Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta

sampai

dengan

minggu

(42

hari)

setelah

itu

(Hadijono,2008:356).
Periode pascapartum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum

hamil (Bobak,2004:492).
Post partum (nifas) secara harafiah adalah sebagai masa persalinan dan
segera setelah kelahiran, masa pada waktu saluran reproduktif kembali

ke keadaan semula (tidak hamil). (William,1995).


Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama 6
minggu (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,2002).

B. Anatomi Fisiologis
Alat Reproduksi Bagian Dalam
Alat reproduksi bagian dalam wanita terdiri atas ovarium (kandung
telur), tuba fallopi atau oviduk (saluran telur), dan vagina (saluran kelamin).
1. Ovarium
Ovarium berjumlah sepasang yang terdapat di rongga perut,
yaitu tepatnya di sebelah kiri dan kanan daerah pinggang. Fungsi
ovarium ini untuk menghasilkan sel telur atau ovum dan hormonhormon kelamin wanita, seperti progesteron dan . Ovarium dilindungi
oleh suatu kapsul pelindung yang mengandung folikel-folikel. Setiap
folikel berisi sebuah sel telur yang diselubungi satu atau lebih lapisan
sel-sel folikel. Folikel merupakan suatu struktur yang berbentuk
bulatan-bulatan dan terdapat di sekeliling oosit, berguna sebagai
penyedia makanan dan pelindung bagi sel telur yang sedang mengalami
pematangan.

2. Tuba Fallopi

Tuba fallopi yang lazim disebut sebagai oviduk berjumlah


sepasang.

Tuba

fallopi

ini

merupakan

suatu

saluran

yang

menghubungkan ovarium dengan rahim (uterus). Tuba fallopi terbagi


menjadi tiga bagian, yaitu ismus yang merupakan bagian tuba fallopi
yang terletak dekat uterus atau rahim, ampula,yaitu daerah yang
berbentuk

lengkungan

yang

terletak

di

atas

ovarium,

daninfudibulum, yaitu daerah pangkal tuba fallopi yang berbentuk


corong (fimbria). Pangkal tuba fallopi yang berbentuk corong disebut
pula infudibulum. Infudibulum mengandung tonjolan-tonjolan seperti
kaki cumi-cumi yang berjumbai-jumbai disebut fimbriae. Fimbriae ini
berperan untuk menangkap ovum. Ovum yang telah ditangkap fimbriae,
kemudian diangkat oleh tuba fallopi.
Dengan adanya gerak peristaltik serta dinding tuba fallopi yang
bersilia, ovum kemudian diangkat menuju rahim. Dengan demikian,
tuba fallopi memiliki beberapa fungsi, yaitu untuk menyalurkan ovum
menuju uterus dan menyediakan lingkungan yang cocok bagi proses
pembuahan dan perkembangan telur sebelum fertilisasi terjadi.
3. Uterus
Uterus lazim disebut rahim, pada manusia hanya terdiri dari satu
ruang yang disebut simpleks. Uterus ini berbentuk seperti buah pear dan
berotot cukup tebal. Pada wanita-wanita yang belum pernah melahirkan,
ukuran panjang rahimnya adalah 7 cm dengan lebar antara 4 cm sampai
5 cm. Pada rahim bagian bawah bentuknya mengecil dan dinamakan
serviks uterus, sedangkan bagian yang lebih besar disebut badan rahim
atau corpus uterus. Rahim pada manusia dan mamalia tersusun atas tiga
lapisan,

yaitu perimetrium,

meiometrium, dan endometrium. Pada

lapisan endometrium dihasilkan banyak lendir, serta terdapat banyak


pembuluh darah. Lapisan endometrium ini mengalami proses penebalan
dan akan mengelupas setiap bulannya apabila tidak terdapat zigot yang
terimplantasi

(tertanam).

Uterus

ini

merupakan

tempat

untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin.


Di samping itu, rahim juga terbagi atas tiga bagian,
yaitu fundus, bagian paling atas yang berdekatan dengan saluran
telur, ismus bagian tengah rahim, dan serviks yang sering kali disebut
2

sebagai leher rahim adalah bagian paling bawah dan tersempit, yang
memanjang sampai vagina.
4. Vagina
merupakan bagian dalam kelamin wanita yang berbentuk seperti
tabung dilapisi dengan otot yang arahnya membujur ke arah bagian
belakang dan atas. Bagian dinding vagina lebih tipis dibandingkan
dengan dinding rahim dan terdapat banyak lipatan-lipatan. Lipatanlipatan tersebut berguna untuk mempermudah jalannya proses kelahiran
bayi. Di samping itu, pada vagina juga terdapat lendir yang dikeluarkan
oleh

dinding

vagina

dan

sepasang

kelenjar

yang

dikenal

sebagai kelenjar bartholi. Vagina ini merupakan organ persetubuhan


(kopulasi) pada wanita.
Alat Reproduksi Bagian Luar
Alat reproduksi bagian luar pada wanita disebut vulva, terdiri atas
labia mayora, mons pubis, labia minora, organ klitoris, orificium uretra, dan
himen (selaput dara). Labia mayora adalah bibir bagian luar dari vagina yang
tebal dan berlapiskan lemak, sedangkan mons pubis merupakan bagian
tempat bertemunya dua bibir vagina dengan bagian atas yang terlihat
membukit. Labia minora atau bibir kecil, yaitu sepasang lipatan kulit pada
vagina yang halus dan tipis serta tidak mengandung lapisan lemak.
Organ klitoris, merupakan bagian vagina yang berbentuk tonjolan
kecil yang sering kali disebut klentit. Adapun orificium uretra adalah muara
saluran kencing yang letaknya tepat di bawah organ klitoris. Di bagian
bawah saluran kencing yang mengelilingi tempat masuk ke vagina, terdapat
himen yang dikenal dengan nama selaput darah

C. Etiologi atau Penyebab Yang Menimbulkan Persalinan

Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori


menghubungkan

dengan

factor

hormonal,struktur

rahim,sirkulasi

rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi.


1) Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot
otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesterone turun.
2) Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen

dan

progesterone

menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi


rahim.
3) Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan
iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4) Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus
franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh
kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
D. Periode fisiologis dan psikologis
a. Perubahan Fisik
1. Uterus
Secara berangsur angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus
merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi ototototnya. Fundus uteri 3 jari dibawah pusat. Selama 2 hari
berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari
ini uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 tidak
teraba dari luar. Setelah 6 minggu tercapainya lagi ukurannya yang
normal. Epitelerasi siap dalam 10 hari, kecuali pada tempat plasenta
dimana epitelisasi memakan waktu tiga minggu.
2. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti
corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadangkadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan

masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3
jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
3. Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat
implantasi plasenta. Pada hari-hari pertama, endometrium setebal
12,5 mm akibat pelepasan desidua dan selaput janin
4. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri
dan vagina dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea
rubra atau lochea cruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium.
a) Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput
ketuban, sel-sel dari desidua, verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium.
b) Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.
c) Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d) Lochea Alba : cairan putih setelah 2 minggu.
e) Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah
berbau busuk.
f) Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya.
5. Sistem Endokrin
Terjadi penurunan kadar HPL (Human Plasental Lactogen),
estrogen dan kortisol serta plasenta enzyme insulinase sehingga kadar
gula darah menurun pada masa puerperium. Kadar estrogen dan
progesteron menurun setelah plasenta keluar. Kadar terendahnya
dicapai kira-kira 1 minggu post partum. Penurunana ini berkaitan
dengan pembengkakan dan diuresis cairan ekstraseluler berlebih
yang terakumulasi selama hamil. Pada wanita yang tidak menyusui
estrogen meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih
tinggi dari pada wanita yang menyusui pada post partum hari ke17.
6. Pembuluh Darah Rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluhpembuluh darah yang besar, karena setelah persalinan tidak
diperlukan lagi peredaran darah yang banyak. Bila pembuluh darah
5

yang besar, tersunbat karena perubahan pada dindingnya dan diganti


oleh pembuluh-pembuluh yang kiri.
7. Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan
lama, tetapi biasanya akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada
wanita yang asthenis menjadi diastasis dari otot-otot rectus
abnominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah
terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit.Tempat yang lemah dan
menonjol kalau berdiri atau mengejan.
8. Bekas Implantasi Placenta
Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke
kavum uteri dengan diameter 7.5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5
cm, pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih.
9. Sistem Hormonal
1) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan
bereaksi pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga
persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta.
Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya,
isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini
membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu.
Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan
hormon

laktogen

placenta

menurun

cepat,

keadaan

menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.


2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin

ini

yang

disekresi oleh glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus


payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang
menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di
ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar
prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan
penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise
anterior

untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan

pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal,

perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.


( V Ruth B, 1996: 231)
3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan

dengan

pembentukan

dan

pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan
pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi
yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan
tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron
merangsang pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron
merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini
mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas
dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang
merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah
reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting
susu oleh bayi. Rangsang ini
menghasilkan

oxtocin

yang

menuju ke hypofise dan


menyebabkan

buah

dada

mengeluarkan air susunya.


Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras
dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau
areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5
%, gula 6,5-8 %, garam 0,1 0,2 %. Hal yang mempengaruhi
susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air susu
sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang
dikonsumsi ibu.( Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 ).

10. Tanda-Tanda Vital


Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Tabel perubahan Tanda-tanda Vital
Parameter
Tanda-tanda vital

Penemuan normal
Penemuan abnormal
Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90
mmHg, mungkin bisa naik dari mmHg
tingkat disaat persalinan 1 3
hari post partum.

Suhu tubuh < 38 0 C

Suhu > 380 C

Denyut nadi: 60-100 X / menit

Denyut nadi: > 100 X / menit

1) Vital Sign sebelum kelahiran bayi :


a) Suhu :
Saat partus lebih 37,20C
Sesudah partus naik + 0,50C
12 jam pertama suhu kembali normal
b) Nadi :
60 80 x/mnt
Segera setelah partus bradikardi
c) Tekanan darah :
TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini
akan normal kembali dalam waktu 1 jam.

2) Vital sign setelah kelahiran anak :


a) Temperatur :
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 38 0C
(100,40F)

disebabkan

oleh

efek

dehidrasi

dari

persalinan. Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan


fluktuasi hormon setelah 24 jam wanita keluar dari febris.
b) Nadi :
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output.
Nadi naik pada jam pertama. Dalam 8 10 minggu setelah
kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum hamil.
c) Pernapasan :
Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita sebelum
persalinan.
d) Tekanan darah :
Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik hipotensi
adalah indikasi merasa pusing atau pusing tiba-tiba setelah
terbangun, dapat terjadi 48 jam pertama.
Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :
Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada

maternal suhu menjadi 380C (100,4F0 ).


Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah
mungkin indikasi hipovolemik akibat perdarahan.

Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya

karena tingginya sub arachnoid (spinal) blok.


Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari

hipovolemik sekunder dari perdarahan, bagaimana tanda.


terlambat dan gejala lain dari perdarahan kadang-kadang
merupakan sinyal tenaga medis.

b. Perubahan Psikologis
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam
3 periode yaitu sebagai berikut :
1) Periode Taking In
a) Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan.
b) Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga
komunikasi yang baik.
c) Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan
segala sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
d) Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan

perubahan

tubuhnya.
e) Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika
melahirkan secara berulang-ulang.
f) Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan
tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.
g) Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan
nutrisi,

dan

kurangnya

nafsu

makan

menandakan

ketidaknormalan proses pemulihan.


2) Periode Taking Hold
a) Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan.
b) Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya
dalam merawat bayi.
c) Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh
karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang
terdekat.
d) Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan
begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya.

e) Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi


tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai
belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta
belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya
3) Periode Letting Go
a) Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
b) Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah.
c) Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
d) Keinginan untuk merawat bayi meningkat.
e) Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan
dengan bayinya, keadaan ini disebut baby blues.
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
b. Urine lengkap
F.

Therapy
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi

G. Komplikasi
1. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL
selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi).
2. Infeksi
a.
Endometritis (radang edometrium).
b.
Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus.)
c.
Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus).
d.
Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi,
e.

menjdi keras dan berbenjol-benjol).


Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit
merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak

ada pengobatan bisa terjadi abses).


f.
Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena
varicose superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi
pada kehamilan dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau
nyeri).
g.
Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur
naik 38,3 C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan

10

kemerahan pada tepi, pus atau nanah warna kehijauan, luka


kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
3. Gangguan psikologis
a.
Depresi post partum
b.
Post partum Blues
c.
Post partum Psikosa
4. Gangguan involusi uterus
H. Perawatan Pasca Persalinan
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif
untuk

pemulihan

kondisinya

setelah

proses

persalinan

yang

melelahkan. Dimana perawatan post partum meliputi:


1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur
telentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring
kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan trombo
emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan
dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi
diatas memiliki variasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan
sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari

mobilisasi

dini

adalah

melancarkan

pengeluaran lochia, mengurangi infeksi purperium, mempercepat


involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan
alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba,
1998: 193)
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga
ibulebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI
sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998:
193).

3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara
lain adalah

kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah

persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
c. Fisik
: tekanan darah, nadi dan suhu
11

d. Fundus uteri
e. Payudara
f. Patrun lochia

: tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.


: puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
: Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia
serosa, lochia alba
g. Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada
tanda-tanda infeksi.
5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah:
a. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh
pada pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan
harus mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein,
cairan, sayuran dan buah-buahan.
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga
payudara tidak tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu
kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam
sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan
iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang
setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil ataupun
setiap buang air besar.
c. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva,
perineum maupun didalam uterus. Perawatan vulva dilakukan pada
pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau
buang air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia
berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah
cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka,
setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok kearah
belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau
BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi
betadin
d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam
8 jam post partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena
spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme
oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila kandung

12

kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan


kateterisasi.( Persis H, 1995: 288)
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum.
Bila belum terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat
diberikan obat laksans per oral atau perektal atau bila belum
f.

berhasil lakukan klisma.( Persis H,1995: 288)


Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya
puting susu lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk
menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui
bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera
setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat
membantu proses involusi serta colostrum

mengandung zat

antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi. ( Mac. Donald,


1991: 430).
g. Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya

menstruasi

sulit

diperhitungkan dan bersifat indifidu. Sebagian besar kembalinya


menstruasi setelah 4-6 bulan.
h. Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak
mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan
i.

sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan.


Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat
untuk membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau
menghentikan kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode KB
dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah
kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2
minggu setelah melahirkan.

13

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI POST PARTUM NORMAL


Asuhan keperawatan
Menurut Marylnn E. Doengous, 2001 :
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat

Insomnia mungkin teramati.


2. Sirkulasi

Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.


3. Integritas ego
Peka rangsang, takut/menangis (postpartum bluessering terlihat kirakira 3 hari setelah melahirkan).
4. Eliminasi

Diuresis diantara hari kedua dan kelima


5. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga
14

6. Nyeri/ketidaknyamanan

Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai


ke-5 pascapartum.
7. Seksualitas
Uterus 1 cm diatas umbilicus pada 12 jam setelah kelahiran menurun

kira-kira 1 lebar jari setiap harinya.


Lokhea rubra berlanjut sampai hari ke2 3 , berlanjut menjadi
lokhea serosa dengan aliran tergantung pada posisi (mis, rekumben

versus ambulasi berdiri) dan aktivitas (mis, menyusui).


Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu
matur, biasanya pada hari ke 3; mungkin lebih didini, tergantung
kapan menyusui dimulai.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).
2. Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses
menyusui.
3. Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan.
4. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.
5. Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltik, nyeri episiotomi, penurunan aktivitas.
6. Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. Kurangnya informasi
tentang penanganan postpartum.
C. Intervensi Keperawatan

No.

Tujuan dan Kriteria

Dx

Hasil

Setelah

Intervensi

Rasional

diberikan 1. Kaji ulang skala nyeri.

1. Mengidentifikasi

asuhan keperawatan

kebutuhan dan intervensi

diharapkan nyeri ibu

yang tepat.
2.

Anjurkan ibu agar menggunakan


15

berkurang.

teknik relaksasi dan distraksi rasa 2. Untuk


nyeri.

