Anda di halaman 1dari 88

Kode/NamaRumpunIlmu*: 641/ Agama Islam

LAPORAN TAHUNAN
PENELITIAN HIBAH BERSAING

MODEL DAKWAH BI AL-HAL BAGI REMAJA DI DAERAH RAWAN


PROSTITUSI SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN MARAKNYA
PEKERJA SEKS BELIA (STUDI KASUS REMAJA PEKERJA SEKS DI
KOTA MEDAN)
Tahun ke 1 dari Rencana 2 Tahun
OLEH:
0102066203

Drs. MARIO KASDURI, M.A


(KETUA)
Drs. ZULKARNEIN LUBIS, M.A

0106046001

(ANGGOTA)

Dibiayai oleh:
APB Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Sesuai Dengan Surat Perjanjian Penugasan Dalam Rangka Pelaksanaan
Program Penelitian Hibah Bersaing Dana APB UMSU Tahun Anggaran 2014
Nomor: 202/II.3-AU/UMSU-P3M/C/2014
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEI 2015

HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian

: Model Dakwah Bi Al-Hal Bagi Remaja Di


Daerah Rawan Prostitusi Sebagai Upaya
Penanggulangan Maraknya Pekerja Seks Belia
(Studi Kasus Remaja Pekerja Seks Di Kota
Medan)

Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap
b. NIDN
c. Jabatan Fungsional
d. Program Studi
e. Nomor HP
f. Alamat Surel (e-mail)
Anggota (1)
a. Nama Lengkap
b. NIDN
c. Perguruan Tinggi
Tahun Pelaksanaan
Biaya Tahun Berjalan
Biaya Keseluruhan

:
:
:
:
:
:

Drs. Mario Kasduri, MA


0102066203
Lektor/ IIId
Pendidikan Agama Islam
085362449622
mariokasduri@yahoo.com

:
:
:
:
:
:

Drs. Zulkarnein Lubis, M.A


0106046001
UMSU
Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun
Dana Internal UMSU
- Rp 14.000.000
Rp. 28.000.000

Mengetahui,
Dekan FAI UMSU

Medan, 09 Mei 2015


Ketua Peneliti,

Akrim, S.PdI., M.Pd


MA
NIDN. 0122127902

Drs. Mario Kasduri,


NIDN. 0102066203
Menyetujui,
Ketua P3M UMSU

Azuar Juliandi, S.Sos., S.E., M.Si


NIP. 197407032005011002

RINGKASAN

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena menjamurnya daerah


prostitusi di kota Medan baik itu yang terselubung maupun terang-terangan
dimana sebagian besar pekerja seksnya merupakan anak-anak dibawah umur
(belia) yang masih menginjak Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan juga
Sekolah Menengah Atas (SMA). Tujuan utama dari penelitian ini adalah ntuk
mengembangkan model Dakwah Bi Al-Hal yang tepat bagi remaja di daerah
rawan prostitusi untuk menanggulangi maraknya pekerja seks belia di kota Medan
sehingga bisa menjadi acuan bagi pelaku dakwah, dalam merancang strategi
dakwah yang tepat yang dapat diterapkan untuk remaja di wilayah lainnya dan
sebagai masukan bagi pemerintah atau pengambil kebijakan di bidang keagamaan
dalam membuat rancangan kegiatan keagamaan yang lebih tepat sasaran sesuai
dengan permasalahan masyarakat masa kini. Penelitian ini dilakukan dengan dua
tahap atau dua tahun.
Pada tahun pertama, telah dilakukan observasi terhadap pelaksanaan
dakwah yang dilakukan oleh Dai, masyarakat dan juga pemerintah setempat
kepada remaja pekerja seks di salah satu kecamatan rawan prostitusi di kota
Medan yaitu Kecamatan Medan Petisah. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
modus operasi remaja pekerja seks diwilayah tersebut adalah terorganisasi dan
tidak terorganisasi. Beberapa faktor yang melatar belakangi mereka antara lain
adalah: Sulitnya mencari pekerjaan dan himpitan ekonomi, gaya hidup dan
keluarga yang tidak mampu. Permasalahan dasar yang yang dimiliki remaja
pekerja seks diantaranya berhubungan dengan permasalahan internal seperti:
broken home, dipaksa keluarga, dan turunan. Sementara itu, permasalahan
eksternal yang mereka alami sehingga terjebak dalam dunia prostitusi yaitu
seks dan pergaulan bebas, diperdaya oleh kekasih, dan pemerkosaaan.
Pelaksanaan dakwah Bi Al-Hal dikecamatan Medan petisah belum dapat
memberikan hasil yang optimal dalam menanggulangi permasalahan remaja
pekerja seks. Hal ini dikarenakan kurang bersinerginya pemerintah setempat
dengan Dai dan masyarakat serta lembaga lembaga keagamaan untuk
membuat program yang lebih sistematis dan tepat bagi remaja pekerja seks.
Adapun dakwah Bi Al-Hal yang selama ini ada di kecamatan Medan Petisah
hanya dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat saja. Sedangkan, para Dai
masih mengedepankan dakwah Bil Lisan berupa ceramah keagamaan.
Selanjutnya, untuk penelitian tahun kedua, akan dirancang model
dakwah Bi Al-Hal yang dikembangkan dari hasil penelitian tahun pertama yang
telah dilakukan. Model dakwah yang akan dirancang nantinya akan dievaluasi
kelayakannya dan keefektifannya sehingga nantinya model dakwah tersebut dapat
diterapkan dengan baik oleh Dai, masyarakat serta pemerintah dalam upaya
penanggulangan pekerja seks belia dikota medan.

PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan i kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian Hibah Bersaing dengan judul Model Dakwah Bi Al-Hal Bagi Remaja
di Daerah Rawan Prostitusi Sebagai Upaya Penanggulangan Maraknya Pekerja
Seks Belia (Studi Kasus Remaja Pekerja Seks Di Kota Medan) dengan baik dan
tepat waktu.
Pada kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang telah
memberikan bantuan dan arahan selama penelitian ini berlangsung hingga
terlaksananya penulisan laporan ini, yaitu diantaranya kepada:
1

Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M)


UMSU yang telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk

melaksanakan penelitian ini.


Bapak Camat Medan Petisah yang telah memberikan ijin untuk

melakukan kegiatan penelitian di daerah tersebut


Para Ulama ataupun Dai yang telah bersedia menjadi salah satu

partisipan kami dalam penelitian ini.


Masyarakat di wilayah Medan Petisah yang telah bersedia
berpartisipasi dalam memberikan informasi yang dibutuhkan

peneliti terkait penelitian ini


Pihak-pihak terkait yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu
yang telah memberikan sumbang saran sebagai penguat data
primer maupun sekunder.

Kami mendoakan semoga segala sesuatu yang telah bapak dan ibu berikan
demi kesempurnaan penelitian ini mendapatkan balasan dari Allah SWT, dan kami
juga berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, 15 Mei 2015
Ketua TPelaksana

Mario Kasduri, M.A

ii4

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .................................................................................................

PRAKATA.......................................................................................................

ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................

iii

BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................
B. Perumusan Masalah.......................................................................

1
3

BAB II. Tinjauan Pustaka..............................................................................

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Pengertian Dakwah........................................................................
Tujuan Dakwah..............................................................................
Unsur-Unsur Dakwah....................................................................
Dakwah Bi Al Hal.......................................................................
Prinsip-Prinsip Dakwah Bi Al-Hal.................................................
Pekerja Seks Komersial...................................................................
Strategi Dakwah Bi Al-Hal bagi Remaja Pekerja Seks..................

4
5
6
9
11
11
12

BAB III. MANFAAT DAN TUJUAN PENELITIAN..................................

16

A. Tujuan Penelitian...........................................................................
B. Manfaat Penelitian.........................................................................

16
16

BAB IV. METODE PENELITIAN...............................................................

18

A.
B.
C.
D.
E.
F.

Pendekatan Penelitian....................................................................
Lokasi Penelitian............................................................................
Sumber Data...................................................................................
Teknik Pengumpulan Data.............................................................
Teknik Analisis Data......................................................................
Teknik Menjamin Keabsahan Data................................................

18
20
21
21
21
22

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................

23

A. Letak Geografis Kecamatan Medan Petisah...................................


B. Analisis Karakteristik Remaja Pekerja Seks di Kecamatan
Medan Petisah.................................................................................
C. Analisis Permasalahan Remaja Pekerja Seks di Kecamatan
Medan Petisah.................................................................................
D. Lokasi Rawan Prostitusi di Wilayah Kecamatan Medan Petisah. . .
E. Pelaksanaan Dakwah Bi Al-Hal
iii bagi Remaja di Kecamatan
Medan Petisah ...................
F. Hambatan Pelaksanaan Dakwah Bi Al-Hal bagi Remaja Pekerja
Seks di Kecamatan Medan Petisah.................................................
G. Dampak Dakwah Bi Al-Hal di Kecamatan Medan Petisah............

23

28
32
37
41
49
56

BAB VI. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA.......................................

58

A. Rencana Penelitian Tahun Berikutnya............................................

58

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................

59

A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................

59
60

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena menjamurnya daerah
prostitusi di kota Medan baik itu yang terselubung maupun terang-terangan
dimana sebagian besar pekerja seksnya merupakan anak-anak dibawah umur
(belia) yang masih menginjak Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan juga
Sekolah Menengah Atas (SMA). Seperti data yang dilangsir oleh pemerintah
provinsi sumatera Utara bahwa pada tahun 2011, sebanyak 30 % pekerja seks
komersial merupakan siswa SMP dan 45 % nya merupakan siswa SMA. Hal ini
tentu saja menjadi ironi mengingat masa depan Negara kita tergantung pada
generasi muda sekarang ini. Bayangkan saja apa yang akan terjadi pada Negara ini
dimasa mendatang, jika seandainya masyarakatnya tidak lagi menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan juga moral. Oleh sebab itulah, strategi dakwa yang tepat
dalam mengajak seluruh umat manusia berada pada jalan yang benar sesuai apa
yang telah ditetapkan Allah dalam Al-Quran dan Hadist sangatlah penting
dilakukan, sehingga prilaku-prilaku menyimpang yang ada di masyarakat dapat
diminimalisir.
Kota medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang
menjadi pusat perkembangan bagi wilayah Indonesia bagian barat baik dari aspek
pendidikan, pariwisata, budaya, perdagangan, dan ekonomi jumlah penduduk
muslimnya mencapai 8,5 juta lebih (BPS, 2013). Perkembangan tersebut sedikit

banyaknya telah menyebabkan terjadinya pergeseran nilai-nilai agama, dan pola


pikir masyarakatnya sekarang ini. Di kota Medan sendiri terdapat beberapa daerah
rawan prostitusi, namun penelitian ini hanya akan difokuskan di kecaamatan
Medan Petisah. Daerah tersebut dianggap paing rawan karena seringnya terjadi
transaksi seks secara tersembunyi maupun terang-terang di wilayah tersebut. Oleh
sebab itu, sebagai umat Islam kita memiliki kewajiban untuk melakukan dakwah
kepada sesama muslim dengan saling mengingatkan dan menyeruh pada
kebajikan sehingga umat islam tidak terjebak dalam perbuatan dosa. Hal itu sesuai
dengan firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran (3): 104;

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Salah satu model dakwah yang dianggap tepat sebagai pendekatan
kepada remaja pekerja seks adalah model dakwah Bi Al-Hal. Dakwah Bi Al-Hal.
Adalah dakwah yang dilakukan melalui aksi atau tindakan nyata (bukan melalui
ceramah atau berkata-kata). Dakwah ini mencoba menyelesaikan permasalahan
keagamaan masyarakat dengan perbuatan konkrit sesuai dengan apa yang mereka
butuhkan. Misalnya saja dengan mendirikan madrasah sebagai tempat belajar AlQuran gratis bagi anak-anak kurang mampu. Dalam penelitian ini, tim peneliti
akan mengembangkan model dakwah Bi Al-Hal yang tepat bagi remaja di daerah

rawan prostitusi untuk menanggulangi maraknya pekerja seks belia di kota


Medan.

B. Perumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan
masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan dakwah yang dilakukan oleh Dai, masyarakat
dan juga pemerintah setempat kepada remaja pekerja seks di daerah rawan
prostitusi di kota Medan?
2. Apa saja faktor-faktor Penghambat aktivitas dakwah di daerah rawan
prostitusi di kota Medan?
3. Bagaimana dampak pelaksanaan dakwah yang dilakukan di daerah rawan
prostitusi di kota Medan terhadap prilaku remaja di daerah tersebut?
4. Bagaimana model dakwah Bi Al-Hal yang tepat bagi remaja di daerah
rawan prostitusi untuk menanggulangi maraknya pekerja seks belia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Dakwah
Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk
menyebarkan dan mengajarkan Islam kepada seluruh umat manusia di muka bumi
ini. Oleh karena itu, setiap orang yang mengaku beragama Islam berkewajiban
untuk menjadi juru dakwah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Menurut
Yakub (1981: 13), Dakwah itu sendiri diartikan sebagai usaha mengajak umat
manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan
Rasul-Nya. Sedangkan menurut Sanwar (1986: 3) dakwah merupakan perintah
mengadakan seruan kepada umat manusia untuk kembali dan hidup sepanjang
ajaran Allah yang benar, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan, dan nasihat yang
baik. Oleh karena dakwah Islamiah itu berupa kegiatan mengajak orang untuk
meyakini, serta mengamalkan akidah dan syariah Islamiah, maka konsepsi Islam
terlebih dahulu harus diyakini dan diamalkan pendakwah sendiri. Dengan
demikian, kegiatan dakwah dapat dikatakan sebagai aktualisasi atau realisasi salah
satu fungsi kodrati muslim.
Mulkhan (1996: 205) menyatakan bahwa fungsi kerisalahan berupa proses
pengkondisian agar seseorang atau masyarakat mengetahui, memahami,
mengimani, dan mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidup (way of
life). Dengan ungkapan lain, hakikat dakwah adalah suatu upaya untuk mengubah
suatu keadaan menjadi keadaan lain yang lebih baik menurut tolok ukur ajaran

Islam sehingga seseorang atau masyarakat mengamalkan Islam sebagai ajaran dan
pandangan hidup. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dakwah Islamiah
adalah suatu usaha dalam proses Islamisasi manusia agar taat dan tetap mentaati
ajaran-ajaran Islam guna memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Sebagaimana disebutkan di atas, dakwah adalah usaha untuk mengajak,
menyeru, dan mempengaruhi manusia agar selalu berpegang teguh pada ajaran
Allah, guna memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Berdakwah
merupakah tugas seluruh umat Islam sesuai dengan kemampuannya masingmasing. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat an-Nahl ayat 125;
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

B. Tujuan Dakwah
Adapun tujuan dakwah menurut Abdullah (1993: 9) antara lain sebagai
berikut: Pertama, terwujudnya proses perubahan objek dakwah dalam segi tingkah
laku dan kehidupan, sesuai dengan Islam. Perubahan itu meliputi tingkah laku
jasmani, akal, adat, sikap, dan lain-lainnya. Perubahan itu pula meliputi aspek
kehidupan masyarakat, baik dalam aspek budaya, spiritual, ekonomi, dan ain-lain.
Kedua, dakwah Islam bertujuan untuk kebaikan pribadi dan masyarakat. Dengan
ajaran amar maruf nahi munkar, mengajar serta menyampaikan dakwah bagi
orang yang mengetahuinya diharapkan dapat terwujud kebaikan tersebut.

