LAPORAN TAHUNAN
PENELITIAN HIBAH BERSAING
0106046001
(ANGGOTA)
Dibiayai oleh:
APB Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Sesuai Dengan Surat Perjanjian Penugasan Dalam Rangka Pelaksanaan
Program Penelitian Hibah Bersaing Dana APB UMSU Tahun Anggaran 2014
Nomor: 202/II.3-AU/UMSU-P3M/C/2014
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEI 2015
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian
Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap
b. NIDN
c. Jabatan Fungsional
d. Program Studi
e. Nomor HP
f. Alamat Surel (e-mail)
Anggota (1)
a. Nama Lengkap
b. NIDN
c. Perguruan Tinggi
Tahun Pelaksanaan
Biaya Tahun Berjalan
Biaya Keseluruhan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Mengetahui,
Dekan FAI UMSU
RINGKASAN
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan i kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian Hibah Bersaing dengan judul Model Dakwah Bi Al-Hal Bagi Remaja
di Daerah Rawan Prostitusi Sebagai Upaya Penanggulangan Maraknya Pekerja
Seks Belia (Studi Kasus Remaja Pekerja Seks Di Kota Medan) dengan baik dan
tepat waktu.
Pada kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang telah
memberikan bantuan dan arahan selama penelitian ini berlangsung hingga
terlaksananya penulisan laporan ini, yaitu diantaranya kepada:
1
Kami mendoakan semoga segala sesuatu yang telah bapak dan ibu berikan
demi kesempurnaan penelitian ini mendapatkan balasan dari Allah SWT, dan kami
juga berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, 15 Mei 2015
Ketua TPelaksana
ii4
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .................................................................................................
PRAKATA.......................................................................................................
ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................
iii
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................
B. Perumusan Masalah.......................................................................
1
3
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Pengertian Dakwah........................................................................
Tujuan Dakwah..............................................................................
Unsur-Unsur Dakwah....................................................................
Dakwah Bi Al Hal.......................................................................
Prinsip-Prinsip Dakwah Bi Al-Hal.................................................
Pekerja Seks Komersial...................................................................
Strategi Dakwah Bi Al-Hal bagi Remaja Pekerja Seks..................
4
5
6
9
11
11
12
16
A. Tujuan Penelitian...........................................................................
B. Manfaat Penelitian.........................................................................
16
16
18
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Pendekatan Penelitian....................................................................
Lokasi Penelitian............................................................................
Sumber Data...................................................................................
Teknik Pengumpulan Data.............................................................
Teknik Analisis Data......................................................................
Teknik Menjamin Keabsahan Data................................................
18
20
21
21
21
22
23
23
28
32
37
41
49
56
58
58
59
A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................
59
60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena menjamurnya daerah
prostitusi di kota Medan baik itu yang terselubung maupun terang-terangan
dimana sebagian besar pekerja seksnya merupakan anak-anak dibawah umur
(belia) yang masih menginjak Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan juga
Sekolah Menengah Atas (SMA). Seperti data yang dilangsir oleh pemerintah
provinsi sumatera Utara bahwa pada tahun 2011, sebanyak 30 % pekerja seks
komersial merupakan siswa SMP dan 45 % nya merupakan siswa SMA. Hal ini
tentu saja menjadi ironi mengingat masa depan Negara kita tergantung pada
generasi muda sekarang ini. Bayangkan saja apa yang akan terjadi pada Negara ini
dimasa mendatang, jika seandainya masyarakatnya tidak lagi menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan juga moral. Oleh sebab itulah, strategi dakwa yang tepat
dalam mengajak seluruh umat manusia berada pada jalan yang benar sesuai apa
yang telah ditetapkan Allah dalam Al-Quran dan Hadist sangatlah penting
dilakukan, sehingga prilaku-prilaku menyimpang yang ada di masyarakat dapat
diminimalisir.
Kota medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang
menjadi pusat perkembangan bagi wilayah Indonesia bagian barat baik dari aspek
pendidikan, pariwisata, budaya, perdagangan, dan ekonomi jumlah penduduk
muslimnya mencapai 8,5 juta lebih (BPS, 2013). Perkembangan tersebut sedikit
B. Perumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan
masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan dakwah yang dilakukan oleh Dai, masyarakat
dan juga pemerintah setempat kepada remaja pekerja seks di daerah rawan
prostitusi di kota Medan?