Kriteria hasil :
-

3. Motivasi : untuk mobilisasi sesuai

skala nyeri 0-1,

indikasi.

ibu mengatakan
nyerinya

4. Berikan kompres hangat.

sampai hilang.
tidak merasa
nyeri

yang dirasakan.
3. Memperlancar pengeluaran
mempercepat

involusi dan mengurangi


nyeri secara bertahap.
4. Meningkatkan
sirkulasi

5. Delegasi pemberian analgetik.

saat

mobilisasi.
tanda
vital
dalam

perhatian ibu dan rasa nyeri

lochea,

berkurang
-

mengalihkan

pada perineum.
5. Melonggarkan system saraf
perifer sehingga rasa nyeri
berkurang.

batas

normal . S = 37
C . N = 80
x/menit , TD =
120/80 mmHG ,
R = 18 20 x /
2

menit.
setelah
diberikan

1. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan 1. Membantu

asuhan keperawatan

pengalaman ibu tentang menyusui

mengidentifikasi kebutuhan

diharapkan ibu dapat

sebelumnya.

saat ini agar memberikan

mencapai

intervensi yang tepat.

kepuasan menyusui
Kriteria hasil
-

2. Posisi yang tepat biasanya


2. Demonstransikan dan tinjau ulang

ibu

teknik menyusui.

mengungkapkan
proses
menyusui,

bayi

mendapat

ASI

Setelah

mencegah

luka/pecah

putting yang dapat merusak


dan mengganggu.

situasi

yang cukup.
3

dalam

3. Anjurkan ibu mengeringkan puting


setelah menyusui.

3. Agar

kelembapan

pada

payudara tetap dalam batas


normal.

diberikan

1. Kaji lochea (warna, bau, jumlah)

1. Untuk dapat mendeteksi

asuhan keperawatan

kontraksi uterus dan kondisi jahitan

tanda infeksi lebih dini

16

diharapkan

infeksi

episiotomi.

dan

pada ibu tidak terjadi.


Kriteria hasil
-

Dapat

dengan tepat.
2. Sarankan pada ibu agar mengganti
pembalut tiap 4 jam.

yang

lembab

banyak

darah

merupakan media yang

an teknik untuk
resiko

2. Pembalut
dan

mendemonstrasik
menurunkan

mengintervensi

menjadi
3. Pantau tanda-tanda vital.

tempat

berkembangbiaknya

infeksi,

kuman.

tidak
terdapat

tanda-

3. Peningkatan suhu > 38C

4. Lakukan rendam bokong.

menandakan infeksi.

tanda infeksi.
5. Sarankan

ibu

membersihkan

perineal dari depan ke belakang.

4. Untuk

memperlancar

sirkulasi ke perinium dan


mengurangi udema.
5. Membantu
mencegah
kontaminasi rektal melalui
vaginal.

Setelah

dilakukan

tindakan

kemampuan

klien

dalam 1. Mengetahui

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

keperawatan

maka

kebutuhan ADL-nya
dapat

1. Kaji

terpenuhi

dengan

2. Bantu

klien

dalam

pemenuhan

kebutuhan sehari-hari.

kriteria

Klien

dapat

2. Bantu dan latihan yang


teratur membiasakan klien
melakukan

3. Anjurkan keluarga untuk kooperatif

aktivitas

sehari-hari.

dalam perawatan.

memenuhi

3. Keluarga dapat membantu

kebutuhan

dan

sehari-hari tanpa
bantuan

klien dan dapat memenuhi


kebutuhannya.

hasil :
-

kemampuan

orang

lain, keadaan

bekerja

memenuhi

sama
kebutuhan

klien dan mempercepat


proses penyembuhan.

umum
baik, kekuatan

17

otot baik.
5

Setelah

diberikan

1. Kaji bising usus, diastasis recti.

1. Mengevaluasi fungsi usus.

asuhan keperawatan

Diastasis

diharapkan

menurunkan

Gangguan eliminasi

abdomen yang diperlukan

teratasi.

berat

tonus

otot

untuk mengejan selama


2. Kaji adanya Hemoroid.

Kritenia hasil :
-

recti

Klien

pengosongan.

secara

2. Hemoroid

verbal

akan

menyebabkan

mengatakan

3. Anjurkan diet makanan tinggi serat,

mampu

BAB

normal

tanpa

keluhan

sesuai

pola.

gangguan

eliminasi.

peningkatan cairan.
3. Makanan tinggi serta dan
4. Anjurkan peningkatan aktivitas dan
ambulasi sesuai toleransi.
5. Kolaborasi

pemberian

peningkatan

cairan

merangsang eliminasi.
laksantif,

supositona atau enema.

4. Membantu

peningkatan

peristaltik gastrointestinal.
5. Meningkatkan
kembali

untuk

ke

defekasi

kebiasaan

normal

dan

mencegah mengejan atau


stress

perianal

selama

pengosongan.
6

setelah
askep

diberikan

1. Berikan informasi tentang perawatan

diharapkan

dini (perawatan perineal) perubahan

infeksi,

fisiologi, lochea, perubahan peran,

penyembuhan

istirahat, KB.

berperan

pada

yang

positif

pengetahuan
tentang
dini

ibu

perawatan
dan

bayi

bertambah
2. Berikan informasi tentang perawatan

Mengungkapkan
kebutuhan

mencegah
mempercepat

perubahan

Kriteria hasil :
-

1. Membantu

ibu

bayi (perawatan tali pusat, ari,


memandikan dan imunisasi).

dan
adaptasi

fisik

dari
dan

emosional.
2. Menambah
ibu

tentang

pengetahuan
perawatan
18

pada masa post


partum dan dapat
melakukan
aktivitas

bayi
3. Sarankan agar mendemonstrasikan
apa

yang

sudah

dipelajari.

yang

perlu

dilakukan

dan

alasannya

sehingga

bayi

tumbuh dengan baik.