Sementara itu, yang menjadi tujuan khusus dakwah adalah terbentuknya suatu
tatanan masyarakat Islam yang utuh fil silmi kaffah (Kafie: 1993: 66). Dengan
demikian, secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan dakwah Islamiah adalah
usaha untuk menyeru manusia agar mentaati perintah-perintah Allah SWT dan
Rasul-Nya, supaya mendapatkan kabahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

C. Unsur-unsur Dakwah
Adapun unsur-unsur pelaksanaan kegiatan dakwah antara lain:
1) Subjek Dakwah
Subjek dakwah ini setidaknya dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu: dai,
perencana, dan pengelola dakwah. Ketiga tiganya memiliki peran yang
penting dalam pelaksanaan dakwah dimasyarakat. Dai adalah pelaksana
dakwah, baik secara perseorangan/individu maupun secara kelompok yang
terorganisir Mulkhan (1996: 209). Setiap muslim laki-laki dan wanita, yang
sudah baligh dan berakal, baik ulama maupun bukan ulama. Sementara itu,
kedudukan dai dalam Islam itu terhormat karena selalu mengemban tugas
agama yang sangat mulia dalam pandangan Allah, yakni meneruskan risalah
Rasul dengan menyeru kepada umat manusia agar selalu berbuat kebaikan dan
mencegah kemungkaran. Mereka inilah orang-orang yang digolongkan ke
dalam kelompok khirul ummah sebagaimana ditegaskan Allah SWT dalam alQuran surat Ali Imran: 110. Artiya: Kamu adalah umat terbaik yang
dilahirkan umat manusia, menyuruh kepada maruf dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu

lebih baik dari mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik.

2) Madu (Penerima Dakwah)


Madu atau penerima dakwah adalah orang yang menerima ajakan dari
dai, yakni seluruh umat manusia tanpa kecuali, baik pria maupun wanita,
baragama maupun tidak beragama. Seluruh manusia adalah penerima dakwah
karena pada hakikatnya agama Islam itu diturunkan dan juga kerisalahan
Rasulullah SAW itu berlaku secara universal untuk semua umat manusia tanpa
memandang warna kulit, asal-usul keturunan, tempat tinggal, pekerjaan, dan
lain sebagainya. Masyarakat sebagai objek dakwah adalah salah satu unsur
dakwah yang penting dalam suatu proses dakwah karena apalah artinya suatu
proses dakwah tanpa adanya masyarakat (objek dakwah). Oleh karena itu,
masalah objek dakwah ini (masyarakat) harus benar-benar dipelajari oleh
seorang dai sebelum ia melangkah dalam melakukan dakwahnya agar dapat
berhasil.

3) Materi Dakwah
Materi dakwah adalah semua bahan atau mata pelajaran yang berisi
tentang pelajaran agama yang akan disampaikan oleh dai kepada madu dalam
suatu aktivitas dakwah, agar dakwah mencapai tujuan yang telah ditentukan
(Syukir, 1993:63). Materi dakwah sebagai pesan berisi anjuran dan ide
gerakan dalam rangka mencapai tujuan dakwah. Sebagai ajakan dan ide

gerakan untuk mengajak manusia kepada jalan Allah, materi dakwah


dimaksudkan agar manusia mau menerima dan memahami serta mengikuti
ajaran agama. Dengan demikian, ajaran agama ini benar-benar diketahui,
dipahami, dihayati dan selanjutnya diamalkan sebagai pedoman hidup. Semua
ajaran Islam itu tertuang di dalam wahyu yang disampaikan kepada
Rasulullah, yang perwujudannya terkandung dalam al-Quran dan al-Hadits
serta opini ulama. Adapun ajaran Islam sebagai materi dakwah secara garis
besar terdiri dari bidang akidah dan bidang syariah. Asmuni Syukir, dalam
bukunya, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, menambahkan satu bidang lagi
materi dakwah, yaitu bidang budi pekerti (ahlaq al-Karimah).

4) Media Dakwah
Media dakwah adalah alat yang diguanakan sebagai perantara untuk
melaksanakan kegiatan dakwah di antaranya berupa: lisan, tulisan, visual,
audio, dan keteladanan (Sanwar, 1986: 77). Dakwah secara lisan adalah
dakwah secara langsung, di mana dai menyampaikan ajakan dakwah secara
langsung dengan menyampaikan materi kepada madu. Adapun peralatan yang
digunakan untuk berdakwah melalui lisan antara lain; radio, televisi, dan lainlain. Dakwah melalui tulisan adalah kegiatan dakwah di mana penyampaian
materi dakwah dilaklukan oleh dai melaui tulisan-tulisan. Keuntungan media
tulis ini adalah bahwa jangkauannya lebih luas daripada penggunaan media
lisan.

Dakwah melalui visual adalah kegitan dakwah yang dilakukan dengan


menggunakan sarana visual (penglihatan), misalnya televisi. Dalam hal ini,
seorang dai menyampaikan pesan dakwahnya dengan memanfaatkan atau
menggunakan media yang dapat menghadirkan gambar, seperti TV. Berbeda
dengan dakwah lewat sarana visual, dakwah melalui audio adalah kegiatan
dakwah yang dilakukan oleh dai (penceramah) dengan menghadirkan suara,
tanpa disertai gambar seperti ceramah-ceramah melalui radio. Jadi, madu
memperoleh materi dakwah dengan cara mendengarkan ceramah dai, tanpa
melihat penceramah tersebut. Sementar itu, dakwah melalui keteladanan
adalah suatu kegiatan dakwah atau proses dakwah dengan cara memberikan
keteladanan (contoh yang baik) melalui tingkah laku dan perbutan, yang
diharapkan orang yang melihatnya (madu) mau mencontohnya dan kemudian
melaksanakannya.

D. Dakwah Bi Al-Hal
Menurut Amin (2009:11), Dakwah bi al-hal merupakan aktivitas dakwah
Islam yang dilakukan dengan tindakan nyata atau amal nyata terhadap kebutuhan
penerima dakwah sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh mereka secara konkrit.
Misalnya dakwah dengan membangun rumah sakit untuk keperluan masyarakat
sekitar yang membutuhkan keberadaan rumah sakit. Suparta dan Hefni dalam
buku Metode Dakwah, memberikan pengertian dakwah Bi Al-Hal adalah
memanngil, menyeru ke jalan Tuhan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat dengan
menggunakan bahasa keadaan manusia yang di dakwahi (madu) atau

memanggil, menyeru ke jalan Tuhan untuk kebahagiaan manusia dunia dan


akhirat dengan perbuatan nyata yang seseuai dengan keadaan manusia.
Yusuf (2003) memberi pengertian, bahwa dakwah Bi Al-Hal dipergunakan
untuk merujuk kegiatan dakwah melalui aksi atau tindakan. Demikian juga Munir
(2006) dalam Kamus Istilah Islam memberikan pengertian bahwa yang dimaksud
dengan dakwah Bi Al-Hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata. Adapun
karakteristik dakwah Bi Al-Hal adalah dakwah dengan perbuatan, tanpa melalui
kata-kata. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya unsur keteladanan (uswah)
merupakan yang paling dominan. Sebagai contoh berdakwah di kalangan
masyarakat miskin tidak akan efektif dengan hanya berceramah tapi akan lebih
efektif bila dakwah dilakukan dengan menyantuni mereka, memberikan makanan,
pakaian, dan sebagainya.
Idealnya pengembangan dakwah Bi Al-Hal yang efektif harus mengacu
pada masyarakat untuk meningkatkan ke-Islam-annya, sekaligus juga kualitas
hidupnya. Hal ini sangat penting, karena dakwah tidak hanya mensyaratkan halhal religius Islami namun juga menumbuhkan etos kerja. Artinya, bahwa dakwah
Bi Al-Hal ditentukan oleh sikap, perilaku dan kegiatan-kegiatan nyata yang
interaktif mendekatkan masyarakat kepada kebutuhannya yang secara langsung
atau tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas keberagamaan. Hal ini sejalan
dengan apa yang diutarakan oleh Kementerian Agama, bahwa karakteristik
dakwah Bi Al-Hal adalah dakwah yang lebih menunjukkan dan mengarah kepada
upaya mempengaruhi dan mengajak seseorang atau kelompok manusia dengan
keteladanan dan amal perbuatan. Hal ini sejalan dengan apa yang diutarakan oleh

10

Kementerian Agama, bahwa karakteristik dakwah Bi Al-Hal adalah dakwah yang


lebih menunjukkan dan mengarah kepada upaya mempengaruhi dan mengajak
seseorang atau kelompok manusia dengan keteladanan dan amal perbuatan.

E. Prinsip-prinsip Dakwah Bi Al-Hal


Ada beberapa prinsip dalam melakukan dakwah Bi Al-Hal menurut
Thahan (2007: 217-232) dalam bukunya Pemikiran Modern Hasan Al-Banna,
ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)

Menebarkan kebaikan di tengah masyarakat;


Pemberantasan terhadap kemungkaran dan perbuatan nista;
Mendukung perilaku luhur;
Melakukan amar maruf; dan
Bersegera melakukan kebajikan.
Sedangkan menurut Halim (2009: 15-16) prinsip dakwah Bi Al-Hal, paling

tidak ada 2 (dua) prinsip, yaitu: Pertama, orientasi pada kesejahteraan lahir dan
batin masyarakat luas. Kedua, harus bisa melakukan rekaya sosial (social
engineering) untuk mendapatkan suatu perubahan tatanan kehidupan sosial yang
lebih baik.

F. Pekerja Seks Komersial


Kaum perempuan sebagai penjaja seks komersial selalu menjadi objek dan
tudingan sumber permasalahan dalam upaya mengurangi praktek prostitusi.
Prostitusi juga muncul karena ada definisi sosial di masyarakat bahwa wanita
sebagai objek seks. Pekerja seks komersial pada umumnya adalah seorang wanita.
Wanita adalah mahluk bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang utuh dan unik,
mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam macam sesuai dengan tingkat
11

perkembangannya. Wanita/ ibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa


sehingga keberadaan wanita sehat jasmani dan rohani serta sosial sangat diperlukan.
Wanita/ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga.
Pekerja seks komersial adalah seseorang yang menjual dirinya dengan
melakukan hubungan seks untuk tujuan ekonomi. Pelacuran atau prostitusi adalah
penjualan jasa seksual. Pelacuran adalah profesi yang menjual jasa untuk
memuaskan kebutuhan seksual pelanggan, biasanya pelayanan ini dalam bentuk
penyerahan tubuhnya. Pada perkembangannya pekerja seks komersial bisa
dikelompokkan berdasarkan umurnya yakni: PSK Remaja atau Belia (berkisar pada
usia 12-18 tahun) dan PSK Dewasa (berkisar pada usia 19-40 tahun).

G. Strategi Dakwah Bi Al-Hal bagi Remaja Pekerja Seks


Menurut Subadara (2007), pekerja seks adalah seseorang yang menjual
dirinya dengan melakukan hubungan seks untuk tujuan ekonomi. Sedangkan
remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional
(Santrock ,2003: 26). Menurut J. Piager (2003), Remaja adalah peralihan antara
masa anak-anak dan masa dewasa, yaitu antara 12- 21 tahun. Pada masa ini dia
beralih dari masa yang penuh dengan ketergantungan kepada orang lain, dimana
dia harus melepaskan diri dari ketergantungan itu dan ikut memikul tanggung
jawab sendiri yaitu masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa.
Jadi, dapat dikatakan bahwa remaja pekerja seks adalah remaja yang menjual
dirinya dengan melakukan hubungan seks.

12

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang bersedia menjadi


pekerja seks komersial antara lain; (1) faktor ekonomi (sulit mencari pekerjaaan,
gaya hidup, keluarga yang tidak mampu; (2) faktor kekerasan (pernah menjadi
korban perkosaan, atau karena dipaksa); (3) faktor lingkungan (seks bebas, dan
broken home). Oleh sebab itu, kegiatan dakwah yang dilakukan kepada pekerja
seks terutama pada yang berusia remaja haruslah mampu menawarkan solusi bagi
mereka sehingga mereka mau kembali ke jalan yang benar yaitu jalan yang
diridhoi Allah SWT.
Salah salu model dakwah yang dianggap bisa dijadikan solusi untuk
meminimalisir maraknya pekerja seks belia adalah model dakwah bi al-hal yaitu
dakwah yang dilakukan dengan tindakan nyata untuk meretas permasalahan yang
dihadapi oleh objek dakwah. Adapun karakteristik dakwah Bi Al-Hal adalah
dakwah dengan perbuatan, tanpa melalui kata-kata. Dalam dakwah ini,
pendakwah mencoba untuk menawarkan solusi konkrit yang sesuai dengan
kebetuhan si objek dakwah. Menurut Ali Musthafa Yakub, ada beberapa
pendekatan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam dakwah bi al-hal
sebagaimana dikutip Amin (2009), antara lain:
(a) pendekatan personal (Manhaj A-Sirri)
(b) pendekatan pendidikan (Manhaj At-Talim)
(c) pendekatan penawaran (Manhaj Al-ardh)
(d) pendekatan misi (Manhaj Al-Bitsah)
(e) pendekatan korespondensi (Manhaj Al-Mukatabah)
(f) pendekatan diskusi (Manhaj Al-Mujadalah).

13

Selain itu, dakwah bi al-hal juga bisa dilakukan dengan pendekatan; (1)
Struktural, yaitu pengembangan dakwah yang dilakukan dengan melalui jalur
struktur formal misalnya melalui pemerintahan, (2) Kultural, yaitu pengembangan
dakwah melalui jalur kultural nonformal, misalnya melalui pengembangan
masyarakat, kebudayaan, sosial, dan bentuk nonformal lainnya. Hal ini pernah
dikembangkan oleh Almarhum KH. Abdurrahman Wahid (mantan Pimpinan Besar
NU dan Presiden RI ke 4) dengan NU-nya. Karena dakwah Bi Al-Hal merupakan
bagian atau implementasi dari dakwah kultural, maka strategi (pendekatan) nya
juga dapat dilakukan dengan:
a) Pendekatan persuasif dan motivatif, yaitu pendekatan yang dilakukan
dengan rasa sejuk dan mendorong dengan semangat tinggi, bahwa dai
harus mampu menempatkan diri sebagai motivator yang baik, inisator
yang cerdas, dan dinamisator yang terampil.
b) Pendekatan konsultatif, yaitu pendekatan yang dilaksanakan melalui media
konsultasi dalam prinsip bergaul bersama berperan bersetara.
c) Pendekatan partisipatif, , yaitu pendekatan dalam bentuk saling bekerja
sama dan membantu di lapangan dalam memecahkan masalah yang
dihadapi.
Selain pendekatan di atas, dakwah Bi Al-Hal juga bisa dilakukan melalui
pendektan-pendekatan sebagai berikut (Thahan, 2007):
1) Sosio Karikatif, yaitu suatu pendekatan yang didasarkan pada
anggapan bahwa masyarakat adalah miskin, menderita, dan tidak
mampu memecahkan masalahnya sendiri. Mereka perlu ditolong,
dikasihani, dan diberi sumbangan.

14

2) Sosio Ekonomis, yaitu suatu pendekatan pengembangan masyarakat


yang didasarkan pada anggapan bahwa apabila pendapatan masyarakat
ditingkatan dan kebutuhan pokoknya dapat dipenuhi, persoalan lain
dengan sendirinya dapat dipecahkan.
3) Sosio Reformis, yaitu suatu pendekatan yang sifatnya aksidental, tanpa
tindak lanjut, karena sekedar untuk mengembalikan keadaan seperti
semula. Misalnya bantuan untuk bencana alam, kelaparan, dan
sebagainya.
4) Sosio Transformatif , yaitu suatu pendekatan yang beranggapan, bahwa
pada dasarnya pengembangan masyarakat adalah upaya perubahan
sikap, perilaku, pandangan, dan budaya yang mengarah pada
keswadayaan dalam mengenal masalah, merencanakan pemecahan,
melaksanakan pemecahan, dan melakukan evaluasi. Juga dapat
dilakukan dengan pendekatan, seperti: (1) memberikan motivasi
kepada masyarakat untuk menumbuhkan solidaritas sosial; (2)
melakukan aksi-aksi nyata dan program-program yang lagsung
menyentuh kebutuhan.

