Anda di halaman 1dari 4

D.

Pembahasan

Jurnal ilmiah yang didapatkan untuk dianalisa adalah: Limfoma Non-Hodgkin yang
Tampak pada Usus: sebuah laporan kasus (Intestinal Presentation of Non-Hodgkin
Lymphoma: Case report)

MEITL (monomorphic epitheliotropic intestinal T-cell lymphoma) merupakan limfoma usus


T cell yang berhubungan dengan banyaknya kematian karena melibatkan diagnosis dan
manajemen terapi yang sulit karena tumor berada di dalam usus (perut).

Kasus: pasien laki-laki berumur 59 tahun yang menderita sakit perut dan terdapat tumor
sebesar 15 x 11 cm di kanan dekat ileum apendik. Dari uji patologi pasien menderita
monomorphic epitheliotropic intestinal T-cell lymphoma (MEITL) dengan profil
imunohistokimia CD 30 positif, ALK1-, CD 43-, EMA, mengalami penurunan berat badan 10
kg selama 3 bulan tanpa sebab. Pasien juga mengalami demam dan berkeringat pada malam
hari.

Terapi: pasien sudah melakukan pembedahan sepanjang 20 cm. Terapi khusus MEITL belum
ada yang sekarang digunakan adalah kombinasi bedah kemudian kemoterapi adjuvan dan
transplantasi stem cell. Terhadap pasien ini diberikan terapi Brentoximab Vedotin (BV) yang
biasa digunakan untuk pasien CD 30 +. Terapi BV ini biasanya juga ditambahkan pada
Cyclophosphamid Doxorubicin Prednison. Terapi ini bisa mengurangi progresif kanker 29%
dan kematian 34%. Bila tumor agresif diakukan transplantasi stem cell untuk memperbaiki
kualitas hidup. Terapi ini setelah dilakukan pengecekan setelah 1 tahun ada bukti
kekambuhan kembali.

Kesimpulan: MEITL merupakan tipe kanker yang jarang yang memerlukan diagnosis dan
terapi yang menantang karena tidak adanya pedoman manajemen terapi limfoma intestinal
ini.

Jurnal kelompok lain:

1. Limfoma Non-Hodgkin Jejunum yang Menampakkan Peritonitis Perforasi: sebuah


laporan kasus (Non-Hodgkin Lymphoma of The Jejunum Presenting as Perforation
Peritonitis: A case report)
Laporan kasus pasien laki-laki berumur 36 tahun dengan Limfoma Non-Hodgkin jejunal
primer yang pertama kali didiagnosa mempunyai tanda-tanda peritonitis. Laparotomi darurat
untuk mengidentifikasi perforasi jejunum yang memerlukan pemotongan anastomosis.
Limfoma di saluran pencernaan ini tidak umum meskipun akhir-akhir ini naik seiring dengan
perbaikan fasilitas imunohistokimia. Limfoma gastrointestinal berjumlah 5-10% dari kasus
Non-Hodgkin Limfoma dengan limfoma intestinal sekitar 15-20% dari semua limfoma
gastrointestinal.

Terapi pemberantasan Helicobacter pylori merupakan pengobatan pertama dari gastric


mucosa-associated lymphoid tissue (MALT) lymphoma. Radioterapi atau pembedahan
merupakan rekomendasi bagi pasien non-gastric MALT dengan tahap awal (I/II E) dan
regimen R-CHOP (rituximab, cyclophosphamide, doxorubicin, vincristine, and prednisolone)
disarankan untuk gastric diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL).

Pengawasan NHL menurut NCCN adalah pemeriksaan fisik yang dilihat dari perluasan node,
liver dan limpa dan PET/CT scan seluruh badan dengan kontras dada, perut dan pelvis setiap
3-6 bulan selama 5 tahun pertama dan setiap 12 bulan untuk tahun setelahnya.

Kesimpulan

Morbiditas dan kematian bertambah secara signifikan pada limfoma gastrointestinal primer
yang menampakkan adanya perforasi. Tetapi bagaimanapun dengan pemahaman yang cukup
tentang penyakit ini, intervensi tepat waktu dan manajemen klinis yang baik akan
menghasilkan hasil yang baik.

2. Limfoma Non-Hodgkin Primer Extra Nodal pada Kandung Kemih yang


Menampakkan Tumor: sebuah laporan kasus (Primary extra nodal Non-Hodgkin's
lymphoma of urinary bladder presenting as a bladder tumor: A case report)

Limfoma primer Non-Hodgkin kandung kemih merupakan kasus yang jarang melebihi 0.2%
dari lesi neoplastic primer. Tumor ini didominasi oleh perempuan paruh baya. Gejala umum
termasuk hematuria, dysuria, sering berkemih, nocturia dan sakit perut atau punggung.
Dengan radiologi dan endoskopi tidak menampilkan tanda yang sangat spesifik tetapi
didiagnosis dengan karakterisitik morfologi dan imunohistokimia. Terdapat banyak variasi
pilihan terapi yang tersedia yaitu kemoterapi, radioterapi dan pembedahan sendiri atau
kombinasi.
Dilaporkan terdapat kasus laki-laki berumur 40 tahun dengan menampakkan hematuria.
Dengan radiologi Nampak adanya penebalan kandung kemih dan kemudian di biopsy dan
terdiagnosa NHL diffuse large B cell type. Pasien kemudian diterapi dengan kemoterapi 6
siklus CHOP dan radioterapi untuk NHL primer kandung kemih dan akhirnya sudah benar-
benar sembuh.

Kesimpulan: semua pasien dengan limfoma extra nodal memerlukan diagnosa yang
menyeluruh sehingga stage penyakit bisa diketahui secara persis untuk bisa dipikirkan
manajemen terapi selanjutnya.

3. Lokasi Primer Tidak Biasa Limfoma Non-Hodgkin pada Badan Rahim dengan
Bentuk Kompresif: tentang kasus (Unusual primary location of non-Hodgkin
lymphoma in the uterine body with compressive form: About case)

Primary Non-Hodgkin’s Malignant Lymphoma (NHML) pada badan rahim merupakan lokasi
yang sangat jarang dimana hanya 11 kasus yang dilaporkan. Ada laporan kasus primary
NHML yang ditemukan selama pengambilan massa rahim. Masih dalam tahap 1E Ann Arbor
dan tidak ada tanda kekambuhan setelah dilakukan tindakan. Pasien menerima anti CD20
imunokemoterapi (rituximab-CHOP and rituximab-VCAP combinations) dan setelah
dilakukan tindakan selama 12 bulan dia sembuh sempurna. Imunokemoterapi Rituximab-
CHOP immunochemotherapy sekarang merupakan pengobatan yang disarankan untuk
primary malignant lymphomas pada badan rahim khususnya pada pasien muda wanita yang
berharap hamil. Kasus yang dipublikasikan pada kasus ini masih sedikit sehingga banyak
variasi terapi masih susah untuk dievaluasi

4. Limfoma Non Hodgkin Primer pada Tulang Sementara: laporan kasus yang jarang
(Primary Non-Hodgkin Lymphoma of the Temporal Bone: A rare case report)

Limfoma primer pada tulang sementara sangat jarang sehingga susah untuk didiagnosa dan
dilakukan manajemen terapi. Penting bagi dokter untuk dalam pikirannya kemungkinan
penyakit ini sebagai diagnosis berbeda dengan resistensi infeksi terhadap terapi yang biasa.

Dalam laporan kasus yang sangat jarang yaitu wanita umur 70 tahun dengan limfoma diffuse
large B-cell mempunyai riwayat diabetes didiagnosa dengan NHL tulang sementara.
Limfoma ini diartikan sebagai tumor monoclonal dari sel lifoid yang berkembang yang tidak
umum lokasinya yaitu di kepala dan daerah leher. Kasus literatur masih sangat sedikit.

5. Limfoma Non-Hodgkins Maxilla Extranodal Diffuse Large B Cell: Sebuah Studi


Imunohistokimia Berdasarkan Pendekatan Diagnostik (Extranodal Diffuse Large B
Cell Non-Hodgkin’s Lymphoma of Maxilla: An Immunohistochemical Study Based
Diagnostic Approach)

Limfoma merupakan neoplasma yang padat dan kohesif yang berasal dari sistem sel imun
yang mempunyai bermacam-macam penampakan. Limfoma Non-Hodgkins merupakan tumor
kanker ke 3 yang umum dikenal yang kejadiannya berkisar 20-30%. Lokasi limfoma Non-
Hodgkins extra-nodal adalah perut, usus, paruparu, jaringan orbital, sinus, kelenjar ludah,
tiroid, tonsil, dada, ginjal dan testis. Kasus NHL ini berada pada rongga mulut yang berkisar
0.1 – 5% seluruh extra-nodal. Penampakan yang paling umum dari NHL ini adalah semacam
bisul yang tidak sakit yang mengalami pertumbuhan proliferative dan menyerupai karsinoma
sel skuamous.

Kasus: pasien laki-laki berumur 80 tahun mengeluh pendarahan yang tidak terkontrol pada
rahang atas kiri sejak 3 hari yang lalu. Terdapat tumor yang berkembang agresif dan sekarang
sudah mencapai 6 cm x 4 cm. Kemudian dilakukan pemeriksaan imunohistokimia didapatkan
CD20 + dan BCL 6. Kemudian didapatkan diagnosis final yaitu diffuse large B cell limfoma.

Terapi: Pasien yang didiagnosis stage 1 kemudian selanjutnya diberikan kemoterapi R-CHOP
dengan regimen (cyclophosphamide 750 mg/sq m, vincristine 1.4 mg/sq m, and prednisolone
40 mg/sq m). Tumor ini secara spontan menurun setelah siklus 1 kemoterapi. Pasien
kemudian melanjutkan terapi ini sampai 2 bulan ke depan yang kemudian diakhiri karena
adanya malnutrisi.

Kesimpulan: pada kasus di jurnal ini, NHL oral mulai mengalami penurunan sejak siklus
pertama kemoterapi R-CHOP sehingga ini merupakan bukti bahwa limfoma ini merespon
dengan baik terapi ini. Pasien NHL ini beruntung mendapatkan terapi yang cepat tanpa
penundaan karena diagnosis awal oleh dokter gigi NHL di kepala dan daerah leher. Evaluasi
klinis dengan radiografi dan patologi akan membawa pada diagnosis yang tepat dan
prognosis yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai