Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK


TEKNIK PENGGUNAAN LABU UKUR/TAKAR DAN
BURET

Jenny Verdi
05031281520081

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Kimia analisis adalah studi pemisahan, identifikasi, dan kuantifikasi

komponen kimia dalam bahan alam maupun buatan. Analisis kualitatif


memberikan indikasi identitas spesies kimia di dalam sampel (J.T. Baker, 2007).
Metode analisis dapat dibagi menjadi klasik dan instrumental. Metode
klasik (dikenal juga sebagai metode kimia basah) menggunakan pemisahan seperti

pengendapan, ekstraksi, dan distilasi serta analisis kualitatif berdasarkan warna,


bau, atau titik leleh (organoleptis). Metode instrumental menggunakan suatu
peralatan untuk menentukan kuantitas fisik suatu analit seperti serapan cahaya,
fluoresensi, atau konduktivitas. Pemisahan dilakukan menggunakan metode
kromatografi, elektroforesis atau fraksinasi aliran medan (J.T. Baker, 2007).
Peralatan

gelas

laboratorium

merujuk

pada

berbagai

peralatan

laboratorium yang terbuat dari kaca, yang digunakan dalam percobaan ilmiah,
terutama dalam laboratorium kimia dan biologi. Beberapa peralatan tersebut
sekarang ada yang telah dibuat dari plastik, namun peralatan kaca masih sering
digunakan karena kaca bersifat inert, transparan, dan tahan panas (Ananda, 2014).
Kaca borosilikat, dahulu dinamakan Pyrex, sering digunakan karena
sifatnya yang tahan dengan tegangan termal. Untuk beberapa aplikasi, kuarsa
digunakan oleh karena ia tahan panas dalam temperatur yang tinggi dan memiliki
sifat terawang di beberapa spektrum elektromagnetis (Ananda, 2014).
Beberapa aplikasi terutama pada botol penyimpanan, gelas berwarna
coklat tua biasanya digunakan untuk menghindarkan zat yang disimpan dari
cahaya luar. Peralatan yang terbuat dari material lainnya juga digunakan untuk
tujuan tertentu, misalnya asam hidroflorida yang disimpan dalam polietilena
karena asam ini dapat melarutkan kaca (J.T. Baker, 2007).
1.2.

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari cara membaca ukuran

volume dan mengevaluasi setiap alat gelas laboratorium terutama pada alat labu
ukur/takar dan buret.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Peralatan gelas laboratorium


Peralatan

gelas

laboratorium

merujuk

pada

berbagai

peralatan

laboratorium yang terbuat dari kaca, yang digunakan dalam percobaan ilmiah,
terutama dalam laboratorium kimia dan biologi. Beberapa peralatan tersebut
sekarang ada yang telah dibuat dari plastik, namun peralatan kaca masih sering
digunakan oleh karena sifat kaca yang inert, transparan, dan tahan panas. Kaca

borosilikat, dahulu dinamakan Pyrex, sering digunakan karena sifatnya yang tahan
dengan tegangan termal.Peralatan Gelas Laboratorium mengacu pada berbagai
peralatan, biasanya terbuat dari kaca, digunakan untuk eksperimen ilmiah dan
pekerjaan lain di bidang ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang kimia dan
biologi laboratorium (Ananda, 2014).
Penggunaan kaca dalam perlengkapan laboratorium tidak seperti sekarang
karena dulu peralatan dari plastik jauh lebih murah dan tahan pecah. Namun,
perlengkapan tertentu masih memerlukan kaca karena kaca transparan, tahan
panas, dan mudah untuk disesuaikan. Jenis kaca yang digunakan tergantung pada
kebutuhan. Kaca borosilikat, yang umum digunakan dalam botol reagen, dapat
menahan tegangan termal. Kaca Quartz, yang umum di kuvet, dapat menahan
suhu

tinggi

dan

transparan

di

bagian-bagian

tertentu

dari

spektrum

elektromagnetik, dan berbagai macam kaca-kaca yang lain (Ananda, 2014).


Untuk beberapa aplikasi, kuarsa digunakan oleh karena ia tahan panas
dalam temperatur yang tinggi dan memiliki sifat terawang di beberapa spektrum
elektromagnetis. Di beberapa aplikasi, terutama pada botol penyimpanan, gelas
berwarna coklat tua biasanya digunakan untuk menghindarkan zat yang disimpan
dari cahaya luar. Peralatan yang terbuat dari material lainnya juga digunakan
untuk tujuan tertentu, misalnya asam hidroflorida yang disimpan dalam polietilena
karena asam ini dapat melarutkan kaca (J.T. Baker, 2007).
2.2.

