Documents - Tips Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak
Documents - Tips Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak
Oleh :
Nama
: Nurhaida Lamlanto
Gejala adalah kesatuan informasi, yang dicari di dalam diagnosis klinis dan
diidefinisikan sebagai fenomena atau tanda-tanda suatu permulaan keadaan sakit yang
normal dan indikatif. Gejala dapat diklasifikasikan sebagai berikut : gejala subjektif
adalah gejala yang dialami dan dilaporkan oleh pasien kepada dokter, gejala objektif
adalah gejala yang dipastikan oleh dokter melalui berbagai uji/tes. Pengertian
mengenai keduanya adalah penting agar sampai pada identifikasi penyakit yang tepat
dan disamping itu sampai pada suatu diagnosis masalah yang membawa pasien
kepada seorang klinisi. 1
Gejala-gejala Subjektif
Daftar isian medis yang lengkap yang berisi riwayat medis dan kesehatan gigi
pasien terdiri dari gejala-gejala subjektif. Termasuk di dalam kategori ini adalah
alasan pasien menjumpai dokter gigi, atau keluhan utama. Umumnya, suatu keluhan
utama berhubungan dengan rasa sakit, pembengkakan, tidak berfungsi/estetik.
Mungkin juga hanya karena ada sesuatu pada rontgen, yang dikeluhkan pasien.
Apapun alasannya, keluhan utama pasien merupakan permulaan yang terbaik untuk
mendapatkan suatu diagnosis yang tepat. 1
Keluhan utama yang paling sering melibatkan perawatan adalah rasa sakit.
Pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang bijaksana mengenai rasa sakitnya dapat
menolong seorang ahli diagnostik menghasilkan suatu diagnosis sementara dengan
cepat. Pasien harus ditanya tentang macam rasa sakit, lokasinya, lamanya, apa yang
menyebabkannya, apa yang meringankannya, dan pernah atau tidak melibatkan
tempat lain. 2
Riwayat gigi : 2
1. Keluhan : apakah pasien datang dengan keluhan tertentu ? Jika tidak, apa
alasan kedatangannya ? Misalnya: pemeriksaan rutin dianjurkan setelah
pemeriksaan gigi di sekolah. Adalah penting mengetahui alasan kedatangan
pasien.
2. Riwayat keluhan jika ada : jika keluhan sakit gigi, cari keterangan berikut :
lokasi, rasa sakit, kapan mulai ? apakah terputus-putus atau terus-menerus ?
jika terputus-putus berapa lama berlangsungnya ? apakah ditimbulkan
rangsang panas, dingin atau manis atau sewaktu makan ? apakah rasa sakit
menyebabkan anak terbangun di waktu malam ? apakah rasa berkurang/hilang
dengan analgesia ? gejala-gejala sakit member indikasi macam kelainan
pulpa, misalnya rasa sakit yang terputus dengan jangka waktu pendek yang
disebabkan panas dingin atau manis; hiperemi pulpa; rasa sakit spontan, berat,
membuat tidak bisa tidur; pulpitis akut; abses. Sayangnya, gejala yang
digambarkan anak atau orang tua samar dan kurang mempunyai nilai
diagnostik.
3. Riwayat kesehatan gigi yang lalu : apakah perawatan gigi yang lalu dilakukan
teratur atau tidak ? apakah pernah diberikan perawatan gigi di lain tempat ?
jika ya, mengapa orang tua mengganti dok ter gigi ? apakah anak pernah
mengalami sesuatu dengan perawatan giginya ? jika ya, perawatan apakah ?
misalnya, penambalan, pencabutan, analgesia lokal dan anastesi umum ?
Keterangan perawatan gigi yang lalu menunjukkan sikap orang tua. Jika anak
dibawa ke dokter gigi baru karena tidak bisa bekerja sama dengan dokter gigi
yang lama, alasan ini perlu ditelusuri dengan teliti dengan member tahu anak
bahwa dokter gigi menarik dan simpatik dan ia pasti akan mencari jalan untuk
mengatasi masalah.
