Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
Drug Related Problems Drps Pada Pasien Stroke Di Icu Intensive Unit Care Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
ARTIKEL
Oleh :
FARIZAL, S. Farm, Apt
09 212 13 040
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang
ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena
berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.Berkurangnya aliran darah dan
oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh
darah.Stroke merupakan penyakit yang memerlukan perawatan jangka panjang,
sehingga untuk mendapatkan therapeutic outcome yang baik perlu kerjasama antara
dokter, perawat, apoteker, pasien dan keluarga pasien. Kejadian drug related
problems sangat umum terjadi pada pasien rawat inap yang beresiko meningkatkan
kesakitan, kematian dan biaya (Takrouri, 2004).
Setiap tahunnya, 200 dari tiap 100.000 orang di Eropa menderita stroke,
dan menyebabkan kematian 275.000 300.000 orang amerika. Di pusat-pusat
pelayanan neurologi Indonesia jumlah penderita gangguan peredaran darah otak
(GPDO) selalu menempati urutan pertama dari seluruh penderita rawat inap
(Harsono.2007). Angka kejadian stroke terus meningkat dengan tajam,jika tidak ada
upaya penanggulangan stroke yang lebih baik maka jumlah penderita stroke pada
tahun 2020 diprediksikan akan meningkat 2 kali lipat, bahkan saat ini Indonesia
merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia dan
keempat didunia, setelah India, Cina, dan Amerika (Feigin, 2006).
Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi dan mempelajari Drug Related Problems yang
terjadi pada pasien stroke di ICU RSSN Bukittinggi.
1.3.2
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui adanya indikasi tanpa obat.
b. Untuk mengetahui adanya obat tanpa indikasi medis.
c. Untuk mengetahui adanya ketidaktepatan pemilihan obat.
d. Untuk mengetahui terjadinya kelebihan dosis obat.
e. Untuk mengetahui terjadinya kekurangan dosis obat.
e. Untuk mengetahui terjadinya interaksi obat.
f. Untuk mengetahui terjadinya reaksi efek samping obat.
h. Untuk mengetahui kegagalan memperoleh obat.
Untuk mencapai tujuan-tujuan khusus tersebut diperlukan datadata penunjang seperti persentase pasien stroke yang menjalani terapi
berdasarkan rentang umur, jenis penggunaan obat dalam terapi, evaluasi
keberhasilan pengobatan dan data-data lain yang dapat menunjang
penelitian.
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian telah dilakukan selama lebih kurang tiga bulan yaitu bulan
Mei sampai bulan Juli 2011 di ICU RSSN Bukittinggi.
2.2 Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan analisis deskriptif yang dikerjakan
secara prospektif terhadap suatu populasi terbatas.
B. Jenis Data
1. Data kualitatif
Meliputi masalah-masalah yang ditemukan dalam terapi yaitu: indikasi
tidak dapat obat, terapi obat tanpa indikasi medis, ketidaktepatan pemilihan
obat, dosis terlalu rendah, reaksi efek samping obat, interaksi obat yang
merugikan, dosis terlalu tinggi, ketidakpatuhan pasien dan ketidaktepatan
interval pemberian obat.
2. Data kuantitatif
Meliputi persentase pasien stroke berdasarkan rentang umur, diagnosa
penyakit, jenis penggunaan obat dalam terapi, evaluasi keberhasilan
pengobatan.
C. Sumber Data
Sumber data meliputi rekam medik pasien yang menjalani terapi
stroke, catatan perawat, catatan obat di depo farmasi, data laboratorium,
memantau langsung kondisi pasien dan wawancara keluarga pasien di ICU
RSSN Bukittinggi.
2.3 Prosedur Penelitian
A. Penetapan Obat yang Akan Dievaluasi
Obat yang akan dievaluasi adalah semua obat yang digunakan selama
menjalani terapi Stroke di ICU RSSN Bukittinggi.
B. Penetapan Sampel yang Akan Dievaluasi
Populasi : Semua pasien Stroke yang dirawat di ICU RSSN Bukittinggi
selama bulan Mei sampai Juli 2011.
Sampel : Pasien yang menjalani terapi Stroke dengan atau tanpa penyakit
penyerta di ICU RSSN Bukittinggi selama bulan Mei sampai Juli 2011.
Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling (semua anggota
populasi dijadikan sampel)
C. Pengambilan data
Pengambilan data dilakukan melalui pencatatan rekam medik di ICU
RSSN Bukittinggi meliputi data kualitatif dan kuantitatif serta kelengkapan
data pasien (seperti usia, riwayat penyakit, tindakan terhadap penyakit,
ditabulasikan
kemudian
dibandingkan
terhadap
kriteria
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Kasus penyakit stroke yang terjadi pada intensive care unit (ICU) RSSN
Bukittinggi selama bulan Mei 2011 sampai dengan Juli 2011 adalah sebanyak 39
kasus diantaranya 31 kasus pasien mengalami penyakit stroke hemoragik dan 8
kasus pasien mengalami penyakit stroke iskemik.