Buret
Buret adalah sebuah peralatan gelas laboratorium berbentuk silinder yang

memiliki garis ukur dan sumbat keran pada bagian bawahnya. Ia digunakan untuk
meneteskan sejumlah reagen cair dalam eksperimen yang memerlukan presisi,
seperti pada eksperimen titrasi. Buret sangatlah akurat, buret kelas A memiliki
akurasi sampai dengan 0,05 cm3 (CemLab, 2000).
Buret dapat didefinisikan adalah alat yang digunakan dalam kimia
analitik untuk mengeluarkan variabel, jumlah terukur dari larutan kimia. Buret
adalah salah satu alat laboratorium kaca atau Glassware yang berbentuk silinder
yang memiliki garis ukur dan sumbat keran pada bagian bawahnya. Ia digunakan
untuk meneteskan sejumlah reagen cair dalam eksperimen yang memerlukan

presisi, seperti pada eksperimen titrasi. Buret sangatlah akurat, buret kelas A
memiliki akurasi sampai dengan 0,05 cm3 (Dartmouth College, 2000).
2.2.1. Buret Shelbach
Oleh karena presisi buret yang tinggi, kehati-hatian pengukuran volume
dengan buret sangatlah penting untuk menghindari galat sistematik. Ketika
membaca buret, mata harus tegak lurus dengan permukaan cairan untuk
menghindari galat paralaks. Bahkan ketebalan garis ukur juga memengaruhi;
bagian bawah meniskus cairan harus menyentuh bagian atas garis. Kaidah yang
umumnya digunakan adalah dengan menambahkan 0,02 mL jika bagian bawah
meniskus menyentuh bagian bawah garis ukur. Oleh karena presisinya yang
tinggi, satu tetes cairan yang menggantung pada ujung buret harus ditransfer ke
labu penerima, biasanya dengan menyentuh tetasan itu ke sisi labu dan
membilasnya ke dalam larutan dengan pelarut (Dartmouth College, 2000).
2.3.

Labu ukur
Labu Ukur adalah sebuah perangkat yang memiliki kapasitas antara 5 mL

sampai 5 L dan biasanya instrumen ini digunakan untuk mengencerkan zat


tertentu hingga batas leher labu ukur. Alat ini biasanya digunakan untuk
mendapatkan larutan zat tertentu yang nantinya hanya digunakan dalam ukuran
yang terbatas hanya sebagai sampel dengan menggunakan pipet. Dalam sistem
pengenceran, untuk zat yang tidak berwarna, penambahan aquadest sampai
menunjukkan garis meniskus berada di leher labu. Untuk zat yang berwarna,
penambahan aquadets hingga dasar meniskus yang menyentuh leher labu
(meniskus berada di atas garis leher). Sebelum menggunakan instrumen ini, labu
ukur harus dicuci terlebih dahulu (Anugrah, 2013).

BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.

Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Pertanian,

Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.pada


Jumat, 26 Februari 2016 pukul 10.00 WIB sampai 11.40 WIB.
3.2.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 1) Buret, 2) Klem,3)


Labu Ukur, 4) Neraca Analitik, 5) Spatula, 6) Statif.
Bahan yang digunakan dalam Praktikum ini adalah: 1) Aquades, 2) NaCl
3.3.

Cara Kerja

Cara Kerja pada praktikum ini adalah:


1. Saudara diminta berlatih menggunakan labu ukur dengan menggunakan
akuades. JANGAN BIASAKAN MEMBUANG cairan dari dalam labu ukur
apabila Saudara terlalu banyak mnengisikan cairan ke dalam labu ukur sampai
melewati garis tanda. SAUDARA DI HARUSKAN pada praktikum ini adalah
mengulang dari awal lagi.
2. Apabila Saudara sudah trampil maka di buatlah larutan NaCl 5% sebanyak 100
mL dengan menggunakan labu ukur.
3. Pada di tahap-tahap saudara membuat larutan NaCl 5% sebanyak 100 mL pada
manual ini juga. Sebutkan bejana apa yang digunakan untuk menimbang,
mengaduk, dan sebagainya.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Hasil dari praktikum ini adalah :
Cara-cara membuat larutan NaCl 5% sebanyak 100 mL.
1. Timbang larutan NaCl 5% menggunakan neraca analitik.
2. Larutkan NaCl dalam beaker glass dengan cara diaduk menggunakan
spatula.
3. Masukkan ke dalam labu ukur 100 mL kemudian tambahkan aquades ke
dalam beaker glass untuk mengambil sisa-sisa NaCl.
4. Tambahkan larutan aquades ke labu ukur sampai batas meniskus.
5. Tutup labu ukur dengan labu ukur.
6. Homogen dengan cara mengojok labu ukur secara perlahan dan searah.
7. Amati dan lakukan pengamatan.
4.2. Pembahasan
Labu ukur atau labu volumetrik adalah sebuah bejana gelas yang beralas
datar, berbentuk buah peer, dan berleher panjang yang relatif sempit.
Sebuah garis tipis yang dietsa mengelilingi leher labu menunjukkan dengan tepat
volume cairan pada suhu tertenru. Labu ukur diberi tanda batas volume tertentu
sebagai daya tampungya. Karena batas volume itu dibuat mengelilingi leher labu,
akan terhindar kesalahan pembacaan yang disebabkan effek paralaks. Kesalahan
pengamatan itu dapat diatasi bila pada pembacaan volume letak mata pengamat
dan tanda batas volume berada pada ketinggian yang sama dan tanda batas itu
tepat pada bagian bawah meniskus cairan (Ananda, 2014).
Leher sebuah labu ukur (dibuat relatif sempit hingga sedikit perubahan
volume cairan akan menyebabkan perbedaan ketinggian meniskus cairan. Dengan
demikian kesalahan yang dibuat pada penyesuaian meniskus cairan dengan tanda
batas volume akan sangat kecil. Jarak antara tanda batas volume dan mulut labu
ukur adalah relatif besar agar masih terdapat cukap ruang untuk mengocok cairan
dalam labu itu. Labu ukur dilenkapi dengan tutup yang terbuat dari pegas atau
plastik. Ukuan labu yang diperlukan: 50, 100, 250, 500, 1000, dan 2000 ml.
Penggunaan labu ukur untuk membuat larutan baku. Jika kita hendak
membuat suatu larutan baku dengan konsentrasi tertentu, kita menimbang terlebih
dahulu zat padat murni secara teliti. Dengan sebuah corong kita masukkan zat
padat ini ke dalam labu ukur. Kemudian labu ini diisi dengan zat pelarut-lazimnya
air suling, sampai kira-kira setengah penuh. Singkirkan corong yang digunakan

tadi dan goyangkan labu sehingga air di dalannya bergerak memutar sampai zat
padat yang ada di dalam labu melarut semuanya. lika masih ada zat padat yang
belum melarut, tambahkan lagi air sampai labu itu tiga perempat penuh dan
goyangkan lagi labu itu seperti di atas. Cara yang dapat digunakan juga ialah
melarutkan zat padat terlebih dahulu dalam gelas kimia dengan air secukapnya,
kemudian larutan ini dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur.
Penambahan air selanjutnya dilakukan dengan botol semprot sampai
permukaan larutan di leher labu sudah mendekati garis volume. Air yang
membasahi leher labu harus diberi waktu secukupnya untuk mengalir ke bawah.
Dengan sendirinya tidak boleh ada tetesan air yang melekat pada leher labu di atas
permukaan cairan. Jika hal ini terjadi, maka bersihkan laher labu dengan
menggunakan kertas saring. Tetapi kertas saring tidak boleh menyentuh larutan.
Penambaban air pada akhirnya dilakukkan dengan pipet tetes sampai bagian
bawah meniskus cairran berimpit dengan garis batas Volume (Ananda, 2014).
Untuk pekerjaan yang teliti kadang-kadang sebelum penambahan air
terakhir, larutan dibiarkan dahulu beberapa jam pada suhu kamar. Hal ini perlu
dilakukan

mengingat

adanya

kemungkinan

terjadinya

penyerapan

atau

pembebasan kalor pada waktu zat padat itu melarut. Setelah penambahan air
sampai tanda batas volme, labu ditutup dengan tutupnya yang bersih dan kering.
Kemudian larutan dicampurkan secara homogen dengan cara membalik labu
berulang kali (Ananda, 2014).
Larutan yang sudah dicampurkan dengan baik segera dipindahkan ke
dalam botol penyimpan yang bersih dan kering. Sebelum larutan dituangkan ke
dalam botol penyimpan sebaiknya botol dibilas 1 2 kali dengan sedikit larutan.
Setelah cairan ini dipiridahkan berilah etiket pada, botol yang bertulisan: nama
dan rumus kimia larutan baku, konsentrasinya, tanggal pembuatan dan sandi
sipembuat (Ananda, 2014).
Buret adalah sebuah tabung kaca yang panjang dengan garis-garis skala.
Diameter lubang sepanjang tabung, seragam. Di bagian byali buret terdapat
sebuah kran untuk mengatur afiran keluar cairn. Ihiret digunakan untuk
memberikan. cairn yang volumenya berbed-abeda, tetapi tepat. Karena itu buret
ditera atau dikaliberasi secara teliti. Buret paling banyak digunakan untuk titrasi.

Buret yang diperlengkapi dengan kran kaca lebih banyak digunakan, dan mutlak
perlu untuk beberapa jenis cairan (Ananda, 2014).
Larutan bersifat basa kuat dapat menyebabkan kran menjadi macet. Untuk
larutan basa digunakan buret yang di bagian bawah dipasang sepotong pipa knret
yang diperlengkapi dengan sepotong pipa kaca yang ujungnya dibuat runcing.
Pada pipa karet itu dipasang penjepit mohr atau di dalamnya dipasang sebuah
peluru kaca untuk mengatur aliran cairan yang keluar dari buret. Buret jenis ini
harganya lebih murah daripada buret dengan kran kaca dan lebih cocok untuk
digunakan di sekolah. Pemakaian buret dengan kran pencet untuk kebanyakan
larutan tidak dianjurkan karena kemungkirran menyebabkan perubahan pada pipa
karet. Misalnya larutan kalium permanganat dan Larutan yod dapat bereaksi
dengan pipa karet dan mengurangi elastisitas karet. Selain itu juga tidak mungkin
melihat apakah udara sudah seluruhnya dikeluarkan dari pipa karet.
Buret dengan kran kaca di samping pada umumnya digunakan untuk titrasi
larutan panas. Panas larutan yang dititrasi tidak akan mencapai cairan di dalam
buret dan mempengaruhi volumenya. Buret yang sering digunakan berkapasitas
50 ml dan ditera sampai 0,1 ml. Di laboratorium digunakan juga buret-buret
dengan kapasitas 5, 10, dan 25 ml dengan ketelitian kaliberasi sampai 0,05 ml.
Buret semimikro dan buret mikro dapat diperoleh dengan kapasitas sebagai
berikut, ketelitian kaliberasi ditulis dalam kurung di belakangnya : 1 ml ( 0,01
ml ), 2 ml ( 0,01 ml dan 0,02 ml ), 5 m1 (0,01 dan 0,02 ml), dan 10 ml ( 0,02 ml).
Buret diberi tanda garis skala yang melingkari separuh tabung buret hingga
dengan demikian dapat mudah dihindari terjadinya kesalahan pembacaan volume
karena paralaks. Pada jenis buret yang baik, garis-garis skalanya melingkar
sekeliling tabung buret untuk setiap ml dan setengah melingkar untuk volume
yang lebih kecil. Untuk membantu pembacaan tepat letak meniskus digunakan
untuk mengetahui nilai pengukuran.

BAB 5
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah:
1. Buret memiliki ketelitian yang sangat tinggi untuk mengetahui volume
suatu larutan.

2. Untuk menuangkan larutan titran kedalam buret dapat dilakukan dengan


menurunkan buret dari klem-statif terlebih dahulu.
3. Tingkat keakurat alat yang tinggi harus diikuti dengan ketelitian pengamat.
4. Labu ukur dapat mengukur dengan akurasi tinggi volume suatu larutan
dengan jumlah yang lebih banyak dari buret.
5. Buret lebih akurat dari labu ukur tapi kapasitas labu ukur lebih banyakdari
buret.

DAFTAR PUSTAKA
Ananda,
Putra.
2014.
Peralatan
Gelas
Laboratorium.
(Online).
http://bisakimia.com/2014/10/09/beberapa-cara-membersihkan-peralatangelas-laboratorium/ (diaksespada 1 Maret 2016).
Anugrah. 2012. Labu Ukur Fungsi Labu Ukur da Cara Menggunakan Labu Ukur.
(online).
http://kamuslife.com/2012/03/labu-ukur-fungsi-labu-ukur-caramenggunakan-labu-ukur.html (diakses pada 1 Maret 2016)
Baker,
J.T.
2007.
Peralatan
Gelas
Laboratorium.
(Online).
http://www.avantormaterials.com/peralatan_gelas_laboratorium (diaksespada
1 Maret2016).
ChemLab. 2000. Buret. (online). http://chemed.chem.purdue.edu/genchem/lab/
equipment/buret/index.html (diaksespada 1 Maret 2016)
Dartmouth College. 2000.
Teknik Penggunaan Buret. (online).
www.dartmouth.edu/~chemlab/techniques/buret.html (diakses pada 1 Maret
2016)

Anda mungkin juga menyukai