KANKER PARU
Choirunisa: 18.0605.0023
Eka Puspita: 18.0605.0026
Halizah Damay Atmoko: 18.0605.0038
2021
A. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran farmakoterapi 4, mahasiswa terampil dalam
menentukan pilihan terapi pada pasien kanker paru-paru dan pasien dengan gangguan
nutrisi berdasarkan rujukan pustaka yang relevan.
B. Tujuan
Setelah menyelesaikan topik pembelajaran ini, mahasiswa terampil dalam
menentukan pilihan terapi pada pasien kanker payudara.
C. Dasar Teori
Kanker paru merupakan penyakit keganasan yang sering ditemui di seluruh
dunia dan merupakan penyebab utama kematian akibat keganasan. Pada tahun 2015,
American Cancer Society mengungkapkan bahwa kanker paru merupakan kejadian
nomor dua terbanyak untuk penyakit keganasan setelah kanker prostat pada pria dan
kanker payudara pada wanita. Untuk kejadian kematian akibat keganasan, kanker
paru menduduki peringkat pertama baik pada pria maupun wanita. Pada
umumnya, kanker paru ditemukan setelah menginjak stadium lanjut, yaitu
stadium III B dan IV. Sehingga, tujuan utama pengobatan kanker paru adalah
untuk meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup. Namun, teknik formal
yang mengukur hal tersebut jarang digunakan untuk mengevaluasi dampak
pengobatan. Nyeri adalah gejala yang paling menyedihkan yang berhubungan
dengan kanker. Selain nyeri karena penyakit kanker itu sendiri, nyeri akibat
kemoterapi merupakan nyeri yang sering ditemui. (Aulia & Ch.Suhartini, 2016)
Pasien kanker paru banyak didiagnosis pada stage lanjut (stage III dan IV).
Pasien yang ditemukan pada stage ini cenderung memiliki banyak keluhan dan
komplikasi akibat kanker yang dialaminya. Keluhan ini disebabkan oleh gangguan
yang diakibatkan oleh sel kanker tersebut kedaerah sekitar, maupun akibat dari
metastasis sel tersebut ke bagian tubuh lainnya (65% kasus). Keluhan yang ditemukan
pada pasian kanker paru dapat berupa batuk, nafas pendek, nyeri dada, batuk darah,
mual, nyeri, kelelahan dan beberapa keluhan lainnya. Nyeri adalah keluhan utama
yang sering dikeluhkan. Penelitian yang membandingkan antara kanker paru dan
penyakit kronik paru lainnya, diadapatkan data bahwa rasa nyeri lebih banyak
dirasakan oleh pasien dengan kanker paru (62%). Metastasis kanker paru ke tulang
menyebabkan keluhan nyeri yang dirasakan oleh sekitar 25% pasien. Keluhan nyeri
ini dapat menyebabkan turunnya kualitas hidup yang dirasakan oleh pasien.
Metastasis kanker ke tulang lengan dan kaki, menyebabkan keluhan nyeri lebih berat
pada saat adanya gerakan. Ketika metastasis sampai ke tulang belakang, nyeri lebih
dirasakan pada malam hari dan setelah beristirahat di tempat tidur.(Ananda et al.,
2018)
Penanganan pasien penderita kanker paru-paru salah satunya dapat dilakukan
dengan pembedahan toraks. Saluran pernafasan terletak hampir seluruhnya di
dalam toraks. Sehingga toraks mempunyai peranan penting dalam pernapasan
(Asih & Effendy, 2014). Pasien yang membutuhkan
pengobatan atau intervensi dengan operasi untuk penyakit paru-paru harus
menjalani operasi toraks (Ferguson, 2007).Operasi bedah toraks menjadi salah
satu solusi utama untuk kanker paru-paru. Akan tetapi, terdapat banyak risiko
dan komplikasi dari operasi bedah toraks, seperti gangguan syaraf, infeksi dan
komplikasi yang fatal hingga kematian (Shields, Reed, LoCicero, & Feins,
2009). Komplikasi banyak terjadi pada penderita penyakit kardiovaskular seperti
gangguan jantung dan pembuluh darah dapat mengakibatkan stroke. Sehingga
harapan hidup pasca dilakukannya operasi bedah toraks sangat tipis.(Prasetio &
Susanti, 2019)
Kelompok A
Penderita adalah seorang koki wanita asal Cina berusia 61 tahun, tidak pernah
merokok dan riwayat medis biasa saja.
Kasus ini menekankan pada peran pengulangan profil genom pada pasien yang
melanjutkan terapi yang ditargetkan karena dapat menginformasikan pilihan terapi
selanjutnya. Next Generation DNA Sequencing adalah teknologi yang mengurutkan
secara paralel bagian DNA yang berbeda pada keganasan yang berbeda termasuk
kanker paru-paru untuk mengkonfirmasi mutasi tertentu dan menunjukkan perubahan
ALK dalam kasus ini.