4. Sikap anak terhadap setiap perawatan di atas (pada anak kecil, pendapat orang
tua cukup relevan). Setiap sikap yang tidak menyenangkan selama perawatan
harus diperhatikan dalam rencana perawatan mendatang. Telusuri setiap
bentuk perawatan, dengan mengabaikan sikap anak terhadap perawatan
tersebut menunjukkan kurangnya perhatian pada perasaan anak yang tentunya
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip penanganan pasien yang baik.
5. Sikap orang tua terhadap perawatan gigi. Sikap dan harapan orang tua
terhadap perawatan gigi sangat berbeda, rencana perawatan yang diluar
harapan
jangan
dilakukan
sebelum
menjelaskan
keuntungannya.
Riwayat medis : 2
1. Penyakit jantung congenital
2. Demam rematik
3. Kelainan darah
4. Penyakit saluran pernapasan
5. Asma
6. Hepatitis
7. Penyakit gastrointestinal
8. Penyakit ginjal atau saluran kencing
9. Penyakit tulang atau sendi
10. Penyakit diabetes
11. Penyakit kulit
12. Kelainan congenital
13. Alergi
14. Pengobatan belakangan atau yang sedang dilakukan
15. Operasi sebelumnya atau penyakit serius
16. Kelainan subnormal mental
17. Epilepsy
18. Riwayat penyakit serius dalam keluarga
dan
menimbang
Pemeriksaan Intra-oral
Diharapkan agar kecemasan yang dirasakan oleh anak pada kedatangannya
dapat dikurangi atau dihilangkan selama periode pencatatan riwayat. Kemudian, anak
harus duduk dengan tenang pada kursi perawatan. 2
Pemeriksaan awal yang dilakukan pada keadaan seperti ini tidak perlu
mendetail. Jika digunakan sonde harus diingat bahwa terlihatnya alat yang tajam atau
runcing dapat menyebabkan kecemasan dan kecerobohan dalam mempergunakan alat
tersebut dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit. Perawatan sederhana dapat dimulai
dengan anak dipangku orang tua, bila anak sudah percaya diri, ia akan dengan senang
hati duduk sendiri. 2
1. Jaringan lunak : mukosa pipi, bibir, lidah, tonsil, palatum lunak, palatum keras
dan gingival.
2. Gigi : kebersihan mulut, keadaan gigi-gigi, posisi gigi-gigi-crowding, spasing,
drifting, oklusi.
Gejala Objektif
Gejala objektif ditentukan oleh pengujian dan observasi yang dilakukan oleh
seorang klinisi. Pengujian-pengujian tersebut adalah sebagai berikut : 1
1) Pemeriksaan visual dan taktil
3) Palpasi
Tes sederhana ini dilakukan dengan ujung jari menggunakan tekanan ringan untuk
memeriksa konsistensi jaringan dan respon rasa sakit. Meskipun sederhana, tetapi
merupakan suatu tes yang penting. Nilainya terletak dalam menemukan
pembengkakan yang meliputi gigi yang terlibat dan menentukan hal-hal berikut :
(1) apakah jaringan fluktuan dan cukup membesar untuk insisi dan drainase;
(2) adanya, intensitas dan lokasi rasa sakit; (3) adanya dan lokasi adenopati dan
(4) adanya krepitus tulang.
Bila palpasi digunakan untuk menentukan adenopati sebaiknya berhati-hati bila
melakukan palpasi nodus limfa pada infeksi akut, untuk menghindari
kemungkinan penyebaran infeksi melalui pembuluh limfatik. Bila gigi-gigi
posterior terinfeksi, maka secara diagnostik nodus limfa submaksiler turut terlibat.
Infeksi pada gigi-gigi anterior bawah kemungkinan menyebabkan pembengkakan
nodus limfa submental. Bila infeksi terbatas pada pulpa dan tidak berlanjut pada
periodonsium, palpasi tidak merupakan saran diagnostik. Palpasi, perkusi,
mobilitas, dan depresibilitas adalah lebih untuk menguji periodontium daripada
pulpa.
