Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN LIMFOMA MALIGNA

A.  Konsep Dasar Penyakit

1.      Definisi
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup
sistem limfatik dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan
kelainan umum yaitu pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali,
hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra
nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara lain pada traktus digestivus,
paru, kulit, dan organ lain.
Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari
sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit
sehingga muncul istilah limfoma malignum (maligna = ganas).
Dalam kondisi normal, sel limfosit merupakan salah satu sistem pertahanan
tubuh. Sementara sel limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di
kelenjar getah bening dan menyebabkan pembengkakan.

2.      Epidemiologi
Di negara maju, limfoma relatif jarang, yaitu kira-kira 2% dari jumlah
kanker yang ada. Akan tetapi, menurut laporan berbagai sentra patologi di
Indonesia, tumor ini merupakan terbanyak setelah kanker serviks uteri, payudara,
dan kulit.
                   
3.      Etiologi
Etiologi belum jelas mungkin perubahan genetik karena bahan – bahan
limfogenik seperti virus, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi dan sebagainya.

4.      Faktor predisposisi


a.       Usia
Penyakit limfoma maligna banyak ditemukan pada usia dewasa muda yaitu antara
18-35 tahun dan pada orang diatas 50 tahun.
b.      Jenis kelamin
Penyakit limfoma maligna lebih banyak diderita oleh pria dibandingkan wanita.
c.       Gaya hidup yang tidak sehat
Risiko Limfoma Maligna meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan
tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV.
d.      Pekerjaan
Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggi terkena limfoma
maligna adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan
adanya paparan herbisida dan pelarut organik.

                                            
5.      Patofisiologi
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau
penyumbatan organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah
bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal,
mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar
tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam.
Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan
yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut
hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis
limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh
meninggi selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah
normal selama beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul
berdasarkan lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma.

6.      Pathway
Terlampir

7.      Klasifikasi
a.       Klasifikasi Penyakit
Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu penyakit
Hodgkin (PH) dan limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya memiliki gejala yang
mirip. Perbedaannya dibedakan berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi
dimana pada PH ditemukan sel Reed Sternberg, dan sifat LNH lebih agresif.

b.      Klasifikasi Patologi


Klasifikasi limfoma maligna telah mengalami perubahan selama bertahun-
tahun. Pada tahun 1956 klasifikasi Rappaport mulai diperkenalkan. Rappaport
membagi limfoma maligna menjadi tipe nodular dan difus kemudian subtipe
berdasarkan pemeriksaan sitologi. Modifikasi klasifikasi ini terus berlanjut hingga
pada tahun 1982 muncul klasifikasi Working Formulation yang membagi limfoma
maligna menjadi keganasan rendah, menengah dan tinggi berdasarkan klinis dan
patologis. Seiring dengan kemajuan imunologi dan genetika maka muncul
klasifikasi terbaru pada tahun 1982 yang dikenal dengan Revised European-
American classification of Lymphoid Neoplasms (REAL classification).

c.       Stadium Limfoma Maligna


Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan
II sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara
stadium III dan IV dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.
1)      Stadium I: Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu
kelenjar getah bening.
2)      Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar
getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada seluruh dada atau
perut.
3)      Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar
getah bening, serta pada dada dan perut.
4)      Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening setidaknya
pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-paru, atau otak.

8.      Gejala klinis


a.       Pembengkakan kelenjar getah bening.
Pada limfoma Hodgkin, 80% terdapat pada kelenjar getah bening leher,
kelenjar ini tidak lahir multiple, bebas atas konglomerasi satu sama lain. Pada
limfoma non-Hodgkin, dapat tumbuh pada kelompok kelenjar getah bening lain
misalnya pada traktus digestivus atau pada organ-organ parenkim.
b.      Demam tipe pel Ebstein dimana suhu tubuh meninggi selama beberapa hari yang
diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama beberapa hari atau
beberapa minggu.
c.       Gatal-gatal
d.      Keringat malam
e.       Berat badan menurun lebih dari 10% tanpa diketahui penyebabnya.
f.       Nafsu makan menurun.
g.      Daya kerja menurun
h.      Terkadang disertai sesak nafas
i.        Nyeri setelah mendapat intake alkohol (15-20%)
j.        Pola perluasan limfoma Hodgkin sistematis secara sentripetal dan relatif lebih
lambat, sedangkan pola perluasan pada limfoma non-Hodgkin tidak sistematis dan
relatif lebih cepat bermetastasis ke tempat yang jauh.
            Terdapat 3 gejala spesifik pada Limfoma antar lain:
a.       Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 °C.
b.      Sering keringat malam.
c.       Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan.