3. Memperjelas pemahaman
ibu

tentang

apa

sudah dipelajari.

seperti perawatan
bayi, menyusui,
perawatan
perinium.
D. Implementasi
Implementasi adalah melaksanakan strategi dan kegiatan sesui dengan
rencana keperawatan. Dalam melaksanakan implementasi seorang perawat
harus mempunyai kemampuan kognitif. Proses implementasi mencakup
pengkajian ulang kondisi klien. Memvalidasi rencana keperawatan yang
telah disusun, menentukan kebutuhan yang tepat untuk memberikan bantuan,
melaksanakan strategi keperawatan dan mengkomunikasikan kegiatan baik
dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Didalam melakukan asuhan keperawatan, khususnya pada klien post
partum perawat harus mampu bekerja sama dengan klien, keluarga serta
anggota tim kesehatan yang terkait, sehingga asuhan keperawatan yang
diberikan dapat optimal dan komprehensif.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Evaluasi yang digunakan adalah SOAP. Evaluasi pada ibu post
partum meliputi : dimulainya ikatan keluarga, berkurangnya nyeri, ibu dapat
mencapai kepuasan menyusui, infeksi pada ibu tidak terjadi, kebutuhan
ADL-nya terpenuhi dengan baik, gangguan eliminasi teratasi dan
pengetahuan ibu dalam perawatan dini bayi dapat bertambah.

19

yang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS DENGAN PARTUS


NORMAL
I. PENGUMPULAN DATA
Nama
Umur
Suku/Bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat Rumah
Telp

NO. REGISTER : 027493

A. IDENTITAS / BIODATA
: Ny. R. M
Nama Suami : Tn. I. D
: 25 Tahun
Umur
: 35 Tahun
: Gorontalo/Indonesia
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
: Islam
Agama
: Islam
: SD
Pendidikan
: SMP
: IRT
Pekerjaan
: Buru
: Titiwungen Selatan
Alamat Rumah : Titiwungen Selatan
:Telp
:-

B. ANAMNESE (Data Subjektif)


1. Alasan masuk
: Nyeri pinggang rasa ingin melahirkan
2. Riwayat Persalinan : Anak pertama lahir normal jenis kelamis laki
laki dengan BB 3000 gram dan PB 49 Cm ditolong oleh bidan
puskesmas.
3. Tempat melahirkan : Ruang bersalin RS. Pancaran Kasih Manado
Ditolong oleh : Bidan Citra
Ibu
Jenis persalinan : Spontan, belakang kepala
Komplikasi/kelainan dalam persalinan : Partus lama : 2 Jam 45 mnt
Plasenta : Spontan
20

Berat : 300

gram

Kelainan : Tali pusat panjang

: 25 Cm

Kelainan

:-

Perineum

: 2 jahitan simpul

Perdarahan

: Kala I

:10 ml

kala II dan III : 250 ml

Kala IV : 50 ml
Tindakan lain

: Infus cairan D5 20 gtt/mnt dan oxytocin drips ampul


Catatan waktu :
Kala I :

Jam

35

menit

Kala II :

Jam

menit

Dipimpin meneran :

Jam

menit

Kala III :

Jam

menit

Ketuban pecah :

jam

menit

(Spontan/amniotomi) spontan waktu PD


Bayi
Lahir : 10 Desember 2014

Pukul : 10.45 WITA

B.B

Nilai apgar : 7-9

: 2800

Kg

P.B : 49 Cm

Cacat bawaan : Masa gestasi :

minggu

Komplikasi : Kala I : Kala II: Air ketuban banyaknya :


Keadaan :
Riwayat postpartum
1. Keadaan umum
: compos mentis
2. Keadaan emosional : cemas
3. Tanda vital
: Denyut nadi : 80 x/mnt
Suhu tubuh : 36 C
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Pernafasan : 20 x/mnt
4. Payudara : Pengeluaran : ASI sudah keluar tapi sedikit
Bentuk : simetris
Putting susu : menonjol
5. Uterus
Tinggi fundus uterus : 2 jari dibawah pusat
21

Kontraksi uterus
: Baik, keras
Posisi uterus
: ditengah - tengah
Pengeluaran lochea warna : Agak kemerahan ( Lochia Rubra)
Jumlah : 50 cc
Bau : Anyir
Konsistensi : Encer
Perineum :
Keadaan
: Rupture tingkat 1I
Kebersihan : daerah perineum nampak kotor
Hemoroid
: Tidak ada
Kandung kemih : tidak ada distensi kandung kemih.
Ekstremitas : Oedema : tidak
Refleks : baik

6.
7.

8.
9.

Kemerahan: tidak
UJI DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium :
Haemoglobin : 12,00 g/dl
Lekosit

(Normal :11,20 15.50 g/dl)

: 10.000 10^3/ul

(Normal : 3.600 11.000

10^3/ul)
Limfosit

: 29 %

(Normal : 20 40 %)

Monosit

:4%

(Normal : 2 8 %)

Haemmotokrit : 37 %

(Normal : 35 47 %)

Eritrosit

: 4,52 10^3/ul

(Normal : 3,80 5,20 10^3/ul)

Trombosit

: 418,0 10^3/ul

(n0rmal : 150,0 440,0 10^3/ul

22

C. ANALISA DATA

No

Data

Etiologi

DS :
- Ibu mengatakan nyeri
pada daerah bekas
robekan perineum.
DO :
- Ada
bekas
luka
robekan perineum
- Luka perineum derajat
II, sudah dijahit dan di
rawat dengan kompres
bethadin.
- Nampak
meringis
pada saat bergerak.
- TFU : 2 jari dibawah
pusat.
Posisi : Ditengahtengah
Kontraksi : Baik,
keras
- Tanda-tanda vital :
TD : 100/70 mmHg
N : 80 x/menit
P : 20x/menit
S : 36 C