4) Mobilitas-Depresibilitas
Tes mobilitas digunakan untuk mengevaluasi integritas apparatus pengikat di
sekeliling gigi. Tes ini terdiri dari menggerakkan suatu gigi ke arah lateral dalam
soketnya dengan menggunakan jari atau, lebih diutamakan, menggunakan tangkai
dua instrument. Tujuan tes ini adalah untuk menentukan apakah gigi terikat kuat
atau longgar pada alveolusnya. Jumlah gerakan menunjukkan kondisi
periodonsium; makin besar gerakannya, makin jelek status periodontalnya.
Demikian pula, tes untuk depresibilitas adalah dengan menggerakkan gigi ke arah
vertikal dalam soketnya. Tes ini dapat dilakukan dengan jari atau instrumen. Bila
dijumpai depresibilitas, kemungkinan untuk mempertahankan gigi berkisar antara
jelek dan tidak ada harapan.
Satu klasifikasi mobilitas menetapkan mobilitas derajat pertama sebagai gerakan
gigi yang nyata dalam soketnya; mobilitas derajat kedua adalah gerakan gigi
dalam jarak 1 mm, dan mobilitas derajat ketiga adalah gerakan lebih besar
daripada 1 mm atau bila gigi dapat ditekan.
5) Radiografi
Radiografi adalah salah satu alat klinis paling penting untuk membuat diagnosis.
Alat ini memungkinkan pemeriksaan visual struktur mulut yang tidak mungkin
dapat dilihat dengan mata telanjang. Tanpa alat ini tidak mungkin dilakukan
diagnosis, seleksi kasus, perawatan, dan evaluasi penyembuhan luka. Praktik
kedokteran gigi tidak mungkin dilakukan tanpa radiograf.
Untuk dapat menggunakan radiograf dengan tepat, seorang klinisi harus
mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk dapat
memberikan interpretasi secara tepat. Diperlukan suatu pengertian seksama
tentang anatomi normal dan anomalinya yang mendasarinya dan perubahan yang
dapat timbul yang disebabkan oleh ketuaan, trauma, penyakit dan penyembuhan.
Dengan demikian, baru bayangan hitam-putih berdimensi-dua yang diproses pada
film ini mempunyai arti.
6) Uji listrik pulpa
Mengetes pulpa dengan listrik lebih cermat daripada beberapa tes yang digunakan
untuk menentukan vitalitas pulpa. Meskipun vitalitas pulpa tergantung pada
sirkulasi darah intrapulpa, tidak pernah ditemukan tes klinis yang praktis untuk
menguji sirkulasi. Tester listrik bila digunakan untuk menguji vitalitas pulpa,
malahan menggunakan stimulasi saraf. Tujuannya adalah untuk merangsang
respon pulpa dengan mengenakan arus listrik yang makin meningkat pada gigi.
Suatu respon positif merupakan suatu indikasi vitalitas dan membantu dalam
menentukan normalitas atau abnormalitas pulpa tersebut. Tidak adanya respon
terhadap stimulus listrik dapat merupakan indikasi adanya nekrosis pulpa.
7) Uji termal
Sumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.
Tes ini meliputi aplikasi dingin dan panas pada gigi, untuk menentukan
sensitivitas terhadap perubahan termal. Meskipun keduanya merupakan tes
sensitivitas, tetapi tidak sama dan digunakan untuk alasan diagnosis yang
berbeda. Suatu respon terhadap dingin menunjukkan pulpa vital, tanpa
memperhatikan apakah pulpa itu normal atau abnormal. Suatu respon abnormal
terhadap panas biasanya menunjukkan adanya gangguan pulpa atau periapikal
yang memerlukan perawatan endodontik.
Tes panas. Tes panas dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-beda yang
menghasilkan derajat temperatur yang berbeda. Daerah yang akan dites diisolasi
dan dikeringkan, kemudian udara hangat dikenakan pada permukaan gigi yang
terbuka dan respon pasien dicatat. Bila diperlukan temperatur yang lebih tinggi
untuk mendapatkan suatu respon, harus digunakan air panas, burnisher panas,
guta-percha panas atau kompoun panas atau sembarang instrument yang dapat
menghantarkan temperatur yang terkontrol pada gigi. Bila menggunakan benda
padat, seperti guta-perca panas, panas tersebut dikenakan pada bagian sepertiga
oklusobukal mahkota terbuka. Bila tidak timbul respon, bahan dapat dipindahkan
ke bagian sentral mahkota atau lebih dekat dengan serviks gigi. Bila timbul suatu
respon, benda panas harus segera diambil. Harus dijaga untuk tidak menggunakan
panas yang berlebihan atau memperpanjang aplikasi panas pada gigi.
