Anda di halaman 1dari 18

Tugas Akhir Semester

MK. Filsafat dan Teori Administrasi Publik


Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA, Ph.D

Disusun oleh:
Nama : Eni Purwanti
Kelas : Reguler B
NIM

: 156030101111016

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG
2016

Ahok Versus DPRD Provinsi DKI Jakarta


Eni Purwanti1
1

Magister Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi,


Universitas Brawijaya
email :purwanti.eni@gmail.com

Abstrak
Makalah ini membahas hubungan legislatif dan eksekutif di Provinsi DKI Jakarta
pada saat proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
2015. Munculnya pos-pos anggaran dengan total nilai 12,1 T menjadi
permasalahan antara Ahok dan DPRD Provinsi DKI Jakarta. DPRD Provinsi DKI
Jakarta merasa pos-pos anggaran ini sah, karena dilindungi oleh payung hukum
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 pasal 55 perihal pokok pikiran
(pokir). Namun Gubernur menyebut anggaran tersebut siluman karena
dicantumkan dalam RAPBD setelah dicapai kesepakatan antara Gubernur dan
DPRD dalam rapat paripurna mengenai penetapan RAPBD Tahun 2015.
Ketidakharmonisan hubungan antara Ahok dengan DPRD Provinsi DKI Jakarta
dapat ditelaah dengan menggunakan Teori Kontrol Politik Atas Birokrasi. Dalam
Model yang dibuat oleh James H. Svara, pola hubungan Ahok Vs DPRD Provinsi
DKI Jakarta disebut dengan Mixture in Policy. Yaitu birokrasi yang sangat kuat
dan mendominasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, sehingga dapat
mengeliminasi atau menolak kontrol politik atasnya. Walaupun model ini tidak
selalu dianggap buruk, selama kepentingan publik masih dikedepankan dalam
penyelenggaraan pemerintahan, namun idealnya legislatif-eksekutif mampu
bekerja sama dalam merumuskan, menetapkan, menerapkan dan mengevaluasi
kebijakan sehingga dicapai pelayanan publik yang baik dan memuaskan.
Kata kunci: Ahok VS DPRD, Mixture in Policy, RAPBD DKI Jakarta 2015,
Strong Manager, Teori Kontrol Politik Birokrasi.

Ahok Versus DPRD Provinsi DKI Jakarta, Eni Purwanti

1. Pendahuluan
Perseteruan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama 1, atau
biasa dipanggil Ahok, dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Provinsi DKI Jakarta masih saja berlangsung. Semua ini dimulai dari pembahasan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Provinsi DKI
Jakarta Tahun 20152. Bibit perseteruan sebenarnya sudah muncul lebih lama,
yaitu sejak Ahok melakukan penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan
Tanah Abang yang memunculkan nama Wakil Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta
dari Fraksi PPP Abraham Lunggana (Haji Lulung)3. Perseteruan antara Ahok dan
Haji Lulung lambat laun juga melibatkan Fraksi PPP4. Pada akhir tahun 2014,
Gubernur dan DPRD Provinsi DKI Jakarta kembali bersitegang. Hal ini dipicu
munculnya pos-pos anggaran pokok pikiran (pokir) setelah Rancangan APBD
Tahun 2015 disepakati dalam rapat paripurna DPR. Perseteruan antara Ahok dan
DPRD Provinsi DKI Jakarta membuat pengesahan RAPBD Tahun 2015 mundur
sangat jauh dari jadwal yang ditentukan, dan bahkan tidak mencapai kesepakatan
dalam rancangannya. Sehingga Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 disahkan dengan menggunakan peraturan
gubernur dan dengan menggunakan pagu anggaran tahun 20145.
Tahun 2016, perseteruan Ahok dan DPRD Provinsi DKI Jakarta dalam
menentukan RAPBD 2016 mulai meredam6. RAPBD Tahun 2016 Provinsi DKI
Jakarta disepakati bersama antara Gubernur dan DPRD sebelum diserahkan
kepada

Kemendagri,

sehingga

tidak

mengalami

keterlambataan

seperti

Presiden lantik gubernur DKI pada Rabu siang. www.kemendagri.go.id. 19 November 2014.
Diakses tanggal 9 Januari 2016.
2
Diduga DPRD Susupkan Anggaran Siluman. www.mediaindonesia.com. 26 Februari 2015.
Diakses tanggal 9 Januari 2016. Dan ketika ahok disamakan dengan firaun.
www.cnnindonesia.com. 26 Februari 2015. Diakses tanggal 9 Januari 2016.
3
10 perseteruan ahok vs haji lulung. Pojoksatu.id. 6 Maret 2015. Diakses tanggal 9 Januari
2016.
4
Campur Tangan PPP Bela Lulung Serang Basuki. megapolitan.kompas.com. 31 Juli 2013.
Diakses tanggal 9 Januari 2016. Dan Pernyataan Basuki yang Menyinggung Fraksi PPP.
megapolitan.kompas.com. 2 September 2013. Diakses tanggal 9 Januari 2016.
5
mendagri apbd dki 2015 pakai peraturan gubernur. www.kemendagri.go.id. 23 Maret 2015.
Diakses tanggal 9 Januari 2016.
6
bisik-bisik ahok dengan ketua dprd dki soal apbd 2016. News.liputan6.com. 25 Mei 2015.
Diakses tanggal 9 Januari 2016.