Post Partum

Masalah
keperawatan
Gangguan rasa
nyaman : nyeri

Robekan Perineum
( Terputusnya continuitas jaringan
perineum )

Pelepasan Mediator kimia


(Bradikinin , histamin, prostaglandin )

Merangsang saraf sensoris

Melalu proses :Transmisi


Transduksi modulsi

Dipersepsikan sebagai Nyeri di


CortekCerebri
2

DS :
- Ibu mengeluh jam
tidurnya kurang yaitu
hanya 5 jam/24 jam.
- Ibu mengeluh sering
terbangun pada malam
hari, karena anaknya
sering
terbangun
untuk disusui atau
karena
popoknya
basah.

Post partum

Gangguan pola
istirahat (Tidur)

Perubahan psikis

Peran baru sebagai ibu

DO :
23

Klien nampak pucat


Klien nampak lelah.

Stress psikologis

Merangsang RAS

Gangguan pola istirahat (Tidur)


3

DS :

Post Partum

Klien mengatakan ia

merasa lemah.
Klien mengatakan ia
tidak dapat bergerak

Gangguan
Pemenuhan ADL

Proses Parenting
Mekanis

bebas.
Tak Terpenuhi
DO :
- Klien tampak lemah.
- Setiap aktivitas klien
tampak harus dibantu oleh
suami.

Kelemahan Fisik
Gangguan Pemenuhan ADL

- TTV :
TD
N
P
S
4

: 100/70 mmHg
: 80 x/menit
: 20x/menit
: 36 C

DS : -

Post Partum

Resiko infeksi

DO :
-

Kurangnya kebersihan
pada daerah perineum.
TTV :
TD : 100/70 mmHg
N : 80 x/menit

Robekan Perineum
( Terputusnya continuitas jaringan
perineum )
24

P
S

: 20x/menit
: 36 C

Luka jahitan perineum


Resiko infeksi

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan Robekan Perineum
(Terputusnya continuitas jaringan perineum )
2. Gangguan pola istirahat (Tidur) berhubungan dengan Stress psikologis
3. Gangguan Pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka jahitan perineum.

25

III. INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Nama pasien : Ny. R. M
Umur
No
.
Dx
1

RM : 027493

: 25 Tahun

Tujuan dan

Intervensi

Kriteria Hasil
Setelah

1.

Kaji skala nyeri.

kebutuhan

tindakan

Implementasi

Evaluasi

Rabu,

Rabu, 10/12/2014

dan 10/12/214

20.00 WITA

intervensi yang tepat.


2.

keperawatan
jam

diharapkan nyeri
klien berkurang.

Ajarkan klien dalam


penggunaan

2. Untuk

mengalihkan

perhatian

atau

rasa

relaksasi yang tepat.

ibu

nyeri

mobilisasi

DS

indikasi.

1. Mengkaji skala nyeri.

Memperlancar
pengeluaran lochea,
mempercepat

Klien mengatakan skala


nyeri berkisar 6-7 dari

15.25

2. Mengajarkan

klien

penggunaan
pernafasan

3.

S:

Hasi : skala 6-7 dari 0-10

yang

untuk
sesuai

15.00

dan

dirasakan.

hasil :
Ibu
mengatakan

tekhnik

pernafasan

Dengan kriteria 3. Motivasi

Jam

1. Mengidentifikasi

dilakukan

3x6

Hari/Tgl/

Rasional

dalam

skala yang di berikan

tekhnik
atau

relaksasi -

yang tepat.
Hasil :
- Klien mulai mengerti cara
melakukan tehnik pernafasan

yaitu 0-10.
Nyeri terjadi

dibagian

luka perineum.
Klien mengatakan merasa
nyerinya mulai berkurang

26

nyerinya
berkuranng
pada daerah
4.
Lakukan perawatan
bekas
robekan
luka perineum.
perineum.
5.

DO
- Wajah ibu tidak
lagi

tampak

meringis
apabilah
bergerak.
- TTV
kembali

Observasi tanda
tanda vital klien.

involusi

dan

mengurangi

4. Untuk

mencegah 15.50

3. Memotivasi

untuk O :

mobilisasi sesuai indikasi.


Hasil :
-

mengetahui

Klien

tampak

mobilisasi perlahan lahan

perubahan tingkat nyeri

dengan wajah meringis.

melakukan
-

dapat ditunjukkan pada

saraf

perifer

system
sehingga

rasa nyeri berkurang.

Skala nyeri 6-7 dari 0-10


Klien
mulai
mengerti cara

melakukan

tingkat nyerinya karena

6. Melonggarkan

setelah

perineum.

terjadinya infeksi.

5. Untuk

segar

dilakukan perawatan luka

secara bertahap.

perubahan TTV klien.

normal.

nyeri

dan

yang benar.
Mampu memposikan duduk
santai.

pernafasan yang benar..


Klien tampak melakukan
mobilisasi

18.30

4. Melakukan perawatan luka

lahan

perineum.
Hasil :

tehnik

perlahan

dengan

meringis.
Klien sangat

wajah
antusias

Klien sangat antusias dalam

dalam

perawatan dan ingin belajar.