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:

15

1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan dakwah yang dilakukan kepada


remaja pekerja seks di daerah rawan prostitusi di kota Medan
2. Untuk memaparkan faktor-faktor Penghambat dakwah didaerah rawan
prostitusi di kota Medan?
3. Untuk mengetahui dampak pelaksanaan dakwah yang dilakukan didaerah
rawan prostitusi di kota Medan terhadap prilaku remaja didaerah tersebut?
4. Untuk mengembangkan model Dakwah Bi Al-Hal yang tepat bagi remaja
di daerah rawan prostitusi untuk menanggulangi maraknya pekerja seks
belia

B. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut:
1. Menjadi solusi dalam mengatasi krisis moral yang tengah melanda bangsa
Indonesia
2. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap fenomena-fenomena
penyimpangan yang terjadi di lingkungan sekitar mereka
3. Sebagai acuan bagi pelaku dakwah, dalam merancang strategi dakwah
yang tepat yang dapat diterapkan untuk remaja diwilayah lainnya.
4. Sebagai masukan bagi pemerintah atau pengambil kebijakan di bidang
keagamaan dalam membuat rancangan kegiatan keagamaan yang lebih
tepat sasaran sesuai dengan permasalahan masyarakat masa kini.

16

17

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka penelitian secara keseluruhan
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor (1992)
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang
yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang
mendalam tentang realitas model Dakwah Bi Al-Hal yang tepat bagi remaja di
daerah rawan prostitusi untuk menanggulangi maraknya pekerja seks belia.
Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan, adalah sebagai berikut:
1) Tahap pertama
Kegiatan awal yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan observasi
terhadap pelaksanaan dakwah yang dilakukan oleh Dai, masyarakat dan juga
pemerintah setempat kepada remaja pekerja seks di salah satu kecamatan rawan
prostitusi di kota Medan yaitu Kecamatan Medan Petisah. Kawasan tersebut

18

dianggap sebagai kawasan rawan prostitusi di kota medan karena seringnya terjadi
transaksi seks yang dilakukan baik secara sembunyi-sembunyi maupun terangterangan di wilayah tersebut terutama oleh pekerja seks belia. Peneliti juga
meneliti apa saja faktor-faktor penghambat aktivitas dakwah di daerah tersebut
serta permasalahan yang dimiliki remaja pekerja seks yang menyebabkan mereka
berprofesi seperti itu, sehingga nantinya dapat diperoleh gambaran solusi yang
tepat untuk mengoptimalkan pelaksanaan dakwah di daerah tersebut. Selanjutnya,
peneliti melihat sejauh mana efektifitas pelaksanaan dakwah terhadap prilaku
remaja pekerja seks di daerah tersebut. Hasil yang didapat dari kegiatan penelitian
tahap pertama ini akan menjadi acuan bagi peneliti dalam mengembangkan model
dakwah Bi Al-Hal yang tepat untuk menanggulangi maraknya pekerja seks belia
di kota Medan

2) Tahap kedua
Pada tahap ini akan dirancang model dakwah Bi Al-Hal yang dikembangkan
dari hasil penelitian tahap pertama yang telah dilakukan. Model dakwah yang
akan dirancang nantinya akan dievaluasi kelayakannya dan keefektifannya
sehingga nantinya model dakwah tersebut dapat diterapkan dengan baik oleh Dai,
masyarakat serta pemerintah dalam upaya penanggulangan pekerja seks belia
dikota medan.
Berikut ini akan ditampikan diagram alir penelitian:

19

Tahun I
Analisis Kegiatan dakwah bagi remaja pekerja seks

Analisis hambatan yang dihadapai Dai, masyarakat


Analisis permasalahan
dan pemerintah
remaja
Analisis
pekerja
Karakteristik
seks
remaja pekerja seks

Perumusan model dakwah

Perumusan tujuan dan strategi dakwah

Tahun II
Desain model dakwah Bi Al-Hal bagi remaja pekeja seks

Penyusunan Draft awal


Uji coba model dakwah
Penilaian
Bi Al-Hal)
efektifitas model dakwah Bi Al-Hal

Publikasi hasil ke masyarakat luas Evaluasi dan Refleksi


Revisi Draft 2

20

Evaluasi dan Refleksi


Revisi Draft 1

B. Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di salah satu daerah yang dianggap
rawan prostitusi di kota Medan yaitu kecamatan Medan Petisah. Dikawasan
tersebut, terdapat hotel-hotel, tempat Spa serta diskotik yang diduga menjadi
tempat terjadinya transaksi seks yang dilakukan pekerja seks belia. Pelaksanaan
Penelitian dilakukan selama 2 tahun, mulai tahun 2014 sampai dengan 2015.

C. Sumber Data
Data diperoleh melalui observasi, kuesioner, dan wawancara yang
dilakukan langsung terhadap remaja pekerja seks komersial di wilayah tersebut,
Dai, masyarakat serta pemerintah setempat yang terkait.

D. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, kuesioner (pengisian
angket) dan wawancara. Observasi dilakukan dengan cara mengamati, mencatat
dan merekam setiap kegiatan dakwah yang dilakukan di wilayah tersebut,
sedangkan kuesioner yang diberikan kepada informan adalah berbentuk kuesioner
terbuka berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Selain itu, peneliti
juga akan melakuan wawancara kepada pihak-pihak yang bersangkutan (pekerja

21

seks belia, Dai, masyarakat, pemerintah setempat) dimana prosesnya dilakukan


secara informal (tak terstuktur).

E. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan prosedur yang
dikemukan oleh Miles and Huberman (1994: 21-25) dengan langkah-langkah
sebagai berikut:

1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses penyeleksian data, pemokusan data,
penyederhanaan data serta pengkategorian data yang diperoleh dari observasi
maupun interview yang telah dilakukan oleh tim peneliti dimana proses ini
berlangsung sepanjang proses pengumpulan data. Dalam hal ini data yang
diambil hanya yang berkaitan dengan proses pelaksanaan dakwah yang
dilakukan oleh Dai, masyarakat dan juga pemerintah setempat kepada remaja
pekerja seks di Kecamatan Medan Petisah serta permasalahan dimiliki oleh
pekerja seks belia sehingga mereka terjun ke profesi seperti itu.
2. Penyajian Data

22

Penyajian data merupakan penyusunan informasi atau fakta-fakta yang


diperoleh dari hasil pereduksian data. Data penelitian ini akan disajikan secara
teratur agar mudah dilihat dan dimengerti sehingga peneliti dapat mengetahui
secara jelas bagaimana pelaksanaan dakwah yang dilakukan oleh Dai,
masyarakat dan juga pemerintah setempat kepada remaja pekerja seks di
Kecamatan Medan Petisah dan bagaimana efeknya terhadap prilaku remaja
pekerja seks tersebut
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data
Dari hasil reduksi dan panyajian data yang telah dilakukan, maka
peneliti akan menarik suatu kesimpulan sementara. Kesimpulan sementara ini
masih dapat berubah jika ditemukan bukti-bukti kuat lain pada saat proses
verifikasi data di lapangan. Dari kesimpulan ini nantinya akan disusun model
model dakwah Bi Al-Hal yang tepat bagi remaja pekerja seks sehingga dapat
meminimalisir jumlah pekerja seks belia di kota Medan

F. Teknik Menjamin Keabsahan Data


Keabsahan data sangat diperlukan dalam penelitian kualitatif untuk
menjamin

bahwa

penelitian

benar-benar

dapat

dipertanggungjawabkan.

Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan


teknik yang dikemukan olehMoleong (2001), yaitu:

23

1. Memperpanjang masa pengamatan


2. Ketekunan pengamatan
3. Triangulasi
4. Konsisten dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan
konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.
5. Mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk
diskusi analitik dengan anggota peneliti.
6. Membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak
berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih
objektif.

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

24

Dalam Bab ini, penulis akan menggambarkan secara umum kondisi


wilayah yang dijadikan obyek penelitian, sekaligus memaparkan temuan dan
membahasnya mengenai data-data yang telah peneliti kumpulkan.
A. Gambaran Umum Kondisi Kecamatan Medan Petisah
1. Situasi dan Kondisi Geografis
Kecamatan Medan Petisah adalah salah satu Kecamatan di bagian barat
dari pusat Kota Medan, Sumatera Utara tepatnya 3 km dari kantor walikota
dengan luas daerah 4,93 km2. Sedangkan batas-batas wilayah Kecamatan Medan
Petisah adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

Wilayah barat daerah perbatasanya adalah Kecamatan Medan Helvetia


Wilayah timur daerah perbatasanya adalah Kecamatan Medan Barat
Wilayah selatan daerah perbatasanya adalah Kecamatan Medan Baru
Wilayah utara daerah perbatasanya adalah Kecamatan Medan Barat
Kecamatan Medan Petisah memiliki 7 kelurahan yaitu Kelurahan Petisah

Tengah, Kelurahan Sekip, Kelurahan Sei Putih Barat, Kelurahan Sei Putih Tengah,
Kelurahan Sei Putih Timur I, Kelurahan Sei Putih Timur II, dan Kelurahan Sei
Sikambing.
Kecamatan Medan Petisah merupakan daerah yang banyak penduduknya
yaitu berjumlah 62.227 orang penduduk, terdiri dari 29.526 orang laki-laki serta
32.701 orang perempuan. Berdasarkan kelompok umur, distribusi penduduk
Kecamatan Medan Petisah relative lebih banyak penduduk usia produktif.

2. Situasi dan Kondisi Sosio Ekonomi


Kecamatan Medan Petisah, dilihat letak geografisnya yang dikitari oleh
berbagai sektor kehidupan, menjadikan konsentrasi kehidupanya tidak hanya pada

25

satu sektor saja. Kehidupan masyarakat Kecamatan Medan Petisah tidak terfokus
hanya pada satu sektor saja, misalnya perdagangan, meskipun dilihat letak
geografisnya diapit oleh pusat layanan dan industri maupun birokrasi.
Penduduknya memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam; ada yang menjadi
pedagang, pengusaha industri, buruh industri, buruh bangunan, pedagang,
pengangkutan, pegawai negeri/TNI, pensiunan dan sebagainya; sebagaimana
terlampir dalam tabel berikut:
Tabel I. Jenis-jenis Pekerjaan Penduduk Kecamatan Medan Petisah
No
1
2
3
4
5
6

Jenis Pekerjaan

Jumlah
Petani
44
Pegawai Negeri
1.802
Pegawai Swasta
14.411
TNI / Polri
129
Pedagang
5.302
Pensiunan
374
Jumlah
22.062
Sumber: Medan dalam Angka 2014, BPS Kota Medan

Di Kecamatan Medan Petisah banyak terdapat pusat-pusat perbelanjaan,


pasar, petokoan, perbankan dan showroom. Dari kecamatan ini terdapat produk
unggulan yang merupakan industri rumah tangga berupa industri dan pemasaran
Bika Ambon tepatnya di Jl. Majapahit yang sangat terkenal dengan oleh-oleh khas
Medan. Selain Bika Ambon di kecamatan ini juga terdapat industri rumah tangga
lainnya seperti anyaman rotan dan konveksi pakaian jadi.
Kecamatan Medan Petisah juga merupakan kecamatan pusat layanan dan
birokrasi. Hal ini ditopang dengan keberadaan kantor Walikota Medan dan kantor
DPRD Kota Medan dan DPRD SUMUT yang berdiri kokoh. Selanjutnya
keberadaan Lapangan Benteng, Stadion Kebun Bunga, Museum Bukit Barisan,

26

Tugu Sister City, menjadikan kecamatan ini salah satu kecamatan tempat rekreasi
dalam kota khususnya para penduduk yang penat dengan aktifitas kerja maupun
pelancong yang ingin melihat panorama kota Medan. Kemudian juga kawasan ini
merupakan kawasan industri perhotelan karena beberapa hotel tekenal berdiri
disini seperti Hotel Grand Aston, Hotel Santika Dyandra, dan lainnya. Namun
tidak hanya hotel bintang lima saja, di kawasan ini juga berderet hotel-hotel
berbintang tiga dan kelas melati. Industri hiburan juga banyak di jumpai didaerah
ini seperti karaoke, klub malam, Spa, pub dan bistro, live musik dan lain-lain.
Inilah yang menyebabkan kecamatan Medan Petisah terkenal dengan dunia
malamnya.

3. Situasi dan Kondisi Sosio Religius


Kecamatan Medan Petisah sebagai daerah yang termasuk daerah
perdagangan dan bisnis memiliki penduduk yang mayoritas beragama Islam.
Adapun agama lain yang di anut penduduk Kecamatan Medan Petisah adalah
Kristen Katolik, Kristen protestan, Hindu dan Budha. Hal ini sebagaimana
terlampir dalam tabel berikut:
Tabel 2. Situasi dan Kondisi Penganut Agama di Kecamatan Medan Petisah
No
1
2
3
4
5

Agama

Jumlah
Penduduk
Islam
50.879
Kristen Katolik
1.852
Kristen Protestan
5.976
Hindu
544
Budha
2.976
Jumlah
62.227
Sumber: Medan dalam Angka 2014, BPS Kota Medan

27

4. Tingkat Pendidikan
Kecamatan Medan Petisah merupakan daerah yang bebas dari buta huruf,
sebab dilihat dari tingkat pendidikan jumlah penduduk yang ada hanya beberapa
persen yang tidak sekolah, itu pun sebagian besar dari kalangan orang tua yang
sudah lanjut usia tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah dan anak-anak
yang masih balita. Adapun tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Medan
Petisah ada yang lulusan setingkat Sekolah Dasar, SMP, SMA, dan Akademik atau
Perguruan Tinggi.

5. Keadaan Sarana dan Prasarana


Keadaan sarana dan prasarana yang tersedia dapat dikatakan baik. Hal ini
didasarkan atas fasilitas yang tersedia seperti sekolah, mushola, masjid, dan
sebagainya. Agar lebih jelas hal itu dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 3. Keadaan Sarana dan Prasarana
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Jenis Sarana Prasaran


Jumlah
TK/ PAUD
26
SD/ MI
24
SMP/MTS
15
SMA/SMK/MA
20
Masjid
35
Mushola
15
Gereja
25
Pura
0
Wihara
12
Jumlah
172
Sumber: Medan dalam Angka 2014, BPS Kota Medan

Namun sarana pendidikan dan agama diatas hanya ditunjang dengan 1


buah lapangan bola kaki. Kemudian sarana perekonomian menjadi aset besar bagi
28

Kecamatan Medan Petisah seperti pasar tradisional yang berjumlah 3 unit,


pertokoan 12 unit dan Mall atau plaza sebanyak 5 unit. Sarana SPBU sebanyak 4
unit, bengkel sepeda motor 35 unit, bengkel mobil 31 unit, doorsmer mobil 23
unit dan doorsmer sepeda motor sebanyak 12 unit. Kelebihan lain dari kecamatan
Medan petisah adalah sarana lembaga keuangannya yang menjadi motor
penggerak roda ekonomi dengan jumlah Bank sebanyak 23 unit, Valuta asing
sejumlah 3 unit, koperasi sebanyak 8 unit, dan pegadaian 2 unit.

B. Analisis Karakteristik Remaja Pekerja Seks di Kecamatan Medan


Petisah
Berdasarkan modus operasinya, r e m a j a pekerja seks komersial di
kelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Terorganisasi
Yaitu mereka yang terorganisasi dengan adanya pimpinan, pengelola atau
mucikari, dan para pekerjanya mengikuti aturan yang mereka tetapkan.
Dalam kelompok ini adalah mereka yang bekerja di lokalisasi, panti pijat,
salon kecantikan.
b. Tidak Terorganisasi
Yaitu mereka yang beroperasi secara tidak tetap, serta tidak terorganisasi
secara jelas. Misalnya pekerja seks di jalanan, kelab malam, diskotik.
beberapa faktor yang melatar belakangi terjerumusnya remaja menjadi
pekerja seks komersial antara lain adalah:
a. Sulit mencari pekerjaan dan himpitan ekonomi.
Ketiadaan kemampuan dasar untuk masuk dalam pasar kerja yang
memerlukan persyaratan, menjadikan wanita tidak dapat memasukinya.