Tes dingin. Aplikasi dingin dapat dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda.
Suatu cucuran udara dingin dapat dikenakan langsung pada mahkota gigi yang
sebelumnya dikeringkan dan juga pada tepi gusi. Bila tidak timbul respon, gigi
dapat diisolasi dengan isolasi karet dan disemprot dengan etil klorida yang begitu
cepat menguap sehingga mengabsorpsi panas dan dengan demikian mendinginkan
gigi. Suatu cara yang lebih umum adalah meletakkan kapas yang dibasahi dengan
etil klorida pada gig yang dites. Meskipun temperaturnya tidak sedingin seperti
bila digunakan semprotan etil klorida, umumnya cukup dingin untuk
mendapatkan suatu respon yang absah.
8) Uji anestesi
Tes ini terbatas bagi pasien yang sedang merasa sakit pada waktu dites, bila tes
yang biasanya digunakan gagal untuk memungkinkan seseorang mengidentifikasi
gigi. Tujuannya adalah untuk menganestesi gigi tunggal berturut-turut sampai rasa
sakitnya hilang dan terbatas pada gigi tertentu.
Caranya sebagai berikut : menggunakan injeksi infiltrasi atau intraligamen,
lakukan injeksi pada gigi yang paling belakang
sebagai penyebab rasa sakit. Bila rasa sakitnya tetap ada setelah gigi dianestesi
penuh, lakukan anestesi gigi disebelah mesialnya, dan lanjutkan melakukan
demikian sampai sakitnya hilang. bila sumber rasa sakit tidak dapat ditentukan,
baik pada gigi rahang atas dan rahang bawah, harus diberikan suatu injeksi
alveolar inferior (blok mandibular). Hilangnya rasa sakit tentu saja menunjukkan
keterlibatan gigi mandibular, dan lokalisasi gigi yang khusus dilakukan dengan
injeksi intraligamen, bila anestesi sudah habis efeknya. Tes ini jelas merupakan
suatu usaha terakhir dan mempunyai suatu keuntungan dibandingkan tes kavitas
karena selama tes kavitas dapat terjadi kerusakan iatrogenic.
9) Uji kavitas
Tes ini memungkinkan seseorang menentukan vitalitas pulpa. Tes ini dilakukan
bila cara diagnosis lain gagal. Tes kavitas dilakukan dengan cara mengebur
melalui pertemuan email dentin gigi tanpa anestesi. Pengeburan harus dilakukan
dengan kecepatan rendah dan tanpa air pendingin. Sensitivitas atau nyeri yang
dirasakan oleh pasien yang merupakan suatu petunjuk vitalitas pulpa; tidak
diindikasikan untuk perawatan endodontik. Semen sedatif kemudian diletakkan di
dalam kavitas dan pencarian sumber rasa sakit diteruskan. Bila tidak dirasakan
sakit, preparasi kavitas boleh dilanjutkan sampai kamar pulpa dicapai. Bila
seluruh pulpa nekrotik, perawatan endodontik dapat dilanjutkan tanpa rasa sakit
dan dalam kebanyakan kasus tanpa anestesi.
mengenai
pasien,
disini
mungkin
tidak
diperlukan
radiografi.
DIAGNOSIS
Diagnosis Karies Gigi
Diagnosis pertama memerlukan inspeksi atau pengamatan pada semua
permukaan gigi dengan bantuan pencahayaan yang cukup, kaca gigi, dan eksplorer.
Radiografi
gigi
dapat
membantu
diagnosis,
terutama
pada
kasus
karies
interproksimal. Karies yang besar dapat langsung diamati dengan mata telanjang.
