Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM KIE (Konseling, Informasi, Edukasi )

KONSELING PENGGUNAAN OBAT KHUSUS “TETES TELINGA”

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Elmiawati Latifah, M.Sc, Apt

Kelompok “2” :

1. Sofia Daffa A (18.0605.0002)


2. Fachrianna Fimma R (18.0605.0008)
3. Sindi Ayu S (18.0605.0013)
4. Lintang Nur A (18.0605.0018)
5. Choirunnisa (18.0605.0023)
6. Alifia Astri K (18.0605.0028)
7. Erika Khoirul M (18.0605.0033)
8. Halizah Damay A (18.0605.0038)
9. Septi Rini S (18.0605.0043)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2020
KONSELING PENGGUNAAN OBAT KHUSUS

TETES TELINGA

A. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan konseling penggunaan obat khusus dengan
langkah-langkah yang tepat

B. Pendahuluan
Peran apoteker terhadap pelayanan kefarmasian salah satunya
konseling semakin tahun terus berkembang dan mengalami perubahan yang
sebelumnya berfokus terhadap drug oriented berubah menjadi
pharmaceutical care yang komprehensif dalam pelayanan kefarmasian
sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup pasien (Depkes RI, 2016).
Menurut Depkes RI (2007), konseling adalah suatu komunikasi dua arah yang
sistematis antara pasien dengan apoteker. Konsultasi dan edukasi merupakan
dua unsur dari konseling. Pasien mengungkapkan seluruh kesulitannya dalam
menjalani pengobatan dengan konsultasi dan dengan edukasi seorang
apoteker dapat membantu dalam menyelesaikan masalah pasien tersebut.
Menurut Depkes RI (2016), konseling merupakan proses interaktif antara
apoteker dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku
dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Manfaat pemberian konseling terhadap pasien adalah meningkatkan
kepatuhan dan mencegah terjadinya kegagalan terapi obat pasien (Monita dan
Fudholi, 2009). Konseling yang diperankan oleh apoteker terhadap pasien
sangat mempengaruhi pengetahuan, perilaku, dan juga dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien (Suprobo & Fadillah, 2020).
Cara penggunaan obat adalah poin penting yang harus diperhatikan
dan dipahami sebelum menggunakan obat. Penggunaan obat yang tidak tepat
akan menyebabkan suatu kejadian yang tidak diinginkan berupa medication
error seperti kesalahan dosis sehingga terapi tidak efektif atau overdose yang
dapat menyebabkan terapi menjadi tidak rasional (Depkes, 2008). Obat
dengan bentuk sediaan khusus (seperti: inhalasi/ obat hirup, suppositoria,
tetes mata, tetes telinga, tetes hidung, insulin dan lainnya) perlu dipahami
cara penggunaannya sebelum obat tersebut digunakan. Penggunaan obat
sediaan khusus yang salah akan menyebabkan efektivitas terapi kurang
maksimal sehingga tujuan terapi bisa jadi tidak tercapai. Berdasarkan
Lutfiyati, et al (2017), menunjukkan bahwa cara penggunaan obat penting
untuk dijelaskan karena jika kurangnya informasi maka akan menyebabkan
terjadinya kesalahan (Nugraheni et al., 2020).

Tetes telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang digunakan pada
telinga dengan cara diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam
saluran telinga untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk
mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit. Pemberian informasi yang
kurang lengkap dan jelas tentang cara penggunaan obat akan membuat hasil
terapi kurang maksimal karena kesalahan dalam penggunaan akan membuat
obat tidak akan mencapai efek terapi yang diinginkan (Handayani, 2004).
Tetes telinga merupakan obat luar, yang oleh sebagian masyarakat tidak
begitu diperhatikan dalam penggunaannya dibandingkan dengan obat dalam
atau obat yang diminum seperti tablet dan sirup. Tetes telinga yang beredar di
Indonesia sebagian besar adalah obat keras yang boleh diserahkan oleh
apoteker tanpa resep dokter (Obat Wajib Apotek), sehingga peranan apoteker
dalam hal ini sangat berpengaruh dan salah satu peran apoteker di apotek
adalah memberikan informasi obat.