29

Atas berbagai alasan dan sebab akhirnya pilihan pekerjaan inilah yang
dapat dimasuki dan menjanjikan penghasilan yang besar tanpa syarat
yang susah. Menjadi pekerja seks komersial karena iming-iming uang
kerap menjadi pemikat yang akhirnya justru menjerumuskan mereka ke
lembah kelam. Alasan seorang wanita terjerumus menjadi pekerja seks
adalah karena desakan ekonomi, dimana susahnya mencari pekerjaan
membuat mereka berpikir bahwa pekerja seks merupakan pekerjaan yang
termudah untuk mendapatkan uang untuk kebutuhan sehari-hari.
Pengakuan seorang lulusan SMP, sebut saja Rina (nama samaran) atas
alasan susahnya mencari pekerjaan di kota Medan menyebabkan ia harus
memilih jalan pintas menjadi PSK untuk memenuhi segala kebutuhannya
sehari-hari.
Penyebab lainnya adalah karena mereka tidak memiliki modal
untuk kegiatan ekonomi, tidak memiliki keterampilan maupun pendidikan
untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan juga karena terkena
PHK

sehingga

menjadi

pekerja

seks merupakan

pilihan untuk

menyambung hidup.
b. Gaya Hidup
Pergeseran norma selalu terjadi dimana saja apalagi dalam
tatanan masyarakat yang dinamis. Norma kehidupan, norma sosial,
bahkan norma hukum seringkali diabaikan demi mencapai sesuatu tujuan.
Kecenderungan melacurkan diri pada banyak wanita untuk menghindari
kesulitan hidup, selain itu untuk menambah kesenangan melalui jalan
pintas. Dari penelitian ini diketahui bahwa pekerja seks komersial
sebagian rela menjajakan tubuhnya demi memenuhi kebutuhan lifestyle.

30

Menjadi pekerja seks dapat terjadi karena dorongan hebat untuk


memiliki sesuatu. Jalan cepat yang selintas terlihat menjanjikan untuk
memenuhi sesuatu yang ingin dimiliki. Gaya hidup yang cenderung
mewah juga dengan mudah ditemui pada diri pekerja seks. Ada
kebanggaan tersendiri ketika menjadi orang kaya, padahal uang tersebut
diketahui diperoleh dari mencari nafkah sebagai PSK. Paling tidak ada 5
responden tanpa malu mengakui bahwa tuntutan untuk memiliki gadget
dan uang secara mudah mendorong mereka menjajakan diri. Rasa iri dan
prestige antar sesama teman semakin memicu tindakan amoral tersebut.
Gaya hidup menyebabkan makin menyusutnya rasa malu dan makin
jauhnya agama dari pribadi-pribadi yang terlibat dalam aktifitas prostitusi
maupun masyarakat. Pergeseran sudut pandang tentang nilai-nilai budaya
yang seharusnya dianut telah membuat gaya hidup mewah dipandang
sebagai gaya hidup yang harus di miliki.
c. Keluarga yang tidak mampu
Keluarga adalah unit sosial paling kecil dalam masyarakat yang
peranannya besar sekali terhadap perkembangan sosial, terlebih pada
awal-awal perkembangannya yang menjadi landasan bagi perkembangan
kepribadian selanjutnya. Masalah yang sering terjadi dalam keluarga
adalah masalah ekonomi. Dimana ketidakmampuan dalam memenuhi
kebutuhan didalam keluarga, sehingga kondisi ini memaksa para orang
tua dari kelurga miskin memperkerjakan anaknya sebagai pekerja seks.
Penuturan seorang pelajar salah satu SMK negeri yakni Lili (nama
samaran) menyatakan biaya sekolah apalagi SMK memang mahal, biaya

31

praktek sekolah dan praktek industri menyedot anggaran lebih orang tua.
Pada dasarnya tidak ada orang tua yang mau membebani anaknya untuk
b ekerja namun karena ketidakmampuan dan karena faktor kemiskinan,
sehingga tidak ada pilihan lain mempekerjakan anak menjadi pekerja
seks, untuk pemenuhan tuntutan kebutuhan sehari-hari yang tidak dapat
ditoleransi. Pelacuran erat hubungannya

dengan

masalah

sosial.

Pasalnya kemiskinan sering memaksa orang bisa berbuat apa saja demi
memenuhi kebutuhan hidup termasuk melacurkan diri ke lingkaran
prostitusi. Hal ini biasanya dialami oleh perempuan-perempuan kalangan
menengah kebawah.
C. Analisis Permasalahan Remaja Pekerja Seks di Kecamatan Medan
Petisah
1. Permasalahan Internal
Permasalah internal yang akhirnya menyebabkan remaja menjadi
Pekerja Seks Komersial antara lain adalah:
a. Broken Home
Keluarga adalah sumber kepribadian seseorang, didalam keluarga
dapat ditemukan berbagai elemen dasar yang membentuk kepribadian
seseorang. Lingkungan keluarga dan orang tua sangat berperan besar dalam
perkembangan kepribadian anak. Orang tua menjadi faktor penting dalam
menanamkan dasar kepribadian

yang

ikut

menentukan

corak

dan

gambaran kepribadian seseorang. Lingkungan rumah khususnya orang tua


menjadi sangat penting sebagai tempat tumbuh dan kembang lebih lanjut.
Perilaku negatif dengan berbagai coraknya adalah akibat dari suasana dan

32

perlakuan negatif yang di alami dalam keluarga. Hubungan antara pribadi


dalam keluarga yang meliputi hubungan antar orang tua, saudara menjadi
faktor yang penting munculnya prilaku yang tidak baik. Dari paparan
beberapa fakta kasus anak yang menjadi korban perceraian orang tuanya,
menjadi anak-anak broken home yang cenderung berprilaku negatif seperti
menjadi pecandu narkoba atau terjerumus seks bebas dan menjadi PSK.
Penuturan Puteri (nama samaran) menegasakan bahwa awal mulanya ia
melampiaskan kemarahan dan kebencian pada orang tuanya yang sering
bertengkar dengan lebih intens bepergian bersama pacarnya yang akhirnya
dia merelakan kesuciannya direnggut dan kemudian ditinggal oleh pacar lalu
memilih jalan prostitusi ini.
b. Dipaksa / Disuruh Keluarga
Dalam kondisi yang wajar atau kondisi yang normal pada umumnya
tidak ada seorang keluargapun yang tega menjajakan anggota keluarganya
untuk dikencani lelaki lain. Namun kehidupan manusia di dunia ini sangat
beragam lagi berbeda-beda jalan hidupnya, sehingga ditemui pula kondisi
ketidakwajaran atau situasi yang berlangsung secara tidak normal salah
satunya adalah orang tua yang tega menyuruh anaknya menjadi pelacur.
Anak melacur karena disuruh orangtuanya, apapun juga situasi dan kondisi
yang menyebabkan tindakan orangtua tersebut tidaklah dibenarkan, baik oleh
moral ataupun oleh agama. Namun anak terpaksa melakukannya karena
dituntut harus memenuhi kebutuhan hidup keluarga, mengingat orangtuanya
adalah pengangguran.

33

c. Turunan
Tidak dapat disangkal bahwa keluarga merupakan tempat pertama
bagi anak untuk belajar berinteraksi sosial. Melalui keluarga anak belajar
merespons terhadap masyarakat dan beradaptasi ditengah kehidupan yang
lebih besar kelak. Lingkungan

keluarga

seringkali

disebut

sebagai

lingkungan pendidikan informal yang mempengaruhi perkembangan orang


yang ada didalamnya. Adakalanya melalui tindakan-tindakan, perintahperintah yang diberikan secara langsung untuk menunjukkan apa yang
seharusnya dilakukan. Orang tua atau saudara bersikap atau bertindak
sebagai patokan, contoh, model agar ditiru. Berdasarkan hal-hal diatas orang
tua jelas berperan besar dalam perkembangan anak, jadi gambaran
kepribadian dan prilaku banyak ditentukan oleh keadaan yang ada dan
terjadi sebelumnya. Seorang anak yang setiap saat melihat ibunya melakukan
pekerjaan itu, sehingga dengan tidak merasa bersalah itupula akhirnya ia
mengikuti jejak ibunya. Sebagaimana Rita (Nama Samaran) juga adalah anak
dari orang tua yang juga berprofesi sebagai PSK, ia juga memilih jalan
tersebut meskipun ibunya disebabkan bercerai dengan ayahnya.

2. Permasalahan Eksternal (Lingkungan)


Lingkungan merupakan semua yang ada di lingkungan dan terlibat
dalam interaksi individu pada waktu melaksanakan aktifitasnya. Lingkungan
tersebut meliputi

lingkungan

fisik,

lingkungan

psikososial,

lingkungan

biologis dan lingkungan budaya. Lingkungan psikososial meliputi keluarga,

34

kelompok, komunitas dan masyarakat.


Lingkungan dengan berbagai ciri khusunya memegang peranan besar
terhadap munculnya corak dan gambaran kepribadian pada anak. Apalagi kalau
tidak didukung oleh kemantapan dari kepribadian dasar yang terbentuk dalam
keluarga, sehingga penyimpangan prilaku yang tidak baik dapat terhindari.
Dimana salah satu faktor lingkungan adalah:
a. Seks dan Pergaulan Bebas
Pada dasarnya kebebasan berhubungan seks antara laki-laki dan
wanita sudah ada sejak dahulu, bahkan lingkungan tempat tinggal tidak ada
aturan yang melarang siapapun untuk berhubungan dengan pasangan yang
diinginkannya. Lingkungan pergaulan adalah sesuatu kebutuhan dalam
pengembangan diri untuk hidup bermasyarakat, sehingga diharapkan
terpengaruh oleh hal-hal yang baik dalam pergaulan sehari-hari. Mode
pergaulan diantara laki-laki dengan perempuan yang semakin bebas tidak
bisa lagi membedakan antara yang seharusnya boleh dikerjakan dengan yang
dilarang.
Di beberapa kalangan remaja ada yang beranggapan kebebasan
hubungan badan antara laki-laki dan perempuan merupakan sesuatu yang
wajar. Berikut cerita yang dikutip peneliti ; Seorang remaja putri kehilangan
kegadisannya oleh sang pacar saat masih berusia 13 tahun. Semenjak itu dia
sudah sering melakukan berhubungan seks dengan pacar bahkan sempat
berganti-ganti pasangan. Karena kesuciannya telah terenggut dan akhirnya
merasa kepalang tanggung sudah tidak suci lagi, akhirnya ia memutuskan

35

untuk menjadi PSK.

c. Diperdaya dan ditipu Kekasih


Berbeda pada kategori eksternal seks bebas, remaja puteri yang
terpedaya oleh kekasihnya sering kali remaja yang belum tahu tentang dunia
malam pada awalnya, namun dikarenakan ajakan bahkan rayuan maut sang
pacar, banyak remaja puteri yang akhirnya tertipu. Setelah berhubungan,
kekasihnya pun mulai menghilang bahkan ke daerah lain dengan alasan
mencari kerja sehingga remaja tadi ditinggalkan menanggung nasib sendiri.
Jika terjadi kasus kehamilan, atas alasan belum mapan banyak kekasih lakilaki yang mengajak remaja puteri mengaborsi kandungannya setelah itu
ditinggalkan. Atas

dasar

nasib

malu

tadi,

biasanya

remaja

putri

menjerumuskan diri dalam bisnis prostitusi. Tidak hanya itu, ada juga kasus
dimana setelah sang pacar meniduri sang gadis, setelah itu dia lalu menjual
gadis tersebut ke teman-temannya. Karena alasan takut dengan sang pacar, si
gadis pun rela tubuhnya dijual oleh sang pacar.

c. Perkosaan
Banyaknya kasus kekerasan terjadi terutama kekerasan seksual, justru
dilakukan orang-orang terdekat. Padahal mereka semestinya memberikan
perlindungan dan kasih sayang serta perhatian yang lebih dari pada orang
lain seperti tetangga maupun teman. Seorang wanita korban kesewenangan
kaum lelaki menjadi terjerumus sebagai pekerja seks komersial. Dimana

36

seorang wanita yang pernah diperkosa oleh bapak kandung, paman atau
guru sering terjerumus menjadi pekerja seks.
Korban pemerkosaan menghadapi situasi sulit seperti tidak lagi
merasa berharga di mata masyarakat, keluarga, suami, calon suami dapat
terjerumus dalam dunia prostitusi. Artinya tempat pelacuran dijadikan
sebagai tempat pelampiasan diri untuk membalas dendam pada laki-laki
dan mencari penghargaan. Biasanya seorang anak korban kekerasan
menjadi anak yang perlahan menarik diri dari lingkungan sosialnya.
Tetapi di sisi lain juga menimbulkan kegairahan yang berlebihan. Misalnya
anak yang pernah diperkosa banyak yang menjadi pekerja seks komersial.

D. Lokasi Rawan Prostitusi di Wilayah Kecamatan Medan Petisah


Maraknya kegiatan prostitusi di wilayah kecamatan Medan Petisah
bukanlah rahasia lagi. Di wilayah kecamatan tersebut, sangat mudah
ditemukan PSK-PSK baik itu yang dewasa mapun yang masih remaja sedang
menjajakan dirinya.

Beberapa lokasi yang disinyalir

menjadi tempat

transaksi kegiatan prostitusi antara lain di sepanjang jalan Gajahmada , sekitar


jalan Sei Wampu, Jalan Iskandar Muda, jalan Nibung Raya, jalan Garpu, jalan
gatot subroto, Jalan Sei Batang Serangan, dan juga Jalan Biduk Baru.
Menuju Jalan Gajah Mada, Iskandar Muda dan jalan Sei Wampu
dimana pada siang hari terlihat sangat ramai dilalui oleh kendaraan yang hilir
mudik menuju pusat kota, namun sepanjang jalan ini apabila hari sudah
menjelang malam maka suasana akan berubah seperti pameran - pameran

37

wanita di Kota Medan. Daerah ini terkenal dengan wanita yang menjaja seks
secara langsung tanpa perantara atau germo. Tidak hanya wanita dewasa saja
yang diketahui menjajakan diri mereka dilokasi tersebut, tetapi juga anak-anak
remaja yang tergolong masih dibawah umur. Banyaknya hotel-hotel kelas
melati di wilayah tersebut juga mempermudah transaksi seks yang mereka
jalani. Para wanita-wanita ini datang dari berbagai wilayah dan mereka juga
tidak saling mengenal satu sama yang lainnya. Wanita tuna susila yang ingin
melakukan transaksi tidak menggunakan modal apapun selain keberanian
mereka untuk berdiri dan menggunakan busana dan make up yang sedikit
mencolok agar para lelaki yang melewati jalan ini memilih mereka untuk
pemuas seksual. Wanita-wanita tuna susila tersebut berdiri dipinggiran jalan
raya dengan menggunakan pakaian ketat dan rok mini dengan memberikan
senyuman - senyuman kecil yang dibantu penerangan oleh lampu jalan untuk
memikat hati pengguna jalan yang hendak melintasi kawasan ini. Wanitawanita tersebut ditemani pria yang merupakan pengemudi becak bermotor
atau bentor dengan kesepakatan diantara keduanya, apabila wanita tuna susila
mendapatkan kesepakatan transaksi dengan pria yang ingin menyewa tubunya
maka si pengendara bentor akan siap mengantar serta menjemput wanita tuna
susila tersebut. Mereka akan menemani para lelaki yang berani memberi
tawaran dengan harga tinggi kepada mereka dan siap untuk menemani ke
mana saja. Tidak hanya wanita melainkan pria yang berupa wanita atau
disebut dengan waria terlihat berdiri disepanjang kuburan yang terdapat disana
dengan busana dan dandanan mereka yang menyerupai seorang wanita maka