2. Apa saja faktor-faktor Penghambat aktivitas dakwah di daerah rawan
prostitusi di kota Medan?
3. Bagaimana dampak pelaksanaan dakwah yang dilakukan di daerah rawan
prostitusi di kota Medan terhadap prilaku remaja di daerah tersebut?
4. Bagaimana model dakwah Bi Al-Hal yang tepat bagi remaja di daerah
rawan prostitusi untuk menanggulangi maraknya pekerja seks belia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Dakwah
Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk
menyebarkan dan mengajarkan Islam kepada seluruh umat manusia di muka bumi
ini. Oleh karena itu, setiap orang yang mengaku beragama Islam berkewajiban
untuk menjadi juru dakwah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Menurut
Yakub (1981: 13), Dakwah itu sendiri diartikan sebagai usaha mengajak umat
manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan
Rasul-Nya. Sedangkan menurut Sanwar (1986: 3) dakwah merupakan perintah
mengadakan seruan kepada umat manusia untuk kembali dan hidup sepanjang
ajaran Allah yang benar, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan, dan nasihat yang
baik. Oleh karena dakwah Islamiah itu berupa kegiatan mengajak orang untuk
meyakini, serta mengamalkan akidah dan syariah Islamiah, maka konsepsi Islam
terlebih dahulu harus diyakini dan diamalkan pendakwah sendiri. Dengan
demikian, kegiatan dakwah dapat dikatakan sebagai aktualisasi atau realisasi salah
satu fungsi kodrati muslim.
Mulkhan (1996: 205) menyatakan bahwa fungsi kerisalahan berupa proses
pengkondisian agar seseorang atau masyarakat mengetahui, memahami,
mengimani, dan mengamalkan Islam sebagai ajaran dan pandangan hidup (way of
life). Dengan ungkapan lain, hakikat dakwah adalah suatu upaya untuk mengubah
suatu keadaan menjadi keadaan lain yang lebih baik menurut tolok ukur ajaran
Islam sehingga seseorang atau masyarakat mengamalkan Islam sebagai ajaran dan
pandangan hidup. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dakwah Islamiah
adalah suatu usaha dalam proses Islamisasi manusia agar taat dan tetap mentaati
ajaran-ajaran Islam guna memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Sebagaimana disebutkan di atas, dakwah adalah usaha untuk mengajak,
menyeru, dan mempengaruhi manusia agar selalu berpegang teguh pada ajaran
Allah, guna memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Berdakwah
merupakah tugas seluruh umat Islam sesuai dengan kemampuannya masingmasing. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat an-Nahl ayat 125;
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
B. Tujuan Dakwah
Adapun tujuan dakwah menurut Abdullah (1993: 9) antara lain sebagai
berikut: Pertama, terwujudnya proses perubahan objek dakwah dalam segi tingkah
laku dan kehidupan, sesuai dengan Islam. Perubahan itu meliputi tingkah laku
jasmani, akal, adat, sikap, dan lain-lainnya. Perubahan itu pula meliputi aspek
kehidupan masyarakat, baik dalam aspek budaya, spiritual, ekonomi, dan ain-lain.
Kedua, dakwah Islam bertujuan untuk kebaikan pribadi dan masyarakat. Dengan
ajaran amar maruf nahi munkar, mengajar serta menyampaikan dakwah bagi
orang yang mengetahuinya diharapkan dapat terwujud kebaikan tersebut.
Sementara itu, yang menjadi tujuan khusus dakwah adalah terbentuknya suatu
tatanan masyarakat Islam yang utuh fil silmi kaffah (Kafie: 1993: 66). Dengan
demikian, secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan dakwah Islamiah adalah
usaha untuk menyeru manusia agar mentaati perintah-perintah Allah SWT dan
Rasul-Nya, supaya mendapatkan kabahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
C. Unsur-unsur Dakwah
Adapun unsur-unsur pelaksanaan kegiatan dakwah antara lain:
1) Subjek Dakwah
Subjek dakwah ini setidaknya dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu: dai,
perencana, dan pengelola dakwah. Ketiga tiganya memiliki peran yang
penting dalam pelaksanaan dakwah dimasyarakat. Dai adalah pelaksana
dakwah, baik secara perseorangan/individu maupun secara kelompok yang
terorganisir Mulkhan (1996: 209). Setiap muslim laki-laki dan wanita, yang
sudah baligh dan berakal, baik ulama maupun bukan ulama. Sementara itu,
kedudukan dai dalam Islam itu terhormat karena selalu mengemban tugas
agama yang sangat mulia dalam pandangan Allah, yakni meneruskan risalah
Rasul dengan menyeru kepada umat manusia agar selalu berbuat kebaikan dan
mencegah kemungkaran. Mereka inilah orang-orang yang digolongkan ke
dalam kelompok khirul ummah sebagaimana ditegaskan Allah SWT dalam alQuran surat Ali Imran: 110. Artiya: Kamu adalah umat terbaik yang
dilahirkan umat manusia, menyuruh kepada maruf dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu
lebih baik dari mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik.