Pemberian informasi terhadap penggunaan tetes telinga sangatlah


penting. Penggunaan yang merupakan titik kritis pada sediaan tetes telinga
terutama cara penetesan dan cara penyimpanan. Cara penetesan penting pada
sediaan tetes telinga karena dalam meneteskan tetes telinga membutuhkan
teknik khusus, jika obatnya keluar atau tidak benar cara meneteskannya maka
tetes telinga tidak akan memberikan efek terapi (Kurniasari, 2010).
Cara penyimpanan obat juga perlu diperhatikan untuk menjaga
kualitas dan stabilitas obat yang digunakan. Penyimpanan obat yang tidak
sesuai dengan standar suhu yang telah dituliskan di label obat maka akan
mengakibatkan penurunan stabilitas obat yaitu mengakibatkan obat menjadi
rusak karena adanya degradasi zat aktif maupun adanya kontaminasi oleh
partikel asing karena sterilitas. Penyimpanan yang kurang sesuai juga
berpengaruh terhadap efektivitas terapi (Nugraheni et al., 2020). Mengetahui
cara penyimpanan tetes telinga penting karena tetes telinga merupakan
sediaan cair yang sangat rentan untuk ditumbuhi mikrorganisme jadi
penyimpanan dengan baik untuk tetes telinga akan sangat penting (Kulkarni,
2010) (Kurniasari, 2010).
Cara membuang obat yaitu meliputi mengenal ciri obat yang rusak
dan cara pembuangan obat yang tepat. Cara pembuangan yang tepat yaitu
dengan cara obat yang rusak sebelum dibuang seharusnya dikeluarkan dahulu
dari wadah aslinya dan dihancurkan (sediaan padat digerus dan sediaan cair
diencerkan), kemudian setelah itu baru dibuang ketempat sampah dengan
wadah tertutup rapat (Nugraheni et al., 2020).

C. Instruksi Kerja
1. Buat 5 kelompok praktikum
2. Buatlah leaflet/poster/banner dengan topik pemakaian obat khusus :
inhaler, suppositoria, tetes mata, telinga dan hidung, enema, insulin pen
3. Presentasikan tahapan konseling dan media informasi tersebut !
D. Hasil Praktikum
Hasil poster dengan tema “Konseling Penggunaan Obat Khusus Tetes
Telinga”
E. PEMBAHASAN
Berdasarkan Kepmenkes No. 1027 tahun 2004, Apoteker harus
memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, etis,
bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien setidaknya meliputi: cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas
serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi (Menteri
Kesehatan RI, 2004) (Kurniasari, 2010).
Pengelolaan obat di masyarakat mulai dari prosedur mendapatkan,
menggunakan, menyimpan, dan membuang sisa obat tidak boleh dianggap
remeh, karena jika salah melakukan pengelolaan obat, maka dapat berakibat
fatal bagi diri kita sendiri atau konsumen obat. Dampak lain dari kesalahan
pengelolaan obat akan terlihat pada lingkungan. Pencemaran lingkungan
karena pembuangan obat yang sembarangan akan menyebabkan
keseimbangan ekosistem terganggu yang pada akhirnya juga menyebabkan
kerugian bagi masyarakat. Oleh karena itu penting untuk mengedukasi
masyarakat agar pengetahuan tentang penggunaan dan pengelolaan obat yang
baik dapat meningkat (Octavia et al., 2020).
Obat tetes (guttae) adalah sediaan cair yang berupa larutan, suspensi
atau emulsi, yang dimaksudkan sebagai obat dalam atau obat luar, dipakai
dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan
setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan
Farmakope Indonesia (Anonim, 1979). Sediaan obat tetes dapat berupa antara
lain: guttae (obat dalam), guttae oris (tetes mulut), guttae auriculares (tetes
telinga), guttae nasales (tetes hidung), guttae ophtalmicae (tetes mata)
(Kurniasari, 2010).
Tetes telinga (guttae auriculares) adalah obat tetes yang digunakan
untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Cairan
pembawanya biasanya bukan air, kecuali dinyatakan lain. Cairan tetes telinga
biasanya memilki 10 derajat keasaman sekitar 5,0-6,0 (Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979) (Kurniasari, 2010).
Cara penggunaan tetes telinga :
1. Mencuci tangan dengan air dan sabun
2. Pastikan kondisi ujung atau pipet tetes tidak rusak
3. Bersihkan telinga bagian luar dengan air hangat/kain lembab, lalu
keringkan
4. Genggam botol obat dengan tangan selama 1-2 menit, untuk
menghangatkan, Kocok perlahan
5. Miringkan kepala sehingga telinga yang sakit menghadap ke atas,
Teteskan obat sesuai dosis pada lubang telinga
6. Untuk anak < 3 tahun : Tarik daun telinga ke BAWAH dan ke
BELAKANG
7. Untuk anak > 3 tahun dan dewasa : Tarik daun telinga ke ATAS dan ke
BELAKANG
8. Tekan lembut anak telinga
9. Pertahankan posisi kepala 2-3 menit
10. Pasang kembali tutup botol tetes telinga dengan rapat, jangan menyeka
atau membilas ujung botol tetes
11. Cuci tangan dengan air sabun
Semua jenis obat memiliki masa penyimpanan terbatas karena
semakin lama disimpan, obat akan terurai secara kimiawi karena adanya
pengaruh cahaya, udara, dan suhu, sehingga dapat mengakibatkan
berkurangnya khasiat obat. Kerusakan pada obat terkadang tidak ditandai
dengan tanda-tanda yang jelas. Proses perubahan ini tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang. Bentuk dan bau obat mungkin tidak berubah, tetapi
kadar zat aktifnya sudah banyak berkurang atau jika lebih buruk lagi zat
aktifnya dapat terurai membentuk zat-zat beracun (Tan dan Raharja, 2010).
Untuk memperlambat terjadinya penguraian, maka penyimpanan obat
sebaiknya dilakukan pada tempat sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari
cahaya, lembab, dan panas. Untuk Obat dalam bentuk cair jangan disimpan
dalam lemari pendingin (freezer) agar tidak beku kecuali disebutkan pada
etiket atau kemasan obat (Depkes RI, 2008).
Obat tetes mata, telinga, hidung, larutan, dan sirup memiliki waktu
kadaluarsa yang pendek. Obat-obat dengan waktu kadaluarsa yang pendek
biasanya dibubuhi zat pengawet untuk menghalangi pertumbuhan kuman dan
jamur. Apabila wadah sudah dibuka, maka zat pengawet tidak dapat
menghindarkan rusaknya obat secara keseluruhan, terlebih lagi bila wadah
obat sering dibuka. Oleh karena itu, setelah menggunakan obat segera tutup
kembali dengan baik (Sutanto, 2010).