38

waria -waria ini juga tidak ingin kalah bersaing dengan wanita tuna susila
yang berada disekitar kawasan ini.
Menurut informasi dari masyarakat Kelurahan Sei Sikambing D,
Kecamatan Medan Petisah, keberadaan para pekerja seks komersial (PSK)
yang setiap malam mangkal di wilayah tersebut sangat meresahkan mereka.
Mereka khawatir itu akan memberikan dampak negatif bagi putra putri
mereka. Warga sudah meminta dinas terkait dan aparat kelurahan setempat
menertibkan para PSK tersebut. Walaupun sudah sering dirazia, namun tetap
saja mereka tidak jera untuk beroperasi di wilayah tersebut.
Jalan Nibung Raya yang sekarang ini pada siang harinya terkenal
sebagai pusat bisnis jual-beli mobil juga tidak luput dari kegiatan prostitusi.
Di lokasi tersebut berderet tempat-tempat prostitusi dengan tampilan salon dan
Spa tetapi mereka menyediakan fasilitas lebih dengan wanita-wanita yang
akan menemani pengunjung laki-laki yang ingin mendapatkan pijatan sampai
pada bagian tubuh vital. Pada malam hari showroom mobil tersebut berubah
menjadi kawasan yang senyap dikarenakan kegiatan prostitusi mulai
beroperasi. Bahkan, ada sebuah swohroom mobil yang lantai keduanya
merupakan bangunan hotel kelas melati yang digunakan sebagai wadah untuk
melakukan hubungan seksual.
Beberapa lokasi lain yang disinyalir sebagai tempat terjadinya
transaksi prostitusi adalah jalan Gatot Subroto, jalan biduk, jalan Garpu, dan
Jalan Sei Batang Serangan. Berdasarkan informasi yang kami peroleh dari

39

pihak kecamatan medan petisah, beberapa kasus penggerebekan yang


dilakukan di lokasi-lokasi tersebut diantaranya adalah:
1. Spa D Rush yang berada di Jalan Biduk Baru, Kel Petisah Tengah, Kec
Medan Petisah digerebek belasan petugas Polsek Medan Baru, Selasa
(30/09/2014) sekira pukul 17.30 WIB karena digunakan sebagai tempat
prostitusi terselebung. Razia yang dipimpin langsung Kanit Intel Polsek
Medan Baru, AKP P Pasaribu bersama anggota intel dan reskrim itu
berhasil mengamankan 27 orang yang ada didalam Spa The Rush.
2. Tempat prostistusi homoseks bermodus menyediakan jasa pijat dan
refleksi di Jalan Garpu No 27 Kelurahan Sei Putih Tengah, Kecamatan
Medan Petisah, digerebek personel Polsekta Medan Baru, Kamis
(11/9/2014) malam. Dalam penggerebekan yang dilakukan personel Unit
PPA Polsekta Medan Baru itu ditangkap enam pria sebagai pekerja
sekaligus penyedia jasa seks sesama pria.
3. Pada Minggu, 14 September 2014, Grand Winner SPA yang berada di
Jalan Sei Batang Serangan No 202, Medan di grebek oleh Polsekta Medan
Baru karena dijadikan sebagai lokasi prostitusi berkedok Spa. Masyarakat
Lingkungan I, II dan III Kelurahan Sei Sikambing D, Kecamatan Medan
Petisah keberatan atas beroperasinya Grand Winner SPA karena lokasi
tersebut sering dikunjungi oleh pria-pria hidung belang, tidak hanya itu
lokasi tersebut juga berdekatan dengan sarana pendidikan SDN 060412,
SDN 060830, SMP PGRI 1 dan SMA PGRI 1
4. Para petugas Satpol PP dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar)
menggelar razia pada hari Sabtu, 13 November 2014. Puluhan wanita
malam yang menjajakan dirinya di sekitar jalan gatot subroto, Jalan Gajah

40

Mada, Iskandar Muda terjaring dan diamankan di panti sosial untuk


direhabilitas dan mendapatkan pembinaan selama 3 bulan.
Tidak hanya menjajakan diri mereka di jalanan, diskotik, mal-mal, di
panti pijat, dan salon kecantikan berdasarkan pengakuan dari beberapa
remaja pekerja seks komersial, mereka memanfaatkan media sosial berupa
facebook, twitter, BBM, dan whats up untuk menawarkan diri mereka
kepada pelanggan. Penggunaan media sosial sebagai media prostitusi
biasanya dilakukan dengan cara memajang foto-foto seksi mereka dan
juga mempublis status-status vulgar di akun mereka. Dari situ biasanya
pelanggan sudah dapat mengenali bahwa si pemilik akun merupakan PSK.
Selanjutnya si pelanggan akan melakukan chatting dan bertukar nomor HP
dengan si pemilik akun. Selanjutnya mereka akan bertemu di sebuah hotel
yang telah disepakati untuk melakukan perbuatan mesum tersebut. hal ini
dinilai lebih aman oleh sebagian PSK dibandingkan harus menjajakan diri
di pinggir jalan dimana resiko di razia akan lebih besar. Namun sebagian
dari mereka juga sangat berhati-hati dalam menjajakan diri menggunakan
media sosial, karena tidak ingin diketahui oleh keluarga ataupun orang
terdekatnya. Oleh karenanya, mereka lebih memilih promosi dari mulut ke
mulut atau dari teman ke teman saja.

E. Pelaksanaan Dakwah Bi Al-Hal bagi Remaja di Kecamatan Medan


Petisah

41

Seperti yang kita ketahui bersama, memperkerjakan anak dibawah umur


(belia) sebagai pekerja seks komersial merupakan tindakan melawan hukum, dan
jika terbukti maka pihak-pihak yang terlibat seperti mucikari, atau pelanggannya
dapat dijerat pasal dalam UU perlidungan anak. Bahkan hotel atau tempat hiburan
yang terbukti menyediakan PSK remaja, dapat diberikan sanksi tegas berupa
pencabutan ijin operasi. Hal inilah yang membuat pihak-pihak tersebut
menjalankan bisnis esek-esek yang melibatkan remaja tersebut dengan sangat
rapi. Tak jarang dari mereka yang membuka tempat prostitusi dengan berkedok
klub malam, panti pijat, pusat kebugaran dan salon kecantikan. Bahkan, sebagian
dari mereka tidak terdeteksi oleh pihak kepolisian dikarenakan pelanggannya
merupakan pejabat maupun pengusaha-pengusaha kaya yang memesan mereka
dari mucikari profesional yang hanya bermain untuk kalangan atas dan di hotelhotel bintang lima saja. Oleh karena itu, bagi pemerintah dan pihak kepolisian
khususnya di wilayah medan petisah tidak mudah untuk mendata berapa banyak
remaja yang sudah melakoni bisnis haram tersebut. Pendataan hanya dapat
dilakukan pada saat PSK yang masih remaja (dibawah umur) tersebut terjaring
dalam razia yang dilakukan.
Apabila saat razia ditemukan ada PSK yang masih remaja, maka pihak
kepolisian akan menyelidiki apakah PSK tersebut tidak terorganisir (bekerja
sendiri) atau terorganisir (bekerja sama dengan mucikari). Apabila terbukti
terorganisir, maka pihak-pihak yang terlibat dapat dijeral dengan pasal Pasal 76i
jo Pasal 88 UU RI No.35 Tahun 2014 atas perubahan UU RI No. 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak yang ancaman hukumannya 15 tahun penjara.

42

Sedangkan untuk remaja pekerja seks baik yang terorganisir maupun tidak
terorganisir tersebut nantinya akan diberikan pembinaan dan dikembalikan ke
orangtua mereka masing-masing. Pembinaan tersebut biasanya dilakukan dengan
bekerja sama dengan dinas sosial dan juga KPAI yang mana mereka tidak hanya
akan mendapatkan pembinaan keagamaan tetapi juga rehabilitasi sosial dan
psikologis sehingga nantinya mereka dapat kembali hidup di masyarakat dengan
normal terutama di lingkungan sekitarnya yaitu lingkungan keluarga dan sekolah
tanpa merasa malu dan terbebani dengan masa lalunya. Penerimaan dari
lingkungan sekitar sangat diperlukan oleh mereka, agar mereka tidak kembali
melakoni profesinya.
Dakwah bi al-hal adalah dakwah yang lebih fokus pada amal usaha atau
karya nyata yang bisa dinikmati dan bisa mengangkat harkat, martabat, dan
kesejahteraan hidup kelompok masyarakat. tujuan dakwah bil hal adalah sama
dengan

tujuan

pemberdayaan

atau

pengembangan

masyarakat,

yakni

mengedepankan keinginan, upaya dan partisipasi masyarakat untuk melakukan


perubahan. Berikut beberapa langkah Dakwah Bi Al-Hal yang dilakukan oleh
Pemerintah Kecamatan Medan Petisah, masyarakat atau lembaga dakwah dalam
suatu tindakan atau upaya pembenahan kembali nilai-nilai moral dan ajaran
agama pada kehidupan pada remaja pekerja seks komersial tersebut.
1. Dakwah Bi Al-Hal oleh Pemerintah Kecamatan Medan Petisah
Sebagaimana kita ketahui bersama, Pemerintah Kecamatan adalah salah
satu lembaga Umara. Umara memiliki kekuatan dalam memaksa dan
menegakkan keteraturan sosial demi terwujudnya sebuah daerah yang Baldatun

43

Thayyibatun Warabbun Ghafur. Peranan inilah yang membuat pemerintah


Kecamatan Medan Petisah sangat strategis dalam mengajak dan menyadarkan
pekerja seks komersial remaja kembali kepada jalan yang benar. Remaja
seharusnya kembali pada khittahnya yakni mengisi kemerdekaan ini dengan
pembangunan akademis dalam mempersiapkan mereka ke masa depan
sebagaimana cita-cita para pahlawan yang merebut kemerdekaan Indonesia
dengan darah dan nyawa mereka.
Kegiatan dakwah Bil Al-Hal yang dilakukan oleh Pemerintah Kecamatan
Medan Petisah bagi remaja di wilayah tersebut diarahkan pada upaya pencegahan
dan upaya penanggulangan . Untuk itu, remaja yang menjadi objek dakwah tidak
hanya remaja yang tadinya merupakan pekerja seks komersial tetapi juga remaja
yang tidak terkontaminasi bisnis tersebut. Adapun kegiatan pencegahan dilakukan
agar remaja remaja di wilayah tersebut tidak mudah terpengaruh dengan
lingkungan mereka dimana di wilayah tersebut sangat banyak lokasi-lokasi yang
dijadikan tempat prostitusi.
Adapun kegiatan Dakwah Bi Al-Hal yang telah dilakukan Pemerintah
Kecamatan Medan Petisah sebagai upaya pencegahan antara lain:
1. Pelatihan tahfidz Quran bagi anak-anak SMP dan SMA yang dilakukan
setiap bulan ramadhan.
2. Pelibatan remaja dalam program petisah peduli lingkungan yang diadakan
setiap minggunya. Kegiatan yang dilakukan dalam program ini meliputi
kegiatan gotong royong membersihkan sampah dan menanam bunga di
taman-taman yang ada di kecamatan medan petisah yang selama ini
menjadi tempat mangkal para PSK. kegiatan tersebut dilakukan sambil

44

bersepeda santai bersama kepling dan lurah di kecamatan tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar mereka lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan di
wilayah mereka dan tidak mengotorinya dengan perbuatan-perbuatan yang
asusila.
3. Penyelenggaraan Pekan Olaraga Kecamatan sebagai wadah untuk melihat
talenta talenta remaja khususnya di bidang olaraga sehingga dapat
mencetak atlit-atlit baru yang nantinya akan diikut sertakan dalam kegiatan
Pekan Olaraga Kota (PORKOT) yang setiap tahunnya diadakan
pemerintah kota Medan. Melalui kegiatan positif tersebut, diharapkan
remaja terpacu untuk meningkatkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka sehingga dapat menghindari mereka dari derasnya arus pergaulan
bebas yang mengarah pada prostitusi. Hal ini merupakan upaya
pencegahan yang dilakukan pemerintah kecamatan Medan Petisah untuk
membentengi para remajanya dan juga untuk menekan peningkatan
pekerja seks remaja di wilayah tersebut.
4. Penyelenggaraan kegiatan seni dan budaya rutin khususnya dalam rangka
peringatan hari pendidikan dan hari-hari besar lainnya dalam upaya
memberikan ruang mengaktualisaasikan bakat dan talenta remaja.
Kegiatan ini bekerjasama dengan Mall dan Plaza yang berdiri di
Kecamatan Medan Petisah (diambil dari dokumen laporan Kegiatan
Kecamatan Medan Petisah)
Beberapa kegiatan Dakwah Bi Al-Hal yang telah dilakukan Pemerintah
Kecamatan Medan Petisah sebagai upaya penanggulangan antara lain:

45

1. Menyediakan layanan VCT (Voluntary conseling dan testing) dan IMS


(infeksi menular seksual) gratis untuk mendeteksi penyakit HIV/ AIDS
sejak dini. Kegiatan ini dilakukan dengan bekerja sama dengan puskesmas
bestari yang tidak hanya ditujukan untuk PSK tetapi masyarakat di
wilayah kecamatan Medan Petisah yang ingin memeriksakan dirinya.
2. Program pelatihan keterampilan dan kewirahusahaan bagi para remaja.
3. Pemberian insentif bagi dunia usaha khususnya UMKM dalam
mengakomodir lowongan pekerja bagi remaja pekerja seks agar mereka
bisa mendapatkan penghasilan halal untuk menambah penghasilan
keluarga maupun untuk membiayai sekolahnya dengan bekerja paru
waktu. UMKM yang di gandeng adalah UMKM yang bergerak di bidang
barang kerajinan, makanan, atau di bidang lain yang lingkup pekerjaannya
4.

sesuai untuk anak remaja.


Penyelenggaraan sahur dan buka bersama dengan kaum dhuafa termasuk
pekerja seks komersial remaja pada bulan ramadhan.
Selama ini, kecamatan Medan Petisah sendiri belum memiliki pusat

konseling dan rehabilitas bagi para PSK. Bagi PSK yang selama ini terjaring
razia, akan dikirim ke panti yang dimiliki oleh dinas sosial untuk mendapatkan
pembinaan. Oleh sebab itu, ada baiknya jika kecamatan Medan Petisah
bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mendirikan pusat konseling dan
rehabilitasi yang dapat diakses dengan mudah oleh PSK yang membutuhkan
pembinaan dan ingin kembali ke jalan yang benar. Selain itu, demi mewujudkan
dakwah Islam yang efektif khususnya di kalangan remaja, maka aktifitas dan
kreatifitas Pemerintah Kecamatan Medan Petisah, masyarakat atau lembaga
dakwah mestinya menekankan pada penerimaan yang baik terhadap remaja

46

pekerja seks komersil serta mendidik kemauan yang besar dan tekad untuk
mengubah nasib mereka.
2. Dakwah Bi Al-Hal oleh Dai di Kecamatan Medan Petisah
Dalam memperbaiki moral anak bangsa, di perluhkan peran beberapa
pihak. Salah satunya adalah Dai yang dalam hal ini berperan untuk
menanamkan kebaikan dan ilmu-ilmu agama kepada umat Islam agar kita tidak
terjerumus dalam perbuatan-perbuatan tercelah yang dilarang oleh allah SWT.
Dalam menyampaikan ajaran islam, ada beberapa metode yang dapat dilakukan
oleh seorang Dai antara lain yaitu dengan cara dakwah bil-lisan, bil kalam
dan bi al-hal. Namun, berdasarkan analisis yang kami lakukan di kecamatan
Medan Petisah, dakwah yang dilakukan para Dai atau ulama untuk mengatasi
kegiatan prostitusi yang dilakukan PSK khususnya PSK remaja hanya sebatas
dakwah bil-lisan. Kegiatan dakwah yang mereka lakukan sebatas hanya
memberikan ceramah keagamaan dan juga diskusi-diskusi keagaman saja.
Belum ada upaya kongkrit berupa tindakan nyata yang dapat betul-betul
membantu mereka untuk keluar dari bisnis prostitusi tersebut.
3. Dakwah Bi Al- Hal oleh Masyarakat dan Organisasi Masyarakat di Kecamatan
Medan Petisah
Meskipun aktifitas dakwah bi al-hal yang dilakukan masyarakat di
Kecamatan Medan Petisah belum begitu banyak, namun setidaknya itu sudah
cukup membantu dalam meredam permasalahan remaja karena masyarakat
merupakan wadah yang mewarnai individu di tengah-tengah kecamatan tersebut.
Walaupun masyarakat tidak memiliki garis komando yang mampu mengorganisir,
sebagaimana yang dimiliki oleh pemerintah kecamatan namun pengaruh dan