3) Materi Dakwah
Materi dakwah adalah semua bahan atau mata pelajaran yang berisi
tentang pelajaran agama yang akan disampaikan oleh dai kepada madu dalam
suatu aktivitas dakwah, agar dakwah mencapai tujuan yang telah ditentukan
(Syukir, 1993:63). Materi dakwah sebagai pesan berisi anjuran dan ide
gerakan dalam rangka mencapai tujuan dakwah. Sebagai ajakan dan ide
4) Media Dakwah
Media dakwah adalah alat yang diguanakan sebagai perantara untuk
melaksanakan kegiatan dakwah di antaranya berupa: lisan, tulisan, visual,
audio, dan keteladanan (Sanwar, 1986: 77). Dakwah secara lisan adalah
dakwah secara langsung, di mana dai menyampaikan ajakan dakwah secara
langsung dengan menyampaikan materi kepada madu. Adapun peralatan yang
digunakan untuk berdakwah melalui lisan antara lain; radio, televisi, dan lainlain. Dakwah melalui tulisan adalah kegiatan dakwah di mana penyampaian
materi dakwah dilaklukan oleh dai melaui tulisan-tulisan. Keuntungan media
tulis ini adalah bahwa jangkauannya lebih luas daripada penggunaan media
lisan.
D. Dakwah Bi Al-Hal
Menurut Amin (2009:11), Dakwah bi al-hal merupakan aktivitas dakwah
Islam yang dilakukan dengan tindakan nyata atau amal nyata terhadap kebutuhan
penerima dakwah sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh mereka secara konkrit.
Misalnya dakwah dengan membangun rumah sakit untuk keperluan masyarakat
sekitar yang membutuhkan keberadaan rumah sakit. Suparta dan Hefni dalam
buku Metode Dakwah, memberikan pengertian dakwah Bi Al-Hal adalah
memanngil, menyeru ke jalan Tuhan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat dengan
menggunakan bahasa keadaan manusia yang di dakwahi (madu) atau
10
tidak ada 2 (dua) prinsip, yaitu: Pertama, orientasi pada kesejahteraan lahir dan
batin masyarakat luas. Kedua, harus bisa melakukan rekaya sosial (social
engineering) untuk mendapatkan suatu perubahan tatanan kehidupan sosial yang
lebih baik.
12
13
Selain itu, dakwah bi al-hal juga bisa dilakukan dengan pendekatan; (1)
Struktural, yaitu pengembangan dakwah yang dilakukan dengan melalui jalur
struktur formal misalnya melalui pemerintahan, (2) Kultural, yaitu pengembangan
dakwah melalui jalur kultural nonformal, misalnya melalui pengembangan
masyarakat, kebudayaan, sosial, dan bentuk nonformal lainnya. Hal ini pernah
dikembangkan oleh Almarhum KH. Abdurrahman Wahid (mantan Pimpinan Besar
NU dan Presiden RI ke 4) dengan NU-nya. Karena dakwah Bi Al-Hal merupakan
bagian atau implementasi dari dakwah kultural, maka strategi (pendekatan) nya
juga dapat dilakukan dengan:
a) Pendekatan persuasif dan motivatif, yaitu pendekatan yang dilakukan
dengan rasa sejuk dan mendorong dengan semangat tinggi, bahwa dai
harus mampu menempatkan diri sebagai motivator yang baik, inisator
yang cerdas, dan dinamisator yang terampil.
b) Pendekatan konsultatif, yaitu pendekatan yang dilaksanakan melalui media
konsultasi dalam prinsip bergaul bersama berperan bersetara.
c) Pendekatan partisipatif, , yaitu pendekatan dalam bentuk saling bekerja
sama dan membantu di lapangan dalam memecahkan masalah yang
dihadapi.
Selain pendekatan di atas, dakwah Bi Al-Hal juga bisa dilakukan melalui
pendektan-pendekatan sebagai berikut (Thahan, 2007):
1) Sosio Karikatif, yaitu suatu pendekatan yang didasarkan pada
anggapan bahwa masyarakat adalah miskin, menderita, dan tidak
mampu memecahkan masalahnya sendiri. Mereka perlu ditolong,
dikasihani, dan diberi sumbangan.
14
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
15
B. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut:
1. Menjadi solusi dalam mengatasi krisis moral yang tengah melanda bangsa
Indonesia
2. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap fenomena-fenomena
penyimpangan yang terjadi di lingkungan sekitar mereka
3. Sebagai acuan bagi pelaku dakwah, dalam merancang strategi dakwah
yang tepat yang dapat diterapkan untuk remaja diwilayah lainnya.
4. Sebagai masukan bagi pemerintah atau pengambil kebijakan di bidang
keagamaan dalam membuat rancangan kegiatan keagamaan yang lebih
tepat sasaran sesuai dengan permasalahan masyarakat masa kini.
16
17
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka penelitian secara keseluruhan
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor (1992)
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang
yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang
mendalam tentang realitas model Dakwah Bi Al-Hal yang tepat bagi remaja di
daerah rawan prostitusi untuk menanggulangi maraknya pekerja seks belia.
Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan, adalah sebagai berikut:
1) Tahap pertama
Kegiatan awal yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan observasi
terhadap pelaksanaan dakwah yang dilakukan oleh Dai, masyarakat dan juga
pemerintah setempat kepada remaja pekerja seks di salah satu kecamatan rawan
prostitusi di kota Medan yaitu Kecamatan Medan Petisah. Kawasan tersebut
18
dianggap sebagai kawasan rawan prostitusi di kota medan karena seringnya terjadi
transaksi seks yang dilakukan baik secara sembunyi-sembunyi maupun terangterangan di wilayah tersebut terutama oleh pekerja seks belia. Peneliti juga
meneliti apa saja faktor-faktor penghambat aktivitas dakwah di daerah tersebut
serta permasalahan yang dimiliki remaja pekerja seks yang menyebabkan mereka
berprofesi seperti itu, sehingga nantinya dapat diperoleh gambaran solusi yang
tepat untuk mengoptimalkan pelaksanaan dakwah di daerah tersebut. Selanjutnya,
peneliti melihat sejauh mana efektifitas pelaksanaan dakwah terhadap prilaku
remaja pekerja seks di daerah tersebut. Hasil yang didapat dari kegiatan penelitian
tahap pertama ini akan menjadi acuan bagi peneliti dalam mengembangkan model
dakwah Bi Al-Hal yang tepat untuk menanggulangi maraknya pekerja seks belia
di kota Medan
2) Tahap kedua
Pada tahap ini akan dirancang model dakwah Bi Al-Hal yang dikembangkan
dari hasil penelitian tahap pertama yang telah dilakukan. Model dakwah yang
akan dirancang nantinya akan dievaluasi kelayakannya dan keefektifannya
sehingga nantinya model dakwah tersebut dapat diterapkan dengan baik oleh Dai,
masyarakat serta pemerintah dalam upaya penanggulangan pekerja seks belia
dikota medan.
Berikut ini akan ditampikan diagram alir penelitian:
19
Tahun I
Analisis Kegiatan dakwah bagi remaja pekerja seks
Tahun II
Desain model dakwah Bi Al-Hal bagi remaja pekeja seks
20
B. Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di salah satu daerah yang dianggap
rawan prostitusi di kota Medan yaitu kecamatan Medan Petisah. Dikawasan
tersebut, terdapat hotel-hotel, tempat Spa serta diskotik yang diduga menjadi
tempat terjadinya transaksi seks yang dilakukan pekerja seks belia. Pelaksanaan
Penelitian dilakukan selama 2 tahun, mulai tahun 2014 sampai dengan 2015.