Ahok Versus DPRD Provinsi DKI Jakarta, Eni Purwanti

sebelumnya7. Namun beberapa fraksi merasa keberatan terhadap proses


pembahasan RAPBD Tahun 2016 Provinsi DKI Jakarta yang sudah disepakati.
Fraksi PPP menilai bahwa RAPBD Tahun 2016 disusun sesuka hati oleh ahok8.
Beberapa program dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA) Tahun 2016 dicoret
oleh Gubernur tanpa melibatkan DPRD, sehingga fraksi PPP menilai fungsi dan
keberadaan DPRD dikesampingkan oleh Gubernur9. Berbeda lagi dengan Fraksi
Gerindra yang mengkritik Gubernur karena anggaran belanja langsung yang
dinilai terlalu besar10. Sedangkan Fraksi PDI-P menyayangkan pagu RAPBD
Tahun 2016 yang lebih rendah dari tahun 2015, namun tidak menolak rancangan
ini11. Kritikan-kritikan yang ditujukan kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta
tersebut, mungkin juga sebagai serangan terhadap sikap Ahok yang selama ini
dikenal keras dan dinilai kurang etis. Namun tetap saja dimaksudkan untuk
memperbaiki pola hubungan kerjasama Gubernur dan DPRD Provinsi DKI
Jakarta. Walaupun begitu, proses penyusunan RAPBD Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2016, jauh lebih baik dari tahun sebelumnya. Dan dengan sepakatnya
Gubernur dan DPRD, maka RAPBD Tahun 2016 kembali menggunakan
peraturan daerah sebagai landasan hukum.
Pola hubungan eksekutif (gubernur) legislatif (DPRD) Provinsi DKI
Jakarta dapat dijelaskan melalui Teori Kontrol Birokrasi (Theory of Politics
Control of Bureaucracy)12, dimana dalam teori tersebut diuraikan berbagai macam
pola kontrol politik atas birokrasi. Sejauh mana kekuatan politik dapat
mempengaruhi birokrasi yang menyelenggarakan pelayanan publik dan dalam
bidang apa saja kontrol politik ini dilakukan. Makalah ini akan menjelaskan,

ahok ini sejarah apbd 2016 yang terbaik di dki jakarta. News.detik.com. 19 Desember 2015.
Diakses tanggal 9 Januari 2015 dan apbd 2016 dki jakarta disahkan tunggu proses
administrasi. news.liputan6.com. 4 Januari 2016. Diakses tanggal 9 Januari 2016.
8
PPP RAPBD 2016 Disusun Suka-sukanya Ahok. megapolitan.kompas.com. 18 Desember
2015. Diakses tanggal 9 Januari 2016.
9
; PPP Anggap Ahok Menafikan Peran DPRD dalam Penyusunan Anggaran.
megapolitan.kompas.com. 18 Desember 2015 dan Tanggapan Ahok Disebut Fraksi PPP
Susun RAPBD 2016 Seenaknya. megapolitan.kompas.com. 18 Desember 2015. Diakses
tanggal 9 Januari 2016.
10
Gerindra Kritik Alokasi Belanja Tidak Langsung di RAPBD DKI 2015.
megapolitan.kompas.com. 18 Desember 2015. Diakses tanggal 9 Januari 2015
11
PDI-P Harusnya Alokasi RAPBD 2016 Lebih Besar dari 2015. megapolitan.kompas.com. 18
Desember 2015. Diakses tanggal 9 Januari 2016.
12
Frederickson, H. George, Kevin B. Smith, Christopher W. Larimer, and MichaeL J. Licari.
2012. The Public Administration Theory Primer. Colorado. Westview Press.

Ahok Versus DPRD Provinsi DKI Jakarta, Eni Purwanti

ternasuk dalam pola hubungan eksekutif-legislatif serta pola hubungan dan


pembagian yang manakah kasus perselisihan antara Gubernur dan DPRD Provinsi
DKI Jakarta selama penyusunan APBD Provinsi DKI Jakarta.