Kelompok B
Analisa Kasus
Dalam kasus ini, profil genomik komprehensif tidak dapat dilakukan karena
sampel biopsi yang buruk, dan latar belakang genetik transformasi SCLC tidak
diketahui. Namun, tidak adanya riwayat merokok dan perkembangan tumor setelah
terapi target molekuler jangka panjang menunjukkan bahwa komponen SCLC
awalnya tidak ada, melainkan transformasi SCLC disebabkan oleh tekanan selektif
pengobatan alectinib, Ini menjelaskan mengapa tantangan ulang alectinib efektif lagi.
Di sisi lain, tingkat CEA dan SLX meningkat kembali setelah perkembangan penyakit
selama pengobatan sitotoksik untuk transformasi SCLC. Tidak ada peningkatan CEA
atau SLX yang diamati ketika transformasi ke SCLC dikonfirmasi oleh biopsi ulang.
Dengan demikian, penanda tumor ini mungkin berguna untuk memprediksi sebagian
besar subtipe histologis pada kanker paru-paru heterogen.
Kelompok C
Karsinoma Sel Raksasa Paru-paru Berhasil Diobati dengan Reseksi Bedah dan
Vinorelbine Adjuvan dan Cisplatin (Giant cell carcinoma of the lung successfully treated
with surgical resection and adjuvant vinorelbine and cisplatin) (Habib et al., 2018).
Terapi yang dilakukan adalah pasien menjalani lobektomi kanan atas dengan
diseksi kelenjar getah bening mediastinum dan menerima empat siklus adjuvant
kemoterapi
dengan vinorelbine dan cisplatin.
Hasil terapi pasien berhenti merokok dan berhasil diobati tanpa bukti
kekambuhan selama 7 tahun
Analisa Kasus
Karsinoma Sel Raksasa Paru-paru Berhasil Diobati Dengan Reseksi Bedah Dan
Vinorelbine Adjuvan Dan Cisplatin.
Karsinoma Sel Besar paru-paru yang juga merupakan subtipe NSCLC . Pasien
dengan NSCLC berada di sub-risiko besar untuk kekambuhan dan kematian bahkan
setelah pembedahan lengkapbagian. Peran kemoterapi ajuvan untuk pasien dengan re-
penyakit IB tahap sekte kontroversial.
Pada pasien kami, terapi adjuvant dengan cisplatin dan vinorelbine lebih disukai
karena adanya tumor yang berdiferensiasi. Terapi doublet berbasis cisplatin ajuvan, lebih
disukai dengan vinor-elbine direkomendasikan saat ini dan telah didokumentasikan
untuk menunjukkankelangsungan hidup terpanjang.
Kelompok D
Terapi Sukses dengan Carboplatin dan Paclitaxel Bound Albumin kepada Pasien
Karsinoma Paru-Paru Spindle Cell (SpCC) (Successful treatment with carboplatin and
nanoparticle albumin-bound paclitaxel in a patient with pulmonary
spindle cell carcinoma) (Tsuji et al., 2015).
Kasus SpCC merupakan kasus kanker paru-paru yang masih jarang dan penelitian
ini merupakan terapi sukses yang pertama. Kondisi pasien berumur 65 tahun datang
menderita nyeri hipokondrium kanan yang progresif dan tidak merokok (faktor
subyektif). Untuk hasil pemeriksaan computed tomography berukuran 74 mm,
sitokeratin AE1/AE3 positif, S100 negatif, vimentin positif, p63 dan synaptophysin
negatif semuanya.
Tata laksana terapi:
Terapi pertama dengan pemberian Cisplatin dan Doxetacel tetapi hasilnya setelah
1 siklus tumor berkembang dan kreatinin naik ke grade 2 (dilihat dari gambar).
Diganti terapinya dengan Carboplatin dan Nab PTX dengan 4 siklus kombinasi dan 4
siklus pemeliharaan Nab PTX dan hasilnya bisa hidup selama 9 bulan dengan
pemeliharan penyakit stabil.
Analisa Kasus
NSCLC (Non Small Cell Lung Cancer) ini merupakan kanker yang
terdifferensiasi mengandung sarcoma.
SpCC merupakan subkelompok NSCLC yang hanya terdiri dari sel spindle.
Beberapa kasus sebelumnya terapi kasus SpCC dilaporkan memberikan hasil yang buruk
untuk stadium lanjut atau berulang.
