PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah pertumbuhan penduduk dunia dan Indonesia nampaknya sukar untuk
diketahui secara tepat kapan munculnya makhluk yang disebut homo sapiens (manusia)
di dunia ini. Para Ahli memperkirakan pada sekitar 35.000 tahun yang lalu. Waktunya
mungkin tidak dipermasalahkan akan tetapi yang jelas angka pertambahan
pendudukanya sangat lambat. Pada tahun 1 sesudah masehi, penduduk dunia
diperkirakan berjumlah 250 juta. Jadi membutuhkan waktu 35.000 tahun untuk mencapai
jumlah penduduk 250 juta orang.
Pada tahun 1650, penduduk dunia diperkirakan berjumlah 500 juta. jadi diperlukan
waktu sekitar 1650 tahun menjadikan penduduk dunia dua kali lipat. Pada tahun 1850
penduduk dunia menjadi 1 milyar (1.000.000.000) jumlahnya. Dan masih diperlukan
waktu sekitar 200 tahun untuk menjadikan penduduk dua kali lipat dari jumlah
sebelumnya. Pada tahun 1930 penduduk dunia diperkirakan mencapai 2 milyar. Dengan
demikian hanya diperlukan waktu kurang dari 100 tahun untuk menjadi penduduk dunia
dua kali lipat sebelumnya. Pada Tahun 1976 penduduk dunia telah mencapai sekitar 4
milyar. Jadi hanya diperlukan sekitar 36 tahun saja untuk melipat gandakan penduduk
dunia dari jumlah sebelumnya Pada tahun 1985 penduduk dunia sudah mencapai 4,845
milyar jiwa. Dalam tempo hanya 9 tahun saja pertambahan penduduknya mencapai 845
juta. Istilah population explotion menggambarkan betapa hebatnya angka pertumbuhan
penduduk dunia dewasa ini sehingga sebuah ledakan bom yang dahsyat.
Teori tentang pertumbuhan penduduk meskipun masalah kependudukan telah lama
diperbincangkan di kalangan masyarakat, namun baru di sekitar abad ke 18 banyak di
antaranya yang mulai menganalisis masalah kependudukan secara sistematis. Meskipun
banyak para ahli yang menulis tentang masalah kependudukan di dunia, akan tetapi di
antara tokoh-tokoh yang dianggap pakar ilmu kependudukan klasik adalah Thomas
Malthus dan Karl Marx.
Populasi tinggi yang tidak dibarengi dengan lahan pangan dan energi yang cukup akan
mengakibatkan ketidakseimbangan antara supply dan demand yang bisa menyebabkan
harga menjadi mahal sehingga seperti yang sedang terjadi sekarang, inflasi semakin
tinggi, harga bahan makanan semakin tinggi sehingga kemiskinan pun semakin banyak.
Semakin menurunnya konsumsi masyarakat akan menyebabkan perusahaan merugi dan
mem-PHK karyawannya sebagai langkah efisiensi, sehingga semakin banyak lagi
kemiskinan.
Jadi, kita mudah saja bilang :
Kapan negara kita bisa swasembada?
Apa bisa kalau masih mau punya banyak anak?
Bagaimana dengan masa depan anak cucu kita kalau lahan sudah tidak tersedia, tanah
rusak akibat bahan kimia, air tanah tercemar dan bahkan habis sehingga tidak bisa
disedot lagi?
Bagaimana kita mau menghemat makanan dan air kalau populasi terus berkembang
secara drastis?
Populasi manusia seperti hal yang besar dan politis yang dibicarakan banyak orang.
Tetapi hal ini juga merupakan hal yang dapat dilakukan oleh setiap orang. Seperti yang
telah kita lakukan dahulu dan berhasil, kita bisa Ikut program Keluarga Berencana (KB)
atau paling tidak memiliki rencana KB sebagai komposisi keluarga yang ideal.
Dibanding disiplin ilmu lainnya Demografi masih terbilang baru, namun kenyataannya
Demografi dapat dijadikan indikator kemajuan pembangunan. Sebagai contoh, tren
penurunan angka kelahiran menunjukkan kemampuan pemerintah dan mitranya dalam
hal program pelaksanaan pengendalian penduduk yang berdampak pada peningkatan
kualitas penduduk untuk jangka panjang, sementara itu tren penurunan angka kematian
bayi yang berujung pada peningkatan usia harapan hidup menunjukkan upaya
peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Selain itu, indikator ataupun ukuran yang
dikembangkan dalam ilmu Demografi juga bermanfaat untuk mengestimasi besarnya
jumlah dan komposisi umur penduduk berguna untuk melihat kebutuhan pembangunan di
masa yang akan datang.
B. Deskripsi Singkat
Mata Diklat ini membahas Mata Diklat ini membahas Sejarah dan Pengertian Demografi,
Perbedaan Demografi dan Studi Kependudukan, Komponen-komponen Demografi,
Komposisi Penduduk, serta Kepadatan Penduduk.
C. Manfaat Modul Bagi Peserta
Manfaat modul ini bagi peserta adalah sebagai bahan ajar pengantar Demografi untuk
menambah wawasan dan pemahaman tentang ilmu Demografi. Khususnya sebagai
pegawai BKKBN dapat lebih peka terhadap istilah-istilah dan konsep kependudukan
untuk menjalankan program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Peserta mampu menguraikan kaidah-kaidah Demografi dengan baik dan benar
2. Indikator Keberhasilan
Peserta dapat:
a. Menyebutkan pengertian Demografi secara tepat
b. Membedakan Demografi dan studi kependudukan dengan benar
c. Menguraikan komponen-komponen Demografi dengan benar
d. Menginterpretasi komposisi penduduk dengan tepat
e. Mendeskripsikan kepadatan penduduk dengan tepat
BAB II
SEJARAH DAN PENGERTIAN DEMOGRAFI
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat
A. Sejarah Demografi
Dalam catatan sejarah, hal-hal yang dilakukan untuk pencatatan statistik kependudukan
sudah dikerjakan sejak berabad-abad yang lalu, meskipun masih dilakukan dalam ruang
lingkup yang kecil dan digunakan secara terbatas. John Graunt (1620-1674), seorang
warga negara Inggris, dikenal sebagai pelopor dalam bidang pencatatan statistik
penduduk. Bukunya yang berjudul Natural and Political Observations Mentioned in a
Following Index and Made Upon the Bills of Mortality (Graunt, 1662 dalam Iskandar,
1994) sebagian besar berisi analisis mortalitas dan selebihnya mengenai fertilitas,
migrasi, perumahan, data keluarga, perbedaan antara kota dan negara, dan jumlah
penduduk laki-laki yang berada pada kelompok umur militer. Data yang digunakan
dalam analisis kematian dan kelahiran tersebut bersumber dari catatan kematian (The
Bills of Mortality) yang diterbitkan secara berkala oleh petugas gereja setiap minggu.
Dari hasil penelitiannya itu, Graunt mencetuskan "hukum-hukum" pertumbuhan
penduduk.
