Anda di halaman 1dari 9

Aplikasi GPS Geodetic Dalam Penentuan Titik Kontrol Horisontal

Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP)


Studi Kasus: Bandara Kasiguncu Poso
Ruki Ardiyanto1, Rachmat Ramadhan1
1

Pusat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam (PTISDA),


Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT
Gedung 2 Lantai 19, Jl MH Thamrin No. 8 Jakarta 10340
Email: ruki.ardiyanto@yahoo.co.id

Abstrak

Sesuai dengan ICAO ANNEX 14 Vol 1 Chapter 4 OBSTACLE RESTRICTION AND


REMOVAL serta Keputusan Menteri Perhubungan KM 48 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan
Bandar Udara Umum yang mengatur tentang Kawasan keselamatan Operasi Penerbangan
menyaratkan bahwa kawasan udara di sekitar bandar udara harus bebas dari segala bentuk hambatan
yang akan mengganggu pergerakan pesawat udara dengan menetapkan batasan ketinggian tertentu
terhadap objek-objek di sekitar bandar udara. Untuk itu aspek Keselamatan Penerbangan merupakan
elemen yang khusus dan mutlak harus diwujudkan termasuk segala persyaratan pendukungnya.
Dewasa ini data yang ada, baik yang merupakan titik koordinat referensi Bandar udara (Aerodrome
Reference Point/ARP), maupun letak lokasi suatu peralatan navigasi (Navigation Aids) atau objek lain
yang dianggap penting untuk keperluan navigasi dan operasi penerbangan dinilai kurang akurat,
terutama bila dikaitkan dengan tatacara bernavigasi dimasa yang akan datang. Untuk mengantisipasi
hal tersebut, maka sudah saatnya koordinat Bandar udara ditentukan ataupun direvisi kembali dengan
menggunakan metode penentuan posisi yang sebanding dengan teknologi navigasi yang akan
digunakan. Penentuan posisi geografis dengan bantuan satelit GPS dapat memberikan banyak manfaat
dan nantinya akan menjadi infrastruktur pada Future Air Navigation System (FANS). Sejalan dengan
teknologi dan perkembangan dibidang navigasi udara, maka pada pemetaan Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan di Bandar Udara Kasiguncu yang telah dilaksanakan sebelumnya dengan
menggunakan teknologi teristris, maka teknologi GPS mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menentukan titik-titik kontrol untuk keperluan pemetaan tersebut.
Kata Kunci: KKOP, GPS, FANS, ARP

Abstract

In accordance with ICAO Annex 14 Vol 1 Chapter 4 "Obstacle Restriction AND REMOVAL"
Minister of Transportation and KM 48 of 2002 Concerning Commercial Airport regulating the safety
of Flight Operations Zone requires that the area of air around airports should be free from all forms
of barriers that would interfere with aircraft movement by setting specific height limits of objects
around airports. For that aspect of Aviation Safety is an element of special and absolutely must be
realized, including all supporting requirements. Today the existing data, whether that is a point the
coordinates of reference Airport (Aerodrome Reference Point/ARP), as well as the location of the
location of a navigation equipment (Navigation Aid's) or other objects that are considered essential for
the purposes of navigation and flight operations were considered less accurate, especially when
associated with a procedure to navigate the future. To anticipate this, then it is time coordinates
defined or revised Airport re-using the positioning method that is comparable with navigation
technology that will be used. Geographical positioning with the help of GPS satellites can provide
many benefits and will become the infrastructure on the Future Air Navigation System (FANS). In
line with the technology and developments in the field of air navigation, mapping it to the Flight
Operations Safety Zone at Kasiguncu Airport which has been implemented previously using terrestrial
technology, the GPS technology has a very important role in determining the control points for
mapping purposes.
Keywords: KKOP, GPS, FANS, ARP

135

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Sesuai dengan ICAO ANNEX 14 Vol 1 Chapter 4 OBSTACLE RESTRICTION
AND REMOVAL serta Keputusan Menteri Perhubungan KM 48 Tahun 2002
tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum yang mengatur tentang Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) mensyaratkan bahwa kawasan udara di
sekitar bandar udara harus bebas dari segala bentuk hambatan yang akan
mengganggu pergerakan pesawat udara dengan menetapkan batasan ketinggian
tertentu terhadap objek-objek di sekitar bandar udara (Direktorat Jendral
Perhubungan Udara, 2000).
Untuk itu aspek Keselamatan Penerbangan merupakan elemen yang khusus
dan mutlak harus diwujudkan termasuk segala persyaratan pendukungnya. Dewasa ini
data yang ada, baik yang merupakan titik koordinat referensi Bandar udara
(Aerodrome Reference Point/ARP), maupun letak lokasi suatu peralatan navigasi
(Navigation Aids) atau objek lain yang dianggap penting untuk keperluan navigasi
dan operasi penerbangan dinilai kurang akurat, terutama bila dikaitkan dengan
tatacara bernavigasi di masa yang akan dating (ICAO, 1995).
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adalah agar tersajinya data bentuk koordinat dalam sistem
UTM (Universal Transverse Mercator) dan geografi sebagai titik ikat untuk keperluan
pemetaan topografi kawasan keselamatan operasi penerbangan di Bandar Udara
Kasiguncu, Poso, Sulawesi Tengah.
Tujuan untuk Pengukuran Titik Kontrol KKOP Bandar Udara Kasiguncu
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan besaran koordinat bumi dalam sistem koordinat geografis untuk
keperluan titik kontrol KKOP yang memiliki ketelitian serta akurasi tinggi.
2. Koordinat titik kontrol KKOP yang dihasilkan telah terintegrasi ke dalam
sistem koordinat nasional UTM.
2. Metodologi Penelitian
2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi pekerjaan berada di kawasan Bandar Udara Kasiguncu meliputi: Dua titik di
dalam kawasan bandara, yaitu TH-21 dan TH-03 dan di luar kawasan sebanyak 20
titik KKOP antara lain KKOP-01, sampai dengan KKOP-20.
2.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengukuran antara lain sebagai berikut: GPS
Geodetik L1 Magellan Promark3, kompas , laptop, dan kamera digital.
2.3. Metodologi Penelitian
Tahapan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
2.3.1. Persiapan Teknis
Persiapan teknis ini adalah melakukan penentuan desain jaringan dan layout
pengukuran (Gambar 1). Untuk desain jaringan digunakan acuan yang telah
dipersiapkan oleh tim topografi yang sebelumnya telah menentukan titik-titik KKOP
mana saja yang akan diukur.

136

Gambar 1. Ilustrasi desain jaringan baseline KKOP


2.3.2. Pengujian Peralatan
Pengujian peralatan dimaksudkan untuk menguji coba kemampuan dan kelancaran
peralatan yang digunakan, baik perangkat GPS Geodetik maupun sistem perangkat
lunaknya. Perangkat lunak yang digunakan untuk memproses data GPS adalah GNSS
Solution 2.5 (Ver. Donggle).
2.3.3. Pengukuran Posisi Titik KKOP dengan GPS
Penentuan posisi titik KKOP sebagai jaringan titik ikat dilakukan menggunakan
metode statik dengan interval perekaman 1 detik pada mask angle minimum 15. Untuk
meningkatkan ketelitian hasil akhir (koordinat), penentuan posisi dilakukan secara
diferensial/relatif terhadap titik-titik lain yang telah didefinisikan nilai koordinatnya.
Penentuan posisi secara relatif tersebut tergambar dalam bentuk yang disebut sebagai
baseline, yaitu selisih jarak dan arah antara 2 titik yang diukur (Abidin, 2000).
Pra Pengamatan
Dalam kegiatan pra pengamatan ini dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut
(Abidin, 2001):
o Centering dan leveling antena di atas titik KKOP,
o Menghubungkan kabel antena ke receiver,
o Memasang antena,
o Sesuai dengan spesifikasi alat yang digunakan, tinggi antena terhadap pusat
pilar diukur sebelum dan sesudah pengamatan, dimana perbedaan tinggi
antena tidak boleh melebihi 2 mm,
o Kalibrasi receiver,
o Inisialisasi berupa masukan beberapa parameter.
Dua hal yang sangat penting pada saat pengamatan berlangsung, yakni pemasukan
data tinggi antena dan nama file GPS.

