Anda di halaman 1dari 3

Curah hujan ialah jumlah air yang jatuh pada permukaan tanah selama periode

tertentu bila tidak terjadi penghilangan oleh proses evaporasi, pengaliran dan
peresapan, yang diukur dalam satuan tinggi. Tinggi air hujan 1 mm berarti air hujan
pada bidang seluas 1m2 berisi 1 liter atau : 100 x 100 x 0,1 = 1 liter. Unsur-unsur
hujan yang harus diperhatikan dalam mempelajari curah hujan ialah: jumlah curah
hujan, hari hujan dan intensitas atau kekuatan tetesan hujan (Arifin, dkk , 2010).
Air yang jatuh di atas permukaan tanah yang datar dianggap sama tinggi. Volume air
hujan pada luas permukaan tertentu dengan mudah dapat dihitung bila tingginya
dapat diketahui. Maka langkah penting dalam pengukuran hujan ditujukan ke arah
pengukuran tinggi yang representatif dari hujan yang jatuh selama jangka waktu
tertentu. WMO menganjurkan penggunaan satuan millimeter sampai ketelitian 0,2
mm. Dalam bidang klimatologi pertanian dilakukan pencatatan hujan harian (jumlah
curah hujan) setiap periode 24 jam dan jumlah hari hujan. Berdasarkan pengertian
klimatologi, satu hari hujan ialah periode selama 24 jam terkumpul curah hujan
setinggi 0,5 mm atau lebih. Apabila kurang dari ketentuan tersebut, maka hari hujan
dianggap nol meskipun curah hujan tetap diperhitungkan (Arifin, dkk , 2010).
Menurut Bunganaen, Wilhelmus (2013) data curah hujan diperlukan sebagai masukan
pada analisis hidrologi. Data yang diperlukan dapat berupa :
1. Tebal hujan yang terakumulasi selama selang waktu tertentu (a given time
interval) pada peluang ( probability ) atau periode ulang ( return period )
tertentu.
2. Hubungan antara tebal hujan dan durasi hujan.
Kedua parameter tersebut ditentukan dari hasil pengukuran data curah hujan yang
cukup lama. Pada durasi yang sama dapat terjadi hujan dengan intensitas yang
berbedabeda, dalam satu kejadian hujan pun intensitas setiap selang waktu dapat
berbedabeda. Tebal hujan dan durasi umumnya mempunyai hubungan langsung,
tebal hujan akan bertambah jika durasi bertambah Bunganaen, Wilhelmus (2013).
Kepadatan minimum jaringan penakar hujan untuk kepentingan hidro meteorologis
umum menurut Linsley (1982) direkomendasikan sebagai berikut :
1. Untuk daerah datar, beriklim sedang, mediteranean dan zona tropis 600 900
km2 untuk setiap stasiun
2. Untuk daerah-daerah pegunungan beriklim sedang, mediteranean dan zone
tropis, 100 250 km2 untuk setip stasiun.
3. Untuk pulau-pulau dengan pegunungan kecil dengan hujan yang beraturan, 25
km2 untuk setiap stasiun.
4. Untuk zone-zone kering dan kutub, 1500 - 10.000 km 2 untuk setiap stasiun.
Alat untuk mengukur jumlah curah hujan yang turun kepermukaan tanah per satuan
luas, disebut Penakar Curah Hujan. Satuan curah hujan yang umumnya dipakai oleh
BMKG adalah millimeter (mm.). Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam
luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi 1 (satu)
millimeter atau tertampung air sebanyak 1 (satu ) liter atau 1000 ml. Secara umum

penakar hujan dibedakan menjadi dua, yaitu penakar curah hujan manual dan penakar
curah hujan otomatis (Achmadi, dkk,. 2011).
Alat ini berfungsi untuk mengukur intensitas, jumlah, dan waktu terjadinya
hujan, dipasang dengan ketinggian 120 cm dari permukaan tanah sampai ke corong
penakar dan luas penampang corong 200 cm2. Pada alat ini terdapat sebuah silinder
jam sebagai tempat pemasangan pias, sehingga akan dapat diketahui curah hujan
maksimum dan minimum serta waktu terjadinya.
Prinsip kerja alat ini yaitu air hujan masuk melalui corong kemudian akan
terkumpul dalam tabung. Dalam tabung ini terdapat pelampung yang dihubungkan
dengan tangkai pena, sehingga air yang masuk kedalam tabung akan menekan
pelampung, maka pelampung akan naik dan tangkai pena turut bergerak keatas.
Gerakan pena tersebut akan mencatat pada pias yang dipasang pada silinder jam, jika
gerakan pena mencapai skala 10 mm pada pias maka secara otomatis air akan turun
melalui pipa siphon dan jatuh kedalam bejana plastik. Air dalam tabung terkuras
habis sehingga tangkai pena turut bergerak turun sampai pena menunjuk skala nol,
jika hujan masih turun pena akan naik lagi, demikian seterusnya.
Waktu pengamatan : pengamatan dilakukan selama 24 jam dan penggantian
pias dilakukan pada jam 07.00 WS (pada pias diisi/ditulis tanggal dan nama stasiun).
Berfungsi untuk mengukur jumlah curah hujan. Alat ini dipasang diatas
tonggak kayu yang dibeton dengan ketinggian 120 cm dari permukaan tanah sampai
mulut corong penakar, luas penampang corong yaitu 100 cm2 dengan kapasitas
menampung curah hujan 5 liter, dan ditengah corong penakar dipasang kran.
Jumlah curah hujan yang tertampung akan dituangkan melalui kran dan ditakar
dengan gelas ukur yang berskala sampai dengan 20 mm.
Waktu pengamatan : pengamatan dilakukan jam 07.00 WS dengan membuka
kran dan menampung air hujan dalam gelas penakar kemudian dibaca skala yang
menunjukkan jumlah curah hujan yang terjadi selama 24 jam.
MODIFIKASI
BUCKET

PENAKAR
DENGAN

HUJAN
HALL

OTOMATIS
TIPE
EFFECT
SENSOR

TIPPING
ATS276

SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar
Sarjana
Sains
VALENTINA
110821008
DEPARTEMEN
FAKULTAS
MATEMATIKA
UNIVERSITAS
MEDAN
2013

SOPHIA

DAN
ILMU
SUMATERA

MANULLANG

PENGETAHUAN

FISIKA
ALAM
UTARA

Universitas

Sumatera

Utara

PERSETUJUAN
Judul
Kategori
Nama
Nomor
Program
Departemen
Fakultas

Induk

Mahasiswa
Studi

:
MODIFIKASI
PENAKAR
HUJAN
OTOMATIS
TIPE
TIPPING
BUCKET
DENGAN
HALL
EFFECT
SENSOR
ATS276
:
SKRIPSI
:
VALENTINA
SOPHIA
MANULLANG
:
110821008
:
SARJANA
(S1)
FISIKA
INSTRUMENTASI
:
FISIKA
:
MATEMATIKA
DAN
ILMU
PENGETAHUAN
ALAM
(FMIPA)
UNIVERSITAS
SUMATERA
UTARA
Diluluskan
Medan,
Oktober

di
2013

Diketahui/Disetujui
Departemen
Ketua,

Fisika

FMIPA

Dr.
Marhaposan
NIP.19551030198031003

oleh
USU
Situmorang

Pembimbing,
Drs.
NIP.

Takdir

Universitas Sumatera Utara

Tamba,

M.Eng.Sc
196006031986011002

Anda mungkin juga menyukai