Graunt menyarankan agar penelitian yang menyangkut penduduk lebih menekankan
aspek komposisi penduduk menurut jenis kelamin, negara, umur, agama, dan
sebagainya. Keistimewaan dari pendekatan yang dipergunakan oleh Graunt adalah
kehati-hatiannya dan kekritisannya dalam pengumpulan data. Apabila informasi yang
ada dirasakan terlalu sedikit, maka Graunt mengambil sampel untuk melakukan
estimasi. Ia melakukan penelitian empiris terhadap jumlah dan perkembangan
penduduk London pada masa itu.
Dari usaha Graunt dalam bidang kependudukan yang mencakup topik-topik yang
menarik, dapat dikatakan bahwa ilmu demografi lahir pada zamannya. Oleh karena itu,
Graunt dikenal pula sebagai Bapak Demografi. Dalam studinya, Graunt memperoleh
banyak dorongan dari William Petty, seorang ahli statistik. Karya Petty, Political
Arithmetic (1690), berpengaruh besar terhadap perkembangan demografi. William Petty
(1623-1687) yang hidup sezaman dengan Graunt menganjurkan berdirinya Central
Statistical Office (Biro Pusat Statistik). Selain itu, usaha memanfaatkan data statistik
penduduk dilakukan pula oleh Edmund Halley (1656-1742), seorang astronom, dengan
menyusun tabel kematian (life table) modern yang pertama di kota Breslau pada tahun
1687-1691.
Setelah era Graunt, perhatian publik terhadap masalah kependudukan, baik mengenai
pencatatan statistik maupun pertumbuhannya terus meningkat. Dalam sejarah
4
perkembangan ilmu demografi, timbul masalah mengenai pembagian cabang ilmu ini.
Awalnya, para pengamat berpendapat bahwa demografi lebih terfokus pada
penyusunan statistik penduduk dan analisisnya. Pendapat ini memang dapat dimengerti
karena pelopor-pelopor ilmu demografi, seperti Sussmilch dan Guillard menganggap
demografi sebagai bio-social book-keeping, yang artinya kelahiran sebagai faktor
penambah jumlah penduduk, sedangkan kematian sebagai faktor pengurang jumlah
penduduk. Kemudian, beberapa pengamat membedakan masalah penduduk menjadi
dua, yaitu yang bersifat kuantitatif yang membahas tentang jumlah, persebaran, serta
komposisi penduduk, dan yang bersifat kualitatif yang membahas masalah penduduk
dari segi genetis dan biologis. Gagasan ini kurang mendapat dukungan karena ternyata
keduanya mengandung unsur kualitatif dan kuantitatif.
B. Pengertian Demografi
Demografi berasal dari kata Yunani demos penduduk dan Grafien tulisan atau dapat
diartikan tulisan tentang kependudukan atau Demografi dapat diartikan tulisan atau
karangan mengenai rakyat atau penduduk.
Ilmu yang mempelajari tentang masalah kependudukan adalah Demografi, istilah
Demografi pertama sekali ditemukan oleh Achille Guillard.
John Graunt adalah seorang pedagang di London yang menganalisis data kalahiran
dan kematian, migrasi dan perkawinan yang berkaitan dalam proses pertumbuhan
penduduk. Sehinnga John Graunt dianggap sebagai bapak Demografi.
Beberapa definisi Demografi;
Kajian kependudukan secara statistika dan matematika menyangkut perubahan
penduduk, besar/jumlah, komposisi dan distribusi penduduk melalui 5 komponen
demografi yakni fertillitas, mortalitas, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial (Bogue,
1976).
Barcley (1981) lebih menekankan pada kajian tentang perilaku penduduk secara
keseluruhan bukan pada perorangan dengan fokus kajian pada statistika dan
matematika (Pure Demografi).
Houser and Duncan, lebih menitikberatkan pada dampak yang ditimbulkan oleh
perubahan-perubahan penduduk (akses dari persebaran dan komposisi).
Dari beberapa definisi di atas dapt disimpulkan bahwa Demografi adalah ilmu yang
mempelajari secara statistik tentang kependudukan meliputi; fertillitas, mortalitas,
perkawinan, migrasi, mobilitas sosial dan perubahan dampak lingkungan dan sosial.
C. Teori-teori kependudukan
Teori-teori tentang hubungan antara manusia atau penduduk dengan masalah-masalah
lain telah banyak dibahas oleh beberapa ahli, seperti oleh ahli ekonomi, agama, sosial,
politik, dan pertahanan. Sekitar 500 tahun sebelum Masehi (SM), Konfusius, seorang
filsuf Cina, membahas hubungan antara jumlah penduduk dan tingkat kesejahteraan
Sejarah demografi menunjukkan bahwa manusia telah melakukan pilihan yang rasional
terhadap jumlah dan besarnya keluarga sejalan dengan semakin majunya
pembangunan ekonomi. Sebagai contoh, Indonesia telah dapat mencapai pertumbuhan
penduduknya sebesar 1,34% pada periode 1990-2000. Hal ini menunjukkan adanya
penurunan laju pertumbuhan penduduk dari 2,32% pada periode 1971-1980 menjadi
1,97% pada periode 1980-1990.
D. Rangkuman
Jhon Graunt dijuluki sebagai bapak Demografi karena jasa-jasanya dalam melakukan
penelitian dan pengumpulan data-data kependudukan. Data-data kependudukan dalam
bentuk statistik berupa data fertilitas, perumahan dan migrasi.
Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik mengenai
fertiltas, mortalitas, migrasi, perkawinan dan mobilitas sosial. Teori yang paling
berpengaruh dalam melandasi ilmu kependudukan adalah teori Robert Malthus yang
menurutnya pertumbuhan manusia mengikuti deret hitung, sedangkan pertumbuhan
bahan pangan menurut deret ukur.
E. Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
BAB III
PERBEDAAN DEMOGRAFI DAN STUDI KEPENDUDUKAN
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat membedakan demografi dan studi
kependudukan dengan benar
Studi Kependudukan
(Tipe I)
Variabel Demografi
-Migrasi keluar
Studi Kependudukan
(Tipe 2)
10
3. Proporsi
Persentase perbandingan antara suatu kelompok penduduk tertentu dengan
jumlah keseluruhan
Angka yang menunjukkan hubungan sub populasi dengan keseluruhan populasi
yang sama
Contoh: Jumlah penduduk miskin dibanding total penduduk
4. Rate/Angka
Ukuran yang menunjukkan terjadinya suatu kejadian demografis (kelahiran,
kematian, migrasi) selama periode tertentu.
merupakan hasil pembagian antara jumlah kejadian yang terjadi selama periode
tertentu dengan jumlah penduduk yang mempunyai risiko mengalami kejadian
tersebut pada periode yang sama.
Pembilang merupakan bagian dari penyebut
Penyebut disebut juga sebagai person-years lived exposed to risk. Jumlah
orang yang mempunyai risiko mengalami suatu kejadian demografi (kematian,
melahirkan, dan migrasi). Karena sulit untuk mendapat data yang akurat, tahun
orang hidup diperkirakan dengan menggunakan asumsi bahwa jumlah kelahiran/
kematian/pindah adalah sama sebelum dan sesudah pertengahan dari suatu
periode, atau sama dengan jumlah penduduk tengah periode, yaitu rata-rata dari
penduduk awal tahun dan akhir tahun disebut juga mid-year population
5. Ratio/Rasio
Ukuran yang merupakan hasil perbandingan antara dua angka yang berbeda
Pembilang bukan bagian dari penyebut (tidak ada kaitan)
Contoh:
Rasio jenis kelamin = jumlah penduduk laki-laki
jumlah penduduk perempuan
E. Rangkuman
Perbedaan Demografi dan studi kependudukan terletak pada aspek yang dikaji. Kalau
Demografi menekankan pada aspek matematis dan statistik mengenai kependudukan
sedangkan studi kependudukan lebih kepada dampak-dampak yang terjadi akibat
komponen-komponen Demografi. Studi kependudukan mempelajari secara sistematis
perkembangan, fenomena dan masalah-masalah penduduk dalam kaitannya dengan
situasi sosial di sekitarnya.
Tujuan dan kegunaan ilmu demografi sangat berguna dalam bidang perencanaan
pembangunan.
Analisis Demografi adalah data penduduk dari sejak dilahirkan sampai meninggal dunia.
Ukuran-ukuran Demografi mencakup bilangan absolut, prevalensi, proporsi, rate/angka
dan ratio/rasio.
F. Latihan
Diskusikan dengan teman-teman anda bagaimana perbedaan demografi dan studi
kependudukan!
11
BAB IV
KOMPONEN-KOMPONEN DEMOGRAFI
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menguraikan komponen-komponen
Demografi dengan benar
A. Fertilitas (Kelahiran)
Fertilitas dalam pengertian Demografi adalah kemampuan seorang wanita secara riil
untuk melahirkan yang diwujudkan dalam jumlah bayi yang senyatanya dilahirkan. Tinggi
rendahnya kelahiran erat hubungannya dan tergantung pada struktur umur, banyaknya
kelahiran, banyaknya perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi, aborsi, tingkat
pendidikan, status pekerjaan, serta pembangunan.
Beberapa fertilitas yang sering digunakan adalah :
1. Age Specific Fertility Rate (ASFR)
a. Definisi
Angka Kelahiran Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR) adalah angka
yang menunjukkan banyaknya kelahiran per 1000 perempuan pada kelompok
umur tertentu antara 15-49 tahun.
b. Kegunaan
ASFR merupakan indikator kelahiran yang memperhitungkan perbedaan fertilitas
dari perempuan yang terpapar untuk melahirkan yaitu perempuan usia subur
dengan memperhatikan karakteristik kelompok umurnya. Secara alamiah potensi
(fekunditas) perempuan untuk melahirkan berbeda menurut umur, dan menjadi
steril setelah menopause atau usia 49 tahun. Secara sosial ada kecenderungan
bahwa saat ini perempuan ingin membatasi jumlah anak setelah umur 35 tahun.
Pengetahuan mengenai ASFR akan berguna untuk pelaksanaan program KB
dan peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Indikator ASFR merupakan data dasar untuk mengembangkan proyeksi
penduduk, untuk mengetahui jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin
dimasa yang akan datang. Hasil proyeksi penduduk merupakan basis data untuk
perencanaan pembangunan manusia di tahun-tahun mendatang.
c. Cara Menghitung
Membagi jumlah kelahiran yang terjadi pada perempuan pada kelompok umur
tertentu (i), dengan jumlah perempuan kelompok umur tersebut kemudian
dikalikan dengan konstanta k (1000).
12
Rumus:
dimana
ASFRi = Age Specific Fertility Rate untuk perempuan pada kelompok umur i,
i = 1 untuk umur 15-19 tahun, yakni:
i = 2 untuk umur 20-24 tahun,
i = 3 untuk umur 25-29 tahun,
i = 4 untuk umur 30-34 tahun,
i = 5 untuk umur 35-9 tahun,
i = 6 untuk umur 40-44 tahun,
i = 7 untuk umur 45-49 tahun.
Bi = Jumlah kelahiran dari perempuan pada kelompok umur i.
Pif = Jumlah penduduk perempuan pada kelompok umur i.
d. Data yang Diperlukan
Untuk dapat melakukan perhitungan ASFR, data yang diperlukan adalah data
tentang banyaknya bayi yang lahir dari ibu menurut umur tertentu misalnya Ibu
usia 20-24 tahun pada suatu daerah dan suatu tahun tertentu dan banyaknya Ibu
pada umur tersebut (20-24 tahun) pada daerah dan tahun yang sama.
1) Sumber Data
a) Perhitungan Secara Langsung (direct method)
Selama ini perhitungan secara langsung untuk ASFR dilakukan dengan
menggunakan data riwayat kelahiran yang dikumpulkan dari Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). SDKI yang terakhir
dilaksanakan tahun 2002/3. Sayangnya, jumlah sampel SDKI tidak
memungkinkan kita menghitung ASFR untuk tingkat kabupaten dan kota.
Sehingga ASFR di tingkat kabupaten atau kota dihitung secara tidak
langsung dari Susenas yang dilaksanakan tiap-tiap tahun.
b) Perhitungan tidak langsung (indirect method)
Selama ini hasil perhitungan ASFR dan TFR yang dipublikasikan secara
luas oleh BPS adalah hasil perhitungan secara tidak langsung yang
dilakukan dari data Sensus Penduduk dengan menggunakan program
EastWestPop berdasarkan metode anak kandung atau anak-anak yang
tercatat dari daftar anggota rumah tangga.
Selain itu, ASFR juga dapat diperkirakan dari data Susenas pada
pertanyaan 3 dalam kuesioner pokok pada Seksi II Keterangan Rumah
tangga. Jumlah kelahiran hidup dan ASFR dapat diestimasi
menggunakan piranti lunak mortpack-lite. Untuk memperoleh data ASFR
dan jumlah kelahiran yang akurat, diperlukan penggabungan informasi
dari beberapa Susenas yang digabung dan hasilnya dirata-ratakan.
13
Contoh
Pada Tabel 2 disajikan contoh perhitungan Angka Kelahiran Menurut
Umur (ASFR) untuk Indonesia berdasarkan data Susenas 1999 dan
2004.
Tabel 2. Jumlah Perempuan, Jumlah Kelahiran, dan Angka Kelahiran
Menurut Kelompok Umur (ASFR), Indonesia, Susenas 1999 dan 2004.
Angka Kelahiran
Jumlah
Jumlah
Menurut Umur
Kelompok
perempuan*
kelahiran*
(ASFR)
Umur
(2)
(3)
(4) = [(3) : (2)] x 1000
(1)
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
9.794.093
381.970
39
10.110.367
1.364.900
135
9.601.442
1.324.999
138
9.132.513
913.251
100
8.587.142
352.073
41
7.459.538
89.514
12
5.870.372
29.352
* ) Angka ini merupakan angka rata-rata untuk tahun 1999 dan 2004.