Setelah selesai perawatan

ingin belajar.
TTV :
TD : 100/70 mmHg
N : 88 x/mnt
R : 22 x/mnt

klien mengatakan nyeri mulai


berkurang dan merasa segar.

perawatan

27

dan

SB : 36,7 C
A : Masalah belum teratasi
5. Mengobservasi tanda tanda
19.00

vital klien.
Hasil :

P : Intervensi dilanjutkan
-

Menganjurkan

klien

TD : 100/70, N : 88, R : 22

lebih sering melakukan

SB : 36,7 C

perawatan

luka

perineum.
Melakukan

sesuai indikasi.
Observasi TTV klien.

mobilisasi

Jumat 12/12/ 2014, 08.00


S:
Kamis,

nyeri 2 dari skala 0-10.

11/12/2014
20.30

Klien mengatakan skala

O:
1. Mengkaji skala nyeri.

28

Hasil : Klien mengatakan skala

nyeri 2 dari skala 0-10.


20.45

2. Menganjurkan

klien

Hasil

klien

melakukannya

mampu

sendiri

dengan

hati hati.

mampu

melakukannya

sendiri

dengan hati hati.


Klien
melakukannya
dengan baik tanpa wajah

melakukan perawatan luka


perineum sendiri.

klien

meringis.
TTV :
TD : 110/70 mmHG
N : 80 x/mnt
R : 20 x/mnt
SB : 36,2 C

A : Masalah teratasi
21.25

3. Menganjurkan
melakukan

klien P : intervensi dihentikan

mobilasi

atau

pergerakan.
Hasil

dengan

klien

melakukannya

baik

tanpa

wajah

meringis.
Jumat,
12/12/201
4

4. Mengobservasi TTV

29

06.00

Hasil : TD : 110/70, N : 80, R :


20, SB : 36,2 C

Setelah

1. Kaji

tingkat 1. Untuk mengetahui tingkat Rabu,

dilakukan

perubahan

tindakan

istirahat klien.

pola

sebelum

keperawatan
3x6

jam 2.

Anjurkan

kepada

diharapkan pola

klien

istirahat

pada siang hari dan

klien

terpenuhi.
Denga
hasil :
DS
-

kriteria

perubahan

untuk

tidur

disaat bayi tidur.


3. Anjurkan
kepada
klien
mengkonsumsi

untuk

pola
dan

tidur 10/12/201
sesudah 4

melahirkan.
2. Agar pola tidur

klien 15.10

3. Makanan kecil, susu, dan


hangat

1. Mengkaji tingkat perubahan 20.00 WITA


pola istirahat klien.

dapat terpenuhi.

minuman

Rabu, 10/12/2014

dapat

meningkatkan

relaksasi

dengan

perasaan

makanan kecil pada


mengantuk.
Ibu
dan susu hangat pada
mengatakan
jam tidurnya
malam hari sebelum
15.20
terpenuhi 6-8
4. Agar bayi tidak terbangun
tidur.
jam perhari.
pada malam hari untuk
- Ibu sudah 4. Anjurkan kepada ibu

Hasil

Klien

mengatakan

S:
-

Klien

mengatakan

sebelum bersalin waktu tidur

sebelum bersalin waktu

klien 7-8 jam sehari namun

tidur klien 7-8 jam sehari

setelah bersalin klien hanya tidur

namun setelah bersalin

3-4 jam sehari.

klien hanya tidur 3-4 jam


-

mengikuti

2. Menganjurkan kepada klien

Hasil : Ibu mengangguk

akan

anjuran

tersebut.

untuk tidur pada siang hari


dan disaat bayi tidur.

sehari.
Ibu mengatakan

O:
-

Klien tampak mengerti

30

jarang
terbangun
pada
malam hari.
DO :
Klien tidak
pucat lagi.
- Klien
nampak
segar.
-

untuk

menyusui

bayinya
atau

pada

sore

malam

hari

sebelum bayi tidur.


5. Batasi
pengunjung
yang datang, dengan
memberi

disusui.

nganggukkan

kepalah

saat

dan mengikuti anjuran

setuju.
-

5. Agar pola istirahat ibu


tidak

terganggu

terpenuhi.

yang diberikan.

3. Menganjurkan kepada klien

dan

untuk
16.00

berkurang

mengkonsumsi

suami

makanan kecil pada dan susu

waktu

mulai
dan

serta

pertamanya

hangat pada malam hari

kunjungan

Pengunjung

hanya
anak
yang

menemani klien dirumah

sebelum tidur.

sakit.

Hasil : Ibu mengatakan akan


-

mencobanya.

Klien

masih

tampak

pucat dan lemah.


4.

Anjurkan kepada ibu untuk


A

menyusui bayinya pada sore


16.15

teratasi

P : intervensi dilanjutkan.

bayi tidur.
mengikuti anjuran tersebut.

Masalah

sebagian.

atau malam hari sebelum


Hasil : Ibu mengatakan akan

Mengobservasi

apakah

ibu melakukan anjuran


yang diberikan dengan

5. Membatasi pengunjung yang

rutin.

31

datang,
16.30

dengan

memberi

waktu kunjungan.
Hasil : Ibu mengatakan akan
memberi

pengertian

kepada

keluarganya agar datang pada


jam-jam

besuk

yang

sudah

ditetapkan.

Jumat, 12/12/2014, 08.00


Kamis,

1. Mengkaji tingkat perubahan

11/12/2014
20.05

pola intirahat klien.


Hasil :
-

Ibu mengatakan jam tidurnya


sudah mencukupi yaitu 6-8

S:
Ibu mengatakan jam
tidurnya
sudah
mencukupi yaitu 6-8 jam
sehari.

32

jam sehari.

