Disusun oleh :
Nama : Novita Wulandari
NIS : 5681
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI 1 KUTOWINANGUN
2012
Pengolahan Pestisida Nabati dari Cabai (Capsicum annuum L.) dan Bawang Putih (Allium sativum)
Diajukan dalam rangka memenuhi tugas mandiri terstruktur Bahasa Indonesia di kelas XI semester 2 tahun pelajaran
2011/2012
Disusun oleh :
Nama : Novita Wulandari
NIS : 5681
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI 1 KUTOWINANGUN
2012
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah : Pengolahan Pestisida Nabati dari Cabai dan Bawang putih
Penyusun : Novita Wulandari
NIS : 5681
Sekolah : SMA Negeri 1 Kutowinangun, Kebumen, Jawa Tengah
Karya tulis ini telah disahkan pada Februari 2012
oleh
Pembimbing,
Drs. Kirwanto
NIP. 19630809.1.001
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Pengolahan Pestisida Nabati dari Cabai (Capsicum annuum L.) dan
Bawang Putih (Allium sativum) dengan baik. Karya ilmiah ini, dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan dan
partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1) Drs. Kirwanto selaku pembimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini,
2) Pihak perpustakaan sekolah dan perpustakaan daerah Kebumen.
3) Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah mendukung dan berpartisipasi dalam
penyelesaian karya ilmiah ini.
Karya ilmiah ini merupakan hasil penelitian, yang penulis lakukan di Desa Candiwulan No. 19 Rt/Rw 03 dari bulan
Januari hingga Februari 2012. Karya ilmiah ini diajukan dalam rangka memenuhi tugas mandiri terstruktur Bahasa
Indonesia di kelas XI semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Adapun tema dari event ini yaitu Aplikasi Pestisida
Nabati Yang Ramah Lingkungan yang mengarah pada pemanfaatan cabai dan bawang putih.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini, masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap agar karya ilmiah ini, memberikan manfaat bagi
masyarakat secara umum dan masyarakat Kebumen khususnya.
Kebumen, 19 Februari 2012
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul................................................................................................................. ii
Lembar Pengesahan......................................................................................................... iii
Kata Pengantar................................................................................................................ iv
Daftar Isi.......................................................................................................................... v
Daftar Gambar................................................................................................................. vii
Daftar Tabel..................................................................................................................... viii
Ringkasan Karya Tulis..................................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................. 1
menjadi pestisida nabati yang ampuh menghalau kutu, tungau, ulat, sampai cacing perusak akar. Bahan golongan
fenilpropanoid itu juga merusak system metabolisme dan koordinasi serangga. Zat itu terdapat dalam semua jenis
cabai, mulai dari cabai merah, keriting, rawit, sampai paprika.
Bawang putih mengandung allin. Aliin, senyawa aktif bawang putih, sebenarnya tidak berbau. Namun, kalau terkena
sulfur alias belerang, aliin segera berubah menjadi alisin. Alisin itulah yang berbau khas bawang putih. Bau alisin
tidak disukai banyak orang, sampai-sampai dimitoskan sebagai pengusir drakula. Tidak hanya orang, serangga juga
sebal dengan baunya.Aroma tajam menyengat yang diuarkan alisin membuat hama enggan mendekat. Selain tidak
disukai, alisin berakibat buruk terhadap sistem koordinasi mereka. Penggunaan alisin dari bawang putih tidak akan
memunculkan resistensi karena baunya saja sudah membuat serangga enggan mendekat.
Alisin memblokade pembentukan enzimsehingga metabolisme bakteri mandek. Ujung-ujungnya pertumbuhan si
bakteri terhambat sampai akhirnya mati. Terhadap cendawan parasit, zat bernama resmi dialil tiosulfinat ini tak kalah
ampuh.Semua enzim berbahan belerang yang dibuat oleh cendawan bakal lumat oleh alisin. Akhirnya enzim itu
menjadi sampah tak berguna sampai akhirnya cendawan habis terurai kehabisan belerang.
Proses pengolahan pestisida nabati yang penulis lakukan adalah sebagai berikut ; penumbukan, pemanasan,
pendiaman, penyaringan, dan penyemprotan. Uji perfoma yang penulis lakukan antara lain ; membandingkan
pestisida alami dengan pestisida kimia dengan lama waktu hama mati dan bekas yang dihasilkan pestisida tersebut.
Perfoma pestisida nabati dari tumbuhan alami lebih efisien dan ramah lingkungan.
Dengan demikian, cabai dan bawang putih dapat menjadi pestisida yang ramah lingkungan.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Allah SWT menciptakan bumi beserta isinya tidak ada yang sia-sia. Makhluk hidup di dunia ini, baik itu manusia,
hewan, tumbuhan hingga organisme mikro yang abstrakpun pasti ada manfaatnya. Makhluk hidup di dunia ini
membentuk mekanisme kehidupan, rantai makanan, dan ketergantungan satu sama lain. Tumbuhan menjadi
komponen yang penting bagi manusia, namun, terkadang saat petani sedang mulai menanam tanaman, hama
mengganggu dan merusak tanaman tersebut, sehingga menyebabkan para petani gagal panen atau hasil
pertaniannya menyusut hingga beberapa persen. Petani pun akhirnya memakai pestisida untuk munganggulangi hal
tersebut.
Pestisida merupakan bahan kimia, campuran bahan kimia, atau bahan-bahan lain yang bersifat bioaktif. Pada
dasarnya pestisida itu bersifata racun. Oleh sebab sifatnya sebagai racun itulah pestisida dibuat, dijual, dan
digunakan untuk meracuni OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Setiap racun berpotensi mengandung bahaya.
Oleh karena itu, ketidakbijaksanaan dalam penggunaan pestisida pertanian bisa menimbulkan dampak negatif.
Sebagian besar pestisida yang digunakan oleh petani merupakan pesisida kimia. Para petani cenderung tidak berfikir
dampak apa saja yang ditimbulkan apabila pestisida digunakan berkepanjangan dan berlebihan.
Dalam sepuluh tahun terakhir, pestisida pertanian berkembang sangat pesat. Setelah sebelumnya pestisida dari
kelas organofosfat dan karbamat mendominasi, akhir-akhir ini berbagai senyawa baru dari kelas-kelas kimia baru
banyak bermunculan. Penelitian dan penemuan pestisida nabati, baik senyawa dari tumbuhan, mikrobiologi, maupun
hasil fermentasi juga berkembang pesat, seiring dengan tren dunia untuk kembali ke alam (back to nature). Pada
tahun 2006 telah terdaftar lebih dari 1.300 merek dagang pestisida.
Pestisida memang bukan pilihan utama dalam upaya mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Namun, jika pestisida terpaksa digunakan, pestisida harus dilakukan secara legal, benar, dan bijaksana. Jika
ketentuan ini dilanggar, pestisida akan menjadi pedang bermata dua. Bagaimanapun pestisida merupakan racun
yang bisa membahayakan pengguna dan lingkungan. Oleh karena itu, petani pengguna, petugas staf argokimia,
siswa dan mahasiswa pertanian, serta masyarakat harus mendapat informasi yang jujur dan seimbang.
Pestisida yang alami yang berasal dari senyawa tumbuhan bisa digunakan untuk mengendalikan organisme
pengganggu tanaman (OPT). Pestisida nabati lebih ramah lingkungan dan lebih mudah didapatkan daripada
pestisida kimia serta pengolahannya yang tidak terlalu rumit.
. Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian tentang pengolahan pestisida nabati yang ramah lingkungan dengan
memanfaatkan kekayaan alam Indonesia yang juga untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Selain itu,
melimpahnya tanaman cabai dan bawang putih yang sudah lumayan banyak di tanam di daerah pedesaan maupun
rumah-rumah di Kebumen, Jawa Tengah yang belum dimanfaatkan secara maksimal menarik penulis untuk
melakukan inovasi dengan memanfaatkan cabai dan bawang putih untuk pestisida nabati ada saat ini.
Hasil pemaparan di atas menunjukan fakta fakta yang melatar belakangi penelitian, antara lain :
1) Ketersediaan pestisida dari bahan kimia yang mahal dan bahaya.
2) Belum maksimalnya pemanfaatan kekayaan alam yang ada untuk diolah menjadi pestisida baru yang lebih efisien
dan ramah lingkungan.
3) Penggunaan pestisida kimia yang berkepanjangan memberi dampak buruk pada lingkungan.
Hal-hal tersebut di atas, menjadi dasar mengapa penulis tertarik untuk mengungkap Pengolahan Pestisida Nabati
dari Cabai (Capsicum annuum L.) dan Bawang Putih (Allium sativum).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan data data yang penulis paparkan di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan, antara lain :
1. Apakah cabai dan bawang putih bisa digunakan untuk bahan pestisida nabati serta pestisida yang ramah
lingkungan.
2. Apa saja kandungan kimia dari cabai dan bawang putih.
3. Bagaimana cara membuat pestisida dari cabai dan bawang putih.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kandungan dari cabai daan bawang putih.
2. Mengetahui cara membuat pestisida nabati dari cabai dan bawang putih.
3. Membuktikan bahwa cabai dan bawang putih bisa digunakan sebai pestisida nabati yang murah dan ramah
lingkungan.
4. Mengenalkan pada masyarakat tentang pengolahan pestisida dari cabai dan bawang putih.
1.4 Manfaat
1. Untuk menambah wawasan penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya mengenai pemanfaatan
Cabai (Capsicum annuum L.) dan Bawang Putih (Allium sativum) sebagai pestisida nabati yang ramah lingkungan.
Untuk memberi masukan pada masyarakat agar tidak bergantung pada pestisida kimia, dan menggantinya dengan
pestisida nabati, serta belajar mengelolanya.
BAB II. TELAAH PUSTAKA
2.1 Cabai
Penamaan cabai Jawa memang salah kaprah, karena hanya didasarkan dengan bentuk buah tanaman ini yang
menyerupai cabe. Sebenarnya, tanaman cabai Jawa lebih berkerabat dekat dengan tanaman lada (P. nigrum). Buah
cabai jamu memiliki khasiat sebagai obat sakit perut, masuk angin, beri-beri, rematik, tekanan darah rendah, kolera,
influenza, sakit kepala, lemah syahwat, bronkitis, dan sesak napas. Karena itu, cabe jamu banyak dibutuhkan
sebagai bahan pembuatan jamu tradisional dan obat pil/kapsul modern serta bahan campuran minuman. Rasa
pedas itu berasal dari senyawa piperin, dengan kandungan sekitar 4,6 persen.
Klasifikasi tanaman cabai :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L
Daun
Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun yang berbentuk oval, lonjong, bahkan
ada yang Ian- set. Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan.
Sedangkan permukaan daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan
daun cabai ada yang halus adapula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3 11 cm, dengan
lebar antara 1 5 cm.
Batang
Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak berkayu. Biasanya, batang akan tumbuh sampai
ketinggian tertentu, kemudian membentuk banyak percabangan. Untuk jenis-jenis cabai rawit, panjang batang
biasanya tidak melebihi 100 cm. Namun untuk jenis cabai besar, panjang batang (ketinggian) dapat mencapai 2
meter bahkan lebih. Batang tanaman cabai berwarna hijau, hijau tua, atau hijau muda. Pada batang-batang yang
telah tua (biasanya batang paling bawah), akan muncul wama coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu, yang
diperoleh dari pengerasan jaringan parenkim.
Akar
Tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit dan hanya terdiri dari akar serabut saja. Biasanya di akar
terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil simbiosis dengan beberapa mikroorganisme. Meskipun tidak memiliki akar
tunggang, namun ada beberapa akar tumbuh ke arah bawah yang berfungsi sebagai akar tunggang semu.
Bunga
Bunga tanaman cabai juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama, yaitu berbentuk bintang. Ini menunjukkan
tanaman cabai termasuk dalam sub kelas Ateridae (berbunga bintang). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun,
dalam keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya terdapat 2 3 bunga saja.
Mahkota bunga tanaman cabai warnanya bermacam-macam, ada yang putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter
bunga antara 5 20 mm. Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempuma, artinya dalam satu tanaman terdapat
bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga betina dalam waktu yang sama (atau hampir
sama), sehingga tanaman dapat melakukan penyerbukan sendiri. Namun untuk mendapatkan hasil buah yang lebih
baik, penyerbukan silang lebih diutamakan. Karena itu, tanaman cabai yang ditanam di lahan dalam jumlah yang
banyak, hasilnya lebih baik dibandingkan tanaman cabai yang ditanam sendirian. Pernyerbukan tanaman cabai
biasanya dibantu angin atau lebah. Kecepatan angin yang dibutuhkan untuk penyerbukan antara 10 20 km/jam
(angin sepoi-sepoi). Angin yang ter lalu kencang justru akan merusak tanaman. Sedangkan penyerbukan yang
dibantu oleh lebah dilakukan saat lebah tertarik mendekati bunga tanaman cabai yang menarik penampilannya dan
terdapat madu di dalamnya.
Buah dan biji
Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak dikenal dan memiliki banyak variasi. Buah cabai
terbagi dalam 11 tipe bentuk, yaitu serrano, cubanelle, cayenne, pimento, anaheim chile, cherry, jalapeno, elongate
bell, ancho, banana, dan blocky bell. Hanya ada 10 tipe bentuk buah cabai, di mana tipe elongate bell dan blocky bell
dianggap sama.
2.1.3 Daerah Penyebaran
Fakta bahwa lebih dari 50% penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa (BPS 2009) ternyata sebanding dengan
serapan cabainya. Dari total produksi cabai nasional sebesar 626.139 ton PER tahun, 60% di antaranya untuk
konsumsi di pulau berpenduduk terpadat di dunia itu. Padahal ada anggapan penduduk di Sumatera sebagai
konsumen cabai terbesar di tanahair. Maklum, sudah jadi rahasia umum jika penduduk Pulau Andalas suka makanan
pedas. Masyarakat Sumatera Barat, misalnya, menganggap hidangan tanpa cabai tak sedap untuk disantap. Toh
meski konsumsi cabai per kapita di Sumatera lebih tinggi, fakta pulau itu 'hanya' dihuni oleh 36% penduduk Pulau
Jawa membuat Sumatera cuma di peringkat ke-2 penyerap cabai di Indonesia.
Tingginya serapan pasar di Jawa pun seiring sejalan dengan populasi penanaman cabai. Pada 2009 luas areal
tanam cabai di Jawa mencapai 47.490 ha dengan total produksi 302.512 ton atau 48,3% dari jumlah produksi cabai
nasional. Jawa Barat dan Jawa Tengah produsen cabai terbesar dengan total luas areal tanam masing-masing
14.309 ha dan 21.291 ha. Di Jawa Barat jenis yang ditanam cabai besar dan keriting dengan jumlah areal tanam
hampir seimbang. Sedangkan Jawa Tengah didominasi keriting. Varietas yang ditanam di kedua daerah itu antara
lain tanjung-2, hot beauty, wibawa, sultan, lado, dan SG hot 99. Namun, total produksi cabai dari pulau seluas
132.000 km2 itu belum mencukupi kebutuhan penduduknya.
Karena itu Jawa selalu menjadi target pasar menggiurkan bagi pekebun di berbagai daerah di luar Jawa. Sebut saja
Sumatera Utara, produsen cabai terbesar di Sumatera. Di Sumatera cabai yang banyak ditanam jenis keriting. Akibat
pasokan dari Sumatera, saat panen raya pada Maret - April, harga cabai di Jawa terjun bebas di level terendah.
Harga mencapai Rp3.000/kg. Di luar panen raya Rp15.000/kg. Panen besar itu hasil dari penanaman pada awal
musim hujan Oktober - November. Toh para pekebun tak pernah kapok berproduksi. Ada pameo 2 kali gagal tertutup
dengan sekali untung. Berikut penyebaran produksi cabai di tanahair. (Imam Wiguna)
Tabel 2. Penyebaran Cabai Merah di Indonesia
No
Nama Daerah
Sentra Produksi
Varietas
1.
Nangroe Aceh
4.868 ha
Darussalam (NAD)
2.
Sumatera Utara
12.082 ha
3.
Sumatera Barat
5.309 ha
4.
Riau
1.945 ha
Kopay, tenar,
lado, taro
5.
Jambi
2.443 ha
6.
Sumatera Selatan
5.804 ha
7.
Bengkulu
3.510 ha
8.
Lampung
3.998 ha
9.
Jawa Barat
14.309 ha
Lado, St-168,
red hot,
bestando, taro
Bengkulu,
lado, taro
New emperor,
hot beauty,
tanjung-2, SG
hot 99,
papirus, CTH01, paris
minyak, TM
99
10.
Jawa Tengah
21.291 ha
135.624
ton/tahun
Brebes, Magelang,
Blora, Klaten,
Rembang,
Wonosobo,Demak,
Grobogan
11.
DI Yogyakarta
1.953 ha
12.
Jawa Timur
9.937 ha
13.
Banten
980 ha
6.243 ton/tahun
14.
Bali
952 ha
6.064 ton/tahun
Gianyar, Buleleng
Wibawa
15.
Nusa Tenggara
Barat (NTB)
550 ha
3.504 ton/tahun
Lombok Barat,
Lombok Timur
Wibawa,
sultan, lado,
tanamo
16.
Kalimantan Barat
3.168 ha
Lado, wibawa
17.
5.714 ton/tahun
Wibawa
18.
Kalimantan Timur
1.255 ha
7.994 ton/tahun
Kota Balikpapan,
Kutai Kertanegara
Lado, tanamo
19.
Sulawesi Utara
929 ha
5.918 ton/tahun
Minahasa Selatan,
Sangihe, Tomohon
Taro, laris
20.
Sulawesi Selatan
2.026 ha
Wibawa,
sultan, laris
21.
Gorontalo
89 ha
567 ton/tahun
Malita FM,
taro, laris
Atinggola
Jacko,
emerald,
verywell, SG
hot 99, red hot,
bestando,
wibawa,
sultan, lado,
tanamo, taro,
gada
ST-555,
jawara, SG hot
99, lado,
wibawa,
astina, gada
Sumber: Departemen Pertanian, PT East West Seed, PT Syngenta, PT Tunas Agro Persada, dan sumber lain
2.2 Bawang Putih
Bawang putih adalah nama tanaman dari genus Allium sekaligus nama
dari umbi yang dihasilkan. Umbi dari tanaman bawang putih merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan
Indonesia.
Bawang mentah penuh dengan senyawa-senyawa sulfur, termasuk zat
kimia yang disebut alliin yang membuat bawang putih mentah terasa getir atau angur. Bawang putih mengandung
allin. Aliin, senyawa aktif bawang putih, sebenarnya tidak berbau. Namun, kalau terkena sulfur alias belerang, aliin
segera berubah menjadi alisin. Alisin itulah yang berbau khas bawang putih. Bau alisin tidak disukai banyak orang,
sampai-sampai dimitoskan sebagai pengusir drakula. Tidak hanya orang, serangga juga sebal dengan
baunya.Aroma tajam menyengat yang diuarkan alisin membuat hama enggan mendekat. Selain tidak disukai, alisin
berakibat buruk terhadap sistem koordinasi mereka. Penggunaan alisin dari bawang putih tidak akan memunculkan
resistensi karena baunya saja sudah membuat serangga enggan mendekat.
Alisin memblokade pembentukan enzimsehingga metabolisme bakteri mandek. Ujung-ujungnya pertumbuhan si
bakteri terhambat sampai akhirnya mati. Terhadap cendawan parasit, zat bernama resmi dialil tiosulfinat ini tak kalah
ampuh.Semua enzim berbahan belerang yang dibuat oleh cendawan bakal lumat oleh alisin. Akhirnya enzim itu
menjadi sampah tak berguna sampai akhirnya cendawan habis terurai kehabisan belerang.
Manfaat dari bawang putih :
Bawang putih digunakan sebagai bumbu yang digunakan hampir di setiap makanan dan masakan Indonesia.
Sebelum dipakai sebagai bumbu, bawang putih dihancurkan dengan ditekan dengan sisi pisau (dikeprek) sebelum
dirajang halus dan ditumis di penggorengan dengan sedikit minyak goreng. Bawang putih bisa juga dihaluskan
dengan berbagai jenis bahan bumbu yang lain.Dan juga dapat digunakan sebagai obat penyakit kutil, caranya :
keprek bawang putih ( jangan sampai halus ) lalu tempelkan pada kutil dan ikat yang kuat dengan kain atau plester
tunggu sampai 30 menit,jangan terlalu banyak bergerak,maka kulit akan panas dan kutil akan menghitam.Besoknya
anda terbebas dari kutil.
Bawang putih mempunyai khasiat sebagai antibiotik alami di dalam tubuh manusia.
2.2.1 Deskripsi Bawang Putih
Bawang putih diduga berasal dari Asia Tengah dan termasuk ke dalam famili Liliaceae. Sesuai dengan namanya baik
kulit maupun daging umbi berwarna putih atau putih pink. Berbeda dengan tanaman bawang merah, bawang putih
tidak membentuk rumpun, akan
tetapi berbentuk rumput dan mempunyai siung. Tinggi herba semusim ini sekitar 50-60 cm.
Batangnya merupakan batang semu, beralur dan berrna hijau. Siungnya terbentuk dibagian bawah batang, yang
sebenarnya siung ini merupakan bagian pangkal batang yang telah
%AKG*
Karbohidrat
33,06 g
Gula
1,00 g
Diet serat
2,1 g
Lemak
0,5 g
Protein
6,39 g
Beta-karoten
5 mg
0,2 mg (15%)
0,11
mg
0,7 mg (5%)
0,596 (12%)
(0%)
(7%)
mg
Vitamin B6
1,235 (95%)
mg
3 mg
(1%)
Vitamin C
31,2
mg
(52%)
Kalsium
181 mg (18%)
Besi
1,7 mg (14%)
Magnesium
25 mg (7%)
Fosfor
153 mg (22%)
Kalium
401 mg (9%)
Sodium
17 mg (1%)
Seng
1,16
mg
Mangan
1,672
mg
selenium
14,2
mg
(12%)
No
Nama Umum
Nama Ilmiah
Bagian Tanaman
Penggunaan
1.
Aglaia
Aglaia odorata
Insektisida
2.
Babandotan
Ageratum conyzoides
Insektisida, nematisida
3.
Balakama
Ocimum basilicum
Daun, biji
Insektisida
4.
Bawang putih
Allium sativum
Umbi
Insektisida, fungisida,
nematisida
5.
Bengkuang
Pacchiryuz erosus
Daun, biji
Insektisida
6.
Bitung
Barringtonia sp.
Biji
Insektisida, piscisida
7.
Brotowali
Tinospora sp.
Batang
Insektisida
8.
Cengkih
Syzigium aromaticum
Daun, bunga
Bakterisida, fungisida,
insektisida
9.
Daun wangi
Malaleuca bracteata
Daun
Atraktan
10.
Duku
Lansium domesticum
Insektisida
11.
Gadung
Dioscore composite
Umbi
Rodentisida,
insektisida
12.
Jarak
Ricinus communis
Biji, daun
Rodentisida,
insektisida, nematisida
13.
Jarak pagar
Jathropa curcas
Biji
Insektisida
14.
Jeringau
Acarus calamus
Rimpang
Insektisida, fungisida
15.
Kecubung
Datura sp.
Biji, daun
Insektisida
16.
Akar
Insektisida
17.
Kipahit
Tithonia sp.
Daun
Repelen
18.
Kunyit
Curcuma domestica
Rimpang
Nematisida,
rodentisida
19.
Lada
Piper nigrum
Buah, biji
Insektisida,
nematisida, fungisida
20.
Legundi
Vitex trifolia
Daun
Insektisida
21.
Rimpang
Insektisida
22.
Lempuyang gajah
Zibinger zerumbet
Rimpang
Insektisida
23.
Lerak
Sapindus rarak
Buah, biji
Piscisida, insektisida
24.
Mahoni
Swietenia macroplylla
Biji
Insektisida
25.
Jambu mete
Insektisida,nematisida,
fungisida, bakterisida
26.
Nangka
Artocarpus
heterophylus
Daun
Nematisida
27.
Nilam
Pogostemon cablin
Daun
Insektisida, repelen
28.
Patah tulang
Euphorbia turricalli
Daun
Moluskisida
29.
Papaya
Carica papaya
Akar, daun
Nematisida
30.
Picung
Pangium edule
Buah
Insektisida
banyak uang. Masyarakat bisa mencoba membuat pestisida nabati dari cabai dan bawang putih dengan alat-alat
dapur yang biasa digunakan untuk memasak.
Tahapan membuat pestisida nabati dengan metode tradisional :
1. Pemilihan cabai dan bawang putih
Pilihlah segenggam cabai dan bawang putih yang sebagian masih segar, dan sebagian lagi sudah mulai busuk.
Kupaslah bawang putih dari kulitnya.
2. Penumbukan
Tumbuklah cabai dan bawang putih dengan menggunakan lumpang, atau alat tumbuk yang digunakan untuk
membuat sambal. Tumbuk sampai halus agar memudahkan kita saat penyaringan.
3. Perebusan
Masaklah air 200 ml dengan panci, tunggu sampai mendidih, lalu masukkan cabai dan bawang putih yang tadi
sudah ditumbuk sampai halus, tunggu sampai air berubah warna merah tua dan air sudah mendidih agak lama.
Masukkan 1 sendok the sabun colek kedalam rebusan tersebut. Sampai aroma benar-benar menyengat, matikan
kompor.
4. Pendiaman
Proses pendiaman dibutuhhkan waktu 15 jam. Diamkan sampai 15 jam, setelah itu mulai tahap selanjutnya.
5. Penyaringan
Setelah didiamkan 15 jam, air tersebut disaring dengan menggunakan saringan teh, unuk memisahkan antara ampas
cabai dan bawang putih dengan airnya. Setelah disaring, air tersebut dimasukkan kedalam botol semprot, dan
pestisida nabati bisa langsung digunakan dengan menyemprotkan ke hama yang dihendaki.
2.
Penumbukan
Tumbuklah cabai dan bawang putih dengan menggunakan lumpang, atau alat
tumbuk yang digunakan untuk membuat sambal. Tumbuk sampai halus agar memudahkan kita saat penyaringan.
3.
Pemanasan
5.
Penyaringan
Setelah didiamkan 15 jam, air tersebut disaring dengan menggunakan saringan teh,
unuk memisahkan antara ampas cabai dan bawang putih dengan airnya. Setelah disaring, air tersebut dimasukkan
kedalam botol semprot, dan pestisida nabati bisa langsung digunakan dengan menyemprotkan ke hama yang
dihendaki.
3.4 Pengujian
Uji performa dilakukan dengan menguji dua jenis bahan yakni, pestisida alami cabai dan bawang putih dengan
pestisida kimia. Uji performa yang dilakukan meliputi ; lama hama mati dan bekas yang dihasilkan.
3.4.1 Lama hama mati
Pengujian ini dilakukan dengan cara mengamati berapa waktu yang dibutuhkan pestisida tersebut untuk membunuh
hama sampai mati. Cara kerja pestisida berbeda-beda disesuaikan dengan hama yang dihendaki dan kandungan
dari pestisida tersebut.
3.4.2 Bekas yang dihasilkan
Pengujian ini dilakukan dengan mengamati bekas penyemprotan apakah bekas tersebut ramah lingkungan atau
mengakibatkan efek tertentu. Pengujian ini hanya membandingkan antara pestisida alami dan kimia. Karena sudah
pasti bekasnya sangat berbeda.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Performa Cabai dan Bawang Putih
4.1.1 Lama hama mati
Dari hasil pengamatan secara kualitatif menunjukan, warna cabai dan bawang putih setelah penumbukan dan
dicampur air, warnanya belum terlalu merah, sedangkan setelah dipanaskan warnanya terlihat merah dan setelah
diberi larutan sabun warnanya sedikit berkeruh, aromanya pun bercampur antara sabun dengan aroma sambal.
Pengujian ini dilakukan dengan cara mengamati berapa waktu yang dibutuhkan pestisida tersebut untuk membunuh
hama sampai mati dan berapa kali penyemprotannya. Untuk mengamati waktunya dapat dilakukan dengan
menggunakan stopwatch atau jam tangan biasa. Dengan demikian dapat dibandingkan antara kecepatan
pembunuhan serangga untuk berapa kali penyemprotan. Cara kerja pestisida berbeda-beda disesuaikan dengan
hama yang dihendaki dan kandungan dari pestisida tersebut.
Dari pengamatan tersebut diperoleh data sebagai berikut :
No Nama Hama
1.
Semut
2 kali
2 menit
1 kali
1 menit
2.