Pengamatan GPS Pilar BM KKOP


o Dilaksanakan dengan metode survei GPS, menggunakan 2 unit receiver GPS
tipe geodetik.
o Lama pengamatan tipikal adalah 60 menit dan atau disesuaikan dengan
panjang baseline (jarak antar titik pilar KKOP ke titik ikat GPS nasional yang
digunakan), seperti pada Tabel 1 berikut ini :

137

Tabel 1. Prosedur Pengamatan Tipikal dengan GPS Geodetik

(Sumber: Pengamatan GPS geodetik Pilar Batas Bakosurtanal)


o Pada survei GPS penentuan koordinat pilar KKOP relatif terhadap titik ikat
dapat dilakukan secara radial positioning.
o Pada survei GPS untuk titik ujung-ujung landasan pacu, pengamatannya
harus bereferensi pada titik ARP yang telah diikatkan pada titik GPS nasional
dan dilakukan secara static positioning.
2.3.4. Pengolahan Data
Setelah seluruh titik telah diamati, maka tahap selanjutnya adalah melakukan
pemindahan data (download) dari receiver ke laptop. Pada proses ini menggunakan
software GNSS Solution 2.5 dengan menggunakan kabel USB (universal serial bus)
sehingga memudahkan dalam tahapan post processing. Adapun data yang di-download
terdiri dari format raw data file dan selanjutnya dikonversi menjadi tipe data rinex file.
Pada tahap ini dilakukan dua tahapan pekerjaan yaitu :
o Pengolahan data sementara
o Hitungan koordinat defenitif
o Hitung perataan jaringan (Network Adjustment)
Secara umum tahapan pengukuran dan pengolahan data GPS geodetik ini dapat
dilihat pada diagram alir berikut ini (Gambar 2):

Gambar 2: Diagram Alir Pengukuran dan Pengolahan Data GPS.

138

Pengolahan Data Sementara


Hitungan sementara dilakukan di lapangan setelah selesai pengukuran dengan
menggunakan perangkat lunak yang tersedia, sehingga setiap data dari hasil
pengamatan setiap titik KKOP yang telah diukur dapat diketahui tingkat kualitasnya,
selanjutnya akan diperoleh koordinat geografis (,) nya. Hasil koordinat sementara
ini digunakan sebagai lampiran dari penelitian yang dinyatakan dalam deskripsi
pengamatan GPS.
Pengikatan ke Jaring Kontrol Horizontal Nasional (JKHN)
Untuk mendapatkan koordinat titik-titik batas dalam sistem koordinat nasional
dalam Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN95), yang nilai parameternya sama
dengan parameter World Geodetic Sistem 1984 (WGS84), pengukuran ke titik Jaring
Kontrol Horisontal Nasional (JKHN) dari Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional (Bakosurtanal) yang terletak di Kelurahan Rimba Jaya.
Tahapan pengukuran GPS selanjutnya adalah mendekatkan titik referensi
dalam sistem WGS84 ke lokasi pengukuran untuk mempermudah pelaksanaan
pengukuran titik kontrol lainnya, yaitu dengan mengikatkan titik ARP diikatkan ke
titik Jaring Kontrol Horisontal Nasional (JKHN) Orde 0 dari Bakosurtanal dengan
nomor N.4007. Dengan diikatkannya titik kontrol KKOP ke titik JKHN, berarti
koordinat titik kontrol telah terintegrasi ke dalam sistem koordinat nasional (UTM DGN95).
Hitung Perataan Baseline
Pada tahap ini dilakukan metode sederhana, yaitu meratakan sejumlah pengamatan
untuk titik-titik koordinat di posisi yang sama, dengan cara memberikan bobot setiap
pengamatan secara proporsional (Muhamadi dan Mutiara, 2002). Bobot pengamatan
adalah harga standar deviasi hitungan rata-rata statistik untuk titik yang bersangkutan,
sewaktu dilakukan pengujian data sebagai datum point ditetapkan di KKOP-XX dan
titik KKOP-XX, karena titik tersebut merupakan titik sekutu dari berbagai fase
pengamatan (common point) seperti ditunjukan pada diagram alir berikut ini (Gambar
3):

Gambar 3. Diagram Alir Pengolahan Data GPS

139

3. Hasil dan Analisa


3.1. Hasil
3.1.1. Pengolahan Data GPS
Berdasarkan hasil pengolahan data akhir (final adjustment) menggunakan metode
perataan untuk seluruh baseline maka didapatkan nilai analisis simpangan baku
(standar deviasi) masing masing koordinat.
3.1.2. Koordinat Titik KKOP
Koordinat yang dihasilkan pada proses pengolahan baseline menggunakan perangkat
lunak GNSS Solution 2.5, adalah koordinat dalam sistem koordinat geografis dan
sistem koordinat proyeksi UTM. Hasil akhir dari proses ini divisualisasikan dalam
bentuk tabel koordinat titik BM KKOP kedua sistem tersebut (Tabel 3 dan Tabel 4).
Tabel 3. Koordinat Geografi Titik KKOP

140

Tabel 4. Koordinat UTM Titik KKOP

3.1.3. Koordinat Runway Geografis dan UTM WGS84


Koordinat ini merupakan koordina landasan/runway dari Bandara Kasiguncu yang
telah terinteregrasi dengan titik dari Bakosurtanal, adapun koordinat runway tersebut
adalah sebagai berikut (Tabel 5):
Tabel 5. Koordinat Runway

Sedangkan gambar illustrasi titik koordinat pada runway dapat dilihat pada Gambar
4 seperti di bawah ini.

141

Gambar 4. Titik koordinat pada runway


3.2. Analisa
3.2.1. Analisa Pergeseran Linear Horisontal
Dari hasil pengolahan data untuk pengamatan survei GPS metode statik, didapatkan
koordinat posisi tiap titik penelitian.
Berdasarkan koordinat posisi tersebut kemudian dihitung pergeseran linear tiap
titik. Sebagai titik acuan adalah titik yang didapatkan dari pengamatan survei GPS
metode statik selama 60 menit.
Dari data hasil analisis simpangan baku diperoleh nilai x, y dan z di bawah
1 (lihat Tabel 6), berarti nilai simpangan baku masuk di dalam toleransi pengukuran
GPS. Pada kenyataannya bahwa nilai penyimpangan (kesalahan) relatif dari koordinat
KKOP ke titik referensi N.4007 dipengaruhi oleh jarak dan lama pengamatan
walaupun jauh jarak baseline jika waktu pengamatan ditambahkan maka akan
memperkecil simpangan/ kesalahan pengukuran.
Tabel 6. Analisis Ketelitian Titik KKOP Berdasarkan Simpangan Baku

142

4. Kesimpulan dan Saran


4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil akhir pekerjaan yang telah dilakukan, diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
Pengukuran untuk penentuan posisi BM KKOP di bandara Kasiguncu, Poso
sebanyak 20 titik dilakukan pada pengamatan siang hari.
Jarak ideal antara BM KKOP memiliki kerapatan sebesar 1 km agar masuk dalam
toleransi baseline.
Jarak terjauh BM KKOP dengan titik ikat Bakosurtanal sejauh 14 km akan
mempengaruhi ketelitian baseline.
Hasil toleransi yang didapatkan pada pengukuran penentuan titik KKOP
memiliki standar deviasi maksimal sebesar <1 cm yang memiliki arti bahwa
pengukuran ini masuk toleransi.
4.2. Saran
Sebagaimana dimaklumi, kualitas akurasi dan presisi hasil pengamatan GPS
tergantung dari kondisi dan lokasi titik di lapangan. Agar didapat kualitas hasil
pengamatan yang baik maka harus mengacu pada referensi dalam penentuan lokasi
pilar BM pada umumnya yaitu jauh dari obstruksi dan benda-benda yang
mengandung elektromagnetik dan tegangan tinggi yang dapat menghalangi sinyal
satelit GPS. Metode pengukuran GPS Geodetic yang akan digunakan dalam
pengukuran ditentukan oleh kebutuhan/ kepentingan dari akan pengukuran.
Daftar Pustaka
Abidin, H. Z. 2000. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. Jakarta: PT
Pradnya Paramita.
Abidin, H. Z. 2001. Geodesi Satelit. Jakarta. PT Pradnya Paramita.
Direktorat Jendral Perhubungan Udara. 2000. Keputusan Direktorat Jendral Perhubungan Udara
Nomor:SKEP/110/VI/2000 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan di Bandar Udara danSekitarnya, Jakarta.
ICAO. 1995. Annex 14 Volume I, Aerodrome Design And Operation, SecondEdition
Muhamadi, M. dan dan Mutiara, I. 2002. Hitung Perataan I. Surabaya. Teknik
Geodesi Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

143

Anda mungkin juga menyukai