9.      Pemeriksaan diagnostik/penunjang


a.       Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah yaitu hemogran dan trombosit. LED sering meninggi
dan kemungkinan ada kaitannya dengan prognosis. Keterlibatan hati dapat
diketahui dari meningkatnya alkali fosfatase, SGOT, dan SGPT.
b.      Radiologi
1)      Foto thoraks
2)      Limfangiografi
3)      USG
4)      CT scan

10.  Prognosis
Kebanyakan pasien dengan penyakit limfoma maligna tingkat rendah
bertahan hidup lebih dari 5-10 tahun sejak saat didiagnosis. Banyak pasien dengan
penyakit limfoma maligna tingkat tinggi yang terlokalisasi disembuhkan dengan
radioterapi. Dengan khemoterapi intensif, pasien limfoma maligna tingkat tinggi
yang tersebar luas mempunyai perpanjangan hidup lebih lama dan dapat
disembuhkan.
                                              
11.  Therapy
a.       Cara pengobatan bervariasi dengan jenis penyakit. Beberapa pasien dengan tumor
keganasan tingkat rendah, khususnya golongan limfositik, tidak membutuhkan
pengobatan awal jika mereka tidak mempunyai gejala dan ukuran lokasi
limfadenopati yang bukan merupakan ancaman.
b.      Radioterapi
Walaupun beberapa pasien dengan stadium I yang benar-benar terlokalisasi
dapat disembuhkan dengan radioterapi, terdapat angka yang relapse dini yang
tinggi pada pasien yang dklasifikasikan sebagai stadium II dan III. Radiasi local
untuk tempat utama yang besar harus dipertimbangkan pada pasien yang
menerima khemoterapi dan ini dapat bermanfaat khusus jika penyakit
mengakibatkan sumbatan/ obstruksi anatomis.
Pada pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium III dan IV,
penyinaran seluruh tubuh dosis rendah dapat membuat hasil yang sebanding
dengan khemoterapi.
c.       Khemoterapi
1)      Terapi obat tunggal Khlorambusil atau siklofosfamid kontinu atau intermiten
yang dapat memberikan hasil baik pada pasien dengan limfoma maligna
keganasan tingkat rendah yang membutuhkan terapi karena penyakit tingkat
lanjut.
2)      Terapi kombinasi. (misalnya COP (cyclophosphamide, oncovin, dan
prednisolon)) juga dapat digunakan pada pasien dengan tingkat rendah atau
sedang berdasakan stadiumnya.

12.  Penatalaksanaan
Penanganan terutama ditentukan oleh stadium penyakitnya, dan bukan oleh
jenis histologinya. Penyakit Hodgkin potensial dapat disembukan dengan
radioterapi, selama masih terbatas pada rangkaian nodus limfe, limfa dan
orofaring. Pasien yang penyakitnya belum menyebar harus mendapat rasiasi
“kuratif” dengan dosis yang cukup tinggi untuk menghancurkan tumor tidak
hanya pada nodus tumor yang jelas tampak tetapi juga pada nodus di sekitarnya
dan rangkaian nodus limfatikus. Bila ada tanda penyebaran di luar daerah yang
dapat ditangani tentu saja secara otomatis tidak memungkinkan pasien untuk
menjalani program tersebut dimana pada kasus tersebut dapat diberikan kombinasi
kemoterapi dan radioterapi paliatif.