Belalang 1
8 kali
7 menit
5 kali
5 menit
Belalang 2
10 kali
8 menit
7 kali
5 menit
kurang sedap karena bercampur sabun, tapi baunya tidak mengganggu hidung, selain itu juga lebih ramah
lingkungan dibanding pestisida kimia, pestisida kimia biarpun warnanya jernih tapi bekasnya setelah dibersihkan
lantainya jadi licin dan baunya tidak hilang, sekitar 5 menit baunya akan hilang. Hal ini membuktikan salah satu
kelemahan pestisida kimia yang kurang ramah lingkungan.
Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia.
Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan cepat. Pestisida
alami harus menjadi bagian dari sistem pengendalian hama terpadu, dan hanya digunakan bila diperlukan (tidak
digunakan jika tidak terdapat hama yang merusak tanaman). Pestisida alami dari cabai dan bawang putih memiliki
beberapa manfaat, antara lain: dapat digunakan untuk mencegah hama seperti aphid, rayap, hama kecil, dan ulat
bulu serta berbagai jenis serangga.
Masyarakat harus memiliki ide kreatif dan inovatif dalam masalah pengendalian hama. Pengendalian hama dengan
menggunakan pestisida kimia memang praktis, namun harganya juga mahal dan sebagian besar tidak ramah
lingkungan dan malah menyebabkan pencemaran lingkungan. Penggunaan yang kurang bijaksana bisa
membahayakan manusia juga dan bisa mengganggu kesehatan manusia.
Pestisida alami adalah pestisida yang terbuat dari bahan alami, dari tumbuh-tumbuhan. Berdasarkan penelitian pula,
pestisida alami ramah lingkungan karena terbuat dari alam itu sendiri, selain itu dalam pengolahannya pestisida
alami sangat mudah dan murah, hanya dengan bahan-bahan ekstrak tumbuhan yang mudah dicari. Cara kerjanya
pun tidak jauh berbeda dengan pestisida kimia.
Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika meningkatkan prospek dari cabai dan bawang putih selain untuk masak bisa
digunakan untuk pestisida alami, karena pengolahannya murah, mudah, dan terjangkau dibandingkan pestisida
kimia.
Memanfaatkan kekayaan Indonesia demi kehidupan di masa depan bisa dimulai dari hal yang kecil. Hanya saja,
pengelolaan SDA yang kita miliki belum semuanya dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Cabai dan bawang putih
tentu akan dapat terus dikembangkan sebagai pestisida alami yang ramah lingkungan. Jangan sampai, hanya karna
kelalaian kita memikirkan masa depan, justru anak cucu kita yang tidak dapat menikmati semuanya.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian terhadap pestisida alami yang dihasilkan dari cabai dan bawang putih dapat penulis simpulkan
sebagai berikut :
1. Performa yang dihasilkan dari pestisida alami jauh lebih baik dibandingkan dengan pestisida kimia. Namun pada
pestisida alami dilakukan dengan penyemprotan berulang-ulang.
2. Pestisida alami lebih ramah lingkungan daripada pestisida kimia. Karena pestisida alami tidak mempunyai
senyawa yang beracun bagi tanaman. Pestisida alami tidak mencemarkan lingkungan.
3. Prospek pestisida alami dari cabai dan bawang putih bisa ditingkatkan dan dimanfaatkan untuk alternatif pestisida
yang ramah lingkungan. Karena ini didukung oleh semakin banyaknya tanaman cabai dan bawang putih. Anak cucu
kita bisa memanfaatkannya sebaik mungkin.
5.2 Saran
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk dapat lebih meningkatkan performa pestisida alami sebagai pengganti
pestisida kimia.
2. Perlu diterapkan penggunaan pestisida nabati sejak sekarang yang lebih ramah lingkungan untuk menghindari
pencemaran lingkungan.
3. Pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat mengembangkan pestisida alami dari cabai dan bawang putih
mengingat potensi yang dimilikinya cukup besar dengan memanfaatkan SDA yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Djojosumarto, Panut. 2006. Pestisida dan Aplikasinya. Cikampek : Agromedia Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Cabai
http://id.wikipedia.org/wiki/Bawang_putih
http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian_dan_Perkebunan_di_Indonesia
http://pertaniannusantara.multiply.com/journal/item/36?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
http://pharmabright.files.wordpress.com/2011/07/untitled1.jpg
- See more at: http://data-smaku.blogspot.com/2012/10/karya-tulis-pengolahan-pestisidanabati.html#sthash.sMhUpqEB.dpuf