Intepretasi
Dari Tabel 1 terlihat bahwa pola ASFR mengikuti huruf U terbalik, rendah
pada kelompok umur 15-19 tahun dan umur 40-49 tahun, dan tinggi pada
perempuan kelompok umur 20-34 tahun, dengan puncaknya pada
perempuan kelompok umur 25-29 tahun, yaitu sebesar 138. Hal ini berarti
dari 1000 perempuan yang berusia antara 25-29 tahun terdapat 138
kelahiran hidup pada tahun 1999 dan 2004.
Puncak ASFR yang terletak pada kelompok umur 25-29 tahun dapat
mengindikasikan bahwa kelahiran pada tahun 1999 dan 2004 paling
banyak dikontribusi oleh perempuan pada kelompok umur 25-29 tahun.
Hal ini juga dapat berarti bahwa anjuran pemerintah untuk "tidak
melahirkan pada usia yang terlalu muda" sudah mencapai sasaran secara
nasional. Fenomena ini bisa juga dikaitkan lebih jauh dengan suksesnya
program wajib belajar sembilan tahun yang menyebabkan semakin
banyaknya perempuan muda yang bersekolah lebih tinggi, dan semakin
terbukanya kesempatan bagi perempuan di pasar kerja. Pada akhirnya,
hal ini akan membuat banyak perempuan menunda untuk menikah dan
melahirkan karena pada umumnya mereka yang menikah dan melahirkan
pada usia muda secara fisik dan emosional sebetulnya belum matang
2) Keterbatasan
Sering terjadi kesalahan pelaporan umur Ibu, maupun jumlah anak lahir
hidup. Umumnya terjadi kekurangan pelaporan pada bayi-bayi yang lahir
hidup kemudian meninggal pada waktu masih bayi. Ini umumnya terjadi di
kalangan perempuan yang berpendidikan rendah dan tinggal di wilayah
perdesaan. Hal ini dapat mengurangi tingkat akurasi estimasi ASFR.
14
dimana:
TFR = Total Fertility Rate
ASFRi = ASFR kelompok umur i.
i
= Kelompok umur, yaitu 15-19, 20-24,...,45-49.
Contoh :
Perhitungan TFR berdasarkan data pada Tabel 2 tentang ASFR menghasilkan
TFR 2,35, dari perhitungan sbb:
TFR = 5 x (39 + 135 + 138 + 100 + 41 + 12 + 5) = 2,35.
Intepretasi
TFR sebesar 2,35 berarti bahwa secara rata-rata wanita Indonesia mempunyai 2
atau 3 anak selama masa usia suburnya (usia 15-49 tahun).
15
Propinsi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
(1)
NANGGROE ACEH DARUSSALAM
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
BENGKULU
LAMPUNG
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
D I YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
BANTEN
BALI
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGGARA
GORONTALO
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA
2000-2005
(2002)
(2)
1.19
1.28
1.22
1.19
1.16
1.15
1.11
1.18
108.00
0.74
1.06
1.06
0.68
0.78
1.15
0.89
1.18
1.38
1.24
1.12
1.01
1.10
0.94
1.10
1.08
1.33
1.08
1.34
1.31
1.31
16
2005-2010
(2007)
(3)
1.10
1.18
1.14
1.11
1.09
1.06
1.03
1.09
102.00
0.73
1.02
1.02
0.66
0.77
1.09
0.89
1.10
1.25
1.14
1.05
0.99
1.05
0.91
1.05
1.04
1.21
1.04
1.25
1.23
1.20
Periode
2010-2015
(2012)
(4)
1.05
1.10
1.08
1.06
1.04
1.00
0.99
1.03
99.00
0.72
1.00
1.00
0.66
0.77
1.04
0.90
1.05
1.15
1.07
1.01
0.98
1.02
0.89
1.02
1.02
1.12
1.02
1.19
1.17
1.11
2015-2020
(2017)
(5)
1.03
1.05
1.03
1.02
1.01
0.99
0.96
1.00
97.00
0.72
0.99
0.98
0.66
0.77
1.01
0.90
1.01
1.06
1.02
0.99
0.97
1.00
0.89
1.00
1.00
1.06
1.00
1.14
1.13
1.05
2020-2025
(2022)
(6)
1.02
1.01
1.00
0.99
0.98
1.00
0.95
0.97
96.00
0.72
0.99
0.97
0.66
0.77
0.99
0.90
0.99
1.00
0.98
0.98
0.96
0.98
0.88
0.99
0.99
1.01
1.00
1.15
1.10
1.00
dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi
ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal;
adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan
umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang
diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang
terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat
dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk
pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian
bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang
berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi
angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan
kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti
tetanus.
Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta
Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta
program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak,
program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak
dibawah usia 5 tahun. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian
bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun
tertentu.
b. Cara Menghitung
Di mana:
AKB
D 0-<1th
lahir hidup
K = 1000
c. Sumber Data
Data mengenai jumlah anak yang lahir jarang tersedia dari pencatatan
registrasi kependudukan, sehingga sering dibuat perhitungan/estimasi
langsung dengan program "Mortpak 4". Program ini menghitung
berdasarkan data mengenai jumlah Anak yang Lahirkan Hidup (ALH)
18
atau
tidak
AKB
atau
Children Ever Born (CEB) dan Jumlah Anak Yang Masih Hidup (AMH) atau
Children Still Living (CSL) (catatan: lihat definisi di modul fertilitas).
d. Contoh
Dari Susenas 2004 hasil perhitungan AKB dengan Mortpak 4 adalah adalah 52
per 1000 kelahiran dengan referensi waktu Mei tahun 2002. Artinya di Indonesia
pada tahun 2002, diantara 1000 kelahiran hidup ada 52 bayi yang meninggal
sebelum usia tepat 1 tahun.
Tabel 4. AKB menurut Provinsi dan Kabupaten, tahun 2002, Sumber:
Susenas 2003 dan 2004 (BPS dan UNFPA, 2005)
Provinsi/Kabupaten
AKB Laki-laki
AKB perempuan
Sumatera Selatan
44,59
33,45
Kabupaten OKI
49,48
37,12
Kota Palembang
26,68
20,02
Jawa Barat
52,00
39,01
Kuningan
53,71
40,29
Kota Bandung
26,28
19,72
NTT
56,00
42,01
Flores Timur
53,14
39,86
19
b. Cara menghitung
Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan
per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka
fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal
per 100.000 kelahiran
Rumus
Di mana:
Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang
disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan,
pada tahun tertentu, di daerah tertentu.
Jumlah kelahiran hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun
tertentu, di daerah tertentu.
Konstanta =100.000 bayi lahir hidup.
c. Contoh
Berdasarkan data SDKI 2002 - 2003, Angka Kematian Ibu atau Maternal
Mortality Ratio(MMR) di Indonesia untuk periode tahun1998-2002, adalah
sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup.
d. Keterbatasan
AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel yang besar,
mengingat kejadian kematian ibu adalah kasus yang jarang. Oleh karena itu kita
umumnya digunakan AKI yang telah tersedia untuk keperluan pengembangan
perencanaan program.
3. Angka Harapan Hidup
a. Konsep Dasar
Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi
pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari
suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas,
meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap
pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu
mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan
penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya
Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang
masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada
suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan
masyarakatnya.
20
Angka Harapan Hidup Saat Lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani
oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu.
Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan
meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang
rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan,
dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gisi dan
kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.
b. Cara Menghitung
Idealnya Angka Harapan Hidup dihitung berdasarkan Angka Kematian Menurut
Umur (Age Specific Death Rate/ASDR) yang datanya diperoleh dari catatan
registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat Tabel
Kematian. Tetapi karena sistem registrasi penduduk di Indonesia belum berjalan
dengan baik maka untuk menghitung Angka Harapan Hidup digunakan cara tidak
langsung dengan program Mortpak Lite (software komputer).
c. Contoh
Angka Harapan Hidup yang terhitung untuk Indonesia dari Sensus Penduduk
Tahun 1971 adalah 47,7 tahun. Artinya bayi-bayi yang dilahirkan menjelang
tahun 1971 (periode 1967-1969) akan dapat hidup sampai 47 atau 48 tahun.
Tetapi bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1980 mempunyai usia harapan
hidup lebih panjang yakni 52,2 tahun, meningkat lagi menjadi 59,8 tahun untuk
bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1990, dan bagi bayi yang dilahirkan tahun
2000 usia harapan hidupnya mencapai 65,5 tahun. Peningkatan Angka Harapan
Hidup ini menunjukkan adanya peningkatan kehidupan dan kesejahteraan
bangsa Indonesia selama tiga puluh tahun terkahir dari tahun 1970-an sampai
tahun 2000.
Tabel 4. Angka Harapan Hidup Saat Lahir Menurut Beberapa Provinsi dan
Kabupaten/Kota, yang dihitung dari data Susenas 2004 memakai
program Mortpak 4
Propinsi/Kabupaten
Angka Harapan
Angka Harapan
Hidup Laki-laki
Hidup Perempuan
Sumatera Selatan
65,5
69,5
Kab. OKI
64,4
68,5
Kota Palembang
69,9
73,5
Jawa Barat
63,8
68,0
Kab. Kuningan
63,4
67,7
Kota Bandung
70,0
73,6
NTT
62,9
67,2
Kab. Flores Timur
63,5
67,8
21
22
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu
tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas
politik/negara (migrasi internasional). Dengan kata lain, migrasi diartikan sebagai
perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke daerah (negara)
lain.
2. Jenis-jenis Migrasi
Jenis migrasi adalah pengelompokan migrasi berdasarkan dua dimensi penting
dalam analisis migrasi, yaitu dimensi ruang/daerah (spasial) dan dimensi waktu.
Adapun Jenis-jenis Migrasi sebagai berikut :
a. Dimensi Ruang
1) Migrasi internasional adalah perpindahan penduduk dari suatu negara ke
negara lain. Migrasi internasional merupakan jenis migrasi yang memuat
dimensi ruang.
2) Migrasi internal adalah perpindahan penduduk yang terjadi dalam satu
negara, misalnya antarpropinsi, antarkota/kabupaten, migrasi dari wilayah
perdesaan ke wilayah perkotaan atau satuan administratif lainnya yang lebih
rendah daripada tingkat kabupaten/kota, seperti kecamatan dan kelurahan/
desa. Migrasi internal merupakan jenis migrasi yang memuat dimensi ruang.
b. Migran menurut dimensi waktu adalah orang yang berpindah ke tempat lain
dengan tujuan untuk menetap dalam waktu enam bulan atau lebih.
1) Migran sirkuler (migrasi musiman) adalah orang yang berpindah tempat tetapi
tidak bermaksud menetap di tempat tujuan. Migran sikuler biasanya adalah
orang yang masih mempunyai keluarga atau ikatan dengan tempat asalnya
seperti tukang becak, kuli bangunan, dan pengusaha warung tegal, yang
sehari-harinya mencari nafkah di kota dan pulang ke kampungnya setiap
bulan atau beberapa bulan sekali.
2) Migran ulang-alik (commuter) adalah orang yang pergi meninggalkan tempat
tinggalnya secara teratur, (misal setiap hari atau setiap minggu), pergi ke
tempat lain untuk bekerja, berdagang, sekolah, atau untuk kegiatan-kegiatan
lainnya, dan pulang ke tempat asalnya secara teratur pula (misal pada sore
atau malam hari atau pada akhir minggu). Migran ulang-alik biasanya
menyebabkan jumlah penduduk di tempat tujuan lebih banyak pada waktu
tertentu, misalnya pada siang hari.
3. Kriteria Migran
Ada tiga kriteria migran: seumur hidup, risen, dan total.
a. Migran seumur hidup (life time migrant) adalah orang yang tempat tinggalnya
pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempa tinggalnya pada waktu
lahir.
23
b. Migran risen (recent migrant) adalah orang tempat tinggalnya pada saat
pengumpulan data berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu lima tahun
sebelumnya.
c. Migran total (total migrant) adalah orang yang pernah bertempat tinggal di tempat
yang berbeda dengan tempat tinggal pada waktu pengumpulan data.
Kriteria migrasi yang digunakan dalam modul ini adalah migrasi risen (recent
migration), karena lebih mencerminkan dinamika spasial penduduk antardaerah
daripada migrasi seumur hidup (life time migration) yang relatif statis. Sedangkan
migrasi total tidak dibahas karena definisinya tidak memasukkan batasan waktu
antara tempat tinggal sekarang (waktu pencacahan) dan tempat tinggal terakhir
sebelum tempat tinggal sekarang. Akan tetapi migrasi total biasa dipakai untuk
menghitung migrasi kembali (return migration).
Untuk perhitungan angka migrasi, penduduk terpapar yang dihitung adalah
penduduk usia lima tahun atau lebih. Dalam perhitungan angka migrasi menurut
kelompok umur, penduduk usia 0-4 tahun datanya tidak tersedia karena kelompok
penduduk ini merupakan kelompok penduduk yang lahir pada periode antar dua
survei/sensus. Untuk mengatasi hal ini, khusus untuk penduduk kelompok umur 0-4
tahun, digunakan data migrasi seumur hidup untuk penduduk berusia 0-4 tahun.
4. Faktor Pendorong dan Penarik Migrasi
Pada dasarnya ada dua pengelompokan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull
factor).
a. Faktor-faktor pendorong (push factor) antara lain adalah:
1) Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya daya
dukung lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu
yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu,
atau bahan dari pertanian.
2) Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah untuk
pertanian di wilayah perdesaan yang makin menyempit).
3) Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama, dan suku, sehingga
mengganggu hak asasi penduduk di daerah asal.
4) Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan.
5) Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim
kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.
b. Faktor-faktor penarik (pull factor) antara lain adalah:
1) Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf
hidup.
2) Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
3) Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya
iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya.
24
25
Di mana:
%Migru
= Persentase migrasi dari perdesaan ke perkotaan
Migru
= Jumlah migran dari perdesaan ke perkotaan
Miguu
= Jumlah migran dari perkotaan ke perkotaan
e. Contoh
Menurut data SUPAS 1995, migran masuk ke DKI Jakarta yang berasal dari
perdesaan adalah 236.608 orang. Jumlah migran yang berasal dari daerah
perkotaan sebesar 357.934 orang. Maka persentase migran masuk ke DKI
Jakarta yang berasal dari perdesaan adalah: 66 persen. Migran dari perdesaan
ke perkotaan sering membawa masalah, terutama permasalahan tempat tinggal,
26
Interpretasi
Perhitungan di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar migran yang masuk
ke DKI Jakarta selama kurun waktu 1990-1995 kebanyakan berasal dari
perdesaan, yaitu 236.608 orang dari semua migran yang datang ke
Jakarta atau 66 persen dari semua migran yang ada di DKI Jakarta selama
kurun waktu tersebut.
6. Migrasi Internasional
a. Definisi
Migrasi internasional adalah migrasi yang melewati batas politik antar negara.
Batas politik ini sangat dinamis tergantung kepada konstelasi politik global yang
ada.
Contoh : Orang yang pergi ke Timor Leste pada saat ini dikatakan sebagai
migran internasional. Padahal ketika Timor Leste masih menjadi bagian dari
Indonesia, pelaku mobilitas tersebut tidak dikatakan sebagai migrant
internasional, melainkan migran internal. Seperti juga pada definisi migran
internal, seseorang dikatakan migran internasional jika ia tinggal di negara tujuan
selama 6 bulan atau lebih atau berniat tinggal 6 bulan atau lebih.
b. Sumber Data
Secara umum data mengenai migrasi internasional tidak selalu tersedia.
Biasanya yang tersedia adalah data pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar
negeri dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans). Data
ini pun belum mencerminkan jumlah pelaku migrasi internasional yang
sesungguhnya mengingat tidak semua pelaku migrasi internasional bertujuan
untuk bekerja atau melaporkan diri. Banyak di antara mereka yang sekolah, ikut
keluarga, bahkan yang bekerja menjadi tenaga ahli pun tidak selalu terdapat
data yang jelas.
c. Contoh
Data penempatan tenaga kerja Indonesia dari Depnakertrans memperlihatkan
bahwa jumlah pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri cenderung
berfluktuasi sejak tahun 2001 hingga tahun 2004. Sebagian besar dari mereka
umumnya pergi menuju Saudi Arabia dan Malaysia. Yang lainnya pergi ke
Kuwait, Singapura, Korea, Taiwan, Hongkong, dan Yordan. Data juga
memperlihatkan mereka yang pergi ke luar negeri ini lebih besar sebagai pekerja
migran
informal
(tidak
terdokumentasikan)
daripada
yang
formal
(terdokumentasikan).
27
60,982
530,012
87,901
20,606
155,924
327,312
36,038
1,001,103
na
1,791,635
371,448
253,477
99,782
273,228
na
22,010
33,575
10,218
20,805
50,078
66,119
39,548
48,668
50,937
66,984
25,906
na
42,228
na
33,513
Migrasi Masuk
In Migration
1980
1990
143,365
547,715
131,438
343,024
293,245
608,497
121,274
1,782,703
na
2,565,158
963,870
336,611
175,789
433,451
na
63,365
51,493
38,735
104,856
140,042
142,619
292,028
88,266
184,526
108,038
104,793
na
124,894
na
93,030
193,285
452,918
216,014
681,627
470,848
932,032
251,232
1,726,969
na
3,141,214
2,391,890
509,401
264,842
564,401
na
122,899
67,023
46,310
196,876
240,374
272,797
600,201
87,715
286,142
219,666
236,848
na
184,892
na
261,308
2000
100,166
447,897
245,000
1,534,849
566,153
987,157
355,048
1,485,218
94,334
3,541,972
3,271,882
708,308
385,117
781,590
1,758,408
221,722
107,605
106,053
269,722
423,014
360,324
856,251
147,091
369,634
273,875
366,817
26,888
75,540
60,834
332,015
Upaya Pencegahan:
Pertumbuhan penduduk di perkotaan periode 1971-1980 jauh lebih pesat
dibandingkan dengan periode 1980-1990, hal ini disebabkan periode 1971-1980
pertumbuhan ekonomi masih terpusat didaerah perkotaan, sehingga penduduk
banyak pindah ke perkotaan untuk memperoleh penghidupan yang lebih layak.
Pada periode 1980-1990 pemeratan pembangunan mulai terasa sampai ke
daerah pedesaan. Keadaan ini memungkinkan penduduk tidak lagi membangun
daerah perkotaan, akan tetapi cendrung menciptakan lapangan pekerjaan sendiri
di pedesaan. (BPS 1994: 18).
Sejalan dengan arah pembangunan yang diharapkan persentase penduduk
perkotaan cendrung meningkat. Proyeksi yang diharapkan ada peningkatan dari
31,10 persen tahun 1990 menjadi 41,46 % pada tahun 2000. Menurut Prigno
Tjiptoheriyanto upaya mempercepat proses pengembangan suatu daerah
pedesaan menjadi daerah perkotaan yang disesuaikan dengan harapan dan
kemampuan masyarakat setempat. Untuk itu diperlukan upaya peningkatan
jumlah penduduk yang berminat tetap tinggal di desa. Yang perlu diusahakan
perubahan status desa itu sendiri, dari desa "desa rural" menjadi "desa urban".
Dengan demikian otomatis penduduk yang tinggal didaerahnya menjadi "orang
kota" dalam arti statistik (Surabaya Post, 23 September 19996). Guna menekan
derasnya arus penduduk dari desa ke kota, maka pola pembangunan yang
beroreantasi pedesaan perlu digalakan dengan memasukan fasilitas perkotaan
kepedesaan, sehingga merangsang kegiatan ekonomi pedesaan.
( 2003 Digited by USU Digital Library 6)
D. Rangkuman
Fertilitas adalah bayi yang senyatanya dilahirkan hidup. Ukuran yang dilakukan dalam
mengatahui fertilitas adalah Age Specific Fertility Rate, Total Fertility Rate, Net
Reproduction Rate dan Replacement Level.
Mortalitas adalah menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yg
dapat terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Ada 3 indikator yang diukur dalam
mortalitas yaitu angka kematian bayi, angka kematian ibu dan angka harapan hidup.
Migrasi adalah perpindahan penduduk yang secara relatif permanen dari satu dareah ke
daerah lain. Faktor utama terjadinya migrasi karena ketidakmerataan ekonomi dan
pembangunan antar satu daerah dan daerah lain.
E. Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
29
BAB V
KOMPOSISI PENDUDUK
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menginterpretasi komposisi
A. Konsep dasar
Komposisi penduduk merupakan sebuah mata statistik dari statistik kependudukan yang
membagi dan membahas masalah kependudukan dari segi umur dan jenis kelamin.
Komposisi menurut umur dan jenis kelamin ini sangat penting bagi pemerintah sebuah
negara untuk menentukan kebijakan kependudukan mereka untuk beberapa tahun ke
depan. Komposisi menurut umur biasanya dijabarkan dalam kelompok-kelompok umur 5
tahun, sedangkan menurut jenis kelamin adalah laki-laki dan perempuan.
B. Piramida Penduduk
1. Pengertian
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat digambarkan
dalam bentuk piramida penduduk. Piramida penduduk adalah cara penyajian lain
dari struktur umur penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan jumlah
penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan
banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan menurut umur.
2. Kegunaan
Dengan melihat proporsi penduduk laki-laki dan perempuan dalam tiap kelompok
umur pada piramida tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai sejarah
perkembangan penduduk masa lalu dan mengenai perkembangan penduduk masa
yang akan datang. Struktur umur penduduk saat ini merupakan hasil kelahiran,
kematian dan migrasi masa lalu. Sebaliknya, struktur umur penduduk saat ini akan
menentukan perkembangan penduduk di masa yang akan datang.
Indonesia telah mengalami perubahan bentuk piramida yang disebabkan oleh
penurunan kelahiran dan penurunan kematian bayi beberapa dekade yang lalu.
Dalam hal ini dapat diidentifikasi 3 macam bentuk piramida penduduk secara umum,
yaitu:
a. Piramida penduduk yang mempunyai dasar lebar menunjukkan terjadinya
kelahiran yang tinggi diwaktu-waktu yang lalu.
30
5. Interpretasi
Gambar piramida penduduk Indonesia tahun 2000 sebagaimana tertera di atas
menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berada pada kelompok umur di bawah 9
tahun sudah mulai berkurang karena penurunan jumlah kelahiran selama 10 tahun
yang lalu. Kecuali usia 10-14 tahun, jumlah penduduk diatas 9 tahun menunjukkan
31
Sumber Source : SPAN (Sensus penduduk Aceh dan Nias), SUPAS (Survai Penduduk Antar Sensus) 2005
Dari data statistik diperoleh bahwa usia 5-9 tahun menempati jumlah terbanyak
sebesar 22,109,704 jiwa, dan selanjutnyya usia 10-14 sebesar 21,852,247 jiwa.
Pada usia tersebut belum produktif masih tergantung pada orang-orang lain terutama
keluarga.
Masalah-masalah yang dapat timbul akibat keadaan demikian adalah:
a. Aspek ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga
Banyaknya beban tanggungan yang harus dipenuhi biaya hidupnya oleh
sejumlah manusia produktif yang lebih sedikit akan mengurangi pemenuhan
kebutuhan ekonomi dan hayat hidup.
b. Aspek pemenuhan gizi
Kemampuan ekonomi yang kurang dapat pula berakibat pada pemenuhan
makanan yang dibutuhkan baik jumlah makanan (kuantitatif) sehingga dampak
lebih lanjut adalah adanya rawan atau kurang gizi (malnutrition). Pada gilirannya
nanti bila kekurangan gizi terutama pada usia muda (0-5 tahun). Akan
mengganggu perkembangan otak bahkan dapat terbelakang mental (retardation).
Ini berarti mengurangi mutu SDM masa yang akan datang.
32
c. Aspek Pendidikan
Pendidikan memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga diperlukan dukungan
kemampuan ekonomi semua termasuk orang tua. Apabila kemampuan ekonomi
kurang mendukung maka fasilitas pendidikan juga sukar untuk dipenuhi yang
mengakibatkan pada kualitas pendidikan tersebut kurang.
d. Lapangan Kerja
Penumpukan jumlah penduduk usia muda atau produktif memerlukan persiapan
lapangan kerja masa mendatang yang lebih luas. Hal ini merupakan bom waktu
pencari kerja atau penyedia kerja. Apabila tidak dipersiapkan SDMnya dan
lapangan kerja akan berdampak lebih buruk pada semua aspek kehidupan.
Alternatif Pemecahan yang diperlukan :
1) Pengendalian angka kelahiran melalui KB
2) Peningkatan masa pendidikan.
3) Penundaaan usia perkawinan
C. Rangkuman
Komposisi penduduk adalah keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis
kelamin.
Komposisi penduduk penting untuk diketahui sebagai landasan dalam penyediaan
kebutuhan dasar penduduk, seperti pendidikan dan lapangan pekerjaan.
D. Latihan
800000.0
600000.0
400000.0
200000.0
.0
.0
200000.0
400000.0
600000.0
800000.0
95+
90-94
85-89
80-84
75-79
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
33
BAB VI
KEPADATAN PENDUDUK
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menginterpretasi komposisi
penduduk dengan tepat
A. Pertumbuhan Penduduk
1. Definisi
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah
tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Misalnya
pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun 1995 ke tahun 2000 adalah perubahan
jumlah penduduk Indonesia dari tahun 1995 sampai 2000.
2. Kegunaan
Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah
penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang. Dengan
diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar
penduduk ini, tidak hanya di bidang sosial dan ekonomi tetapi juga di bidang politik
misalnya mengenai jumlah pemilih untuk pemilu yang akan datang. Tetapi prediksi
jumlah penduduk dengan cara seperti ini belum dapat menunjukkan karakteristik
penduduk di masa yang akan datang. Untuk itu diperlukan proyeksi penduduk
menurut umur dan jenis kelamin yang membutuhkan data yang lebih rinci yakni
mengenai tren fertilitas, mortalitas dan migrasi.
3. Perhitungan
Kelahiran dan perpindahan penduduk di suatu wilayah menyebabkan bertambahnya
jumlah penduduk di wilayah yang bersangkutan. Sedangkan kematian
menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk di wilayah tersebut. Pertumbuhan
penduduk suatu wilayah atau negara dihitung dengan membandingkan jumlah
penduduk awal (misal P0) dengan jumlah penduduk dikemudian hari (misal Pt).
Tingkat pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus secara
geometrik yaitu dengan menggunakan dasar bunga-berbunga (bunga majemuk).
Dengan rumus pertumbuhan geometrik, angka pertumbuhan penduduk (rate of
growth atau r ) sama untuk setiap tahun, rumusnya:
Pt = P0 (1+r)t
Dimana
P0 adalah jumlah penduduk awal
Pt adalah jumlah penduduk t tahun kemudian
r adalah tingkat pertumbuhan penduduk
t adalah jumlah tahun dari 0 ke t.
34
= 194.700.000 * ( 1+ r) 5
= log(1+r)
=
=
=
=
log (1 + r)
1+r
1 + r
0,0111
5. Interpretasi
Angka pertumbuhan penduduk Indonesia antara tahun 1995-2000 adalah 1,11% per
tahun. Artinya setiap tahun antara 1995 dengan tahun 2000 jumlah penduduk
Indonesia bertambah sebesar 1,11 persen nya. Dengan angka pertumbuhan ini
dapat dihitung perkiraan jumlah penduduk pada tahun yang akan datang.
B. Persebaran Penduduk
1. Konsep
Persebaran penduduk atau disebut juga distribusi penduduk menurut tempat tinggal
dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu persebaran penduduk secara geografis dan
persebaran penduduk secara administratif, disamping itu ada persebaran penduduk
menurut klasifikasi tempat tinggal yakni desa dan kota. Secara geografis, penduduk
Indonesia tersebar di beberapa pulau besar dan pulau-pulau atau kepulauan. Secara
administratif (dan politis), penduduk Indonesia tersebar di 33 propinsi, yang
mempunyai lebih dari 440 kabupaten dan kota.
2. Kegunaan
Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan persebaran penduduk secara
geografis sejak dahulu hingga sekarang adalah persebaran atau distribusi penduduk
35
yang tidak merata antara Jawa dan luar Jawa. Penyebab utamanya adalah keadaan
tanah dan lingkungan yang kurang mendukung bagi kehidupan penduduk secara
layak. Ditambah lagi, dengan kebijakan pembangunan di era orde baru yang
terkonsentrasi di pulau Jawa, yang menyebabkan banyak penduduk yang tinggal di
luar pulau Jawa bermigrasi dan menetap di pulau Jawa.
Informasi tentang distribusi penduduk secara geografis dan terkonsentrasinya
penduduk di suatu tempat memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan
penduduk, yang umumnya disertai dengan kemiskinan, dengan pembangunan dan
program-program untuk mengurangi beban kepadatan penduduk atau melakukan
realokasi pembangunan di luar Jawa atau realokasi penduduk untuk bermukim di
tempat lain.
3. Indikator Persebaran Penduduk
Kepadatan penduduk berkaitan dengan daya dukung (carrying capacity) suatu
wilayah. Indikator yang umum dipakai adalah Rasio Kepadatan Penduduk (density
ratio) yaitu rasio yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk
terhadap luas wilayah atau berapa banyaknya penduduk per kilometer persegi pada
tahun tertentu.
Rumus :
4. Contoh
Indonesia pada tahun 2000 dengan luas wilayah 1.937.179 km2 mempunyai jumlah
penduduk sebanyak 205.843.300 orang. Dengan menggunakan rumus Rasio
Kepadatan Penduduk diperoleh angka pada tahun 2000 sebesar 109. Artinya, tiap
km2 wilayah Indonesia dihuni oleh 109 orang penduduk.
Bila dibandingkan dengan kepadatan penduduk menurut pulau/propinsi, kepadatan
nasional masih lebih rendah dibandingkan pulau Jawa yaitu 951 pada tahun 2000. Di
wilayah DKI terdapat kecamatan atau kelurahan dengan kepadatan penduduk diatas
15.000 orang per kilometer persegi. Wilayah padat ini tentunya memerlukan
perhatian pemerintah sehubungan dengan kelayakan dan martabat hidup
penduduknya.
36
Tabel 7
Kepadatan Penduduk per Km2 menurut Provinsi
Population Density per Km2 by Province
Provinsi
Province
00. Indonesia
1. Nanggroe Aceh Darussalam
2. Sumatera Utara
3. Sumatera Barat
4. Riau
5. Jambi
6. Sumatera Selatan
7. Bengkulu
8. Lampung
9. Kep. Bangka Belitung
10. Kepulauan Riau
11. DKI Jakarta
12. Jawa Barat
13. Jawa Tengah
14. DI Yogyakarta
15. Jawa Timur
16. Banten
17. Bali
18. Nusa Tenggara Barat
19. Nusa Tenggara Timur
20. Kalimantan Barat
21. Kalimantan Tengah
22. Kalimantan Selatan
23. Kalimantan Timur
24. Sulawesi Utara
25. Sulawesi Tengah
26. Sulawesi Selatan
27. Sulawesi Tenggara
28. Gorontalo
29. Sulawesi Barat
30. Maluku
31. Maluku Utara
32. Irian Jaya Barat
33. Papua
Tahun Year
1971
1980
62
78
36
50
93
114
56
79
17
23
22
27
33
50
24
39
83
131
na
na
na
na
7,762
9,794
467
794
640
780
785
863
532
609
na
na
381
438
109
135
48
58
14
17
5
6
45
47
4
5
90
139
13
20
71
97
26
25
na
na
na
na
15
30
na
na
na
na
2
3
1990
95
66
139
93
35
38
68
60
170
na
na
12,439
1,023
876
914
678
na
493
167
69
22
9
60
8
162
27
112
35
na
na
40
na
na
5
2000
108
76
158
99
52
45
67
74
191
56
na
12,592
1,033
959
980
726
936
559
199
83
27
12
69
11
132
35
129
48
68
na
26
25
na
6
2005
116
78
169
106
62
49
73
78
201
65
na
13,344
1,126
982
1,049
757
1,044
601
208
90
28
12
75
12
139
36
136
51
75
na
27
29
na
7
Sumber / Source : Sensus Penduduk (1971, 1980, 1990, 2000) dan Supas 2005
Dari data tersebut diperoleh bahwa penduduk terpadat terdapat di wilayah DKI
Jakarta dengan 13,344/KM2 .
5. Permasalahan yang timbul
Ketidakseimbangan kepadatan penduduk ini mengakibatkan ketidakmerataan
pembangunan baik fisik maupun non fisik yang selanjutnya mengakibatkan keinginan
untuk pindah semakin tinggi. Arus perpindahan penduduk biasanya bergerak dari
37
38
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Membahas Ilmu Demografi berarti kita membahasa masalah-masalah kependudukan.
Oleh karena itu hal-hal yang terkait dengan kependudukan dapat kita pelajari melalui
Demografi. Berangkat dari para pakar kependudukan lahirlah ilmu Demografi.
Setidaknya ada tiga komponen utama Demografi yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Komposisi penduduk juga kita pelajari dalam Demografi, ini penting untuk diketahui
sebagai landasan dalam perencanaan pembangunan.
Kepadatan penduduk yang tidak terkendali dapat berdampak pada masalah-masalah
sosial. Oleh karena itu harus dikendalikan dan diatur distribusi penduduknya tidak
terpusat pada satu daerah/pulau Jawa saja.
B. Implikasi
Dengan mempelajari ilmu demografi para pegawai BKKBN khususnya dapat lebih
memahami akan pentingnya unsur-unsur yang terkait dengan kependudukan sehingga
dalam melaksanaan tugasnya dapat memberikan arah dalam pelaksanaan program
kependudukan dan Keluarga Berencana.
C. Tindak Lanjut
1. Setelah mempelajari pengantar demografi anda disarankan untuk mendalami lebih
lanjut penguasaan materi demografi secara lebih spesifik.
2. Mengamati fenomena kependudukan yang terjadi di lingkungan sekitar danm
mengaitkan dengan ilmu demografi.
3. Memberikan masukan dalam pelaksanaan program kependudukan dan Keluarga
Berencana di unit anda bekerja.
39
DAFTAR PUSTAKA
40