2. Mengobservasi apakah ibu


mengikuti anjuran yang di
berikan.
Hasil :
-

Klien

mengatakan

Ibu
sudah
jarang
terbangun pada malam
hari, sebab ada suaminya
dan
keluarga
yang
menemani
bergantian untuk
mengganti popok pada
malam hari.

telah

O:
- Klien tidak pucat lagi.
diberikan dan ibu merasa pola - Klien nampak segar
"
istihatnya menjadi baik.
A : Gangguan pola istirahat
(tidur) dapat teratasi.
mengikuti

anjuran

yang

P :
Intervensi dihentikan
3

Setelah

1. Kaji

kemampuan 1. Mengetahui kemampuan Rabu,

dilakukan

klien

tindakan

memenuhi kebutuhan

memenuhi

keperawatan

sehari-hari.

kebutuhannya.

selama 3x6 jam


diharapkan

dalam

klien

dan

dapat 10/12/201
4

2. Bantu klien dalam 2. Bantu dan latihan yang


pemenuhan

teratur

Rabu, 10/12/2014

membiasakan

20.00
1. Mengkaji kemampuan klien S:

14. 20

dalam memenuhi kebutuhan


sehari-hari.

Keluarga klien (suami)


tampak kooperatif dalam

33

kebutuhan

kebutuhan

ADL-nya dapat

hari.

sehari-

klien

melakukan

Hasil : klien tampak masih

aktivitas sehari-hari.

terbatas

terpenuhi

dalam

memenuhi

dapat

ketuhannya sehari hari.

Klien
mengatakan
ia merasa
tidak lemah

lgi.
Klien

3. Anjurkan
untuk

keluarga 3. Keluarga
kooperatif

dalam perawatan.

dapat

BAK

membantu dan bekerja


sama
kebutuhan

memenuhi
klien

mempercepat

2. Membantu
14.40

dan

bergerak
bebas.
DO
-

Klien tampak

segar.
Klien dapat

klien

walau

pemenuhan kebutuhan sehari

proses

menyusui

O:
-

Hasil : kebutuhan klien dapat

penyembuhan.

dan

bayinya.

dalam

hari.

Klien tampak segar


Klien dapat melakukan
aktivitas seperti duduk,

terpenuhi dengan dibantu.

berdiri,

BAK

menyusui

mengatakan
ia dapat

bergerak

ia

perlahan lahan seperti

dengan kriteria
hasil :

membantu klien.
Klien mengatakan

3. Menganjurkan
16.05

untuk

kooperatif

keluarga
dalam

perawatan.
Hasil : suami klien mengatakan
akan membantu klien dalam

dan
bayinya

sendiri.
TTV :
TD : 100/70 mmHg
N : 88 x/mnt
R : 22 x/mnt
SB : 36,7 C

perawatan.
A : Masalah teratasi
P:-

34

melakukan

Intervensi dihentikan

aktivitas

sendiri.
- TTV normal.
Setelah

1. Kaji lochea (warna, 1. Untuk dapat mendeteksi Rabu,

diberikan

bau,

tindakan

kontraksi uterus dan

dan

keperawatan

kondisi

dengan tepat.

selama 3x6 jam

perineum.

diharapkan
infeksi pada ibu
tidak

terjadi.

jumlah)
jahitan

mengintervensi 4
14.50

mengganti

pembalut tiap 4 jam.

2. Pembalut yang lembab


dan

banyak

hasil :

berkembangbiaknya

DS : -

kuman.

perineum
tampak

infeksi.

suhu

menandakan

jam.
Hasil

ibu

pembalut saat ia tidak


merasa

16.15

perineum

dengan rutin mengganti

keras.
2. Menyarankan pada ibu agar

>

Daerah

tampak bersih karena ibu

berbau

mengganti pembalut tiap 4

3. Peningkatan
38C

merahan

tempat

3. Pantau tanda-tanda
Daerah

kondisi jahitan perineum.

S:-

anyir, kontraksi uterus baik,

merupakan media yang


menjadi

vital.

jumlah) kontraksi uterus dan

kemerah

darah

Dengan kriteria

DO

1. Mengkaji lochea (warna, bau,

Hasil : lochea warna agak

2. Sarankan pada ibu


agar

tanda infeksi lebih dini 10/12/201

Rabu, 10/12/2014, 20.00

ibu

mengangguk

nganggukkan
menandakan setuju.

nyaman

atau

minimal 4 jam sekalih.


TTV :
TD : 100/70 mmHg
N : 88 x/mnt
R : 22 x/mnt
SB : 36,7 C

kepalah
A : masalah teratasi

35

bersih.
TTV
kembali
normal.

4. Sarankan

ibu

P : intervensi dihentikan.

membersihkan
perineal dari depan
ke belakang.

4. Bantu

3. Memantau tanda tanda

mencegah

kontaminasi

vital.

rektal

melalui vaginal.

19.00

TD : 100/70 mmHg
N : 88 x/mnt
R : 22 x/mnt
SB : 36,7 C
4. Menyarankan

KOLABORASI
5. Kolaborasi dengan
dokter
pemberian

dalam

5. Untuk

Hasil TTV :

menghindari

terjadinya infeksi.

ibu

membersihkan perineal dari

antibiotic.

depan ke belakang.
19.40

Hasil : Ibu menyetujuinya.


KOLABORASI
5. Mengkolaborasikan dengan
dokter

dalam

pemberian

antibiotic.
Hasil : obat antibiotic yang
diberikan adalah ceftriaxone 3x1
bentuk tablet.

Ibu pulang pada hari jumat


tanggal 12 desember 2014.

36

37

Anda mungkin juga menyukai