47

sanksi moral masyarakat mampu memberikan dampak yang signifikan dalam


meredam dan mereduksi permasalahan remaja. Dakwah ini bertujuan agar
anggota masyarakat menghargai dan lebih bisa peduli dengan nasib sesama.
Berikut ini beberapa kegiatan dakwah Bi Al-Hal bagi remaja yang
dilakukan oleh masyarakat dan organisasi masyarakat:
1) Pelibatan remaja pada kepanitiaan kegiatan Peringatan Hari Besar Islam
seperti maulid Nabi, Isra Mikraj, dan kegiatan Bulan Puasa Ramadhan.
2) Mengadakan festival lomba Islami yang kegiatannya meliputi lomba
busana muslim, lomba menyanyikan lagu-lagu islami, lomba cerdas
cermat isi kandungan Al-Quran, lomba membaca Al-Quran, lomba tahfidz
Al-Quran.
3) Mengadakan Pentas seni remaja yang meliputi lomba tari, menyanyi, band
dan lain-lain.
Meskipun di Kecamatan Medan Petisah terdapat organisasi masyarakat
Islam seperti Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, Al Washliyah namun gerakan
mereka belum menyatu dalam mensiasati penanggulangan penyakit remaja.
Organsisasi sayap pemuda dan remaja mereka juga hanya sebatas kegiatan
seremonial seperti pelantikan, rapat kerja, seminar serta pelatihan-pelatihan ilmiah
yang juga belum menyentuh pada permasalahan di tengah masyarakat yang
sebenranya menjadi tantangan besar bagi ummat Islam.
Dakwah Bi Al-Hal memang merupakan suatu ajakan untuk mengamalkan
ajaran agama Islam dengan sebaik-baiknya. Di samping itu sebagai ajakan untuk
membina diri sebagai uswatun hasanah sebagai media utama dan lebih ampuh
bagi keberhasilan dakwah. Dakwah Bi Al-Hal yang dilakukan tanpa melalui

48

banyak bicara, yang diarahkan pada pemenuhan dua kebutuhan manusia, yaitu
kepentingan duniawi dan ukhrowi.
Oleh karena itu, Pemerintah Kecamatan Medan Petisah sebagai perwakilan
pemerintah terdepan dalam mengatur masyarakat dan organisasi masyarakat Islam
seperti Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama dan Al Washliyah memerlukan
perbaikan baik dari segi koordinasi, target, media, metode maupun strategi
dakwah sehingga dakwah kepada masyarakat benar-benar tersampaikan dan
menyentuh aspek yang benar-benar menjadi tujuan dakwah sebagaimana
Rasulullah lakukan.

F. Hambatan Pelaksanaan Dakwah Bi Al-Hal terhadap Remaja Pekerja


Seks di Kecamatan Medan Petisah
Dakwah penting untuk mempertimbangkan tujuan lebih luas yang bisa
diperankan hampir semua orang yang berminat menyampaikan praksis dan
praktek kebaikan, keadilan, kesejahteraan, dan kecerdasan. Dakwah adalah
kegiatan seni budaya, politik, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, produksi, distribusi, jasa perdagangan, pemasaran, pendidikan dan pers
serta pembelaan mereka yang tertindas, melarat dan kelaparan. Dakwah bukan
hanya khutbah, pengajian dan kepesantrenan atau haya lembaga dengan nama
resmi Islam yang hanya melibatkan suatu kelas keagamaan tersendiri (santri).
Hambatan dakwah bisa datang dari berbagai segi baik dari segi dai,
hingga pada tatanan pemerintahan sebagai elemen dakwah yang bergerak

49

merubah dari kemaksiatan menjadi kemashlahatan. Berikut penulis paparkan


hambatan dakwah dari berbagai segi tersebut.

1. Hambatan Dakwah pada Dai


Hingga kini kegiatan lembaga-lembaga dakwah Islam yang dikelola oleh
kalangan cendekiawan masih memberikan kesan eksklusif dan intelektual, belum
mampu memberikan sentuhan langsung yang dapat dirasakan pekerja seks remaja.
Kebanyakan kegiatan tersebut berbentuk sarasehan, diskusi, seminar dan
pernyataan-pernyataan yang bersifat politis atau kegiatan publisistis (Publicity
Seeking) dalam rangka kepentingan partai. Sedangkan kegiatan komunikasi
dakwah yang terjun ke masyarakat masih relatif sedikit.
Banyak pelaku dakwah kurang terjun ke masyarakat terutama pada
konteks pekerja seks belia. Kesungkanan dan keengganan karena cap berdosa
yang dialamatkan kepada mereka membuat mereka semakin termarginalkan.
Semuanya masih melakukan kegiatan yang berciri elitis. Kalaupun ada kegiatan
yang merakyat sifatnya masih memberi kesan amat politis. Semua lembaga atau
organisasi Islam pada hakekatnya adalah lembaga dakwah dan tentu semuanya
mempunyai program dakwah. Akan tetapi masih kurang nyambung dengan
lapisan masyarakat Islam yang ada di perdesaan.Tidak hanya itu, kurangnya
pelaku dakwah yang terjun ke lokasi prostitusi khususnya untuk menanggulangi
maraknya remaja pekerja seks juga disebabkan karena susahnya akses untuk dapat

50

menemui para remaja pekerja seks tersebut karena dihalangi oleh pihak pihak
tertentu terutama mucikarinya.
Komunikasi dakwah memang mempunyai banyak aspek dan bentuk.
Hingga kini yang paling banyak dilakukan adalah dakwah Bil Lisan
(penyampaian dakwah melalui lisan), padahal tuntutan masyarakat Islam sekarang
tidak cuma sekedar dakwah penyuluhan dan juga ceramah dari para ustadz
kondang melalui televisi. Terutama pada remaja perkotaan yang masuk dalam
lingkup dunia seks komersial disana sangat membutuhkan komunikasi dakwah Bi
Al-Hal (dakwah dalam bentuk tindakan). Hal ini terungkap dalam wawancara
dengan salah satu Dai yakni Ustadz Ramli Pasaribu pada tanggal 20 Februai
2015 Pukul 16.00 WIB sebagai berikut:
Memang lebih dominan dakwah yang dilakukan adalah dengan cara lisan,
masyarakat masih sangat terbiasa dengan cara yang konvensional seakan-akan ada
yang hilang jika dakwah tanpa disertai dengan ceramah"

Model komunikasi dakwah yang dilakukan secara verbal, oratorik dengan


teks-teks Al-qur-an dan Sunnah untuk mengatasi permasalahan remaja pekerja
seks dianggap masih belum efektif mengingat sebagian dari mereka tidak hanya
membutuhan arahan dan saran untuk menjadi lebih baik tetapi mereka juga butuh
pelatihan dan pendampingan yang lebih konkrit yang dapat membantu mereka
dalam mengembangkan diri di usia muda seperti ini.

51

2. Hambatan Dakwah pada Masyarakat (Organisasi Masyarakat)


Minimnya kelompok orang yang terorganisasi dalam mengajak pekerja
seks komersil remaja seperti Remaja Mesjid, Pengajian/ Perwiridan dan organisasi
masyarakat Islam. Dakwah pada pengajian atau perwiridan terkesan elitis dan
tidak menyentuh pada program pengentasan penyakit masyarakat. Lazimnya
peserta pengajian larut dalam doa, zikir, dan ibadah ritual secara pribadi. Padahal
jika dikaji dalam kitab suci Al Quran banyak sekali ibadah sosial yang mesti
dilaksanakan dalam masyarakat. Kepedulian dalam bentuk zakat, shadaqah, dan
infaq mampu mereduksi penyakit sosial.
Terobosan dakwah kepada masyarakat masih sangat minim. Kepedulian
dan saling mengingatkan merupakan kunci sebuah keteraturan masyarakat. Sense
of belonging (rasa peduli dan saling memiliki) yang rendah terhadap masalah
lingkungan menjadikan situasi masyarakat yang saling mengingatkan. Hingga
secara bertahap apapun bentuk kemaksiatannya tentu akan sangat mempengaruhi
ketentraman sosial.
Kemudian cap berdosa yang dialamatkan kepada pekerja seks komersil
remaja membuat mereka semakin termarginalkan. Mereka dianggap bukan bagian
dari masyarakat sehingga semakin hari semakin terlupakan akan nasib dan masa
depan mereka. Padahal jika dikendalikan dan dibina secara dini mereka tidak akan
menyebar dan meluas seperti fenomena gunung es. Kehadiran mereka di tengah
masyarakat malah menjadi cibiran dan cemoohan tapi seharusnya masyarakat
maupun ormas islam lebih memikirkan solusi konkrit daripada memberikan fatwa

52

berdosa kepada mereka. Fakta ini sejalan dengan wawancara dengan tokoh
masyarakat bernama Bapak Muslimin pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 14.00
WIB yang menjelaskan bahwa masyarakat merasa alergi berdekatan dengan
pekerja seks komersial.
Selain dari hambatan diatas, kondisi keluarga yang kurang mendukung
dalam menyelesaikan masalah bahkan orang tua tidak tau kalau puterinya
merupakan pekerja seks komersil. Kesibukan orang tua karena himpitan ekonomi
dan kurangnya kepedulian keluarga juga ditemukan dalam penelitian ini. Keluarga
yang tidak sadar anaknya sudah terjerumus ke bisnis prostitusi dan bahkan ada
yang terkesan menutupi dan membiarkan akhirnya mendorong remaja semakin
sulit keluar dari industri hitam ini. Hal ini sejalan dengan pengakuan salah satu
remaja pekerja seks komersial yakni Bunga (nama samara) dimana ia merasa
keluarganya tidak ambil pusing dengan kegiatan pulang malamnya dan himpitan
ekonomi membuat orang tua lebih sibuk dalam mencari nafkah.
Pada beberapa kasus peneliti juga menemukan terjadinya pacaran yang
kebablasan pada remaja akibat kurangnya kontrol pengawasan yang dilakukan
oleh orang tua. Banyak orang tua sekarang ini yang tidak melarang anaknya
berpacaran padahal usia mereka masih sangat belia dan masih berstatus anak
sekolahan. Padahal di usia-usia seperti itu, anak remaja akan rentan sekali
mendapatkan kekerasan seksual dari lawan jenisnya karena mereka belum
menyadari bahaya yang ada disekitar mereka. Setelah habis manis sepah pun
dibuang, setelah dicabuli si remaja putri pun dibuang. Kemudian, remaja puteri

53

yang merasa tak suci lagi akhirnya mengambil keputusan untuk terjun ke dunia
prostitusi. Hal ini dominan ditemukan pada beberapa wawancara yang peneliti
lakukan pada remaja pekerja seks komersial ada 4 responden yang menyatakan
memiliki kasus tersebut. Kasus lain yakni pemerkosaan juga ada walaupun sangat
minim, ketika dilakukan penelusuran, pihak keluarga terkesan tidak memberi
pendampingan, dan pengarahan yang baik bagi korban sehingga remaja korban
tadi memilih dunia prostitusi sebagai pelampiasaannya. Oleh karena itu,
memberikan ilmu agama sebagai dasar dalam memfilter budaya yang tak pantas
harus ditingkatkan.
3. Hambatan Dakwah pada Pemerintah Kecamatan Medan Petisah
Pemerintah sebagai Ulul Amri tentunya memiliki peran strategis dalam
pemberantasan kemaksiatan di daerah kekuasaannya. Kekuatan yang dimiliki
pemerintah seperti Polisi paong Praja sebagai aparatur sipil yang menertibkan
lingkungan daerah bisa diberdayakan. Jika Polisi Pamong Praja memiliki
keterbatasan dalam menginvestigasi dan menyelidiki kemaksiatan dan kejahatan
prostitusi di bawah umur, pemerintah Kecamatan dapat melakukan kerjasama
dengan Polsek Kecamatan Medan Petisah. Namun, terkadang terjadinya
pembiaran dan kamuflase bisnis prostitusi pada golongan remaja menjadi
tantangan sendiri bagi Pemerintah Kecamatan Medan Petisah secara khusus dan
medan pada umumnya.
Banyaknya hiburan malam sebagai sarang bagi transaksi industri pemuas
nafsu birahi ini. Di lain hal, Sulitnya mengidentifikasi pekerja seks komersial
remaja karena industri prostitusi remaja terselubung mengingat memperkerjakan

54

anak-anak dibawah umur apalagi dalam bisnis prostitusi merupakan pelanggaran


hukum dan melanggar undang-undang perlindungan anak. Oleh karenanya, panti
pijat, salon kecantikan, dan kelab malam menutupi keberadaan mereka. Biasanya
peredaran mereka menjadi liar dan bisa berpindah tempat dari satu kecamatan ke
kecamatan yang lain.
Terdapat pula pendatang baru yang merupakan pindahan dari daerah lain
bahakan dari luar Kota Medan dan tidak tercatat dalam sistem kependudukan
Kecamatan Medan Petisah. Padahal pendataan ini penting untuk memetakan dan
mempersiapkan paket kebijakan dan program di bidang sosial. Oleh karena itu,
perpindahan dan urbanisasi operasional remaja pekerja seks komersial ini
menyulitkan Pemerintah Kecamatan Medan Petisah untuk mempersiapkan dan
memberikan program penyuluhan dan bimbingan lewat bidang sosial. Menurut
penelusuran peneliti dengan salah satu staf di Bagian Sosial Kecamatan Medan
Petisah yakni Ibu Nuraini yang menyatakan mengalami kesulitan dalam
mengumpulkan data yang komprehensif tentang pekerja seks komersial remaja
hal ini dikarenakan perpindahan tempat menjajakan diri dan terselubungnya
remaja yang menggeluti dunia prostitusi ini karena pada saat siang mereka
bersekolah tapi malam khususnya akhir pekan mereka beraksi.
Berbagai kegiatan dakwah di Kecamatan Medan Petisah lebih bersifat Bil
Lisan (dengan lisan) dan kurang tertuju pada remaja pekerja seks. Program
dakwah Bi Al-Hal di Kecamatan Medan Petisah lazimnya bersifat musiman dan
belum terjadwal dan sistematis dalam mengayomi dan menyadarkan remaja
pekerja seks. Program musiman dikarenakan hanya ketika bulan Ramadhan tiba

55

banyak yang peduli terhadap masalah dan isu lingkungan. Hiburan malam ditutup
untuk sementara waktu dan razia gencar dilaksanakan namun hanya terbatas pada
masa puasa Ramadhan saja.
Pemerintah Kecamatan Medan petisah juga mengalami kesulitan dalam
menentukan paket kebijakan untuk mengentaskan kemaksiatan sosial dikarenakan
dana anggaran yang terbatas dan juga bergantungnya pada pemerintah Kota
Medan. Pemerintah harusnya menyiapkan program sederhana yang bersinergi
dengan pendakwah, masyarakat atau organisasi masyarakat. Oleh karena itu,
peneliti bersama dengan elemen pemerintah, organisasi masyarakat dan
pendakwah akan mempersiapkan model dakwah yang komprehensif paling tidak
untuk meminimalisir pekerja seks komesial di kalangan remaja.

G. Dampak Dakwah Bi Al-Hal di Kecamatan Medan Petisah


Dampak dakwah Bi Al-Hal yang dilakukan berbagai pihak di kecamatan
Medan Petisah memang belum menunjukkan hasil yang signifikan dalam
pemberantasan prostitusi remaja, namun dakwah tersebut telah membawa dampak
yang cukup baik bagi masyarakat khususnya remaja di wilayah tersebut antara
lain:
1. Meningkatnya partisipasi remaja dalam berbagai kegiatan positif di
masyarakat untuk sama sama mencegah dan memberantas kegiatan
prostitusi di wilayah tersebut.
2. Meningkatnya nilai-nilai agama dalam diri remaja melalui kegiatan
kegiatan keagamaan yang telah dilakukan.

56

3.

