Pondasi
Pondasi
13,14
MODUL13,14
Penyelidikan tanah di lapangan
I.
PENDAHULUAN
dapat
diketahui
berdasarkan
pengalaman
setempat.
Tujuan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
pada proyek jalan raya dan irigasi, penyelidikan tanah berguna untuk
menentukan letak-letak saluran, gorong-gorong, pennetuan lokasi dan maca
bahan timbunan
(test-pit),
polasi data dari tiap-tiap lapisan yang mengandung material-material yang secara
pendekatan mempunyai sifat-sifat yang sama.
Terdapat beberapa cara penyelidikan yang berguna untuk mengetahui kondisi
lapisan tanah dan sifat-sifat teknisnya.
1. Lubang-uji (test pit)
Cara ini berguna untuk mengetahui kondisi lapisan tanah dengan teliti. Lagi
pula, bila perlu dapat mengambil contoh tanah tak terganggu (undisturbed
sample) pada lapisan-lapisan yang dikehendaki.
Pengeboran inti dilakukan jika pengeboran menembus lapisan batu. Dan bila
pada penyelidikan diinginkan untuk memperoleh contoh inti kontinu (continous
core sample) . putaran batang bor menekan ujung matan bor. Tabung inti luar
berputar bersama-sama batang bor dan manekan ke lapisan keras atau batu di
bawahnya mata bor dipasang pada ujung alat bornya. Putaran mata bor
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
membentuk gerusan yang berbentuk cincin. Contoh inti batu masuk kebagian
mata bor dan sekaligus masuk kedalam tabung inti dalam , yang dibuat tidak ikut
berputar. Selama pengeboran, air disirkulasikan lewat batang bor yang
berlubang. Contoh bentuk mata bor dari type double-tube core barrel, ditunjukan
dalam. Gambar 2.5
Pengeboran dapat dilakukan dengan tanpa mengunakan pipa selubung
(casing). Jika lubang cenderung akan longsor, dilakukan pengeboran dengan
memasukan kedalam lubang bor suatu cairan kental dari bahan lempung vulkanik
tiksotropik dan air. Cairan ini berfungsi menahan sisi lubang bor dan menutup
pori-pori tanah yang lolos air sekeliling lubang bor.
Contoh tanah diambil dari pengeboran dengan cara memasang tabung contoh
(sampler) pada ujung pipa bor di kedalaman yang berbeda-beda. Pada contoh
tanah
yang
tidak
rusak
susunan
tanahnya
atau
sedikit
sekali
drajat
Untuk memperkecil gesekan antara tanah dengan dinding bagian dalam tabung,
supaya derajat gangguan contohnya kecil, ujung tabung agak dibengkokkan
kedalam atau dilengkapi dengan alat pemotong yang diiameterdalamnya lebih
kecil dari dimeter dalam tabung contoh (Gambar 2.6a). Namun, hal ini juga
menyebabkan akibat sampingan yang berupa pengembangan contoh setelah
berada didalam tabung.
Untuk klasifikasi dan untuk mempelajari karakteristik kepadatan tanah, contoh
targanggu (disturbed sample) dapat digunakan. Prinsip persyaratan contoh
terganggu adalah bahwa contoh tersebut harus mewakili kondisi lapisan tanahnya.
Hasil penyelidikan dengan bor tangan mewakili kondisi tanah dalam kondisi
terganggu.
Berbagai macam tabumg pengambilan contoh tanah telah dipakai hingga saat ini,
beberapa contohnya antara lain :
A.Tabung Contoh Tekanan Terbuka (Open Drive Sample)
Tabung contoh tekan terbuka terdiri dari tabung tabung baja yang dilengkapi
dengan alat pemotong pada ujungnya. Batang bor dihubungkan dengan ujung
atas tabung contoh (gambar 2.7). Diameter dalam tabung berkisar antara 100
sampai 450 mm. Pada saat pengambilan contoh tanah, tabung contoh ditekan
secara dinamis atau statis oleh alat penekan.
Tabung contoh tipe ini cocok untuk tanah berlempung. Jika digunakan dalam
tanahgranuler (berbutir lepas), penahan inti (core catcher) yang berfungsi
menahan contoh tanah agar tertahan dalam tabung harud digunakan.
Akibat pengaruh pekerjaan pengeboran, tanah dasar lubang bor yang berupa
lempung atau lanau sensitive, akan terganggu sampai pada kedalamn tertentu.
Oleh karena itu, bila tabung tekan terbuka kedalaman terbuka ditekan, bagian
atas dari tabung tersebutakan terisi oleh tanah yang telah rusak susunannya.
Selain itu, pada waktu tabung diputar untuk memotong tanah didalam lubang bor,
putaran akan merusakkan susunan tanahnya pada bagian bawah contoh. Untuk
menanggulangi kerusakan ini, lebih baik jika digunakan tabung contoh berpiston.
B.Tabung Contoh Berpiston
Tabung contoh berdinding tipis yang cocok digunakan untuk tanah kohesifini ini,
diperkenalkan oleh Hvorslev (1949). Diameter dalam tabung bervariasi dari 50100 mm, dan panjangnya bervariasi dari 450-750. tabung yang pendek dipakai
untuk dipakai tabung yang berdiameter kecil. Terdapat 2 tipe tabung contoh
untuk tabung berdinding tipis, yaitu tabung berpiston mengapung dan tabung
berpiston tetap . tabung contoh berpiston cocok digunakan untuk tanah-tanah
yang sensitive terhadap gangguan, seperti lempung lunak dan lempung plastis.
Kecuali itu dapat pula digunakan dalam pengambilan contoh tanah pada lubang
uji dan pengambilan contoh tanah pada lubag bor yang dangkal.
piston yang tergantung oleh sebuah kabel. Pada waktu tabung dimasukan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
kedalam lubang bor hingga menyentuh dasar lubang, posisi piston mula-mula
terletak pada ujung bawah tabung, agar tanah tidak masuk kedalamnya. Setelah
tabung dan piston menyentuh tanah dasar, tabung contoh ditekan kebawah
sedang piston tetap ditempatnya. Untuk pengambilan contoh, tabung harus
sedikit diputar (atau alat pemotong tambahan harus dipasang pada ujungnya).
Gesekan antara contoh tanah dan dinding tabung membuat contoh tanah tetap
tinggal dalam tabungnya. Pada tabung contoh ditarik keluar dan dilepas dari
tangkai bor, kedua ujung tabung contoh tanah yang telah berisi tanah tidak
terganggu ditutup dengan lilin, dan dibawa ke laboraturium.
( b. ) tabung contoh berpiston tetap (fixed piston)
Pada tabung contoh berpiston tetap (gambar 2.8) piston dapat diletakan pada
posisinya oleh sebuah batang baja yang memanjangsampai permukaan tanah.
Pengambilan contoh tanah dipilih pada kedalaman tertentu,
dimana
10
12
Pukulan diberikan oleh alat pemukul yang beratnya 63,5 kg (140 pon), yang
ditarik naik turun denagn tinggi jatuh 76,2 cm (30) (Gambar 2.11c).
Nilai SPT diperoleh dengan cara sebagai berikut:
Tahapan pertama, tabung belah standar dipukul sedalam 15 cm (6). Kemudian
dilanjutkan pemukulan tahap kedua sedalam 30,48 (12). Jumlah pukulan tahap
kedua ini, yaitu jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk penetrasi tabung belah
standar sedalam 30,48 cm, didevinisikan sebagai nilai-N. Pengujian yang lebih
baik dilakukan dengan menghitung pukulan pada tiap-tiap penembusan sedalam
7,62 cm (3 inci) atau setiap 15 cm (6 inci). Dengan cara ini, kedalaman sembarang
jenis tanahdidasar lubang bor dapat ditaksir, dan elevasi dimana gangguan terjadi
dalam usaha menembus lapisan yang keras seperti batu, dapat dicatat.
Pada kasus-kasus umum, uji SPT dilakukan setiap penetrasi bor 1,5 2 m atau
paling sedikit pada tiap-tiap pergantian jenis lapisan tanah disepanjang kedalaman
lubang bornya. Untuk fondasi dangkal interval pengujian dapat lebih rapat lagi.
Untuk tanah berbatu, palmer dan stuart (1957) memodifikasi tabung belah standar
yang terbuka menjadi tertutup dan meruncing 30 pada ujungnya (Gambar 2.22b).
pengamatan telah menunjukan bahwa pada umumnya nilai N yang diperoleh oleh
kedua tipe alat ini mendekati sama, untuk jenis tanah dan kerapatan relative tanah
yang sama.
Pada perancangan fondasi, nilai N dapat dipakai sebagai indikasi kemungkinan
model keruntuhan fondasi yang akan terjadi (Terzaghi dan Peck, 1948). Kondisi
keruntuhan geser local (Local shear failure) dapat dianggap mterjadi, bila N < 5,
dan keruntuhan geser umum (general shear failure) terjadi pada nilai N >30. Untuk
nilai N antara 5 dan 30, interpolasi linier dari koefisien kapasitas dulung tanah Na,
Nq dan Ny dapat dilakukan. Bila nilai-nilai kerapatan relative (Dr) diketahui, nilai N
dapat didekati dengan persamaan (meyerhof, 1957).