2. Tinjauan Pustaka
Dalam tata pemerintahan negara republik Indonesia, Gubernur-Wakil
Gubernur merupakan representasi rakyat pada fungsi eksekutif dan DPRD pada
fungsi legislatif, walaupun tidak mutlak seperti itu. Karena di Indonesia yang
berlaku adalah pendistribusian kekuasaan (distribution of power), maka eksekutif
pun masih mempunyai tugas di bidang legislatif dan yudikatif13. Eksekutif
utamanya, bertanggungjawab dalam menerapkan hukum dan legislatif mempunyai
kuasa dalam membuat hukum serta mengawasi pelaksanaannya. Untuk itu
eksekutif menjalankan pemerintahan dalam ranah administrasi. Sedangkan
legislatif membuat hukum dengan mekanisme pembahasan bersama dalam
internal organisasinya yang terdiri dari anggota-anggota partai politik pemenang
pemilu. Oleh karena itu, legislatif menjalankan fungsi politik dalam tata
pemerintahan.
Pada awal kemunculan administrasi publik sebagai ilmu, Woodrow Wilson
membuat suatu model pemerintahan dimana administrasi terpisah sama sekali dari
politik (dikotomi politik-administrasi)14. Namun kenyataannya administrasi tidak
pernah bisa dipisahkan dari politik, karena dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya masing-masing selalu saling bersinggungan bahkan bekerjasama15. Teori
kontrol politik atas birokrasi berusaha menjelaskan pola-pola hubungan antara
administrasi dan politik dalam menjalankan pemerintahan. James H. Svara16
membuat model yang menjelaskan pola-pola ini (Gambar 2.1).

13

Syafiie, Inu Kencana. 2010. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta. PT Rineka Cipta. Hal.169-170
Sjamsuddin, Sjamsiar. 2012. Dasar-Dasar Teori Administrasi Publik. Malang. Yayasan
Pembangunan Nasional .hal.55.
15
Frederickson, H. George, Kevin B. Smith, Christopher W. Larimer, and MichaeL J. Licari.
2012. The Public Administration Theory Primer. Colorado. Westview Press. Page 16.
16
Ibid. hal.19.
14

Ahok Versus DPRD Provinsi DKI Jakarta, Eni Purwanti

Gambar 2.1. Empat model pola hubungan administrasi-politik oleh James H.Svara
a.

c.

b.

d.

Gambar 2.1 menggambarkan pola-pola hubungan antara politik dan


birokrasi. Masing-masing gambar terdiri dari sebuah kotak yang dibagi menjadi
area kebijakan (policy/politik) dan area birokrasi (bureaucracy/birokrasi). Garis
tebal menunjukkan batas tanggung jawab atau kewenangan legislatif (policy) dan
eksekutif (bureaucracy). Area diatas garis tebal merupakan tanggung jawab
legislatif dan area dibawah garis tebal menjadi tanggung jawab eksekutif.
Gambar 2.1a disebut pola policy-administration dichotomy, menyerupai
konsep dikotomi politik-administrasi oleh Wilson, Goodnow, atau logika
positivisme oleh Simon. Pembagian yang tegas antara politik dan ekonomi, yang
menyisakan sedikit persinggungan atau bahkan tidak ada persinggungan sama
sekali. Masing-masing eksekutif dan legislatif melaksanakan fungsinya secara
terpisah.

Ahok Versus DPRD Provinsi DKI Jakarta, Eni Purwanti

Gambar 2.1b Pola Mixture in Policy, menggambarkan konsep para ahli17


yang mendefinisikan politik-administrasi sebagai distribusi nilai, biaya, dan
manfaat. Legislatif dan eksekutif berperan serta dalam proses distribusi ini, dan
eksekutif mempunyai kesempatan luas unntuk mensimulasikan kebijakan yang
terbatas, menyusun anggaran, dan menentukan cara pengadaannya. Lalu melalui
implementasi, hal-hal ini mempengaruhi kebijakan yang diformulasikan oleh
legislatif. Lengkungan bagian atas kurva bergaris tebal, menggambarkan luasnya
bidang pembuatan kebijakan yang dipengaruhi oleh kekuatan birokrasi atau
sedikitnya kontrol politik pada birokrasi. Sedangkan lengkungan bagian bawah
kurva bergaris tebal, menunjukkan campur tangan politik yang terbatas dalam
beberapa bidang administrasi. Bentuk-bentuk kontrol politik atas birokrasi
biasanya berkaitan dengan pengadaan barang/jasa tertentu, kelonggaran
pembelian barang/jasa tertentu atau kontrak konstruksi yang bernilai besar, atau
membuat kesepakatan-kesepakatan administratif tertentu.
Gambar 2.1c Pola Mixture in Administration, merupakan kebalikan dari
Gambar 2.1b, yaitu kontrol politik yang sangat kuat terhadap birokrasi. Beberapa
ahli menganggapnya sebagai bentuk tanggung jawab politik atas penyelenggaraan
birokrasi yang kurang terkendali18. Namun sebagian yang lain justru
mengkhawatirkan akan kembalinya praktik-praktik korupsi yang coba dibasmi
oleh birokrasi19.
Gambar 2.1d dinamakan pola Elected Official-Administrator as Co-Equals
in Policy, menunjukkan pendapat beberapa ahli20 bahwa administrasi publik
mempunyai hak kekuasaan yang melekat dan kewajiban etis untuk melindungi
kepentingan masyarakat yang diwakilinya, untuk bertindak sebagai wakil bagi
warga negara, dan untuk mengurusi urusan-urusan publik sesuai dengan peraturan
perundangan, saran-saran dari dewan, dan standar birokrasi tentang keadilan dan
efisiensi. Model ini secara akurat menggambarkan keterbatasan kekuatan politik
dalam mempengaruhi kebijakan dan menyetujui anggaran serta menggambarkan

17

18

19
20

Frederickson, H. George, Kevin B. Smith, Christopher W. Larimer, and MichaeL J. Licari.


2012. The Public Administration Theory Primer. Colorado. Westview Press. Page 19.
Frederickson, H. George, Kevin B. Smith, Christopher W. Larimer, and MichaeL J. Licari.
2012. The Public Administration Theory Primer. Colorado. Westview Press. Page 21
Ibid.
Ibid.

Ahok Versus DPRD Provinsi DKI Jakarta, Eni Purwanti

pula birokrasi yang cukup kuat dan adil untuk menerapkan kebijakan dan
menyelenggarakan pelayanan publik sesuai dengan standar keadilan dan efisiensi
tanpa melibatkan dewan.
Gambar 2.2 tidak menggambarkan tugas-tugas legislatif dan eksekutif
dalam aktifitas menjalankan administrasi publik. Untuk itu James H. Svara
menjelaskan tugas-tugas itu dalam sebuah model yang diilustrasikan pada Gambar
2.2 dibawah.
Gambar 2.2 Pembagian tugas legislatif-eksekutif dalam administrasi publik.

Pada Gambar 2.2, di sebelah kiri merupakan tugas-tugas legislatif dan di


sebelah kanan adalah tugas-tugas eksekutif dalam menjalankan administrasi
publik. Tugas-tugas ini dibagi dalam 4 (empat) bidang dan tugas legislatifeksekutif dalam masing-masing bidang diuraikan lebih jelas pada tabel 2.1
dibawah. Kurva bergaris tebal menunjukkan batasan kontrol masing-masing
kekuatan dalam bidang-bidang administrasi publik. Semakin ke kiri, artinya
birokrasi mempunyai pengaruh yang lebih kuat daripada kekuatan politik.
Sebaliknya, bila semakin ke kanan, maka kekuatan politik lebih besar
pengaruhnya daripada birokrasi.

Ahok Versus DPRD Provinsi DKI Jakarta, Eni Purwanti

Tabel 2.2 Tugas-tugas legislatif-eksekutif dalam penyelanggaraan administrasi publik.


Bidang
Misi

Kebijakan

Administrasi

Manajemen

Tugas Legislatif
Menentukan tujuan, lingkup
pelayanan, tarif pajak, dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan
perundang-undangan
Menyetujui rancangan peraturan,
rancangan program dan proyek
pembangunan, menyortir anggaran.
Membuat keputusan-keputusan
tentang implentasi kebijakan,
seperti pemilihan lokasi,
penanganan pengaduan, dan
pengawasan penyelanggaraan
administrasi publik.
Menyarankan perubahan, meninjau
kinerja organisasi dengan
persetujuan eksekutif.

Tugas Eksekutif
Memberikan saran-saran,
menganalisa keadaan dan
kecenderungan situasi yang terjadi di
masyarakat
Membuat rekomendasi untuk semua
keputusan, merumuskan anggaran,
menentukan cara pendistribusian
pelayanan.
Menyusun langkah-langkah
pelaksanaan dan prosedur, serta
membuat keputusan tentang
implementasi kebijakan.

Mengatur sumber daya manusia,


material, dan informasi yang dimiliki
organisasi untuk menyokong
implementasi kebijakan dan
penerapan fungsi-fungsi
administratif.

Kurva bergaris tebal pada Gambar 2.2 menunjukkan sejauh mana masingmasing kekuatan mempengaruhi kekuatan lainnya. Dalam bidang administrasi dan
manajemen, birokrasi mempunyai pengaruh yang lebih kuat dibandingkan dengan
kekuatan politik. Hal ini dikarenakan, birokrasilah yang menjalankan administrasi
publik yang berkaitan langsung dengan masyarakat dan memastikan bahwa
pelayanan publik dilaksanakan dengan baik. Dalam bidang kebijakan, kekuatan
politik mempunyai pengaruh lebih besar terhadap birokrasi dibandingkan
pengaruhnya dalam dua bidang sebelumnya. Birokrasi dan politik bisa dikatakan
mempunyai pengaruh lebih berimbang. Karena dalam bidang kebijakan, birokrasi
memiliki sumber daya dan informasi sedangkan kekuatan politik memberikan
persetujuan atas rumusan kebijakan. Dan dalam menentukan visi dan misi atau
arah pembangunan, kekuatan politik lebih berpengaruh daripada birokrasi. Hal ini
karena visi dan misi administrasi publik ditentukan oleh visi dan misi partai
politik atau politikus yang terpilih menjadi anggota dewan.
Dengan menggabungkan model empat bagian (Gambar 2.1) dan pembagian
tugas legislatif-eksekutif dalam pemerintahan (Gambar 2.2), James H. Svara
kemudian membuat sebuah model yang menyusun temuan-temuan penelitian
lapangan dalam Gambar2.3. Dalam empat kotak di Gambar 2.3, garis putus-putus