Karies yang tidak ekstensif dibantu dulu dengan menemukan daerah lunak pada gigi
dengan eksplorer.3
Beberapa peneliti gigi telah memperingatkan agar tidak menggunakan
eksplorer untuk menemukan karies. Pada kasus dimana sebuah daerah kecil pada gigi
telah mulai untuk demineralisasi namun belum membentuk lubang, tekanan pada
eksplorer dapat merusak dan membuat lubang. 3
Teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosis karies awal yang belum
berlubang adalah dengan tiupan udara melalui permukaan yang disangka, untuk
membuang embun, dan mengganti peralatan optis/ Hal ini akan membentuk sebuah
efek "halo" dengan mata biasa. Transiluminasi serat optik direkomendasikan untuk
mendiagnosis karies kecil. 3
Karies oklusal
Karies labial
Karies bukal
Karies palatal/lingual
Karies aproksimal
Karies kombinasi (Mengenai semua permukaan)
Pembagian lain dari karies berdasarkan lokasi : 4
Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi. Tipe ini kadang tidak
dapat dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah explorer gigi. Karies
proksimal ini memerlukan pemeriksaan radiografi.
Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk
ketika permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies
ini tidak akan berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri.
Permukaan akar lebih rentan terkena proses demineralisasi daripada enamel
atau email karena sementumnya demineraliasi pada pH 6,7, di mana lebih
tinggi dari enamel. Karies akar lebih sering ditemukan di permukaan fasial,
permukaan interproksimal, dan permukaan lingual. Gigi geraham atas
1. Pulpitis reversibel
Definisi. Pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringansampai-sedang yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa mampu kembali
pada keadaan tidak terinflamasi setelah stimuli ditiadakan. Rasa sakit yang
berlangsung sebentar dapat dihasilkan oleh stimuli termal pada pulpa yang
mengalami inflamasi reversibel, tetapi rasa sakit hilang segera setelah stimuli
dihilangkan. 1
Histopatologi. Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan
inflamasi ringan-sampai-sedang terbatas pada daerah di mana tubuli dentin terlibat,
seperti misalnya karies dentin. Secara mikroskopis, terlihat dentin reparatif, gangguan
lapisan odontoblas, pembesaran pembuluh darah, ekstravasasi cairan edema, dan
adanya sel inflamasi kronis yang secara imunologis kompeten. Meskipun sel
inflamasi kronis menonjol, dapat dilihat juga sel inflamasi akut. 1
Sebab-sebab. Pulpitis reversibel dapat disebabkan oleh apa saja yang mampu
melukai pulpa. Tegasnya, penyebabnya dapat salah satu yang tertulis berikut : trauma,
misalnya suatu pukulan atau hubungan oklusal yang terganggu; syok termal, seperti
yang ditimbulkan pada waktu melakukan preparasi kavitas dengan bur tumpul, atau
membiarkan bur terlalu lama berkontak dengan gigi, atau karena panas yang
berlebihan pada waktu memoles tumpatan; dehidrasi kavitas dengan alcohol atau
kloroform yang berlebihan, atau rangsangan pada leher gigi yang dentinnya terbuka;
penempatan tumpatan amalgam yang baru berkontak, atau beroklusi dengan suatu
restorasi emas; stimulus kimiawi, misalnya dari bahan makanan manis atau masam
atau dari iritasi tumpatan silikat atau akrilik swa-polimerisasi; atau bakteri, misalnya
dari karies. Setelah insersi suatu restorasi, pasien sering mengeluh tentang sensitivitas
ringan terhadap perubahan temperatur, terutama dingin. Sensitivitas macam itu dapat
berlangsung 2 sampai 3 hari atau seminggu atau bahkan lebih lama, tetapi berangsurangsur akan hilang. sensitivitas ini adalah gejala pulpitis reversibel.1
2. Pulpitis irreversibel
Definisi. Pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang
persisten, dapat simptomatik atau asimptomatik yang disebabkan oleh stimulus
noksius. Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan
oleh stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit timbul secara spontan. Rasa sakit
bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah stimulus
termal dihilangkan. 1
Histopatologi. Gangguan ini mempunyai tingkatan inflamasi kronis dan akut
di dalam pulpa. Pulpitis irreversibel dapat disebabkan oleh suatu stimulus berbahaya
yang berlangsung lama seperti misalnya karies. Bila karies menembus dentin dapat
menyebabkan respon inflamasi kronis. Bila karies tidak diambil, perubahan inflamasi
di dalam pulpa akan meningkat keparahannya jika kerusakan mendekati pulpa. 1
Sebab-sebab. Sebab paling umum pulpitis irreversibel adalah keterlibatan
bacterial pulpa melalui karies, meskipun factor klinis, kimiawi, termal, atau mekanis,
yang telah disebut sebagai penyebab penyakit pulpa, mungkin juga menyebabkan
bila pulpa terbuka, dapat bereaksi secara normal. Hasil pemeriksaan untuk tes
mobilitas, perkusi dan palpasi adalah negatif. 1
Anamnesa : 4
Pemeriksaan Objektif : 4
Ekstra oral : tidak ada kelainan
Intra oral :
muda dan berisi neutrofil PMF, limfosit, dan sel-sel plasma. Jaringan pulpa
mengalami inflamasi kronis. Serabut saraf dapat ditemukan pada lapisan epithelial. 1
Sebab-sebab. Terbukanya pulpa karena karies yang lambat dan progresif
merupakan penyebabnya. Untuk pengembangan pulpitis hiperplastik diperlukan suatu
kavitas besar yang terbuka, pulpa muda yang resisten, dan stimulus tingkat rendah
yang kronis. Iritasi mekanis yang disebabkan karena pengunyahan dan infeksi
bacterial sering mengadakan stimulus. 1
Gejala-gejala. Pulpitis hiperplastik kronis tidak mempunyai gejala, kecuali
selama
mastikasi,
bila
tekanan
bolus
makanan
menyebabkan
rasa
tidak
menyenangkan. 1
Diagnosis. Gangguan ini umumnya hanya terlihat pada gigi anak-anak dan
orang muda. Penampilan jaringan polipoid secara klinis adalah khas : suatu massa
pulpa yang kemerah-merahan dan seperti daging mengisi sebagian besar kamar pulpa
atau kavitas atau bahkan meluas melewati perbatasan gigi. Jaringan polipoid kurang
sensitif daripada jaringan normal daripada jaringan pulpa normal dan lebih sensitif
daripada jaringan gingival. Pemotongan jaringan ini tidak menyebabkan rasa sakit.
Jaringan ini mudah berdarah karena suatu anyaman pembuluh darah yang subur. Jika
jaringan pulpa hiperplastik meluas melewati kavitas atau gigi, maka akan terlihat
seolah-olah jaringan gusi tumbuh di dalam kavitas. 1
Tidak begitu sukar untuk mendiagnosi pulpitis hiperplastik kronis dengan
hanya pemeriksaan klinis. Jaringan pulpa hiperplastik di dalam kamar pulpa atau
kavitas gigi adalah khas dalam penampilannya. Radiografi umumnya menunjukkan
suatu kavitas besar yang terbuka dengan pembukaan kamar pulpa. Gigi bereaksi
lemah atau sama sekali tidak terhadap tes termal, kecuali jika digunakan dingin yang
ekstriem, seperti etil klorida. Diperlukan lebih banyak arus daripada gigi normal
untuk mendapatkan suatu reaksi dengan menggunakan tester pulpa listrik. 1
4. Neksrosis pulpa
dapat bereaksi terhadap perubahan termal, karena adanya serabut saraf vital yang
melalui jaringan inflamasi di dekatnya. 1
Diagnosis. Radiograf umumnya menunjukkan suatu kavitas atau tumpatan
besar, suatu jalan terbuka ke saluran akar, dan suatu penebalan ligament periodontal.