Berkembangnya talenta-talenta dan keterampilan yang dimiliki

remaja baik dibidang olahraga, seni dan budaya.


4. Meningkatnya pemahaman remaja akan bahayanya prostitusi baik dari
segi kesehatan, agama,sosial, dan psikologis. Dari segi kesehatan,
pelaku seks akan mudah sekali terjangkit berbagai penyakit kelamin
dan juga HIV/AIDS, sedangkan dari segi agama, tindakan menjual
diri merupakan dosa besar dan tindakan yang dilaknat oleh Allah
SWT. Dari segi sosial sendiri, PSK biasanya akan mendapatkan sanksi
dari masyarakat berupa cemohan dan juga dikucilkan dari pergaulan,
sedangkan dari segi psikologis, beban mental dan trauma mendalam
atas perbuatan tersebut akan selalu menghantui kehidupan mereka
mendatang. Oleh karenanya, walaupun memiliki banyak uang,
seorang PSK tidak akan merasakan kebahagian sejati dalam dirinya.
5. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menanamkan nilai-nilai
agama sejak dini kepada anak-anak mereka sehingga anak-anak
tersebut memiliki pondasi yang kuat dan tidak mudah terpengaruh
dengan perilaku-perilaku menyimpang yang ada disekitarnya.
6. Meningkatnya pengawasan orang tua terhadap pergaulan anak-anak
mereka serta terhadap kegiatan yang mereka lakukan sepulang sekolah
7. Terciptanya situasi lingkungan yang kondusif di wilayah tersebut
mengingat kegiatan-kegiatan prostitusi diwilayah tersebut yang terus
diminimalisir.
8. Terjalinnya kerjasama antara pemerintah setempat, masyarakat, serta
lembaga-lembaga keagamaan dan lembaga terkait untuk mencari
solusi dalam menyelesaikan masalah prostitusi ini.

57

BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

A. Rencana Penelitian Tahun Berikutnya


Sebagaimana yang telah dipaparkan pada Bab 3 tentang alur penelitian ini,
maka tahun berikutnya penulis akan merumuskan sebuah desain model dakwah Bi
Al-Hal yang tepat dalam usaha mengatasi prostitusi remaja. Model dakwah ini
dihasilkan melalui uji empiris di lapangan dan digabungkan dengan hasil
akademis melalui kajian pustaka maupun melalui FGD (Focus Group Discussion)
dengan tim FAI UMSU sehingga dihasilkan formulasi Model Dakwah yang
mumpuni.
Model ini akan diterapkan di Kecamatan Medan Petisah dengan
melibatkan unsur terkait seperti Pemerintah Kecamatan Medan Petisah, tokoh
masyarakat, lembaga pengajian atau perwiridan hingga pendakwah. Penulis akan
terus meninjau kekuatan dan kelamahannya dan melakukan perbaikan pada
pelaksanaannya.

58

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada laporan akhir tahun pertama
ini adalah sebagai berikut:
1. Beberapa faktor yang melatar belakangi terjerumusnya pekerja seks
komersial antara lain adalah: Sulitnya mencari pekerjaan dan himpitan
ekonomi, gaya hidup dan keluarga yang tidak mampu.
2. Permasalahan dasar yang yang dimiliki remaja pekerja seks
diantaranya berhubungan dengan permasalahan internal seperti: a)
broken home, b) dipaksa keluarga, dan c) Turunan. Sementara itu,
permasalahan eksternal yang mereka alami sehingga terjebak dalam
dunia prostitusi dipengaruhi oleh: a) seks dan pergaulan bebas, b)
diperdaya oleh kekasih, dan c) pemerkosaaan.
3. Pelaksanaan dakwah Bi Al-Hal dikecamatan Medan petisah belum
dapat

memberikan

hasil

yang

59

optimal

dalam

menanggulangi

permasalahan remaja pekerja seks. Hal ini dikarenakan kurang


bersinerginya pemerintah setempat dengan Dai dan masyarakat serta
lembaga lembaga keagamaan untuk membuat program yang lebih
sistematis dan tepat bagi remaja pekerja seks. Adapun dakwah Bi AlHal yang selama ini ada di kecamatan Medan Petisah hanya dilakukan
oleh pemerintah dan masyarakat saja. Sedangkan, para Dai masih
mengedepankan dakwah Bil Lisan berupa ceramah keagamaan.
B. Saran
Kemudian penulis dapat memaparkan beberapa saran berikut:
1. Keluarga merupakan pihak terdekat yang paling bertanggung jawab
terhadap pembentukan perilaku remaja, oleh sebab itu, keluarga terutama
orang tua diharapkan dapat meningkatkan pengawasan terhadap pergaulan
dan pertemanan anak-anak mereka serta membentengi mereka dengan
ilmu agama yang baik untuk menghindari terjadinya seks bebas dan
perilaku-perilaku amoral lainnya pada anak mereka
2. Peran masyarakat dibutuhkan dalam rangka merangkul para remaja
pekerja seks dan membimbing mereka ke arah yang lebih baik.
Masyarakat dapat berperan dengan cara memberikan pembinaan atau
pelatihan berupa keterampilan dan penyediaan lowongan pekerjaan paru
waktu yang sesuai dengan usia mereka agar mereka dapat memperoleh
penghasilan untuk membiayai sekolahnya.

60

3. Komunikasi dakwah dapat ditunjukkan dalam rangka memberdayakan


remaja pekerja seks komersial, baik pada tingkatan individu, keluarga,
komunitas mereka. Mereka tidak sekedar mendapatkan materi keagamaan,
namun juga mendapatkan bantuan modal, keterampilan sehingga akan
mengubah kondisi menjadi lebih sejahtera. Oleh sebab itu, pihak-pihak
yang terlibat langsung dalam komunikasi dakwah baik pihak Pemerintah,
masyarakat, Dai maupun Ormas Islam diharapkan dapat bekerja sama
dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan dakwah bi al-hal yang lebih
konkrit dan langsung berdampak pada mereka. Tidak hanya sebatas pada
upaya pencegahan tetapi juga upaya pemberantasan.
4. Pemerintah diharapkan dapat melakukan pengawasan terhadap tempat
hiburan malam serta hotel hotel diwilayah tersebut. Pemberian sanksi
tegas harus dilakukan jika tempat tempat tersebut terbukti menyediakan
pekerja seks remaja dan memfasilitasi terjadi kegiatan prostitusi remaja.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, D. 1993.Filsafat Dakwah . Semarang: Fakultas Dakwah IAIN


Walisongo.

Amin,S.M. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah

BPS Kota Medan. 2014. Medan dalam Angka. BPS

61

Bogdan, R dan Taylor, S.J. 1992.Introduction to Qualitative Research


Methotds: A Phenomenoiogical Approach in the Social Sciences.
Terjemahan Arief Furchan. Surabaya: Usaha Nasional.

Daulay, Hamdan. 2001. Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan


Politik, Yogyakarta: LESFI.

Halim, A. 2009. Paradigma Dakwah Pengembangan Masyarakat,


dalam Moh Ali Aziz, Rr. Suhartini, dan A. Halim. Dakwah
Pemberdayaan Masyarakat; Paradigma Aksi Metodologi.
Yogyakarta: LkiS

Kafie, J. 1993. Psilkologi Dakwah . Surabaya: Indah

Kementerian Agama RI. 1987. Pedoman Dakwah Bi Al-Hal. Jakarta:


Dirjend. Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji

___________________. 2007. al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: PT


Bumi Restu

Miles, M. B. dan Huberman, A. M. 1994.Qualitative Data Analysis.


London: Sage Publishers.

Muis, Andi Abdul. 2001. Komunikasi Islam, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Munir, M. 2006. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada Media

Moleong Lexy J. 2001.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:


Rosdakarya.

Mulkhan, A.M. 1996. Ideologisasi Gerakan Dakwah: Episode


Kehidupan.Yogyakarta: SIP Press

___________________. 2002. Teologi Kiri Landasan Gerakan Membela


Kaum Mustadlafin. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Syukir, A. 1993. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: alIkhlas.

Suparta, M dan Hefni, H. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana

Thahan, M.M. 2007. Al Fikr Al Islamiy Al Muashir dirasah fi Fikr Al


Muslimin, terj. Akmal Burhanuddin, Pemikiran Hasan Al-Banna.
Bandung: Harakatuna (Group Syaamil)

Yakub, H. 1981.Publistik Islam: Teknik Dakwah dan Leadership .


Bandung: Diponegoro SAnwar, A. 1986. Pengantar Ilmu Dakwah .
Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Wali Songo

Lampiran 4. Foto Foto Kegiatan Prostitusi Remaja di Kecamatan Medan Petisah

Lampiran Hasil Wawancara 1

Wawancara dengan salah satu Remaja Pekerja Seks pada tanggal 7


Desember 2014 Pukul 23.00 WIB
Nama Responden

: Puteri (Nama Samaran)

Peneliti

: Boleh saya minta waktunya untuk bicara santai dek?

Puteri

: Boleh Pak asalkan mohon nama saya disamarkan dalam


wawancara ini.

Peneliti

: Ya tentunya itu sangat kami pegang kerahasiaannya. Nah, puteri


usia berapa sekarang? Masih sekolah atau tidak? sekolah dimana
Puteri?

Puteri

: Sekarang saya 17 tahun, masih sekolah di sebuah SMA Swasta di


Kota Medan.

Peneliti

: Kenapa bisa terlibat dengan dunia hitam ini? Apa orang tua tau?
Apa pula pekerjaan orang tua.

Puteri

: Ya, Bapak tau sendiri kalau sudah rumah tangga hancur tentunya
anak ikut hancur, siapa lagi tempat berpijak saya. Tentunya orang
tua tidak tau, kalau ayah sih tidak akan tau menau karena
semenjak bercerai dengan Ibu, ayah tak pernah mengirim uang.
Ayahku bekerja pada sebuah pabrik di Belawan. Ibu berjualan
kecil-kecilan di pasar Petisah.

Peneliti

: Sebenarnya usaha orang tua cukup atau tidak membiayai sekolah


SMA mu?

Puteri

: Kadang cukup tapi sering juga tak cukup.

Peneliti

: Apa sudah punya pacar? Apa hubungannya masih berjalan?


Mohon maaf, dia kah yang pertama sekali menodai mu?

Puteri

: Sudah, masih. Bukan dia (pacar yang sekarang), sekarang pacar


yang lama sudah tidak bersama saya lagi dia pengecut dia pergi
dengan alasan mencari kerja.

Peneliti

: Boleh tanya yang agak pribadi lagi?

Puetri

: Boleh saja. Tapi jika saya merasa tak bisa atau sanggup
menjawabnya tolong jangan dipaksa.

Peneliti

: Berapa tarif sekali pesan baik yang short time maupun long time?

Puteri

: Tergantung deal nya juga tapi kalau short time berkisar 200 ribu 5 juta rupiah.

Peneliti

: Apakah anda punya mucikari atau bergerak sendiri? Sudah berapa


lama menjalani bisnis ini?

Puteri

: Saya memang sendiri (tidak dengan mucikari, red) karena


memang saya kan terhitung di bawah umur, mana mungkin ada
yang berani dan kalau pun ada pelanggan paling ya langsung ke
saya atau dari teman. Saya begini udah 2,5 tahun semenjak ayah
dan ibu sering bertengkar dan akhirnya cerai.

Peneliti

: Untuk sementara itu dulu, Terima kasih

Puteri

: sama-sama Pak.

Lampiran Hasil Wawancara 2

Wawancara dengan salah satu Remaja Pekerja Seks pada tanggal 13


Desember 2014 Pukul 22.00 WIB
Nama Responden

: Rita (Nama Samaran)

Peneliti

: Selamat malam dek, kita berbincang sedikit bisa?

Rita

: Selamat malam pak. Boleh-boleh saja tapi ini tidak menggunakan


video kamera kan?

Peneliti

: Oh tidak kami hanya memakai perekam suara, tentunya privasi


adik kami jaga. Sekarang berapa usianya? Masih sekolah? Dan
sekolahnya dimana?

Rita

: Saya 16,5 tahun, masih sekolah di sebuah SMA negeri di Kota


Medan ini tapi mohon maaf saya tidak akan memberi tau
sekolahnya dimana.

Peneliti

: Tidak apa-apa. Kenapa bisa masuk dengan bisnis (prostitusi) ini?


Apa orang tua tau? Apa pula pekerjaan orang tua.

Rita

: Ya, Ibu saya kan juga bekerja seperti ini tapi beliau bekerjanya di
luar kota tau sendiri kan kalau terkadang kirimannya kurang saya
minta sama siapa lagi, minta sama saudara segan dan saudara
kami pun cukup banyak yang kekurangn juga. Ah malu lah
merepotkan.

Peneliti

: Ayah mu dimana?

Rita

: Ayah sudah tiada tapi waktu hidup dulu pun ibulah yang sibuk
mencari uang.

Peneliti

: Apa di sekolah ada yang tau kamu seperti ini (jadi PSK)?

Rita

: sebenarnya pihak sekolah tidak tau, tapi teman ad juga yang saya
ajak tertarik kemari ya kami jadi tau sama tau aja.

Peneliti

: Boleh tanya yang agak pribadi lagi?

Rita

: Boleh saja. Tapi jika saya merasa tak bisa atau sanggup
menjawabnya tolong jangan dipaksa.

Peneliti

: Berapa tarif sekali pesan?

Rita

: Itu ya, berkisar 300 ribu - 3 juta rupiah.

Peneliti

: Biasanya kapan beraksi dalam bisnis ini, Rita kan juga sekolah?

Rita

: Biasanya sih akhir pekan paling sering, tapi kan sekarang ada HP
dengan BBM, FB atau twitter kita kan juga sudah punya
pelanggan sendiri

Peneliti

: Apa ada niat untuk keluar dari sini (bisnis prostitusi ini)?

Rita

: Pastinya adalah Pak. Disini kan kita tergantung usia juga mana
ada yang mau sama PSK yang sudah gembrot dan tua.

Peneliti

: Kalau mau berhenti mau jadi apa?

Rita

: Saya kan juga punya niat kuliah, ya mau memperbaiki nasib lah
Pak. Penggnnya sih kerja di kantoran gitu pak.

Peneliti

: Terima kasih atas waktunya, nanti kalu saya wawancara mau lagi
kan?

Puteri

: Ya kalau waktunya cocok Pak. Tapi terima kasih atas traktiran


makan malamnya.

Lampiran Hasil Wawancara 3

Wawancara dengan salah satu Remaja Pekerja Seks pada tanggal 14


Desember 2014 Pukul 13.00 WIB
Nama Responden

: Lili (Nama Samaran)

Peneliti

: Saya yang menelepon ingin bertemu kemarin, kamu lili kan?

Lili

: iya, mau kemana ini kita, Om?

Peneliti

: kita ngobrol dulu bentar disini ya dek

Lili

: boleh Om, tapi jangan lama-lama ya Om.

Peneliti

: enggak lama kok, sebentar saja.

Lili

: saya masih ada pelanggan lain soalnya

Peneliti

: jangan kawatir dek, nanti kamu tetap saya kasih uang jajan, sesuai
kesepatan kita semalam.

Lili

: oh, kalau gitu sih enggak apa-apa, Om

Peneliti

: berapa usia adik sekarang? Masih sekolah atau sudah putus


sekolah.

Lili

: Saya 17 tahun, saya sekolah di sebuah SMK negeri.

Peneliti

: Kenapa mau menjadi seperti ini (PSK)?

Lili

: Ya, gimana lah, Om. Orang tua saya tidak mampu menyekolahkan
saya pada jurusan yang saya mau karena mahal katanya saya mau
juga pada dasarnya mana ada yang mau seperti ini.

Peneliti

: orang tua bekerja sebagai apa?

Lili

: Ayah sih bekerja serabutan gitu kata orang Medan, mocok-mocok.


Kalau ibu saya mengambil upah mencuci dan menggosok pakaian
orang itupun tidak mencukupi Pak

Peneliti

: Gimana ceritanya kok bisa terjerumus?