Kelompok E
Respon Lengkap untuk Imunoterapi Plus Kemoterapi Setelah Respon Klinis yang
Tidak Biasa terhadap Afatinib dan Radiosurgery Stereotactic pada Pasien dengan
Metastatik EGFR Mutan Kanker Paru-paru Sel Kecil (Complete Response to
Immunotherapy Plus Chemotherapy After an Unusual Clinical Response to Afatinib and
Stereotactic Radiosurgery in a Patient With Metastatic EGFR-Mutant NoneSmall-Cell
Lung Cancer) (Pizarro et al., 2020).
Pasien berusia 39 tahun seorang perokok ringan (5 bungkus setahun) yang
mencari perawatan di klinik untuk sakit punggung. Pemindaian MRI tulang belakang
terdapat lesi tumor di L2 dan L5 dan patah tulang di L2.
Tata laksana terapi:
Terapi dengan Afatinib oral dan SBRT untuk mengontrol metastatic otak
frontal kiri tetapi 6 bulan kemudian datang kembali dengan keluhan nyeri
lengan kiri atas, edema dan pertambahan volume cervical lymph-adenopati
tetapi di lain pihak metastatic liver dan lesi paru berkurang. Kemudian tiga
minggu kemudian pasien mengalami nyeri perut, anorexia dan asthenia.
Perkembangan penyakit cepat meskipun diterapi TKI, dan menurut scan
digolongkan NSCLC.
Kemudian diganti dengan Pembrolizumab plus kemoterapi dan SBRT
diterapkan untuk metastatis supraklativa dan lesi tulang belakang. Setelah 4
siklus, hasil scan menunjukkan pengurangan volume
lesi liver, paru dan spinal dan MRI scan menunjukkan tidak ada lesi maupun
metastatik. Karena itu pasien diterapi lanjut dengan Pembrolizumab plus
Pemetrexed.
Analisa Kasus
Respon Lengkap untuk Imunoterapi Plus Kemoterapi Setelah Klinis yang Tidak
Biasa Respon terhadap Afatinib dan Radiosurgery Stereotactic pada Pasien Dengan
Metastatik EGFR-non mutaneKanker Paru-paru sel kecil
Penyelidik menilai mutasi klonal dan subklonal dan perubahan nomor salinan
somatik. Hasil menunjukkan heterogenitas intratumoral yang luas di antara pasien
NSCLC dengan rata-rata 30% dan 48% untuk mutasi somatik subklonal dan perubahan
nomor salinan subklonal,
masing-masing. Heterogenitas intratumoral berfungsi sebagai substrat untuk evolusi
tumor dan perkembangan resistensi obat. Oleh karena itu, sel tumor yang mengalami
tekanan selektif (TKI).
Kelompok F
Kemoterapi untuk Kanker Paru-Paru Non-Small Cell di Unit Perawatan Intensif
(Chemotherapy for Non-Small Cell Lung Cancer in the Intensive Care Unit) (Nasser et
al., 2021).
Pasien seorang wanita berumur 60 tahun tidak pernah merokok, mempunyai
riwayat dispnea (sesak nafas) dan batuk produktif, tidak ada komorbid lain kecuali
depresi yang terkontrol dengan baik. Karena kegagalan hipoksia yang progresif maka
ditransfer ke ICU.
Kondisi pasien dilihat dari CT scan dada terlihat banyak nodul berbentuk tidak
teratur dan menunjukkan kanker paru metastatik diseminata. Dari hasil bronkoskopi yang
dilakukan menunjukkan sekresi mukoid yang signifikan dan sumbatan lendir. Patologi
dari biopsi paru menunjukkan adenocarcinoma mucinous (faktor subyektif).
Tata laksana terapi:
Kemoterapi paliatif diberikan untuk mendapatkan respons cepat, dimana
pasien dan keluarga diberikan konseling kesempatan untuk memperoleh
respon yang signifikan
Setelah diintubasi diberikan Cisplatin dan Pemetrexed
Hasil yang didapatkan proses pemberian oksigen secara bertahap berkurang
dan ada perbaikan secara bertahap dan akhirnya bisa keluar dari rumah sakit.
Hasil menunjukkan perbaikan radiografi dan membaik secara klinis sehingga
oksigen benar2 dilepas 2 bulan kemudian.
Analisa Kasus
KEMOTERAPI UNTUK KANKER PARU-PARU NON-SMALL CELL DI
UNIT PERAWATAN INTENSIF
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan berobat pada kasus ini adalah:
literatur yang kami dapat tentang Giant Cell Carcinoma terbatas,dan karenanya
kasus dalam jurnal dapat dilaporkan. Karsinoma Sel Raksasa paru-paru jarang terjadi
penyakit dengan karakteristik agresif. Ini memiliki respons yang buruk terhadap che-
moterapi, sehingga prognosisnya buruk.
1. Kasus SpCC merupakan bagian dari NSCLC yang jarang namun agresif.
2. Pengobatan nab- PTX menunjukkan hasil yang cukup baik karena adanya
keunggulan dalam efikasi dan toksisitas dan jangkauannya dalam mencapai
lingkungan mikro tumor.
3. nab-PTX masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut lagi
Sebagian besar pasien yang menerima imunoterapi memiliki penyakit yang tetap
tidak responsif atau hanya menunjukkan respons sederhana, terutama dalam EGFR-
pasien NSCLC mutan. Sampel biopsi diambil sebelum dan sesudah TKI dan dianalisis
dengan sekuensing generasi berikutnya, yang menunjukkan perolehan sejumlah
perubahan somatik baru. Data ini dapat membantu menentukan biomarker prediktif
untuk respons imunoterapi dalamEGFR-NSCLC muatan.
Kasus ini menunjukkan bahwa untuk pasien tertentu dengan diagnosis baru
NSCLC mucinous, percobaan kemoterapi sitotoksik dapat menyebabkan pemulihan
klinis bahkan dalam konteks kegagalan pernapasan yang memerlukan ventilasi mekanis.
Daftar Pustaka
Ananda, R. R., Ermayanti, S., & Abdiana, A. (2018). Hubungan Staging Kanker Paru dengan
Skala Nyeri pada Pasien Kanker Paru yang Dirawat di Bagian Paru RSUP DR M Djamil
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(3), 430–435.
https://doi.org/10.25077/jka.v7i3.898
Aulia, H., & Ch.Suhartini, H. (2016). Hubungan Antara Derajat Nyeri Dengantingkat
Kualitas Hidup Pasien Kanker Paruyang Menjalani Kemoterapi. Diponegoro Medical
Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro), 5(4), 545–557.
Habib, S., Leifer, L. E., Azam, M., Siddiqui, A. H., Rajdev, K., & Chalhoub, M. (2018).
Giant cell carcinoma of the lung successfully treated with surgical resection and
adjuvant vinorelbine and cisplatin. Respiratory Medicine Case Reports, 25(September),
300–302. https://doi.org/10.1016/j.rmcr.2018.10.012
Mohammadi, O., Haines, K., & Jahanzeb, M. (2021). Treatment of anaplastic lymphoma
kinase-positive lung adenocarcinoma with pemetrexed and carboplatin after crizotinib
failure and significant liver dysfunction; a case report. Cancer Treatment and Research
Communications, 26(December 2020), 100291.
https://doi.org/10.1016/j.ctarc.2020.100291
Nasser, A., Hartwick, M., Kyeremanteng, K., & Wheatley-Price, P. (2021). Chemotherapy
for Non-Small Cell Lung Cancer in the Intensive Care Unit. Cancer Treatment and
Research Communications, 26, 100294. https://doi.org/10.1016/j.ctarc.2020.100294
Pizarro, G., Pinto, M. P., Muñoz-Medel, M., Cordova-Delgado, M., Bravo, M. L., Nervi, B.,
Sánchez, C., Ibañez, C., Peña, J., Walbaum, B., Madrid, J., Briones, J., Koch, E.,
Valbuena, J., Gonzalez, S., Gejman, R., Acevedo, F., Mondaca, S., Garrido, M., …
Galindo, H. (2020). Complete Response to Immunotherapy Plus Chemotherapy After an
Unusual Clinical Response to Afatinib and Stereotactic Radiosurgery in a Patient With
Metastatic EGFR-Mutant Non–Small-Cell Lung Cancer. Clinical Lung Cancer, 21(4),
e250–e254. https://doi.org/10.1016/j.cllc.2020.01.012
Prasetio, R. T., & Susanti, S. (2019). Prediksi Harapan Hidup Pasien Kanker Paru Pasca
Operasi Bedah Toraks Menggunakan Boosted k-Nearest Neighbor. Jurnal Responsif,
1(1), 64–69.
Tsuji, T., Kim, Y. H., Ozasa, H., Sakamori, Y., Nagai, H., Ajimizu, H., Yagi, Y., Furukawa,
A., Haga, H., & Mishima, M. (2015). Successful treatment with carboplatin and
nanoparticle albumin-bound paclitaxel in a patient with pulmonary
spindlecellcarcinoma. Respiratory Medicine Case Reports, 15, 48–50.
https://doi.org/10.1016/j.rmcr.2015.05.003
Yamagata, A., Yokoyama, T., Fukuda, Y., & Ishida, T. (2021). Alectinib re-challenge in
small cell lung cancer transformation after chemotherapy failure in a patient with ALK-
positive lung cancer: A case report. Respiratory Medicine Case Reports, 33(June),
101440. https://doi.org/10.1016/j.rmcr.2021.101440