Beberapa gigi tidak mempunyai kavitas ataupu tumpatan, dan pulpanya mati sebagai
akibat trauma. Sedikit pasien mempunyai riwayat rasa sakit parah yang berlangsung
beberapa menit sampai beberapa jam, diikuti oleh penghentian seluruh rasa sakit yang
terjadi. Selama waktu ini, pulpa sudah hampir tamat riwayatnya dan memberi
pasien perasaan seolah-olah aman dan sehat. Pada kasus lain, pasien tidak sadar
bahwa pulpa telah mati secara perlahan-lahan dan diam-diam, tanpa gejala. Gigi
dengan pulpa nekrotik tidak bereaksi terhadap dingin, tes pulpa listrik atau tes
kavitas. Namun demikian pada kasus yang jarang terjadi, timbul suatu reaksi minimal
terhadap arus maksimum tester pulpa listrik bila arus listrik dikondusi melalui uap
lembab yang terdapat dalam saluran akar setelah pencairan nekrose ke jaringan vital
tetangganya. Pada pasien lain, beberapa serabut saraf apical terus bertahan dan
bereaksi dengan cara yang sama. Serabut saraf tahan terhadap perubahan inflamasi.
Suatu korelasi tes dingin dan tes listrik dan suatu riwayat rasa sakit, bersama dengan
pemeriksaan klinis yang cermat, harus menentukan suatu diagnosis yang tepat. 1
5. Gangren pulpa
Gangren Pulpa adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah mati sebagai
sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga jumlah sel
pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan menempati sebagian besar ruang
pulpa. Sel-sel pulpa yang rusak tersebut akan mati dan menjadi antigen sel-sel
sebagian besar pulpa yang masih hidup. Proses terjadinya gangren pulpa diawali oleh
proses karies. Karies dentis adalah suatu penghancuran struktur gigi (email, dentin
dan sementum) oleh aktivitas sel jasad renik (mikro-organisme) dalam dental plak.
Jadi proses karies hanya dapat terbentuk apabila terdapat 4 faktor yang saling
tumpang tindih. Adapun faktor-faktor tersebut adalah bakteri, karbohidrat makanan,
kerentanan permukaan gigi serta waktu. Perjalanan gangrene pulpa dimulai dengan
adanya karies yang mengenai email (karies superfisialis), dimana terdapat lubang
dangkal, tidak lebih dari 1mm. selanjutnya proses berlanjut menjadi karies pada
dentin (karies media) yang disertai dengan rasa nyeri yang spontan pada saat pulpa
terangsang oleh suhu dingin atau makanan yang manis dan segera hilang jika
rangsangan dihilangkan. Karies dentin kemudian berlanjut menjadi karies pada pulpa
yang didiagnosa sebagai pulpitis. Pada pulpitis terdapat lubang lebih dari 1mm. pada
pulpitis terjadi peradangan kamar pulpa yang berisi saraf, pembuluh darah, dan
pempuluh limfe, sehingga timbul rasa nyeri yang hebat, jika proses karies berlanjut
dan mencapai bagian yang lebih dalam (karies profunda). Maka akan menyebabkan
terjadinya gangren pulpa yang ditandai dengan perubahan warna gigi terlihat
berwarna kecoklatan atau keabu-abuan, dan pada lubang perforasi tersebut tercium
bau busuk akibat dari proses pembusukan dari toksin kuman. 5
Gejala klinik. Gejala yang didapat dari pulpa yang gangren bisa terjadi tanpa
keluhan sakit, dalam keadaan demikian terjadi perubahan warna gigi, dimana gigi
terlihat berwarna kecoklatan atau keabu-abuan Pada gangrene pulpa dapat disebut
juga gigi non vital dimana pada gigi tersebut sudah tidak memberikan reaksi pada
cavity test (tes dengan panas atau dingin) dan pada lubang perforasi tercium bau
busuk, gigi tersebut baru akan memberikan rasa sakit apabila penderita minum atau
makan benda yang panas yang menyebabkan pemuaian gas dalam rongga pulpa
tersebut yang menekan ujung saraf akar gigi sebelahnya yang masih vital. 5
Diagnosis dan differential diagnosis. Diagnosis ditegakkan dengan
anamnesis dan pemeriksaan objektif (extraoral dan intraoral). Berdasarkan
pemeriksaan klinis, secara objektif didapatkan : 5
-
beberapa kali ke dalam karies, hasilnya (-). Pasien tidak merasakan sakit.
Pemeriksaan perkusi (-), dengan menggunakan ujung sonde mulut yang bulat,
diketuk-ketuk kedalam gigi yang sakit, hasilnya (-).pasien tidak merasakan sakit.
Pemeriksaan penciuman, dengan menggunakan pinset, ambil kapas lalu
sentuhkan pada gigi yang sakit kemudian cium kapasnya, hasilnya (+) akan
Karies superfisialis
Karies Media
Karies Profunda
Radang pada pulpa (Pulpitis)
Pembusukan jaringan pulpa (ditemukan gas-gas indol, skatol, putresin)
Bau Mulut
Keluar Gas H2S, NH3
Diberi rangsang dingin, rangsang dihentikan, nyeri hilang artinya pulpa sehat.
Pulpa dipertahankan dengan mencabut bagian gigi yang membusuk dan
menambalnya. Jika nyeri tetap, meskipun rangsang nyeri sudah dihilangkan
atau jika nyeri timbul secara spontan, maka pulpa tidak dapat dipertahankan.
Penguji pulpa elektrik, alat ini digunakan untuk menunjukkan apakah pulpa
masih hidup, bukan untuk menentukan apakah pulpa masih sehat, jika
penderita merasakan aliran listrik pada giginya, berarti pulpa masih hidup.
Mengetuk gigi dengan sebuah alat, jika dengan pengetukan gigi timbul nyeri,
apakah
penyebaran
peradangan
telah
menyebabkan
yang menebal atau suatu daerah kecil rarefaksi bila melibatkan gigi tanpa pulpa, dan
dapat menunjukkan struktur periradikular normal bila terdapat suatu pulpa vital di
dalam mulut.
sebuah gigi dapat bereaksi terhadap tes pulpa listrik karena adanya cairan di dalam
saluran akar; atau pada gigi yang berakar banyak.
Gejala-gejala. Gangguan ini biasanya tanpa gejala dan ditemukan pada waktu
pemeriksaan radiografik rutin.
Diagnosis. Diagnosis dibuat dari radiografi. Osteoitis memadat terlihat pada
radiograf sebagai suatu radiopak terlokalisasi yang mengelilingi gigi yang
terpengaruh. Ini adalah suatu daerah tulang padat dengan pola trabekuler yang
berkurang. Gigi posterior rahang bawah yang paling sering terlibat. Hasil tes vitalitas
dalam kisaran normal.
RENCANA PERAWATAN
Rencana perawatan yang baik dibuat oleh dokter gigi yang baik. Hal utama
pada rencana perawatan yang baik adalah tekad yang kokoh untuk kebaikan anak
seluruhnya, tidak hanya gigi-giginya, dan untuk mempengaruhi sikap anak terhadap
KESIMPULAN
Prosedur menegakkan diagnosis :
1. Pemeriksaan subjektif (anamnesis)
2. Pemeriksaan objektif (pemeriksaan klinis)
3. Pemeriksaan tambahan, bila perlu.
Dari hasil pemeriksaan tersebut, ditegakkan diagnosis untuk menentukan
rencana perawatan yang tepat.
Pulpitis reversibel
Pulpitis irreversibel
Pulpitis hiperplatik kronis
Nekrosis pulpa
Gangren pulpa
Diagnosis penyakit periradikular :
DAFTAR PUSTAKA
1. Grossman IL, Oliet S, Rio CED. Ilmu endodontik dalam praktik. Ed.11. Jakarta :
EGC, 1995 : hal 1-19, 71-109.
2. Andlaw RJ, Rock WP. Perawatan gigi anak. Ed.2. Jakarta : Widya Medika, 1992 :
hal 3-14.
3. Anonim. Karies gigi. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/kariesgigi. Diakses
pada tanggal 8 juli 2010.
4. Julianti R, Dharma MS, Erdaliza, Anggia D, Fahmi F, dkk. Gigi dan mulut.
Pekanbaru : FK UNRI, 2008. Available at (http://yayanakhyar.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 8 Juli 2010.)
5. Kartini A. Gangren pulpa. Available at http://aniekart.blogspot.com/2009/07/bpgigi-rsu-dr-slamet.html. Diakses pada tanggal 8 Juli 2010.