Lili

: Saya ditawari teman, Om, dia menunjukkan HP model baru,


kosmetik lengkap di rumahnya dia bilang dia dapat dari usaha
sendiri.

Peneliti

: Bagaimana kamu bisa dapat pelanggan?

Lili

: Saya kan awalnya dikasi job gitu sama teman tadi lama-lama ya
bisa dapat sendiri kan kami juga sering ke klub malam, hotel atau
tempat tongkrongan tertentu. Ada bahkan hotel besar yang minta

jasa kami karena permintaan pejabat luar daerah atau pusat yang
minta dilayani.
Peneliti

: Jadi kalian punya mucikari sendiri?

Lili

: ya begitulah tapi kan kami gak memiliki struktur sendiri tapi


adalah yang bertugas mencari job.

Peneliti

: apa ada persenan tertuntu untuk yang mencarikan job tadi?

Lili

: Ya pasti adalah sekitar 20-30 persen. Lihat-lihat pelanggannya


juga kalau lumayan bisa lebih.

Peneliti

: Apa tidak pernah mengikuti kegiatan ceramah agama?

Lili

: Ada sih, Om. Tapi kan ustadz kan seringnya menghakimi kami
kami diminta bertobat tapi gak ada solusi mana pekerjaan untuk
kami gimana kami mau sekolah.

Peneliti

: apa tidak ada beasiswa?

Lili

: ada sih tapi terkadang yang gak melarat pun dapat malah kami
yang gak dapat. Kalaupun dapat uangnya disunat

Peneliti

: Oh gitu, nanti kapan kapan, saya ajak ngobrol lagi mau kan?

Lili

: dengan senang hatilah, Om.

Lampiran Hasil Wawancara 4


Wawancara dengan salah satu Remaja Pekerja Seks pada tanggal 10 Januari
2015 Pukul 20.00 WIB

Nama Responden
Peneliti

: Rina (Nama Samaran)

: Selamat malam Rina. Mohon maaf menggangu waktunya Kami


tim peneliti Fakultas Agama Islam UMSU yang menghubungi
Rina ingin bertemu 2 hari yang lalu, boleh kami minta waktunya?

Rina

: Selamat malam Bapak. Tidak apa-apa, saya juga mohon maaf


karena baru bisa menyangupinya sekarang.

Peneliti

: Dalam wawancara ini kami akan tetap menjaga rahasia pribada


adik. Boleh saya tau berapa umurnya Rina? Masih sekolah?

Rina

: Usia saya 16 tahun, saya sudah tidak lanjut sekolah lagi, Cuma
sampai SMP saja

Peneliti

: Sayang sekali kenapa enggak lanjut?

Rina

: Cuma tidak ingin menyusahkan orang tua Pak. Niatnya sih


pengen cari kerja waktu itu.

Peneliti

: Di Medan ini tinggal dengan orang tua atau ngekos?

Rina

: Ya saya ngekos Pak. Orang tua dikampung. Saya kan anak baru di
Medan ini

Peneliti

: Tidak takut masuk di dunia prostitusi Medan?

Rina

: Mudah-mudahan tidak ada apa-apa. Ini pun karena terpaksa Pak.


Saya coba cari kerja disini, tapi susah sekali. Tidak ada yang mau
terima saya karena cuma lulusan SMP

Peneliti

: kenapa kamu berani memutuskan tinggal di Medan sementara


belum tau akan dapat kerja atau tidak?

Rina

: Teman saya yang ajak, katanya mau dicarikan kerja. Memang


waktu itu saya sempat kerja jadi babysister tapi cuma sebulan aja
bertahannya

Peneliti

: Bagaimana kamu bisa dapat pelanggan? kamu kan baru nih di


Kota ini?

Rina

: Saya kan awalnya dikenalkan sama teman yang bekerja di klub


malam. Terus saya pikir mungkin jalan ini yang harus saya ambil
karena waktu itu kepepet mau bayar kos

Peneliti

: Jadi orang tua tahu?

Rina

: Tidak lah. Saya menjaga sekali hal ini.

Peneliti

: Sudah punya pacar?

Rina

: Di kampung, tapi saya tidak tahu nasib hubungan kami sekarang.

Peneliti

: Kalau ada solusi lain kamu mau bertobat?

Rina

: Mau lah Pak tapi apa bisa tercukupi biaya kuliah saya

Peneliti

: Apa yang dibutuhkan bagi kamu untuk membuat mu kembali ke


jalan yang benar?

Rina

: Ya pastinya pak kalau ada pekerjaan yang bisa mencukupi


kebutuhan sehari-hari aja pak. Saya sih tak terlalu tergoda dengan
barang-barang branded.

Peneliti

: Sosok dai, masyarakat dan pemerintah yang bagaimana yang


kamu perlukan ?

Rina

: Kalau dai ya jangan dai yang pintarnya cuma ngomong aja,


kalau masyarakat ya masyarakat yang jangan menghina nasib
kami. Kalau pemerintah ya pemerintah yang peduli terhadap
nasib kami.

Peneliti

: Terima kasih atas waktunya.

Lili

: Ya Pak sama-sama.

Lampiran Hasil Wawancara 5


Wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat pada tanggal 18 Januari
2015 pukul 14.00 WIB
Nama Responden

: Muslimin (Tokoh Masyarakat)

Peneliti

: Assalamualaikum Pak. Kami tim peneliti Fakultas Agama Islam


UMSU yang sedang meneliti boleh kami minta waktunya?

Muslimin

: Waalaikum salam Bapak-bapak. Boleh dan senang jika bisa


membantu. Topik wawancara nya ini apa ya?

Peneliti

: Topiknya tentang permasalahan prostitusi remaja Pak

Muslimin

: ya memang disini ada kawasan yang dikenal sebagai sarangnya


dan luamayan banyak diskotek dan klub malam mauapun karoeke
yang yang juga buka bisnis pelacuran. Tapi kalau remaja saya
kurang mendalami ya.

Peneliti

: Kami hanya minta bapak menjawab sepengetahuan Bapak. Jadi


bapak belum pernah melihat adanya remaja menjajakan diri?

Muslimin

: Belum pernah karena pun saya takut diajak pula. Tapi setahu saya
ada beberapa kos-kosan yang penghuninya remaja gitu dan kalau
akhir pekan, khususnya malam minggu sering keluar dengan
dandanan di luar dari biasanya, menyolok begitu.

Peneliti

: Oh ya hampir lupa kami menanyakan, apakah bapak punya


jabatan tertentu disini?

Muslimin

: Oh tidak tapi saya aktif di Mesjid

Peneliti

: Disini kan banyak hiburan malam, bagaimana masyarakat


menyikapi para pekerjanya khususnya perempuan penghiburnya?

Muslimin

: Ya masyarakat ya agak risih sih, bahkan terkesan menghindar ya


mungkin karena cap berdosa yang sering para ustadz samapaikan
pada ceramah.

Peneliti

: Oh berarti ada ustadz yang berdakwah disini dan bagaimana


penyampaiannya? Apa ada yang berani terjun ke para pekerja seks
tadi?

Muslimin

: Banyak sih ustadznya tapi hampir bisa dibilang tidak ada yang
mau menyentuh dakwah pada PSK tersebut. Kalau pun ada susah
karena germonya, penjaganya selalu mengawasi dan membatasi.
Mungkin takut tidak adalagi pemasukan.

Peneliti

: Bagaimana ustadz tadi menyampaikan dakwahnya?

Muslimin

ya

dengan

cara

biasa

samapaikan

dengan

berceramah

menyampaikan zina itu dosa mohon cari pekerjaan lain.


Peneliti

: Kalau pemerintah menurut Bapak sudah sejauh mana bertindak?

Muslimin

: Bisa dibilang ya pemerintah hanya mendata hiburan malam kalau


pun ada razia ya yang menjajakan diri di sepanjang jalan Iskandar
Muda.

Peneliti

: Selanjutnya dibawa kemana mereka?

Muslimin

: Kalau tidak salah di panti rehabilitasi gitu tapi Cuma sebentar


dibina tak tau alasannya mungkin tak ada dana atau apa

Peneliti

: Apa harapan Bapak bagi kondisi masyarakat disini?

Muslimin

: Ya pastinya kami tidak mau tempat kami jadi tempat maksiat kami
takut bencana, kami tak mau Allah menimpakan azabnya pada
daerah kami tapi kami tak tau bagaimana memberantasnya.

Peneliti

: Sosok dai yang bagaimana yang masyarakat perlukan?

Muslimin

: Kalau dai ya bagus-bagus aja tapi kalau bisa mampu


menyadarkan pekerja hiburan malam tersebut.

Peneliti

: Kalau kehadiran pemerintah terhadap masalah ini bagaimana yang


diharapkan?

Muslimin

: Kalau pemerintah ya jangan cuma menangkap saja tapi juga


mencari solusi yang terbaik. Kalau habis ditangkap dilepas lagi ya
percuma menghabiskan anggaran saja. Kalau bisa mereka dibina
dan diberikan modal keterampilan dan kerja begitu.

Peneliti

: Terima kasih atas waktunya Bapak Muslimin, kalau kami


membutuhkan informasi mohon kesediannya ya

Muslimin

: Ya Pak saya suka Bapak-bapak peduli terhadap masalah social di


tempat kami ini.

Lampiran Hasil Wawancara 6


Wawancara dengan salah satu pemuka agama pada tanggal 20 Februai 2015
Pukul 16.00 WIB
Nama Responden

: Ustadz Ramli Pasaribu (Dai)

Peneliti

: Assalamualaikum Pak ustadz. Kami tim peneliti Fakultas Agama


Islam UMSU yang menelopon kemarin kami sedang meneliti
tentang permasalahan prostitusi remaja. Boleh kami minta
waktunya?

Ustadz Ramli : Waalaikum salam Bapak-bapak. Boleh dan senang bisa


membantu.
Peneliti

: Sudah berapa lama ustadz berdakwah di daerah ini?

Ustadz Ramli : Ya lebih kurang 8 tahun


Peneliti

: Bagaimana karakteristik masayarakatnya dalam menyikapi


dakwah?

Ustadz Ramli : Ya pada kebanyakan masyarakat di Kota Medan ini mereka terikat
juga dengan ormas-orams tertentu seperti NU dan Alwasyliyah
yang terkenal dengan perwiridannya, baca yasinnya maupun
Muhammadiyah dengan pengajian rutinnya.
Peneliti

: Apa ustadz pernah mencoba berdakwah ke pekerja hiburan


malam?

Ustadz Ramli : Pernah tapi tantangan banyak, susah karena germonya,


penjaganya selalu mengawasi dan membatasi. Mereka seakan tak
rela ada yang bertobat.
Peneliti

: Bagaimana sikap perempuan penghiburnya ketiak mendapatkan


ceramah?

Ustadz Ramli : Ya mereka mendengarkan dengan seksama tapi saya akui saya
memilki kelemahan dalam memberikan solusi konkrit bagi
permasalahn mereka saya hanya memberikan saran dan
penyadaran pada mereka.
Peneliti

: Pernah menemukan ada remaja yang ikut pengajian bapak


tersebut?

Ustadz Ramli : Ada walaupun hanya 2 orang waktu itu.


Peneliti

: Bagaimana ustadz menyampaikan metode dakwahnya?

Ustadz Ramli : Ya tentu Bil Lisan, ceramah beri penyadaran bagi mereka agar
bertobat, saya ajak diskusi tapi memang saya memilki

keterbatasan dalam memberikan solusi konkrit atas masalah


himpitan ekonomi yang mendera mereka.
Peneliti

: Menurut pak ustadz bagaimana cara yang efektif untuk


menanggulangi masalah ini?

Ustadz Ramli : Ya penting adanya sinergitas antara pendakwah, masyarakat


maupuan pemerintah dalam memberikan solusi terbaik bagi
mereka. Kalau ustadz memberikan bimbingan kesadaran, kalau
masyarakat menjaga dan mencegah serta ikut memperhatikan
mereka dengan membentengi kelaurga masing dengan ilmu
agama, dan pemerintah memberi solusi pemberdayaan dan
keterampilan bahkan diberi modal untuk mempersiapkan mereka
setelah tidak bekerja lagi seperti itu
Peneliti

: Terima kasih atas waktunya Bapak Ustadz Ramli, kalau kami


membutuhkan informasi mohon kesediannya lagi

Ustadz Ramli : Ya Pak Alhamdulillah masih ada yang peduli Bapak-bapak peduli
terhadap masalah social di tempat kami ini.

Lampiran 3. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul


BIODATA KETUA TIM PENGUSUL

A. Identitas Diri
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

13

Nama Lengkap (dengan


gelar)
Jabatan Fungsional
Jabatan Struktural
NIP
NIDN
Tempat
dan
Tanggal
Lahir
E-mail
Alamat Rumah

Drs. Mario Kasduri, MA


Lektor/ IIId
0102066203
Aek Nabara/ 02 Juni 1962

mariokasduri@yahoo.com
Jl. Garu I Gg. Kundur No. 181 D
Medan
Nomor Telepon/Faks/ HP 085362449622
Alamat Kantor
Jl. Kapten Mukhtar Basri No.3
Medan
Nomor Telepon/Faks
061-6619056/ 061-6625474
Lulusan
yang
Telah S1= 110 orang
Dihasilkan
1. Pengantar Ilmu Pendidikan
Islam
Mata Kuliah yang
Diampu
2. Ibadah
3. Akhlak

B. Riwayat Pendidikan
S-1
Nama Perguruan
Tinggi
Bidang Ilmu
Tahun Masuk-Lulus
JudulSkripsi/Thesis

Nama
Pembimbing/Promotor

UMSU
Filsafat
Pendidikan
Islam
1987-1991
Metodologi
Pengajaran
Agama
Islam dalam Upaya
Peningkatan
Mutu
Pendidikan
di
Madtrasah
Tsanawiyah
AlHitihad
di
Kecamatan
Bilah
Hulu
1. Drs.
M.
Daud
Yusuf
2. Asmawita, S.PdI

S-2
IAIN SU
Pengkajian Islam
2000-2003
Sistem Perencanaan
Pendidikan
Islam
Pada Fakultas Agama
Islam UMSU

1. Dr. Fahrudin, M.A


2. Dr. Hasan Azari,
M.A

BIODATA ANGGOTA TIM PENGUSUL

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap
2 Jenis Kelamin
3 Jabatan Fungsional
4 NIDN
5 Tempat dan Tanggal Lahir
6
7
8

9
10

E-mail
Nomor HP
Alamat Kantor

Lulusan yang telah dihasilkan


Mata Kuliah yang diampu

Drs. Zulkarnein Lubis, M.A


Laki-Laki
Lektor/III.d
0106046001
Rantau Prapat, 06 April
1960
zulkarneinlbs@yahoo.com
08153163040
Marendal I Pasar V Jl. Sari
Gg.
Teratai
III
Kec.
Patumbak
S1= 100 orang
1. Bahasa Arab (Nahwu
Sharaf)
2. Kemuhammadiyahan I
3. Kemuhammadiyahan II

B. Riwayat Pendidikan
S1
Nama
Perguruan
IAIN
Tinggi
Bidang Ilmu
Tarbiyah/B. Arab
Tahun Masuk-Lulus
Judul Skripsi/Tesis

Nama Pembimbing

1982-1989
Talim al-Lughah alArobiyyah Litarkiyyati
al-Tarbiyah alIslamiyah
1. H. Hasan Salim alHabsy, MA
2. Drs. Amiur Nuriddin

S2
IAIN
Pengkajian Islam/B.
Arab
2003-2005
Problema Pembelajaran
Bahasa Arab di SMA
Muhammadiyah I
Medan
1. Dr. Hasan Asari, MA
2. Dr. Abdul Mukti, MA

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun terakhir


No Tahu
Judul Penelitian
Pendanaan
Sumber
Jlh. (Juta
n
Rp)
1
2009 Problema
Pembelajaran
DIKTI
10
Bahasa
Arab
di
SMA

2011

Muhammadiyah I Medan
Pembelajaran Bahasa Arab
Berbasis Al-Quran di FKIP
UMSU

UMSU

Anda mungkin juga menyukai