Hasil yang diperoleh dari penelitian pada pasien stroke di ICU RSSN selama
bulan Mei 2011 sampai dengan Juli 2011, adalah sebagai berikut :
A. Hasil Analisa Kuantitatif
1. Persentase Pasien Stroke.
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui pasien pria sebanyak 24 orang
(61,54 %) sedangkan pasien wanita sebanyak 15 orang (38,46 %). Dimana usia
rata-rata pasien stroke adalah 59 tahun (S = 12,75) dengan lama perawatan ratarata 5 (S = 9,45) hari.
2. Persentase Pasien Stroke Berdasarkan Faktor Resiko.
Berdasarkan data yang didapat, diketahui persentase pasien stroke
hemoragik dengan faktor resiko hipertensi sebanyak 19 orang (39,59%),
dislipidemia tidak ditemukan (0%), merokok sebanyak 10 orang (20,83%),
obesitas sebanyak 2 orang (4,16%), dan diabetes melitus sebanyak 5 orang
10
11
tujuan untuk mencegah dan mengatasi stress ulcer yang dapat terjadi pada
pasien yang mengalami penyakit yang parah dimana keadaan tersebut dapat
memicu keluarnya asam lambung, walaupun demikian tidak bisa di generalisir
bahwa semua pasien yang di rawat di ICU mengalami stress ulcer.
Antihipentensi tidak terlepas dari penanganan stroke, dimana pada pasien
stroke tekanan darah harus diturunkan secara bertahap dan tidak boleh turun
lebih dari 20 mmHg. Dimulainya terapi obat anti hipertensi diindikasikan
pada pasien dengan stroke yang memiliki diseksi aorta infark miokard akut,
gagal jantung, atau ensefalopati hipertensif dan pasien yang mendapatkan
terapi trombolitik dimana tekanan darah sistolik 180 mmHg atau lebih atau
tekanan darah diastolic 105 mmHg atau lebih (Brott, 2000).
B. Jumlah Pasien Stroke Berdasarkan Jenis Kelamin
Penggunaan obat pada pasien stroke berdasarkan jenis kelamin, yang
paling banyak mendapatkan terapi adalah laki-laki yaitu sebesar 61,54 %,
sedangkan perempuan 38,46 %. Menurut penelitian Shaffer tahun 2002
memperoleh hasil bahwa laki-laki lebih banyak menderita stroke daripada
perempuan, senada dengan penelitian dari Listyo, A.P yang memperoleh hasil
bahwa 68 % penderita stroke adalah laki-laki (Biomedik, 2009).
C. Jumlah Pasien Stroke Berdasarkan Rentang Umur
Berdasarkan rentang umur, persentase tertinggi pasien yang mendapat
terapi pada pasien stroke banyak dialami oleh umur 41-50 tahun yaitu sebesar
12
13
14
15
16
Pada kasus dosis berlebih ini, umumnya terjadi pada pemberian adalat
oros (nefedipin) dimana adalat oros ini merupakan obat lepas terkendali yang
pemberiannya tablet harus ditelan utuh, tidak boleh dikunyah dan dihancurkan
(anonim, 2011). Pada pemberiannya di ICU obat digerus, sehingga obat yang
seharusnya dilepaskan sedikit demi sedikit selama satu hari, menjadi sekali
pakai karna sudah digerus yang mengakibatkan dosisnya akan berlebih.
Kasus lain pemberian dosis berlebih adalah (no.1) pada saat
penggantian obat seperti lancolin (sitikolin) dengan siticolin, dimana
lancolin masih diberikan semntara siticolin juga diberikan, sehingga terjadi
terapi ganda dengan obat yang sama, akibatnya dosis berlebih. Kasus seperti
ini
juga
terjadi
pada
penggantian
parasetamaol
dengan
farmadol
17
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 2009. stroke outcome in clinical trial patients deriving from different countries,
stroke, 40 : 35-40.
Anonim.2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia.Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Anonim.2011. Pusat Rekam Medik RSSN Bukittinggi.
Aslam, M., Tan, C.K., Prayitno, A. 2007.Farmasi Klinis : Menuju Pengobatan Rasional dan
Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta : Penerbit PT Elex Media Kompusindo
Kelompok Gramedia
Basjirudin, A. dan Amir, D. 2008.Ilmu Penyakit Saraf, edisi I. Padang: Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.
Biomedika, Volume 1, No 2, tahun 2009. FK UMS Solo.
British National Formulary Ed 56th, 2008, London.
Brott, B. J, 2000. Treatment of Acute ischemic stroke. The New England of
Medicine,;343(10);710-722.
Bull, E. 2007. Simple Guide : Kolesterol. Jakarta: Erlangga
Cipolle, R.J., Strand, L.M., Moorley P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practice, McGrawHill.
Clark, W., Gunion, L., Lessov,N., Hazel, K., Macdonald, RL. 1998. Citicoline Treatment for
Experimental Intracerebral Hemorrhage in Mice.American Stroke Association.
1524-4628.
Depatemen Kesehatan. 2008. Pelayanan Informasi Obat. Jakarta
Dipiro, J.T., Robert , LT,. Gary, C.Y., R.M., Barbara, G.W., Posey, M. 2006.
Pharmacotherapy Handbook sixth edition.Mc Graw Hill Company.
Dipiro, J.T., Barbara, G.W., Schwinghammer, T.L. 2008. Pharmacotherapy Handbook
Seventh Edition, Mc Graw Hill Companies.
Edward, J. 2011. National
InformationServices.
Center
for
Health
Statistics.Atlanta
Office
of
Faza. 2010. Intensive Care Unit (ICU). Semarang: IT Dept. RSI Sultan Agung.
20
A. 2009.Manajemen
Press.Yogyakarta.
Stroke;
Evidence
Base
medicine.Pustaka
Cendekia
21
Micheal. 2005. Curren Clinical Strategies, Medicine. San Francisco: School of Pharmacy,
University of California publishing.
Misbach, J., Jannis J., Kiemas L.S. 1999. Stroke: aspek diagnostik, patofisiologi, manajemen.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Misbach, J. 2007. Unit Stroke, Manajemen stroke secara komprehensif. Jakarta: Balai
Penerbit FK-UI
Morris, D.L., and Schroeder, E.B. 2000.Stroke Epidemiologi. Foundation for Education and
Research in Neurological Emergencies 1-10.
Muhlis, M. 2008. Uji Sensitifitas Bakteri Staphylococcus Aureus yang Diperoleh dari
Hapusan Faring Pasien Penderita ISPA di Poli Umum Salah Satu RSU Swasta di
Yogyakata Terhadap Antibiotika yang Biasa Digunakan.
Mutschler, E. 1999.Dinamika Obat. Edisi kelima. Bandung: Penerbit ITB
National Center For Health Statistics. 2008. Center For Disease Control and Prevention.
http://wonder.cdc.go/mortsql.html
Pharmaceutical Care Network Europe Foundation. 2003. Classification for Drug related
problems. The Netherlands : PCNE.
Priyanto. 2009. Farmakoterapi dan Terminologi Medis.lembaga Studi dan Konsultasi
Farmakologi, Jawa Barat.
Putra, T.R. 2009.Hiperurisemia ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 edisi V. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Ruths S, Viktil, Blix. 2007. Classification of drug-related problems. The Journal of the
Norwegian Medical Association. Tidsskr Nor Lgeforen; 127: 3073.
Rudd, A. 2004.National clinical guidelines for stroke Second edition.Royal College of
Physicians of London.
Santrock, J.W. 2002.Life span development: International edition (8 thed). New York: Mc
Graw Hill.
Setiabudi, R. & Vincent, H.S. 1995.Pengantar Antimikroba. Farmakologi Dan Terapi edisi
IV. Jakarta: Penerbit FK UI
Shargel, L. & Andrew, B.C. 1985.Applied
kinetics.Appleton Century-Coofts.
Biopharmaceutics
and
Pharmaco
22
Siregar, C. 2004. Farmasi Klinik Teori dan Penerapan.Jakarta: Penebit Buku Kedokteran
EGC
Sjahrir, H. 2003. Stroke iskemik. Medan: Penerbit Yandira Agung
Stockley, I.H. 2008.Drug Interaction, 8th edition. London: The Pharmaceutical Press
Strand, LM., PC Morley & RJ Cipolle. 1990. Drug-related Problems: Their structure and
function. DICP Ann Pharmacother.
Takrouri. 2004. The Internet Journal of Health: Intensive Care Unit. Volume 3
Number 2.Department of Anesthesia College Of Medicine King Saud University.
Trisna, Y. 2004. Idealisme farmasis klinik di rumah sakit. Pengantar Farmasi Klinik. Jakarta.
Uchino, K. 2007. Pocket Clinician: Acute Stroke Care. New York : Cambridge University
Press.
Walker, R., & Edwards, C. 2003.Clinical Pharmacy and Therapeutics, 3rd. Edition Churchill
Livingstone. Philadelphia.
WHO. 2003. Drug and Terapeutics Committee a practical guide. USA.
23