Ahok Versus DPRD Provinsi DKI Jakarta, Eni Purwanti

mewakili garis padat yang ditunjukkan pada Gambar2.1. Dan garis berkurva tebal
mewakili situasi atau keadaan empiris.
Gambar 2.3. Penggabungan empat model pola hubungan dan pembagian tugas legislatifeksekutif
a

Gambar

2.3a

dinamakan

Strong

Manager,

menggambarkan

tata

pemerintahan yang memiliki eksekutif yang sangat kuat. Ia memiliki keleluasaan


lebih besar untuk ikut andil dalam bidang-bidang pemerintahan. Hal ini bisa
ditemui pada perusahaan atau dewan direksi, di mana kebijakan sepenuhnya
disusun oleh pemegang kendali perusahaan (manajer) dan dewan direksi hanya

Ahok Versus DPRD Provinsi DKI Jakarta, Eni Purwanti

10

menyetujui atau mensahkan kebijakan. Dalam bidang pemerintahan, hal ini dapat
digambarkan dengan sebuah model dimana legislatif memberikan kesempatan
seluas-luasnya pada eksekutif untuk menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan
dalam urusan sehari-hari pemerintahan.
Gambar 2.3b Dinamakan Council Dominant, merupakan kebalikan dari
Gambar 2.3a, pada Gambar ini legislatif memiliki kontrol yang sangat kuat
terhadap birokrasi dalam bidang-bidang pemerintahan. Dinamakan pula CouncilControl Of Bureaucracy. Eksekutif memiliki kontrol yang sangat besar untuk
melakukan intervensi pada birokrasi dalam bidang-bidang pemerintahan.
Biasanya model ini bisa ditemukan pada sebuah tata pemerintahan yang memiliki
eksekutif yang lunak, pasif, mudah dipengaruhi, dan ditunjuk untuk menjabat oleh
mandat yang lebih tinggi. Di sisi lain memiliki legislatif yang tegas dan anggotaanggotanya dipilh masyarakat melalui mekanisme pemilu.
Gambar 2.3c Dinamakan dengan Council Incursion, yang ditandai dengan
kontrol politik yang lebih kuat terhadap birokrasi dalam beberapa bidang
pemerintahan. Namun di bidang lain, legislatif tidak memiliki kontrol yang cukup
untuk mempengaruhi birokrasi, dan birokrasilah yang lebih banyak menentukan.
Dalam model ini eksekutif menjadi lebih waspada dan berhati-hati dalam
menawarkan proposal kebijakan, karena reaksi tidak terduga dari legislatif.
Terkadang legislatif bersedia menerima banyak masukan dari eksekutif, dilain
waktu legislatif menolak semua saran dan proposal dari eksekutif dan mengambil
keputusan sendiri. Legislatif secara gigih melakukan intervensi dalam birokrasi
namun dilakukan dengan sembarangan sehingga mengacak-acak tata kelola
pemerintahan. Digambarkan dari kurva bergaris tebal dan garis putus-putus yang
tidak beratur dan saling bersilangan.
Gambar 2.3 Dinamakan Council-Manager Standoff. Dalam model ini
eksekutif dan legislatif mempunyai kekuatan yang berimbang dalam menjalankan
tata pemerintahan. Masing-masing saling mengawasi

dan melengkapi, tanpa

keterlibatan politik yang lebih dalam atau eksekutif yang memaksakan


kehendaknya. Semuanya dilaksanakan dengan seimbang.

Ahok Versus DPRD Provinsi DKI Jakarta, Eni Purwanti

11

3. Analisis
Pola hubungan legislatif-eksekutif di Provinsi DKI Jakarta, selama satu
setengah tahun masa pemerintahan Ahok mencerminkan eksekutif yang begitu
kuat dalam menentukan arah kebijakan dan pengendalian program-program
anggaran. Hal ini tercermin dalam beberapa kasus perseteruan yang terjadi antara
legislatif-eksekutif selama masa itu. Contohnya, penyusunan APBD Provinsi DKI
Jakarta Tahun Anggaran 2015 yang menggunakan Peraturan Gubernur sebagai
landasan hukumnya. Ahok menuduh bahwa terdapat pos-pos anggaran siluman
yang berusaha disisipkan oleh DPRD pada RAPBD 2015 yang total nilainya
mencapai 12,1 T. Pos anggaran tersebut dinamakan Pokir atau pokok pikiran21,
yang sebenarnya memang diperuntukkan bagi masing-masing anggota DPRD
untuk mewujudkan janji atau visi misinya kepada masyarakat daerah pemilihan
yang diwakilinya. Namun memang benar, seringkali pos anggaran ini
diselewengkan untuk kepentingan pribadi anggota DPRD atau kepentingan
kelompok partai politiknya. Rencana APBD Tahun 2015 yang sebelumnya telah
disepakati oleh Ahok dan DPRD pada Rapat Paripurna tanggal 27 Januari 2015,
mendadak disisipkan program-program pokir tanpa sepengetahuan Gubernur.
Kemudian ditemukan dana sebesar 12,1T yang tidak pernah diajukan oleh SKPDSKPD22 melalui sistem e-budgeting. DPRD Provinsi DKI Jakarta merasa bahwa
anggaran pokir ini sah-sah saja, karena memang ada payung hukumnya. Namun
tidak demikian halnya dengan Ahok, anggaran ini dianggapnya potensial untuk
diselewengkan. Maka terjadilah perseteruan yang berlarut-larut antara Gubernur
dan DPRD Provinsi DKI Jakarta, sehingga RAPBD Tahun 2015 sangat terlambat
diajukan kepada Kemendagri. Karena mendesaknya waktu, akhirnya dipakailah
Peraturan Gubernur pada RAPBD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015.
APBD yang biasanya menggunakan Peraturan Daerah, pada tahun 2015
menggunakan Peraturan Gubernur. Tidak dicapainya kesepakatan, karena
Gubernur memaksa untuk menghilangkan dana yang dianggapnya siluman
sebesar 12,1 T dan hanya menggunakan program-program yang telah diajukan
21

menyoal-pokir-dprd. www.kompasiana.com. 17 Juni 2015. Diakses tanggal 9 Januari 2016.


Dan aspirasi-masyarakat-reses-dan-pokok-pokok-pikiran-dprd. Dewandaerah.wordpress.com. 7
Juni 2012. Diakses tanggal 9 Januari 2016.
22
Satuan Kerja Perangkat Daerah

Ahok Versus DPRD Provinsi DKI Jakarta, Eni Purwanti

12

SKPD saja. Sebenarnya DPRD Provinsi DKI Jakarta mengalah dengan


menyetujui RAPBD yang dibuat Gubernur, namun tidak bersedia untuk
mengeluarkan Perda sebagai payung hukum penyusunan anggaran dengan alasan
waktu yang tersedia tidak cukup untuk membahas RAPBD untuk kedua kalinya.
Maka pemakaian Pergub ini, seolah-olah DPRD menyatakan kepada Gubernur
untuk melaksanakan dan mempertanggungjawabkan sendiri anggaran yang
dibuatnya.
Pemakaian Peraturan Gubernur sebagai landasan hukum penyusunan
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun
Anggaran 2015 menunjukkan kuatnya birokrasi dalam menghadapi intervensi
politik dalam hal penetapan kebijakan. Hal ini sesuai dengan pola Mixture in
Policy yang dibuat oleh James H.Svara. pada Gambar 2.2b. Diperlukan seorang
manajer kota (dalam hal ini gubernur) yang memiliki kecakapan dalam
menjalankan administrasi pemerintahan, tegas, tidak mudah terpengaruh, dan
didukung oleh publik. Walaupun idealnya legislatif dan eksekutif bekerjasama
dalam menyelenggarakan pemerintahan, namun dominasi salah satu kekuatan atas
kekuatan yang lainnya tidak bisa dianggap selalu buruk. Selama kekuatan yang
mendominasi, politik atau birokarasi, mewakili dan berusaha mewujudkan
kehendak masyarakat maka hal ini bisa dianggap baik. Karena tujuan
penyelenggaraan administrasi publik sebenarnya adalah untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang baik dan memuaskan. Sistem e-budgeting23
digunakan untuk mengetahui secara terperinci kegiatan-kegiatan yang diusulkan
oleh SKPD dan menilai rasionalisasi dari kegiatan-kegiatan tersebut. Termasuk
pula melacak anggaran-anggaran yang tidak diusulkan oleh SKPD, namun tibatiba muncul dalam DPA24. Kemunculan anggaran yang tidak diusulkan ini
biasanya menjadi alat politik untuk mengintervensi birokrasi. Walaupun lebih
sering dijumpai penyelewengan dalam anggaran yang tidak diusulkan tadi, bukan
berarti seluruh anggaran politik ini buruk. Terdapat juga anggaran politik
yang dialokasikan dengan baik dan tepat sasaran.
23

e-budgeting adalah sistem aplikasi komputer yang digunakan untuk menyusun rancangan
kegiatan SKPD.
24
Dokumen Pelaksanaan Anggaran. Dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan
yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran. Permendagri
13/2006, Permendagri 59/2007, Permendagri 21.2011.

13

Ahok Versus DPRD Provinsi DKI Jakarta, Eni Purwanti

Sedangkan dari segi pola hubungan dan pembagian tugas, perselisihan


antara ahok dengan Dewan Perwakilan rakyat daerah Provinsi DKI Jakarta dapat
digambarkan sebagai model Strong Manager (Gambar 2.3a). Ahok begitu kuatnya
dalam menolak intervensi politik DPRD Provinsi DKI Jakarta dalam penyusunan
RAPBD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Sehingga Rancangan APBD yang
diajukan kepada Kemendagri merupakan rancangan APBD awal tanpa adanya
pos-pos anggaran pokok pikiran (pokir) milik legislatif. Sebenarnya, rancangan
APBD awal telah disepakati bersama antara eksekutif dan legislatif. Namun
anggaran pokir ditambahkan setelah kesepakatan bersama. Ngototnya Ahok untuk
menghilangkan pos anggaran pokir dan menolak untuk menempuh jalan tengah
dengan DPRD Provinsi DKI Jakarta menggambarkan birokrasi kuat dan
mempunyai

keleluasaan

sepenuhnya

untuk

menyusun

kebijakan

dalam

administrasi publik. Walaupun pada akhirnya DPRD Provinsi DKI Jakarta


menyetujui Rancangan APBD yang diajukan oleh Gubernur ke Kemendagri,
namun tidak bersedia membuat peraturan daerah sebagai payung hukum
penyusunan APBD Tahun 2015. Sebagai gantinya digunakanlah peraturan
gubernur. Hal ini menunjukkan ciri khas legislatif pada pola Strong Manager,
yaitu DPRD DKI Jakarta hanya bisa menyetujui (walau tidak sepenuhnya)
rancangan kebijakan yang dibuat oleh Gubernur sebagai eksekutif. Sedangkan
Gubernur sangat leluasa untuk menyusun, menetapkan, mengimplementasikan,
dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan dalam pemerintahan.

4. Kesimpulan dan Saran


Perseteruan Ahok dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi DKI
Jakarta selama proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun 2015, menggambarkan pola hubungan legislatif-eksekutif yang disebut
oleh James H. Svara sebagai Mixture in Policy. Birokrasi yang sangat kuat
mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam
menyelenggarakan administrasi publik. Ditetapkannya APBD Provinsi DKI

14

Ahok Versus DPRD Provinsi DKI Jakarta, Eni Purwanti

Jakarta Tahun 2015 menggunakan peraturan gubernur, dan bukan peraturan


daerah, sebagai bukti kuatnya birokrasi menolak kontrol politik.
Walaupun kekuatan birokrasi mendominasi dalam penentuan kebijakan
anggaran, bukan berarti hal tersebut selalu tidak baik. Selama kepentingan publik
masih dikedepankan oleh penyelenggara pemerintahan, maka model Mixture in
Policy atau sebaliknya (Mixture in Administrastion) bisa dianggap baik. Namun
idealnya legislatif dan eksekutif bekerja sama dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Yaitu dalam merumuskan kebijakan, menetapkan anggaran,
menerapkan

dan

mengevaluasi

kebijakan

dengan

tetap

memperhatikan

kepentingan publik, peraturan perundangan, norma & nilai yang berlaku, serta
standar birokrasi tentang keadilan dan efisiensi.
Dari segi pola hubungan dan pembagian tugas, perselisihan antara Ahok
dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi DKI Jakarta digambarkan
dengan model Strong Manager. Birokrasi mempunyai keleluasaan penuh dalam
merumuskan, menentukan, menerapkan, dan mengevaluasi kebijakan dalam
administrasi publik. Sedangkan kekuatan politik (legislatif) hanya bisa menyetujui
atau menolak kebijakan yang dibuat oleh eksekutif, tanpa mengintervensi lebih
jauh dalam birokrasi. Walaupun DPRD Provinsi DKI Jakarta pada akhirnya
menyetujui Rancangan APBD yang diajukan Gubernur ke Kemendagri, namun
DPRD tidak bersedia membuat peraturan daerah sebagai payung hukum
penyusunan Rancangan APBD. Dan akhirnya gubernur menerbitkan peraturan
gubernur sebagai landasan hukum penyusunan Rancangan APBD. Hal ini
semakin menambah keleluasaan eksekutif dalam membuat kebijaksanaan pada
bidang-bidang pemerintahan, karena terbatasnya peran legislatif sebagai kontrol
politik.
Terlepas dari baik buruknya model Mixture in policy dan model Strong
Manager yang digambarkan dalam perseteruan Ahok dan DPRD Provinsi DKI
Jakarta dalam penyusunan Rancangan APBD Tahun 2015, seharusnya legislatif
dan eksekutif tetap dapat bekerjasama dalam menjalankan pemerintahan. Karena
keduanya merupakan wakil masyarakat yang dipilih melalui mekanisme pemilu,
dan diharapkan mampu memenuhi kepentingan masyarakat yang diwakilinya.
Kerjasama akan membuat tujuan tersebut lebih mudah dicapai dan menghasilkan

Ahok Versus DPRD Provinsi DKI Jakarta, Eni Purwanti

15

kebijakan dan pelayanan publik yang bagus, tepat sasaran, dan memuaskan bagi
masyarakat. Apabila hal ini terjadi, maka bisa dianggap pemerintah berhasil
menjalankan roda pemerintahan yang baik. Pemerintah berhasil memberikan
perlindungan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam melakukan aktifitasnya
sehari-hari. Kedepannya, diharapkan Ahok selaku Gubernur dan DPRD Provinsi
DKI Jakarta mampu menyelenggarakan pemerintahan secara bersama, bahu
membahu dalam melaksanakan pembangunan di Jakarta. Perbedaan pendapat atau
pandangan seharusnya dibicarakan bersama untuk mencapai kesepakatan
sepanjang kepentingan masyarakat masih diutamakan, menaati perundangan,
menaati norma dan nilai, serta memenuhi standar keadilan dan efisiensi.
Bukannya justru berlarut-larut dan terjerumus dalam perseteruan. Selarasnya
hubungan antara legislatif-eksekutif menciptakan situasi politik yang tenang dan
stabil, sehingga membawa pengaruh yang positif terhadap iklim usaha dan
perekonomian masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Frederickson, H. George, Kevin B. Smith, Christopher W. Larimer, and MichaeL


J. Licari. 2012. The Public Administration Theory Primer. Colorado.
Westview Press.
Syafiie, Inu Kencana. 2010. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Sjamsuddin, Sjamsiar. 2012. Dasar-Dasar Teori Administrasi Publik. Malang.
Yayasan Pembangunan Nasional.
http://www.kemendagri.go.id/news/2014/11/19/ presiden-lantik-gubernur-dkipada-rabu-siang. Diakses pada tanggal 9 Januari 2016 pukul 08.00 WIB.
http://www.mediaindonesia.com/mipagi/read/8687/Diduga-DPRD-SusupkanAnggaran-Siluman/2015/02/26. Diakses pada tanggal 9 Januari 2016 pukul
08.00 WIB.
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150226102101-20-35018/ketika-ahokdisamakan-dengan-firaun/. Diakses pada tanggal 9 Januari 2016 pukul 08.00
WIB.
http://pojoksatu.id/pojok-news/2015/03/06/10-perseteruan-ahok-vs-haji-lulung/.
Diakses pada tanggal 9 Januari 2016 pukul 08.00 WIB.
http://megapolitan.kompas.com/read/2013/07/31/0721473/Campur.Tangan.PPP.B
ela.Lulung.Serang.Basuki. Diakses pada tanggal 9 Januari 2016 pukul 08.00
WIB.
http://megapolitan.kompas.com/read/2013/09/02/1258142/Ini.Pernyataan.Basuki.
yang.Menyinggung.Fraksi.PPP. Diakses pada tanggal 9 Januari 2016 pukul
08.00 WIB.
http://www.kemendagri.go.id/news/2015/03/23/mendagri-apbd-dki-2015-pakaiperaturan-gubernur. Diakses pada tanggal 9 Januari 2016 pukul 08.00 WIB.
http://news.liputan6.com/read/2239126/bisik-bisik-ahok-dengan-ketua-dprd-dkisoal-apbd-2016. Diakses pada tanggal 9 Januari 2016 pukul 08.00 WIB.
http://news.detik.com/berita/3100243/ahok-ini-sejarah-apbd-2016-yang-terbaikdi-dki-jakarta. Diakses pada tanggal 9 Januari 2016 pukul 08.00 WIB.
http://news.liputan6.com/read/2403904/apbd-2016-dki-jakarta-disahkan-tungguproses-administrasi. Diakses pada tanggal 9 Januari 2016 pukul 08.00 WIB.

http://megapolitan.kompas.com/read/2015/12/18/17070951/PPP.RAPBD.2016.Di
susun.Suka-sukanya.Ahok. Diakses pada tanggal 9 Januari 2016 pukul
08.00 WIB.
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/12/18/17251261/PPP.Anggap.Ahok.M
enafikan.Peran.DPRD.dalam.Penyusunan.Anggaran. Diakses pada tanggal 9
Januari 2016 pukul 08.00 WIB.
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/12/18/17501511/Gerindra.Kritik.Aloka
si.Belanja.Tidak.Langsung.di.RAPBD.DKI.2015. Diakses pada tanggal 9
Januari 2016 pukul 08.00 WIB.
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/12/18/18123341/PDIP.Harusnya.Alokasi.RAPBD.2016.Lebih.Besar.dari.2015. Diakses pada
tanggal 9 Januari 2016 pukul 08.00 WIB.
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/12/18/18470761/Tanggapan.Ahok.Dise
but.Fraksi.PPP.Susun.RAPBD.2016.Seenaknya. Diakses pada tanggal 9
Januari 2016 pukul 08.00 WIB.
http://www.kompasiana.com/hendra_budiman/menyoal-pokirdprd_54fd1a00a333112b3550f836. Diakses pada tanggal 9 Januari 2016
pukul 08.00 WIB.
https://dewandaerah.wordpress.com/2012/06/07/aspirasi-masyarakat-reses-danpokok-pokok-pikiran-dprd/. Diakses pada tanggal 9 Januari 2016 pukul
08.00 WIB.
http://kamuskeuangandaerah.com/index.php/Dokumen_Pelaksanaan_Anggaran_S
KPD_(DPA-SKPD). Diakses pada tanggal 10 Januari 2016 pukul 10.00
WIB

Anda mungkin juga menyukai