C. Sumber Data
Data diperoleh melalui observasi, kuesioner, dan wawancara yang
dilakukan langsung terhadap remaja pekerja seks komersial di wilayah tersebut,
Dai, masyarakat serta pemerintah setempat yang terkait.
21
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses penyeleksian data, pemokusan data,
penyederhanaan data serta pengkategorian data yang diperoleh dari observasi
maupun interview yang telah dilakukan oleh tim peneliti dimana proses ini
berlangsung sepanjang proses pengumpulan data. Dalam hal ini data yang
diambil hanya yang berkaitan dengan proses pelaksanaan dakwah yang
dilakukan oleh Dai, masyarakat dan juga pemerintah setempat kepada remaja
pekerja seks di Kecamatan Medan Petisah serta permasalahan dimiliki oleh
pekerja seks belia sehingga mereka terjun ke profesi seperti itu.
2. Penyajian Data
22
bahwa
penelitian
benar-benar
dapat
dipertanggungjawabkan.
23
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
24
Tengah, Kelurahan Sekip, Kelurahan Sei Putih Barat, Kelurahan Sei Putih Tengah,
Kelurahan Sei Putih Timur I, Kelurahan Sei Putih Timur II, dan Kelurahan Sei
Sikambing.
Kecamatan Medan Petisah merupakan daerah yang banyak penduduknya
yaitu berjumlah 62.227 orang penduduk, terdiri dari 29.526 orang laki-laki serta
32.701 orang perempuan. Berdasarkan kelompok umur, distribusi penduduk
Kecamatan Medan Petisah relative lebih banyak penduduk usia produktif.
25
satu sektor saja. Kehidupan masyarakat Kecamatan Medan Petisah tidak terfokus
hanya pada satu sektor saja, misalnya perdagangan, meskipun dilihat letak
geografisnya diapit oleh pusat layanan dan industri maupun birokrasi.
Penduduknya memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam; ada yang menjadi
pedagang, pengusaha industri, buruh industri, buruh bangunan, pedagang,
pengangkutan, pegawai negeri/TNI, pensiunan dan sebagainya; sebagaimana
terlampir dalam tabel berikut:
Tabel I. Jenis-jenis Pekerjaan Penduduk Kecamatan Medan Petisah
No
1
2
3
4
5
6
Jenis Pekerjaan
Jumlah
Petani
44
Pegawai Negeri
1.802
Pegawai Swasta
14.411
TNI / Polri
129
Pedagang
5.302
Pensiunan
374
Jumlah
22.062
Sumber: Medan dalam Angka 2014, BPS Kota Medan
26
Tugu Sister City, menjadikan kecamatan ini salah satu kecamatan tempat rekreasi
dalam kota khususnya para penduduk yang penat dengan aktifitas kerja maupun
pelancong yang ingin melihat panorama kota Medan. Kemudian juga kawasan ini
merupakan kawasan industri perhotelan karena beberapa hotel tekenal berdiri
disini seperti Hotel Grand Aston, Hotel Santika Dyandra, dan lainnya. Namun
tidak hanya hotel bintang lima saja, di kawasan ini juga berderet hotel-hotel
berbintang tiga dan kelas melati. Industri hiburan juga banyak di jumpai didaerah
ini seperti karaoke, klub malam, Spa, pub dan bistro, live musik dan lain-lain.
Inilah yang menyebabkan kecamatan Medan Petisah terkenal dengan dunia
malamnya.
Agama
Jumlah
Penduduk
Islam
50.879
Kristen Katolik
1.852
Kristen Protestan
5.976
Hindu
544
Budha
2.976
Jumlah
62.227
Sumber: Medan dalam Angka 2014, BPS Kota Medan
27
4. Tingkat Pendidikan
Kecamatan Medan Petisah merupakan daerah yang bebas dari buta huruf,
sebab dilihat dari tingkat pendidikan jumlah penduduk yang ada hanya beberapa
persen yang tidak sekolah, itu pun sebagian besar dari kalangan orang tua yang
sudah lanjut usia tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah dan anak-anak
yang masih balita. Adapun tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Medan
Petisah ada yang lulusan setingkat Sekolah Dasar, SMP, SMA, dan Akademik atau
Perguruan Tinggi.
