FARMAKOTERAPI 2
Dosen Pengampu : Apt. Heni Lutfiyati, M.Sc
Disusun oleh :
MAGELANG
2020
SKIZOFRENIA
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Menguasai konsep teoritis farmasetika, farmakologi, farmakoterapi, farmasi
klinik, toksikologi, farmakoekonomi, farmakovigilance, DRP (Drug Related
Problems), Interaksi obat, EBM (Evidence-based Medicine), POR (Pengobatan
Obat Rasional), Undang-Undang kefarmasian, Kode etik profesi farmasi.
2. Mampu mengidentifikasikan masalah terkait obat dan alternatif solusinya
untuk mengoptimalkan terapi.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
C. DASAR TEORI
Gejalanya ada negatif, positif, dan kognitif. Gejala positif (gejala psikotik)
ditandai dengan munculnya gejala berupa, halusinasi (mendengar suara atau
pikiran dari luar dirinya), delusi (sikap yang aneh, sering paranoid dan timbul
kecurigaan dan gangguan berpikir (pemikiran dan ucapan tidak logis). Gejala
negatif pada skizofrenia ditandai dengan penurunan fungsi sosial dan emosional,
termasuk ekspresi, cara bicara, kemauan serta aktivitas sosial dan hedonik.
Gangguan kognitif ditandai dengan adanya gangguan dalam hal attention
(perhatian), kecepatan berpikir dan penyelesaian masalah.
1. Farmakoterapi skizofrenia
a. Antipsikotik Generasi Pertama
2. Rehabilitasi psikososial
a. Terapi Kognitif
D. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan :
Alat : laptop, LCD
2. Cara Kerja :
a. Mahasiswa dibagi menjadi 7 kelompok.
b. Setiap kelompok diberikan satu kasus sesuai dengan materi praktikum (kasus
diberikan pada hari pelaksanaan praktikum dan penelusuran informasi
dilakukan mahasiswa pada jam kegiatan praktikum).
c. Masing-masing kelompok membuat laporan sementara yang berisi hasil
diskusi kelompok mengenai kasus.
d. Kegiatan praktikum terdiri dari pre-test, presentasi serta diskusi antar
kelompok.
e. Pada akhir praktikum, mahasiswa mengumpulkan laporan resmi dari hasil
penyempurnaan laporan praktikum sementara
E. METODE PENYELESAIAN
Kasus pada praktikum farmakoterapi 2 yang berasal dari hasil rekam medik
maupun observasi langsung ke pasien perlu adanya analisa dan diselesaikan
permasalahan tersebut. Metode yang digunakan untuk penyelesaian kasus
skizofrenia kali ini adalah menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective,
Assessment, Plan).
1. Subjective
2. Objective
3. Assessment
Pada proses assessment ini dapat dilakukan menggunakan 2 cara yaitu Evaluasi
Database Farmakoterapi dan Pendekatan Problem List.
4. Plan
a. Penentuan Tujuan
Tujuan dari terapi skizofrenia adalah untuk meringankan gejala yang diderita
oleh pasien, penyesuaian dosis obat yang yang diberikan dokter untuk pasien
sehingga sesuai dengan literatur yang ada, penambahan rekomendasi untuk
pengobatan non farmakologi sebagai penunjang pengobatan farmakologi, serta
melakukan monitoring obat dan terapi untuk mencegah adanya interaksi serta
efek samping yang tidak diinginkan. /Penetapan tujuan ini berfungsi untuk
memudahkan tahap-tahap terapi untuk pasien sehingga lebih teratur dan efektif.
b. Terapi Farmakologi
Persidal merupakan obat psikosis akut dan kronik serta mania. Persidal
merupakan obat jenis risperidon yang digunakan untuk penyakit skizofrenia.
Obat ini dipertimbangkan sebagai obat lini pertama untuk pasien dengan
diagnosis skizofrenia. Pasien mendapatkan terapi ini dengan dosis 2 mg
untuk 2x sehari setiap pagi dan malam. Berdasarkan dosis yang diberikan
telah sesuai dengan literatur yang ada. Namun, terdapat interaksi terhadap
terapi obat yang lain sehingga rekomendasi dari kami adalah perlunya
monitoring dekat. Interaksi persidal terjadi dengan klorpromazin dimana
kedua obat tersebut dapat meningkatkan interval QTc, meningkatkan efek
dopaminergik, termasuk gejala ekstrapiramidal, dan sindrom maligna
neuroleptik, selain itu juga dapat meningkatkan sedasi (Anonim, 2020).
Penghentian obat ini setelah penggunaan jangka panjang lebih baik
dilakukan secara bertahap dengan pemantauan yang ketat untuk mencegah
resiko sindrom putus obat akut ataupun gejala kambuh yang terjadi secara
cepat (BPOM, 2020).
2) Trihexyphenidil
3) Chlorpromazine
1) Terapi Musik
2) Metode CAT
3) Memori
Tiga sesi pertama difokuskan pada memperbaiki memori dengan strategi
penggunaan kalender dan daftar. Penggunaan kalender harian diperkenalkan
dalam sesi pertama dengan dikuatkan kembali memori tersebut selama
intervensi 12 minggu. Jadwal kalender direview secara berkala untuk
memantau secara detail jumlah yang diperlukan. Selama sesi kedua, pasien
diajarkan cara membuat daftar dan bagaimana memasukkan ke dalam
kalender mereka. Sesi kedua ini diprioritaskan pada pelaksanaan tugas-tugas
dan mempraktekkannya sesuai kategori yang dibuat pasien pada kegiatan
sehari-hari. Sesi selanjutnya adalah menghubungkan tugas, dimana pasien
diajarkan untuk mengingat aktivitas yang baru, kemudian menggabungkan
secara otomatis dengan kegiatan sebelumnya 7 yang telah dilakukan sehari-
hari oleh pasien. Strategi ini digunakan untuk membentuk kebiasaan pasien
memeriksa kalender harian.
6) Fungsi Eksekutif
a) Mendefinisikan masalah
b) Pilihan-pilihan cara untuk mengatasi
c) Mengevaluasi biaya, kemudahan implementasi dan kemungkinan
keberhasilan
d) Mencoba memilih pemecahannya
e) Melakukan pilihan pemecahannya
f) Mengevaluasi pemecahan yang telah dilakukan
d. Monitoring Terapi
F. PEMBAHASAN
1. Umur
Penderita skizofrenia lebih besar diderita oleh usia 25 sampai 35 tahun karena
resiko lebih besar 1,8 kali.
2. Jenis Kelamin
Untuk sementara waktu berdasarkan jurnal-jurnal yang yang membahas tentang
skizofrenia prevalensi antara laki-laki dan perempuan adalah sama.
3. Pekerjaan
Kelompok orang yang tidak bekerja memiliki resiko sakit zulfania 6,2 kali lebih
besar daripada orang yang memiliki pekerjaan tetap. Hal ini ini disebabkan karena
orang yang telah memiliki pekerjaan lebih dapat berfikir akan memiliki masa
depan yang menjanjikan.
4. Status perkawinan
Orang yang belum menikah lebih rentan terkena penyakit skizofrenia karena
bersangkutan dengan emosi yang ada.
5. Konflik Keluarga
Kelompok yang memiliki konflik keluarga 1,13 kali lebih mudah terkena
skizofrenia.
6. Status Ekonomi
Kelompok dengan status ekonomi rendah 6 kali lebih rentan terkena skizofrenia
dibanding kelompok ekonomi menengah keatas (Zahnia & Sumekar, 2016).
Berdasarkan variabel klinik menurut ICD 10 beberapa tipe skizofrenia antara lain :
1. Skizofrenia paranoid dengan ciri utama adanya waham kejar serta halusinasi
auditorik namun fungsi kognitif dan afektif masih baik.
2. Skizofrenia hebefrenik dengan ciri utama pembicaraan yang kacau, tingkah
laku kacau, serta afektif yang datar atau inappropiate.
3. Skizofrenia katatonik dengan ciri utama gangguan pada psikologis motor yang
meliputi motoric immobility, aktivitas motorik berlebihan, negativesm yang
ekstrim, serta gerakan yang tidak dapat dikendalikan.
4. Skizofrenia tak terinci merupakan gejala yang tidak memenuhi kriteria
skizofrenia paranoid, hebefrenik, maupun katatonik.
5. Depresi pasca skizofrenia
6. Skizofrenia residual yaitu tidak pernah mengalami satu episode skizofrenia
sebelumnya serta saat ini gejala tidak menonjol.
7. Skizofrenia simpleks (Zahnia & Sumekar, 2016).
Pengobatan skizofrenia memiliki tiga fase yaitu fase akut, fase stabilisasi, serta
fase pemeliharaan. Fase akut ditemui pada gambaran psikotik yang jelas seperti
waham, halusinasi, gangguan berpikir, dan lainnya. Fase stabilisasi dan fase
pemeliharaan dilakukan untuk meningkatkan proses pemulihan serta memastikan
bahwa kontrol gejala masih berlanjut (Ih, Putri, & Untari, 2016). Pengobatan secara
farmakologi yang diterima oleh pasien berupa obat persidal dengan dosis 2 mg untuk
2 kali sehari setiap pagi dan malam. Dosis tersebut telah sesuai dengan literatur yang
ada. obat persidal merupakan obat golongan psikosis yang digunakan sebagai
pengobatan lini pertama penyakit skizofrenia. namun rekomendasi dari kami adalah
untuk pengawasan lebih ketat karena adanya interaksi dengan obat yang diberikan
oleh dokter lainnya yaitu triheksifenidil serta chlorpromazine. obat selanjutnya yang
diberikan oleh dokter adalah triheksifenidil yang merupakan obat golongan
antimuskarinik yang digunakan untuk obat parkinsonisme dengan dosis 2 mg untuk 2
kali sehari pagi dan malam. Hal ini ini belum sesuai dengan literatur yang ada dimana
dosis yang seharusnya adalah 1 mg per hari yang kemudian dinaikkan secara
bertahap. Rekomendasi obat ini selain penurunan dosis adalah monitoring obat secara
ketat seperti persidal karena adanya interaksi antara obat. Selain itu triheksifenidil
merupakan obat yang memiliki peringatan untuk pasien yang memiliki gangguan hati
serta ginjal. Obat ketiga adalah chlorpromazine dimana dosis yang diberikan oleh
dokter adalah 25 mg untuk satu hari sekali setiap malam. rekomendasi dari kami
adalah obat ini perlu pengawasan ketat seperti dua obat sebelumnya selain itu perlu
adanya monitoring ketika pasien memiliki gangguan hati dan ginjal. Ketiga obat
tersebut apabila akan dihentikan maka perlu adanya penghentian bertahap apalagi
untuk pasien yang telah menggunakannya secara jangka panjang.
G. KESIMPULAN
Kesimpulan dari kasus tersebut adalah pasien tersebut memiliki data yang lengkap
yaitu data pemeriksaan psikiatri serta data objektif. Berdasarkan gejala-gejala yang
ada pasien mengalami skies of Rania katatonik karena memiliki ketidakfungsian
motorik serta afektif. Banyak faktor yang dapat memicu terjadinya penyakit
skizofrenia karena penyakit ini tidak akan terjadi dengan sendirinya. Pengobatan yang
dilakukan untuk pasien skizofrenia tidak hanya secara farmakologi namun juga secara
non farmakologi. monitoring untuk pasien harus selalu dilakukan karena pasien harus
melakukan kontrol rutin serta tidak boleh melakukan penghentian obat secara
mendadak.
LAMPIRAN KASUS
Pada tgl 3-4-2019, seorang pria berumur 23 tahun dibawa ke rumah sakit Grhasia
oleh keluarga karena mengamuk dan merusak barang-barang di rumah. ± 7 bulan
yang lalu mengalami perubahan tingkah laku, mudah lupa, diam, tremor, bingung,
sulit tidur, rigiditas kurang, tidak mau berkomunikasi, menangis tanpa sebab. ± 1
bulan terakhir mengamuk, memukul, merusak, bingung. Pria tersebut sebelumnya
pernah diopname di rumah sakit selama beberapa hari dan sepulang dari opname
tidak pernah kontrol dan tidak pernah minum obat lagi.
THP 2 mg 1–0–1
Data Laboratorium
1. Kimia darah
2. Faal Hati
3. Faal Ginjal
Terapi : Persidal 2 mg 1 – 0 – 1
THP 2 mg 1–0–1
CPZ 25 mg 0–0–1
Nama Rute 3/4 -3/5 4/5 4/5- 2/6 3/6 4/6-27/7 28/7 (pulang)
Obat
Persidal 2 p.o √ √ √ √ √ √
mg 1-0-1
THP 2 mg p.o √ √ √ √ √ √
1-0-1