  B.  Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak
terasa nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha).
Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan,
demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun
tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa
saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfe dengan sejenis virus atau
mungkin tuberculosis limfa.
Kebutuhan dasar
a.       Aktifitas /istirahat
Gejala               : Kelelahan, kelemahan atau malaise umum.
Kehilangan produktifitasdan penurunan toleransi latihan.
Kebutuhan tidaur dan istirahat lebih banyak.
Tanda                :Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang
menunjukkan kelelahan.
b.      Sirkulasi
Gejala               :Palpitasi, angina/nyeri dada.
Tanda               :Takikardia, disritmia.
Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus limfa
adalah kejadian yang jarang).
Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obtruksi
duktus empedu dan pembesaran nodus limfa(mungkin tanda lanjut).
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.

c.       Integritas ego


Gejala               :Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga.
Takut/ansietas sehubungan dengandiagnosis dan kemungkinan takut mati.
Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan (kemoterapi
dan terapi radiasi).
Masalah finansial biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan
pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.
Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang tergantung
pada keluarga.
Tanda               :Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif.
d.      Eliminasi
Gejala               :Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi (infiltrasi
dari nodus limfa retroperitoneal).
Tanda             :Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi
(hepatomegali)
Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali).
Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/ gagal ginjal).
Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut).
e.       Makanan/cairan
Gejala               :Anoreksia/kehilangna nafsu makan
Disfagia (tekanan pada easofagus)
Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10% atau
lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
Tanda              :Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder terhadap
kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus limfa).
Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena kava
inferior dari pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin).
Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus limfa
intraabdominal).

f.       Neurosensori
Gejala              :Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran nodus
limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral.
Kelemahan otot, parestesia.
Tanda             :Status mental  letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap sekitar.
Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan diskus pada
kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batng spinal).
g.      Nyeri/kenyamanan
Gejala              :Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar
mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebra), nyeri tulang umum
(keterlibatan tulang limfomatus).
Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.
Tanda               :Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
h.      Pernafasan
Gejala               :Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.
Tanda Dispnea, takikardia
Batuk kering non-produktif
Tanda                 :Distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan kedaalaman
penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal).
i.        Keamanan
Gejala              :Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler pencetus untuk
infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial).
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer tinggi
virus Epstein-Barr).
Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa minggu
(demam pel Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa
menggigil.
Kemerahan/pruritus umum.
Tanda              :Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38°C tanpa gejala
infeksi.
Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus servikal paling
umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus aksila dan
mediastinal).
Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.
Pembesaran tosil
Pruritus umum.
Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo).
j.        Seksualitas
Gejala                       :Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak mempengaruhi,
tetapi pengobatan mempengaruhi).
Penurunan libido.
k.      Penyuluhan/pembelajaran
Gejala                       :Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien Hodgkin
dari pada populasi umum).
Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia).

2.      Diagnosa Keperawatan


1.      Nyeri Akut b.d agen injuri biologi.
2.      Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi.
3.      Ketidakseimbangan nutrisi : lebih sedikit dari kebutuhan tubuh  b.d anoreksia/
penurunan nafsu makan .
4.      Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal /
edema jalan nafas.
5.      Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi.

3.      Intervensi
No No. Dx Tujuan  dan kriteria hasil In
1 Dx   1 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...)
1.      K
diharapkan nyeri klien berkurang/ hilang dengan KH :
a.       Skala nyeri 0-3
b.      Wajah klien tidak meringis .
c.       Klien tidak memegang daerah nyeri. 2.      A

3.      K
2 Dx 2 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...)
1.      O
diharapkan suhu tubuh klien turun / dalam keadaan
normal dengan kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas
normal (35,9-37,5 derajat celcius).
2.      B
li
3.      A
kl

4.      K
3 Dx 3 Setelah diberikan asuhan keperawatan selam (...x...) jam
1.      K
diharapkan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
dengan criteria hasil : 2.      O
a.       Menunjukkan peningkatan BB/ BB stabil. 3.      T
b.      Nafsu makan klien meningkat
c.       Klien menunjukkan perilaku perubahan pola hidup
untuk mempertahankan berat badan yang sesuai.
4.      B