Menurut Depkes RI (2008), cara membuang obat adalah sebagai


berikut :
1. Hancurkan obat dan timbun di dalam tanah untuk obat – obat padat
(tablet, kapsul dan suppositoria).
2. Untuk sediaan cair (sirup, suspensi, dan emulsi), encerkan sediaan dan
campur dengan bahan yang tidak akan dimakan seperti tanah atau pasir.
Buang bersama dengan sampah lain.
3. Terlebih dahulu lepaskan etiket obat dan tutup botol kemudian dibuang
ditempat, hal ini untuk menghindari penyalahgunaan bekas wadah obat.
4. Untuk kemasan boks, dus, dan tube terlebih dahulu digunting baru
dibuang.

F. KESIMPULAN
1. Tetes telinga (guttae auriculares) adalah obat tetes yang digunakan untuk
telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Cairan
pembawanya biasanya bukan air, kecuali dinyatakan lain. Cairan tetes
telinga biasanya memilki 10 derajat keasaman sekitar 5,0-6,0.
2. Tata cara dalam membuang kotoran telinga biasanya dimulai dengan
menempatkan larutan otik pada saluran telinga dengan posisi kepala
pasien miring 45, lalu memasukkan gumpalan kapas pada saluran telinga
untuk menahan obat dalam telinga selama 15-30 menit.
3. Obat tetes mata, telinga, hidung, larutan, dan sirup memiliki waktu
kadaluarsa yang pendek maka sebaiknya obat segera ditutup kembali
dengan baik.
G. DAFTAR PUSTAKA
Kurniasari, L. (2010). Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan Tetes
Telinga pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta Periode Juni-Juli 2010. Skripsi.

Nugraheni, A. Y., Ganurmala, A., & Pamungkas, K. P. (2020). Sosialisasi


Gerakan Keluarga Sadar Obat : DAGUSIBU Pada Anggota Aisyiyah
Kota Surakarta. Abdi Geomedisains, 1(1), 15–21.
https://doi.org/10.23917/abdigeomedisains.v1i1.92

Octavia, D. R., Susanti, I., & Negara, S. B. S. M. K. (2020). Peningkatan


Pengetahuan Masyarakat Tentang Penggunaan Dan Pengelolaan Obat
yang Rasional Melalui Penyuluhan Dagusibu. GEMASSIKA: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(1), 23–39.

Suprobo, M. D., & Fadillah, N. (2020). Peran Konseling Apoteker Terhadap


Pengetahuan Penggunaan Obat Dengan Sediaan Khusus Di
Ketanggungan-Brebes. Jurnal Ilmu Farmasi Dan Farmasi Klinik
(JIFFK), 17(1), 30–34.

Sutanto, S. A. (2010). Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan Obat


Tetes Mata pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Juni – Juli 2010.
Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai