi tempat rekreasi dan olahraga; retribusi
penyeberangan di air; dan retribusi penjualan produksi usaha daerah.
3) Retribusi Perizinan Tertentu
Sebagai objek retribusi perizinan tertentu yaitu pelayanan perizinan tertentu
olehpemerintah daerah kepada orang pribadi atau pribadi yang dimaksud untuk
pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya
alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan
umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis retribusi perizinan tertentu ini
meliputi: retribusi izin mendirikan bangunan; retribusi izin tempat penjualan minuman
beralkohol; retribusi izin gangguan; retribusi izin trayek; dan retribusi izin perikanan.
Hubungan antara Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dengan Belanja Modal
Daerah yang ditunjang dengan sarana dan prasarana memadai akan berpengaruh pada
tingkat produktivitas masyarakatnya dan akan menarik investor untuk menanamkan
modalnya pada daerah tersebut yang pada akhirnya akan menambah pendapatan asli
daerah dimana diantaranya terdapat pajak daerah dan retribusi daerah. Peningkatan Pajak
Daerah dan retribusi daerah diharapkan mampu memberikan efek yang signifikan terhadap
pengalokasian anggaran belanja modal oleh pemerintah. Peningkatan investasi modal
(belanja modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada
gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap
pembanguna yang tercermin dari adanya peningkatan pajak daerah dan retribusi daerah
(menurut Mardiasmo, dikutip oleh Dini Arwandi dan Novita Hadiati, 2013).
Teori Keagenan.
Teori yang menjelaskan hubungan prinsipal dan agen ini salah satunya berakar pada
teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Teori prinsipal-agen
6

menganalisis susunan kontraktual di antara dua atau lebih individu, kelompok, atau
organisasi. Salah satu pihak (principal) membuat suatu kontrak, baik secara implisit
maupun eksplisit, dengan pihak lain (agent) dengan harapan bahwa agen akan
bertindak/melakukan pekerjaan seperti yang dinginkan oleh prinsipal (dalam hal ini terjadi
pendelegasian wewenang). Dalam suatu organisasi hubungan ini berbentuk vertikal, yakni
antara pihak atasan (sebagai prinsipal) dan pihak bawahan (sebagai agen). Teori tentang
hubungan kedua pihak tersebut populer dikenal sebagai teori keagenan.
Teori keagenan memandang bahwa pemerintah daerah sebagai agent bagi masyarakat
(principal) akan bertindak sesuai dengan tugas yang telah diberikan oleh masyarakat. Teori
keagenan tersirat dalam hubungan pemerintah daerah dengan masyarakat. Masyarakat
sebagai prinsipal telah memberikan sumber daya kepada daerah berupa pembayaran pajak,
retribusi dan sebagainya untuk dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Pemerintah
daerah selaku agen dalam hal ini, sudah seharusnya memberikan timbal balik kepada
masyarakat dalam bentuk pelayanan publik yang memadai yang didanai oleh pendapatan
daerah itu sendiri. Tetapi, dalam kenyataanya agent (pemerintah daerah) akan melakukan
tindakan yang bertentangan dengan tugasnya sehingga hal itu akan mempengaruhi
masyarakat (principal) dalam menilai kinerja pemerintah daerah (agent). (Gede wertianti
dan Dwiranda, 2013).
6. PENELITIAN TERDAHULU
Bagus Bowo Laksono (2014) meneliti tentang Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi
Daerah, DAU dan DAK terhadap Belanja Daerah. Tujuan dari penelitian ini untuk menguji
Pajak Daerah,Rretribusi Daerah, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus
(DAK) terhadap Belanja Daerah. Populasi dalam penelitian ini adalah pemerintah
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dan DIY. Penelitian menggunakan data sekunder yang
berupa LRA tahun 2011 dan tahun 2012. Hasil penelitian ini secara partial menunjukkan
bahwa pajak daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus berpengaruh positif terhadap
belanja daerah. Sedangkan retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap belanja daerah.
Luh Putu Rani Mayasari, dkk (2014) meneliti tentang Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian
Anggaran Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten Buleleng. Penelitian ini bertujuan
untuk memberikan bukti empiris dan mengetahui

pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) pada Alokasi Belanja
7

Modal dengan mempertimbangkan data yang dikumpulkan. Data yang digunakan dalam
penelitian ini diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah dari tahun 2011-2013 berupa Laporan Realisasi
Anggaran dengan sumber Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati
Buleleng. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat Pengaruh yang signifikan antara
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap
Belanja Modal.
Gede Wertianti dan Dwirandra (2013) meneliti tentang Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi pada Belanja Modal dengan PAD dan DAU sebagai variabel Moderasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap
belanja modal dengan menggunakan PAD dan DAU sebagai variabel moderasi di
Kabupaten/Kota Provinsi Bali. Penelitian ini mencakup 9 kabupaten/kota di wilayah
Provinsi Bali dengan menggunakan penelitian kuantitatif yang mana data dalam penelitian
ini berasal dari data sekunder yang diperoleh melalui observasi non perilaku berupa studi
dokumentasi. Data penelitian ini telah memenuhi syarat uji asumsi klasik dan uji
kesesuaian model dengan Adjusted R2 sebesar 54,5% yang diolah dengan menggunakan
teknik regresi linier berganda dengan variabel interaksi (Moderated Regression Analysis).
Hasil analisis menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi, PAD dan DAU secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal. Analisis selanjutnya
menunjukkan bahwa PAD mampu meningkatkan pengaruh positif pertumbuhan ekonomi
terhadap belanja modal, sedangkan DAU tidak mampu meningkatkan pengaruh positif
pertumbuhan ekonomi terhadap belanja modal.
Arbie Gugus Wandra (2013) meneliti tentang Pengaruh PAD, DAU, DAK, dan DBH
terhadap Pengalokasian Belanja Modal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH) terhadap Pengalokasian Belanja
Modal pada pemerintah provinsi se Indonesia baik secara simultan maupun parsial.
Populasi dalam penelitian ini adalah Pemerintah Provinsi se-Indonesia yang terdiri dari 33
Provinsi Tahun 2012. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa Laporan
Realisasi APBD Pemerintah Provinsi se-Indonesia tahun 2012. Pengujian hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan uji t, uji F, dan koefisien
determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DAU dengan arah negatif, DAK dan
8

DBH berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Sedangkan PAD tidak berpengaruh
signifikan terhadap belanja modal. Secara simultan variabel PAD, DAU, DAK, dan DBH
berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Bagi Pemerintah daerah diharapkan lebih
memperhatikan proporsi DAU yang di alokasikan ke anggaran belanja modal.
Dwi Handayani dan Elva Nuraini (2012) meneliti tentang Pengaruh Pajak Daerah dan
Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Daerah Kabupaten Madiun. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang terdiri dari peraturan bupati,
Laporan pendapatan asli daerah tahun Laporan Dana Alokasi Khusus, dan Laporan
realisasi anggaran belanja daerah. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode
penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dan uji
hipotesis. Hasil analasis data menunjukkan bahwa pajak daerah berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap alokasi belanja daerah karena pajak daerah merupakan bagian dari
pendapatan asli daerah yang terbesar. Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap alokasi belanja daerah, karena kebutuhan sulit di perkirakan dengan
rumus alokasi umum dan kebutuhan merupakan komitmen atau prioritas nasional.
No

Peneliti

Variabel

Sample

Metode

Hasil penelitian

Bagus

Variabel independen :

Kabupaten

Analisis
Analisis

Secara parsial pajak

Bowo

pajak daerah, retribusi

/Kota di Jawa

regresi

daerah, DAU, DAK

Laksono

daerah, DAU, DAK

Tengah dan

linier

berpengaruh terhadap

(2014)

Variabel dependen :

DIY (2011-

berganda

belanja daerah,

belanja daerah

2012)

sedangkan retribusi
daerah tidak

Luh Putu

Variabel independen :

Kabupaten

Analisis

Pengaruh yang

Rani

pertumbuhan ekonomi,

Buleleng

regresi

signifikan antara

ayasari,

PAD dan DAU

linier

Pertumbuhan Ekonomi,

dkk

Variabel dependen :

Berganda

PAD dan DAU terhadap

(2014)
Gede

belanja modal
Variabel independen :

Kabupaten/Ko Analisis

Belanja Modal
PAD mampu

Wertianti

pertumbuhan ekonomi

ta Provinsi

meningkatkan pengaruh

regresi

dan

Variabel dependen ;

Bali

linier

positif pertumbuhan

Dwirand

belanja modal

Berganda

ekonomi terhadap

ra (2013)

Variabel moderasi :

belanja modal,

PAD dan DAU

sedangkan DAU tidak

Arbie

Variabel independen :

Pemerintah

Analisis

mampu meningkatkan
DAU dengan arah

Gugus

PAD, DAU, DAK dan

Provinsi se-

regresi

negatif, DAK dan DBH

Wandra

DBH

Indonesia

linier

berpengaruh signifikan

(2013)

Variabel dependen :

Berganda

terhadap belanja modal.