5.      K

4 Dx  4 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...) jam


1.      K
diharapkan bersihan jalan nafas klien efektif/normal
dengan criteria hasil :
a.       Klien dapat bernafas dengan normal/efektif.
b.      Klien bebas dari dispnea, sianosis.
c.       Tidak terjadi tanda distress pernafasan. 2.     
de
de
3.      B
bi
4.      K
5 Dx 5 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...) jam
1.     
diharapkan klien dan keluarganya dapat mengetahui ke
tentang penyakit yang diderita oleh klien dengan KH : 2.      B
a.       Klien dan keluarga klien dapat memahami proses kl
penyakit klien.
b.      Klien dan keluarga klien mendapatkan informasi yang
jelas tentang penyakit yang diderita oleh klien.
c.       Klien dan keluarga klien dapat mematuhi proses
terapiutik yang akan dilaksanakan.

 4.      Implementasi
a.       Dx 1
1)      Mengkaji skala nyeri pasien dengan PQRST
2)      Mengajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi.
3)      Memberikan obat analgetik.
b.      Dx 2
1)      Mengobservasi suhu tubuh klien.
2)      Memberikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha.
3)      Menganjurkan dan memberikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan
kebutuhan cairan tubuh klien).
4)      Memberikan antipiretik.

c.       Dx 3
1)    Mengkaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai oleh klien.
2)    Menobservasi dan catat masukan makanan klien.
3)    Menimbang berat badan klien tiap hari.
4)    Memberikan makan sedikit namun frekuensinya sering.
5)    Memberikan suplemen nutrisi.
d.      Dx 4
1)    Mengkaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama pernafasan klien.
2)    Menempatan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur
tinggi/atau duduk tegak ke depan kaki digantung.
3)    Membantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /diafragma.
Abdomen bila diindikasikan.
4)    Mengkaji  respon pernafasan terhadap aktivitas
e.       Dx 5
1)    Memberikan komunikasi terapiutik kepada klien dan keluarga klien.
2)    Memberikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga klien

5.      Evaluasi keperawatan


a.       Nyeri klien dapat teratasi sehingga kebutuhan kenyamanan klien terpenuhi.
b.      Klien mampu menunjukan tidak adanya tanda-tanda hipertermy, suhu tubuh klien
dalam rentang normal.
c.       Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan poliphagi dapat dicegah sehingga tubuh tidak
kekurangan nutrient hasil metabolisme dalam bentuk glucagon dalam otot.
d.      Pernafasan klien bisa kembali normal baik dari frekuensi pernafasan, kedalaman,
irama pernafasan klien.
e.       Klien mampu memberikan gambaran baik secara umum maupun khusus
mengenai masalah kesehatannya. Sehingga klien kooperatif dalam perawatan
yang didapat.

Askep Limfoma(kanker kelenjar getah bening)

A.Pendahuluan
Saat ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan limfoma maligna terutama
tipe LNH, dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal karena penyakit
ini. Dari tahun ke tahun, jumlah penderita penyakit ini juga terus meningkat.
Sekadar gambaran, angka kejadian LNH telah meningkat 80 persen dibandingkan
angka tahun 1970-an. Data juga menunjukkan, penyakit ini lebih banyak terjadi
pada orang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia antara 45 sampai 60
tahun. Makin tua umur, makin tinggi risiko terkena penyakit ini. Tapi secara
umum, LNH bisa menyerang semua usia, mulai dari anak-anak sampai orang tua.
Sementara dari sisi jenis kelamin, kasus LNH lebih sering ditemukan pada pria
ketimbang wanita.Di Indonesia, limfoma merupakan jenis kanker nomor enam
yang paling sering ditemukan (www.compas.com)
Sistem limfatik adalah bagian penting sistem kekebalan tubuh yang memainkan
peran kunci dalam pertahanan alamiah tubuh melawan infeksi dan kanker. Cairan
limfatik adalah cairan putih mirip susu yang mengandung protein, lemak dan
limfosit (sel darah putih) yang semuanya mengalir ke seluruh tubuh melalui
pembuluh limfatik. Ada dua macam sel limfosit yaitu: Sel B dan Sel T. Sel B
membantu melindungi tubuh melawan bakteri dengan jalan membuat antibodi
yang menyerang dan memusnahkan bakteri.