29
Atas berbagai alasan dan sebab akhirnya pilihan pekerjaan inilah yang
dapat dimasuki dan menjanjikan penghasilan yang besar tanpa syarat
yang susah. Menjadi pekerja seks komersial karena iming-iming uang
kerap menjadi pemikat yang akhirnya justru menjerumuskan mereka ke
lembah kelam. Alasan seorang wanita terjerumus menjadi pekerja seks
adalah karena desakan ekonomi, dimana susahnya mencari pekerjaan
membuat mereka berpikir bahwa pekerja seks merupakan pekerjaan yang
termudah untuk mendapatkan uang untuk kebutuhan sehari-hari.
Pengakuan seorang lulusan SMP, sebut saja Rina (nama samaran) atas
alasan susahnya mencari pekerjaan di kota Medan menyebabkan ia harus
memilih jalan pintas menjadi PSK untuk memenuhi segala kebutuhannya
sehari-hari.
Penyebab lainnya adalah karena mereka tidak memiliki modal
untuk kegiatan ekonomi, tidak memiliki keterampilan maupun pendidikan
untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan juga karena terkena
PHK
sehingga
menjadi
pekerja
seks merupakan
pilihan untuk
menyambung hidup.
b. Gaya Hidup
Pergeseran norma selalu terjadi dimana saja apalagi dalam
tatanan masyarakat yang dinamis. Norma kehidupan, norma sosial,
bahkan norma hukum seringkali diabaikan demi mencapai sesuatu tujuan.
Kecenderungan melacurkan diri pada banyak wanita untuk menghindari
kesulitan hidup, selain itu untuk menambah kesenangan melalui jalan
pintas. Dari penelitian ini diketahui bahwa pekerja seks komersial
sebagian rela menjajakan tubuhnya demi memenuhi kebutuhan lifestyle.
30
31
praktek sekolah dan praktek industri menyedot anggaran lebih orang tua.
Pada dasarnya tidak ada orang tua yang mau membebani anaknya untuk
b ekerja namun karena ketidakmampuan dan karena faktor kemiskinan,
sehingga tidak ada pilihan lain mempekerjakan anak menjadi pekerja
seks, untuk pemenuhan tuntutan kebutuhan sehari-hari yang tidak dapat
ditoleransi. Pelacuran erat hubungannya
dengan
masalah
sosial.
Pasalnya kemiskinan sering memaksa orang bisa berbuat apa saja demi
memenuhi kebutuhan hidup termasuk melacurkan diri ke lingkaran
prostitusi. Hal ini biasanya dialami oleh perempuan-perempuan kalangan
menengah kebawah.
C. Analisis Permasalahan Remaja Pekerja Seks di Kecamatan Medan
Petisah
1. Permasalahan Internal
Permasalah internal yang akhirnya menyebabkan remaja menjadi
Pekerja Seks Komersial antara lain adalah:
a. Broken Home
Keluarga adalah sumber kepribadian seseorang, didalam keluarga
dapat ditemukan berbagai elemen dasar yang membentuk kepribadian
seseorang. Lingkungan keluarga dan orang tua sangat berperan besar dalam
perkembangan kepribadian anak. Orang tua menjadi faktor penting dalam
menanamkan dasar kepribadian
yang
ikut
menentukan
corak
dan
32
33
c. Turunan
Tidak dapat disangkal bahwa keluarga merupakan tempat pertama
bagi anak untuk belajar berinteraksi sosial. Melalui keluarga anak belajar
merespons terhadap masyarakat dan beradaptasi ditengah kehidupan yang
lebih besar kelak. Lingkungan
keluarga
seringkali
disebut
sebagai
lingkungan
fisik,
lingkungan
psikososial,
lingkungan
34
35
dasar
nasib
malu
tadi,
biasanya
remaja
putri
menjerumuskan diri dalam bisnis prostitusi. Tidak hanya itu, ada juga kasus
dimana setelah sang pacar meniduri sang gadis, setelah itu dia lalu menjual
gadis tersebut ke teman-temannya. Karena alasan takut dengan sang pacar, si
gadis pun rela tubuhnya dijual oleh sang pacar.
c. Perkosaan
Banyaknya kasus kekerasan terjadi terutama kekerasan seksual, justru
dilakukan orang-orang terdekat. Padahal mereka semestinya memberikan
perlindungan dan kasih sayang serta perhatian yang lebih dari pada orang
lain seperti tetangga maupun teman. Seorang wanita korban kesewenangan
kaum lelaki menjadi terjerumus sebagai pekerja seks komersial. Dimana
36
seorang wanita yang pernah diperkosa oleh bapak kandung, paman atau
guru sering terjerumus menjadi pekerja seks.