Belanja Modal

Sedangkan PAD tidak


berpengaruh signifikan
terhadap belanja modal.
Secara simultan
variabel PAD, DAU,
DAK, dan DBH
berpengaruh signifikan

Dwi

Variabel independen :

Kabupaten

Analisis

terhadap belanja modal


Secara signifikan pajak

handaya

pajak daerah, DAK

Madiun

regresi

daerah dan DAK

ni dan

Variabel dependen :

linier

berpengaruh terhadap

Elva

belanja daerah

berganda

belanja daerah

Nuraini
(2012)

7. KERANGKA PENELITIAN
Pajak Daerah
X1

Belanja Modal
Y

Retribusi
Daerah
X2
Kerangka
penelitian merupakan konsep untuk menjelaskan dan menunjukkan

keterkaitan antara variabel yang akan diteliti, dimana variabel analisisnya yaitu variabel
independen yaitu pajak daerah adalah X1 dan Retribusi daerah adalah X2. Sedangkan
10

variabel dependen yaitu Belanja Modal (Y). Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.
Salah satu sumber pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Pajak daerah dan retribusi daerah
merupakan komponen yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan daerah.
Terdapat keterkaitan antara pajak daerah dengan alokasi belanja modal. Semakin besar
pajak yang diterima oleh Pemerintah daerah, maka semakin besar pula Pendapatan Asli
Daerah. Begitu juga dengan retribusi daerah, semakin besar retribusi daerah yang diterima,
maka semakin besar pula pendapatan Asli Daerah, sehingga dapat meningkatkan
pengalokasian belanja modal untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Ciri utama daerah yang berotonom adalah daerah yang mampu mengelola keuangan
daerahnya. Ini berarti daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan sebagai daerah
otonom harus mampu untuk menggali sumber-sumber pendapatan daerahnya dalam upaya
untuk mengoptimalkan sumber keuangan sendiri. Uapaya ini dilakukan guna untuk
mengurangi ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat.
Penelitian terdahulu oleh Dwi Handayani dan Elva Nuraini (2012) yaitu variabel pajak
daerah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap alokasi belanja daerah.
Berdasarkan yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan bahwa pajak daerah dan
retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal di kabupaten Ogan Komering Ulur
Selatan.
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah disajikan tersebut, maka hipotesis penelitian
yang dapat disimpulkan dari asumsi diatas adalah sebagai berikut :
H1 = Pajak Daerah berpengaruh terhadap pengalokasian Belanja Modal di Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan
H2 = Retribusi Daerah berpengaruh terhadap pengalokasian Belanja Modal di Kabupaten
Ogan Komering Ulu Selatan
8. METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk
menjelaskan suatu fenomena empiris yang disertai data statistik, karakteristik dan pola
hubungan antar variabel. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah
kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan periode tahun 2010-2013. Berdasarkan
karakteristiknya yang dipakai sebagai sampel adalah Kabupaten Ogan Komering Ulu
Selatan yang memiliki pendapatan daerah aktif, dapat membiayai daerahnya sendiri
11

dimana Kabupaten dan Kota tersebut menerbitkan Laporan Realisasi APBD tahun 20102013.
Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pajak daerah dan retribusi daerah
sebagai variabel independen dan belanja modal sebagai variabel dependen.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah barupa data sekunder dan bersifat
kuantitatif, menggunakan data time series tahun 2010 2013 yang bersumber dari laporan
realisasi APBD pemerintah kabupaten/kota Ogan Komering Ulu Selatan. Data yang
dibutuhkan adalah informasi keuangan yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu,
total realisasi pajak daerah, total realisasi retribusi daerah, dan total realisasi belanja
modal.
Definisi Operasioanl dan Pengukuran Variabel
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah belanja modal, sedangkan variabel
independennya adalah pajak daerah dan retribusi daerah. Untuk menganalisis hubungan
antara variabel terikat dan variabel bebas digunakan model persamaan regresi yaitu :
Y
X1
X2