N = 1,7 D r (14,2po + 10)
Dengan:
Dr = Kerapatan relative
14
Hubungan nilai N dengan kerapatan relative (Dr) yang diusulkan oleh Terzaghi dan
Peck (1948), untuk tanah pasir, disajikan dalam Tabel 2.1
Nilai N
<4
Sangat tidak padat
4-10
Tidak padat
10-30
Kepadatan sedang
30-50
Padat
>50
Sangat padat
16
Table 2.2 Hubungan nilai N, konsistensi dan kuat tekan bebas (qu) untuk tanah lempung
jenuh (Terzaghi dan Peck, 1948)
<2
Sangat lunak
2-4
Lunak
25 50
4-8
Sedang
50 100
8 - 15
Kaku
100 200
15 - 30
Sangat Kaku
200 400
> 15
Keras
> 400
Nilai N
Konsistensi
Karena uji kerucut statis ( sondir) tidak mengeluarkan tanah saat pengujian
berlangsung, maka jenis tanah tidak diketahui dengan pasti. Robertson dan
Campanella (1983) mengusulkan hubungtan tanah konus (q) dengan rasio
gesekan Rf, untuk mengklasifikasikan tanah secara pendekatan, seperti yang
ditunjukan dalam Gambar 2.12 b dan 2. 13. pada Gambar tersebut Rf adalah
rasio gesekan ( Fricition ratio ) yang merupakan perbandingan antara gesekan
selimut local, fs ( gaya gesek yang bekerja pada selimut konus dibagi dengan
luas selimutnya atau disebut gesek satuan ) dengan tahanan konus q atau rasio
gesekan dinyatakan oleh persamaan:
Rf = fs/q x100%
18
susunan
tanahnya
(remoulded)
dapat
pula
dilakukan
dengan
20
Studi yang mendetail telah membuktikan bahwa kuat geser tanah lempung yang
diperoleh dari uji geser kipas di lapangan terlalu besar (Aman,dkk., 1975). Hal ini
disebabkan oleh zona geser yang terjadi saat tanah geser,lebih besar dari bidang
runtuh tanahnya (Gambar 2.15b). perluasan bidang runtuh, tergantung dari macam
dan kohesi tanah. Bjerrum (1972), mengusulkan koreksi kuat geser dari kuat geser
yang diperoleh dari uji geser kipas di lapangan, sebagai berikut :
Su (nyata) = Su (lapangan)
(2.7)
Dengan:
Su = cu = kohesi tak terdrainasi (kohesi undrained).
Su (nyata) = Kuat geser tak terdrainasi yang digunakan dalam perancangan.
Su (lapangan) = kuat geser tak terdrainasi yang diperoleh dari uji geser kipas
dilapangan.
= factor kohesi yang ditunjukkan pada Gambar 2.16.
22
Untuk area yang luas, diperlukan jarak lubang bor yang agak lebar dan diselengi
dengan beberpa uji lapangan tambahan, seperti : uji kerucut stastis (sondir)atau
pemeriksaan dengan cara lubang uji (test-pi). Letak titik-titik penyelidikan
tambahan tersebut, dipilih pada jarak yang dekat, yaitu diantara lubang-lubang
bor.
Jumlah lubang bor yang diperlukan sangat bergantung pada kekomplekan kondisi
pada lapisan tanah dan biaya yang tersedia. Yang jelas, semakin banyak lubang
bor, semakin teliti informasi yang di peroleh dari kondisi tanahnya. Bila biaya
penyelidikan terbatas, diperlukanpertimbaqngan matang guna memutuskan
jumlah lubang bor yang mewakili kondisi tanah.
Pada bangunan yang bebannya tidak begitu besar, paling tidak harus ada 2 atau
sebaliknya 3 lubang bor, sehingga benuk kemiringan lapisan tanah dapat
diketahui. Jika jumlah lubang terlalu sedikit, estimasi bentuk kemiringan lapisan
tanah dpat meleset dari sebenarnya, disamping kurangny informasi yang
diperoleh dari kondisi tanah.
Untuk fondasi bangunan tingkat tinggi dan bangunan industri, paling sedikit
diperlukan satu lubang bor pada tiap-tiap sudut bangunannyayang diselingi
dengan uji penetrasi kerucut statis. Untuk tiap-tiap sudut bangunan-bangunan
tersebut, sebaiknya jarak titik bor tidak melebihi 15 m (Terzaghi dan Peck, 1948).