B.Pengertian Limfoma maligna


Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari sistem
limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga
muncul istilah limfoma malignum (maligna = ganas).
Dalam kondisi normal, sel limfosit merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh.
Sementara sel limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di kelenjar
getah bening dan menyebabkan pembengkakan. Sel limfosit ternyata tak cuma
beredar di dalam pembuluh limfe, sel ini juga beredar ke seluruh tubuh di dalam
pembuluh darah karena itulah limfoma bisa juga timbul di luar kelenjar getah
bening. Dalam hal ini, yang tersering adalah di limpa dan sumsum tulang. Selain
itu, bisa juga timbul di organ lain seperti perut, hati, dan otak.
C.Klasifikasi
Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu penyakit Hodgkin
(PH) dan limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya memiliki gejala yang mirip.
Perbedaannya dibedakan berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi dimana pada
PH ditemukan sel Reed Sternberg, dan sifat LNH lebih agresif

Perbedaan Gejala Klinis antara LNH dan PH

LNH
PH
Pola kelenjar getah bening yang terlibat
Sentrifugal; KGB yang terlibat lebih luas
Sentripetal; KGB yang terlibat setempat-setempat (terlokalisasi); KGB aksila
adalah yang paling sering terkena

Sifat kelenjar getah bening


Keras dan berbatas tegas
Kenyal
Cincin Waldeyer, KGB epitroklear, traktus gastrointestinal dan testis
+
-
KGB Abdomen
+
- ; kecuali pada penderita PH jenis sel B dan usia lanjut
KGB mediastinum
< 20% pasien
> 50% pasien
Sumsum tulang
+
-
Hati
+ ; terutama pada tipe limfoma folikuler
-

D.Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui. Empat kemungkinan penyebabnya adalah: faktor
keturunan, kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, virus
human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV),
Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia).
E.Patofisiologi Dan Gambaran Klinis
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau
penyumbatan organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah
bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah
digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat
dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini
dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang
terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil
perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi
selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal
selama beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan
lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma. Terdapat 3 gejala spesifik pada Limfoma
antar lain:
1.Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC
2.Sering keringat malam
3.Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan
F.Klasifikasi Patologi
Klasifikasi patologi limfoma telah mengalami perubahan selama bertahun-tahun.
Pada tahun 1956 klasifikasi Rappaport mulai diperkenalkan. Rappaport membagi
limfoma menjadi tipe nodular dan difus kemudian subtipe berdasarkan
pemeriksaan sitologi. Modifikasi klasifikasi ini terus berlanjut hingga pada tahun
1982 muncul klasifikasi Working Formulation yang membagi limfoma menjadi
keganasan rendah, menengah dan tinggi berdasarkan klinis dan patologis. Seiring
dengan kemajuan imunologi dan genetika maka muncul klasifikasi terbaru pada
tahun 1982 yang dikenal dengan Revised European-American classification of
Lymphoid Neoplasms (REAL classification). Meskipun demikian, klasifikasi
Working Formulation masih menjadi pedoman dasar untuk menentukan
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
Klasifikasi Patologi Berdasarkan Working Formulation
Keganasan rendah

Limfoma malignum, limfositik kecil


Limfoma malignum, folikular, didominasi sel berukuran kecil cleaved
Limfoma malignum, folikular, campuran sel berukuran kecil cleaved dan besar
Keganasan menengah

Limfoma malignum, folikular, didominasi sel berukuran besar


Limfoma malignum, difus, sel berukuran kecil
Limfoma malignum, difus, campuran sel berukuran kecil dan besar
Limfoma malignum, difus, sel berukuran besar