=
=
=

Belanja Modal
Pajak Daerah
Retribusi Daerah

= Diukur dalam satuan rupiah


= Diukur dalam satuan rupiah
= Diukur dalam satuan rupiah

Berikut ini pembahasan definisi operasional yang menjelaskan variabel-variabel yang


digunakan dalam penelitian ini :
1. Belanja Modal (Variabel dependen)
Belanja modal merupakan belanja daerah yang manfaatnya melebihi 1 tahun
anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan
menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok
belanja administrasi umum. Belanja modal dilihat dalam laoran realisasi APBD diukur
dalam satu rupiah.
2. Pajak daerah (variabel independen)
Pajak daerah yang selanjutya disebut sebagai pajak, adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan ynag berlaku,
yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraab pemerintah daerah dan
pembangunan daerah. Pajak dapat dilihat dari pos PAD dalam laopran realisasi APBD
diukur dalam satuan rupiah.
12

3. Retribusi daerah (Variabel independen)


Retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusu disediakan
dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Rretribusi daerah dapat dilihat dari pos PAD dalam laporan realisasi APBD
dukur dalam satuan rupiah.

Metode Analisis Data


Pengujian Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi
normal atau tidak. Uji ini digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval,
ataupun rasio. Uji ini untuk melihat apakah dalam model regresi variabel terikat dan
variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi
yang baik adalah model regresi yang berdistribusi normal. Uji statistik yang dapat
digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika hasil Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai
signifikan diatas 0,05 maka data residual terdistribusi dengan normal. Sedangkan jika
hasil Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan dibawah 0,05 maka data
residual terdistribusi tidak normal
Uji Mulitikolinearitas
Uji Multikolinearitas adalah keadaan dimana terjadi hubungan linier yang
sempurna atau mendekati sempurna antara variabel bebas (independen) dalam model
regresi. Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
ada atau tidaknya hubungan linier antara variabel bebas (independen). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas antara variabel bebas (independen).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat
dilihat dari tolerance value dan lawannya variance inflation factor (VIF). Nilai cutoff

13

yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai


Tolerance > 0.10 atau sama dengan nilai VIF < 10.
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadi ketidaksamaan varian dari
residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji heteroskedastisitas
digunakan untuk mengetahaui ada atau tidaknya ketidaksamaan varian dari residual
pada model regresi. Prasyarat dalam model regresi adalah tidak adanya masalah
heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat
menggunakan uji statistik glejser.
Analisis data dilakukan setelah data terkumpul: Analisis data menggunakan analisis
regresi berganda (multiple regression) untuk menguji pengaruh variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen. Uji regresi berganda adalah metode statistik
yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi berganda (multiple
regression), hal ini sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan. Metode regresi
berganda menghubungkan satu variabel dependen dengan beberapa variabel
independen dalam suatu model prediktif tunggal. Uji regresi berganda digunakan
untuk menguji pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap belanja modal.
Hubungan antara variabel tersebut dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut :
Y = a +b1X1 + b2X2 + e
Dimana :
Y
= belanja modal
X1
= pajak daerah
X2
= retribusi daerah
a
= konstanta
b1.b2
= koefision regresi
e
= kesalahan penganggu
Pengujian Hipotesis
Koefisien Determinasi
Analisis determinasi dalam regresi linear bergandadigunakan untuk mngetahui
persetase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel
dependen.

14

Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen. Jika probabilitas atau
signifikansi > 0,05 maka variabel bebas secara individu tidak berpengaruh terhadap
Belanja Modal, jika < 0,05 maka variabel bebas secara individual berpengaruh
terhadap Belanja Modal.

Uji F (Fisher)
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independennya yang
dimaksudkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen
yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (5%). Kriteria pengujian uji F adalah, apabila
nilai signifikan F lebih rendah dari 0,05 (5%), maka dapat disimpulkan bahwa semua
variabel independen yang diteliti secara bersama-sama mempengaruhi variabel
independen.

15

Anda mungkin juga menyukai