Untuk jembatan dan bendungan, 2 set pengeboran perlu dikerjakan. Pengeboran
pertama terletakpada sumbu-sumbuny, untuk mengetahui apakah pada lokasi
tersebut tanahnya mampu mendukung beban. Pengeboran kedua dilakukan pada
lokasi tepat dibawah pangkal jembatan atau pilarnya. Pada bendungan, set
kedua dilakukan pada lokasi bangunan pelengkap, seperti lokasi bendungan elak.
Terzaghi dan Peck (1948),menyarankan jarak titik borminimum 30 m dan
maksimum 60 m untuk proyek yang sangat luas dan besar. Untuk proyek jalan
raya, pengeboran dilakukan pada jarak interval kira-kira 30 msepanjang jalannya.
Kedalaman lubang bor disarankan 2-4 m dibawah tanah asli, bila dasr perkersan
tanah asli, dan 1-4 m dibawh perkerasn jalan, bila perkersannya diletakkan
dengan menggali tanah asli.
VII. KEDALAMAN LUBANG BOR
Kedalaman pada lubang bor bergantung pada kedalaman tanah yang masih
dipengaruhi oleh penyebaran tekanan fondasi bangunan. Tekanan vertical pada
kedalaman 1,5 kali lebar fondasi (B) adalah masih kira-kira 0,2 kali besarnya
tekanan pada dasar fondasi. Oleh karna itu, kedalaman lubang bor harus kira-kira
1,5 kali lebar fondasinya atau 1,5B, dengan B adalah lebar fondasi.
Untuk fondasi telapak (sepread footing) atau fondasi memanjang (continuous
footing) kedalaman lubang bor agak dangkal (Gambar 2.18a). namun untuk
fondasi rakit (raft atau mat foundation) kedalaman lubang bor akan lebih dalam
(Gambar 2.18c).
24
Pada
fondasi
telapak
yang
jaraknya
terlalu
dekat,
penyebaran
beban
ketanahdibawahnya saling tumpang indih, maka kedalaman lubang bor akan sama
halnya dengan kedalaman fondasi rakit, yaitu1,5B (Gambar 2.18b) untuk fondasi
tiang, kedalamanlubsng bor harus lebih dalam dari bawah dasar tiangnya. Dengan
pertimbangan bahwa lapisan tanah di bawah tiang masih mendukung beban yang
ditranfer lewat tiang, umumnya, untuk fondasi tiang yangterletak pada tanah
homogen, prilakunya akan sama seperti rakit yang dasar fondasinya dihitung dari
kedalaman 2/3 panjang tiang (Gambar 2.18c). Untuk itu, kedaslaman lubang bor
untuk fondasi tiang adalah 2/3D + 1,5B, dengan D adalah panjang tiang dan B
adalah lebar area kelompok tiang.
Dalam hal fondasi akan di letakkan pada lapisan batu, harus yakin benar apakah
ketebalan lapisan batu tersebut mampu mendukung penyebaran bebannya. Untuk
itu, apabila lapisan batu terletak dipermukaan, ketebalan lapisan dapat diketahui
dengan cara membuat lubang uji secara langsung.
IX.INFORMASI YANG DIBUTUHKAN UNTUK PENYELIDIKAN TANAH
Bila Penyelidikan tanah dilakukan secara detail, maka perancang harus berusaha
memperolah data, sebagai berikut :
(1) Kondisi topografi lokasi pekerjaan. Data ini diperlukan untuk perancangan
fondasi dan penentuan cara pelaksanaan di lapangan terutama pada proyekproyek bangunan air dan jalan.
(2) Lokasi-lokasi bangunan yang terpendam di dalam tanah, seperti kabel telepon,
pipa-pipa atau gorong-gorong untuk air kotor dan air bersih, dan lain-lainnya.
(3) Pengalaman setempat sehubungan dengan kerusakan-kerusakan bangunan
yang sering terjadi di sekitar lokasi pekerjaan.
(4) Kondisi tanah secara global, muka air tanah dan kedalaman batuan. Keterangan
ini sering dapat diperoleh dari penduduk setempat.
(5) Keadaan iklim, elevasi muka air banjir, erosi tanah, dan besarnya gempa yang
sering terjadi.
(6) Tersedianya
material
alam
dan kualitasnya,yang
26
masalah-masalah
penting
yang
perlu
dipertimbangkan
dalam
perancangan dan pelaksanaan. Selain itu, juga untuk mengetahui bentuk dan kondisi
permukaan tanahnya.