Keganasan tinggi

Limfoma malignum, sel imunoblastik berukuran besar


Limfoma malignum, sel limfoblastik
Limfoma malignum, sel berukuran kecil noncleaved

Lain-lain

Komposit
Mikosis fungoides
Histiosit
Ekstamedular plasmasitoma
Tidak terklasifikasi

G.Stadium limfoma maligna


Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II
sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara stadium
III dan IV dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.
1.Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu
kelenjar getah bening.
2.Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar
getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada seluruh dada atau
perut.
3.Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar
getah bening, serta pada dada dan perut.
4.Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening setidaknya
pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-paru, atau otak
H.Pemeriksaan Diagnosis
Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening
yang terkena, untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg. Untuk mendeteksi
Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan, PET scan, biopsi
sumsum tulang dan pemeriksaan darah. Biopsi atau penentuan stadium adalah
cara mendapatkan contoh jaringan untuk membantu dokter mendiagnosis
Limfoma. Ada beberapa jenis biopsy untuk mendeteksi limfoma maligna:
1.Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah bening yang
membesar
2.Biopsi aspirasi jarum-halus, jaringan diambil dari kelenjar getah bening dengan
jarum suntik. Ini kadang-kadang dilakukan untuk memantau respon terhadap
pengobatan.
3.Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang panggul
untuk melihat apakah Limfoma telah melibatkan sumsum tulang.
I.Penatalaksanaan
Pengobatan pada Limfoma Non Hodgkin dapat dilakukan melalui beberapa cara,
sesuai dengan diagnosis dari beberapa faktor seperti apakah pernah kambuh,
stadium berapa, umur, kondisi badan, kebutuhan dan keinginan pasien. Secara
garis besar penyembuhan terjadi sekitar 93%, membuat penyakit ini sebagai salah
satu kanker yang paling dapat disembuhkan.
Penatalaksanaan Berdasarkan Tipe Keganasan dan Stadium

Stadium I dan II
Stadium III dan IV
Keganasan Rendah
Rekomendasi:
Radioterapi lapangan terbatas (involvement field radiation therapy)

Alternatif:
Kombinasi terapi (dengan kemoterapi)
Rekomendasi:
Asimtomatik atau ukuran tumor kecil:
Observasi dan deferred
Simtomatik atau ukuran tumor besar:
Kombinasi kemoterapi dengan tanpa interferon

Alternatif:
Asimtomatik atau bulk kecil:
Kemoterapi regimen tunggal
Total-body irradiation
Keganasan Menengah/Tinggi
Rekomendasi:
Kemoterapi CHOP diikuti dengan involved-field radiation therapy
Rekomendasi:
Kemoterapi CHOP
Radiasi adjuvan atau profilaksis
Profilaksis kraniospinal

PATHWAYS

Kelenjar getah bening (nodal)

Diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal)

Mendesak jaringan sekitar


Mendesak Sel syaraf
Mendesak Pembuluh darah

ASUHAN KEPERAWATAN LOMFOMA MALIGNA

A.PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa
nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran
kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat
malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua
benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan
tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin
tuberkulosis limfa.
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien Limfoma antara lain :
1.Data subyektif
a.Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC
b.Sering keringat malam
c.Cepat merasa lelah
d.Badan lemah
e.Mengeluh nyeri pada benjolan
f.Nafsu makan berkurang
g.Intake makan dan minum menurun, mual, muntah
2.Data Obyektif
a.Timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan pada leher, ketiak atau pangkal
paha
b.Wajah pucat
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi dan malnutrisi
2.Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap
inflamasi
3.Nyeri berhubungan dengan interupsi sel saraf
4.Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan sistem
transport oksigen terhadap perdaharan
5.Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan massa tumor mendesak
ke jaringan luar
6.Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
7.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
8.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan intake yang kurang
9.Perubahan kenyamanan berhubungan dengan mual, muntah
10.Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit,
prognosis, pengobatan dan perawatan
11.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat,
kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber

C.RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN


1.Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap
inflamasi
a.Tujuan : suhu badan dalam batas normal ( 36 – 37,5ºC)
b.Intervensi :
Observasi suhu tubuh pasien
Rasional : dengan memantau suhu diharapkan diketahui keadaan sehingga dapat
mengambil tindakan yang tepat.
Anjurkan dan berikan banyak minum (sesuai kebutuhan cairan anak menurut
umur)
Rasional : dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga
keseimbangan cairan dalam tubuh.
Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha.
Rasional : kompres dapat membantu menurunkan suhu tubuh pasien secara
konduksi.
Anjurkan untuk memakaikan pasien pakaian tipis, longgar dan mudah menyerap
keringat.
Rasional : Dengan pakaian tersebut diharapkan dapat mencegah evaporasi
sehingga cairan tubuh menjadi seimbang.
Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.
Rasional : antipiretik akan menghambat pelepasan panas oleh hipotalamus.
2.Nyeri berhubungan dengan interupsi sel saraf
a.Tujuan : nyeri berkurang
b.Intervensi :
Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat verbal dan non verbal
setiap 6 jam
Rasional : menentukan tindak lanjut intervensi.
Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap 6 jam
Rasional : nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah meningkat, nadi,
pernafasan meningkat
Terapkan tehnik distraksi (berbincang-bincang)
Rasional : mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
Ajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam) dan sarankan untuk mengulangi bila
merasa nyeri
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan otot-otot sehingga mengurangi
penekanan dan nyeri.
Beri dan biarkan pasien memilih posisi yang nyaman
Rasional : mengurangi keteganagan area nyeri.
Kolaborasi dalam pemberian analgetika.
Rasional : analgetika akan mencapai pusat rasa nyeri dan menimbulkan
penghilangan nyeri.
3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
a.Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
b.Intervensi :
Beri makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total
Timbang BB sesuai indikasi
Rasional : berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, evaluasi keadequatan
rencana nutrisi
Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi
Rasional : meningkatkan keinginan pasien untuk makan sehingga kebutuhan
kalori terpenuhi
Ciptakan lingkungan yang nyaman saat makan
Rasional : suasana yang nyaman membantu pasien untuk meningkatkan keinginan
untuk makan
Beri HE tentang manfaat asupan nutrisi
Rasional : makanan menyediakan kebutuhan kalori untuk tubuh dan dapat
membantu proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh
4.Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
a.Tujuan : aktivitas dapat ditingkatkan
b.Intervensi :
Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, peningkatan kelemahan/kelelahan dan
perubahan tanda-tanda vital selama dan setelah aktivitas
Rasional : menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADL
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan
kebutuhan oksigen
Libatkan keluarga dalam perawatan pasien
Rasional : membantu dan memenuhi ADL pasien
Beri aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan
kebutuhan oksigen).
5.Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis,
pengobatan dan perawatan
a.Tujuan : pasien tidak cemas/berkurang
b.Intervensi
Kaji dan pantau tanda ansietas yang terjadi
Rasional ketakutan dapat terjadi karena kurangnya informasi tentang prosedur
yang akan dilakukan, tidak tahu tentang penyakit dan keadaannya
Jelaskan prosedur tindakan secara sederhana sesuai tingkat pemahaman pasien.
Rasional : memberikan informasi kepada pasien tentang prosedur tindakan akan
meningkatkan pemahaman pasien tentang tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi masalahnya
Diskusikan ketegangan dan harapan pasien.
Rasional : untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan pasien
Perkuat faktor-faktor pendukung untuk mengurangi ansiates.
Rasional : untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan pasien
D.Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan limfoma maligna
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
E.Evaluasi
Setelah dilakukan pelaksanaan tindakan keperawatan hasil yang diharapkan
adalah :
1.Suhu badan dalam batas normal ( 36 – 37,5ºc)
2.Nyeri berkurang
3.kebutuhan nutrisi terpenuhi
4.Aktivitas dapat ditingkatkan/ADL pasien terpenuhi
5.Pasien tidak cemas/berkurang

Anda mungkin juga menyukai