X.LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH UNTUK PERANCANGAN FONDASI
Laporan
penyelidikan
tanah
untuk
perancangan
fondasi
dibuat
untuk
mempertimbangkan seluruh data bor, lubang uji, observasi lapangan, uji-uji lapangan
dan laboratorium. Selanjutnya, laporan penyelidikan tanah secara lengkap harus
berisi:
(1) Pendahuluan.
(2) Deskripsi Lokasi Proyek.
(3) Kondisi Geologi Lokasi Proyek.
(4) Deskripsi Lapisan Tanah yang diperoleh dari hasil pengeboran.
(5) Hasil pengujian Laboratorium.
(6) Pembahasan.
(7) Kesimpulan.
Berikut ini penjelasan mengenai isi dari bab-bab tersebut.
Pendahuluan. Pendahuluan berisi tentang maksud dan tujuan diadakannya
penyelidikan tanah, waktu penyelidikan, dan untuk siapa penyelidikan tersebut
dilakukan. Harus dijelaskan maksud penyelidikan yang dilakukan: hanya untuk
memperoleh data yang terbatas, yang akan digunakan dalam penyelidikan yang
sifatnya taksiran, atau untuk penyelidikan lengkap dengan pengeboran, pengujian
laboratorium,
dan
analisis
hasil,
yang
dilaksanakan
untuk
pertimbangan
28
Pembahasan. Bab ini merupakan inti pokok dari isi laporan. Penyajian harus
diusahakan untuk membahas masalahnya secara jelas dan singkat. Pembahasan
dilakukan pada kondisi bangunan rencana dan beban-beban rencana yang nantinya
akan dipertimbangkan terhadap kondisi tanah fondasi dan jenis fondasi yang cocok
untuk mendukung bangunan. Bagian selanjutnya adalah pembahasan pada
bangunan pelengkap, seperti ruang generator listrik, ruang mesin-mesin yang berat,
ruang pemanas, dan lain-lain, yang akan membutuhkan fondasi yang khusus.
Bila dipakai fondasi memanjang atau fondasi telapak, harus ditetapkan beberapa
kedalaman fondasi, dimensi, kapasitas dukung izin dan penurunan yang diharapkan
akan terjadi pada tekanan tanah yang diizinkan tersebut. Dijelaskan pula,
kemungkinan keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh bila elevasi dasar
fondasi lebih dalam, untuk memperoleh kapasitas dukung tanah yang lebih besar
atau dapat memperkecil penurunan tanpa mengabaikan segi ekonomis.
Jika dipakai fondasi tiang, dijelaskan mengenai lapisan tanah pendukung tempat
tiang harus dipancang, kedalaman penetrasi ke lapisan pendukung, beban
maksimum yang diizinkan per tiang atau kelompok tiang, serta penurunan yang
diharapkan akan terjadi pada tiang tunggal atau kelompok tiangnya.
Masalah-masalah harus dipelajari dengan tanpa prasangka,sebagai contoh hasil
pengujian yang hasilnya terlalu yang hasilnya rendah herus tidak diabaikan hanya
karena tidak cocok dengan kapasitas dukung yang diperkirakan sebelumnya.
Selanjutnya, sebab-sebab kenapa kapasitas dukung sangant rendah harus dipelajari.
Jika hal itu akibat kerusakan contoh, aau jika nilai yang terlalu rendah hanya sedikit
saja sehingga tidak berpengaruh besar pada hasil keseluruhannya, hasil tersebut
dapat diabaikan. Jika hasil pengeboran lokasi tertetu menunjukkan perbedaan
dengan hasil-hasil lain di sekitarnya, sehingga susunan fondasi menjadi tidak teratur,
maka mengenai hal ini harus diberikan. Bila terdapat keraguan mengenai hasil
pengeboran, pengeboran ulang harus diadakan, sehingga diperoleh hasil yang
memuaskan.
Rekomendasi untuk perancangan fondasi harus didasarkan pada hal- hal yang
hubungannya dengan hasil penyelidikan yang diperoleh, yaitu didasarkan pada hasil
pengeboran dan pengujian, dan tidak boleh didasarkan pada dugaan.
Kesimpulan. Jika laporan penylidikan yang disajikan terlalu panjang, maka
sebaiknya diringkas dalam bentuk item-item, dan di dalam bab kesimpulan. Hal ini
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
berguna untuk membantu perancangan yang terlalu sibuk yang tidak mempunyai
cukup waktu untuk membaca seluruh pembahasan. Atau dengan cara lain, laporan
penyelidikan dimulai denga ringkasan prosedur penyelidikan dan garis besar
kesimpulan.
30