Korban pemerkosaan menghadapi situasi sulit seperti tidak lagi
merasa berharga di mata masyarakat, keluarga, suami, calon suami dapat
terjerumus dalam dunia prostitusi. Artinya tempat pelacuran dijadikan
sebagai tempat pelampiasan diri untuk membalas dendam pada laki-laki
dan mencari penghargaan. Biasanya seorang anak korban kekerasan
menjadi anak yang perlahan menarik diri dari lingkungan sosialnya.
Tetapi di sisi lain juga menimbulkan kegairahan yang berlebihan. Misalnya
anak yang pernah diperkosa banyak yang menjadi pekerja seks komersial.
menjadi tempat
37
wanita di Kota Medan. Daerah ini terkenal dengan wanita yang menjaja seks
secara langsung tanpa perantara atau germo. Tidak hanya wanita dewasa saja
yang diketahui menjajakan diri mereka dilokasi tersebut, tetapi juga anak-anak
remaja yang tergolong masih dibawah umur. Banyaknya hotel-hotel kelas
melati di wilayah tersebut juga mempermudah transaksi seks yang mereka
jalani. Para wanita-wanita ini datang dari berbagai wilayah dan mereka juga
tidak saling mengenal satu sama yang lainnya. Wanita tuna susila yang ingin
melakukan transaksi tidak menggunakan modal apapun selain keberanian
mereka untuk berdiri dan menggunakan busana dan make up yang sedikit
mencolok agar para lelaki yang melewati jalan ini memilih mereka untuk
pemuas seksual. Wanita-wanita tuna susila tersebut berdiri dipinggiran jalan
raya dengan menggunakan pakaian ketat dan rok mini dengan memberikan
senyuman - senyuman kecil yang dibantu penerangan oleh lampu jalan untuk
memikat hati pengguna jalan yang hendak melintasi kawasan ini. Wanitawanita tersebut ditemani pria yang merupakan pengemudi becak bermotor
atau bentor dengan kesepakatan diantara keduanya, apabila wanita tuna susila
mendapatkan kesepakatan transaksi dengan pria yang ingin menyewa tubunya
maka si pengendara bentor akan siap mengantar serta menjemput wanita tuna
susila tersebut. Mereka akan menemani para lelaki yang berani memberi
tawaran dengan harga tinggi kepada mereka dan siap untuk menemani ke
mana saja. Tidak hanya wanita melainkan pria yang berupa wanita atau
disebut dengan waria terlihat berdiri disepanjang kuburan yang terdapat disana
dengan busana dan dandanan mereka yang menyerupai seorang wanita maka
38
waria -waria ini juga tidak ingin kalah bersaing dengan wanita tuna susila
yang berada disekitar kawasan ini.
Menurut informasi dari masyarakat Kelurahan Sei Sikambing D,
Kecamatan Medan Petisah, keberadaan para pekerja seks komersial (PSK)
yang setiap malam mangkal di wilayah tersebut sangat meresahkan mereka.
Mereka khawatir itu akan memberikan dampak negatif bagi putra putri
mereka. Warga sudah meminta dinas terkait dan aparat kelurahan setempat
menertibkan para PSK tersebut. Walaupun sudah sering dirazia, namun tetap
saja mereka tidak jera untuk beroperasi di wilayah tersebut.
Jalan Nibung Raya yang sekarang ini pada siang harinya terkenal
sebagai pusat bisnis jual-beli mobil juga tidak luput dari kegiatan prostitusi.
Di lokasi tersebut berderet tempat-tempat prostitusi dengan tampilan salon dan
Spa tetapi mereka menyediakan fasilitas lebih dengan wanita-wanita yang
akan menemani pengunjung laki-laki yang ingin mendapatkan pijatan sampai
pada bagian tubuh vital. Pada malam hari showroom mobil tersebut berubah
menjadi kawasan yang senyap dikarenakan kegiatan prostitusi mulai
beroperasi. Bahkan, ada sebuah swohroom mobil yang lantai keduanya
merupakan bangunan hotel kelas melati yang digunakan sebagai wadah untuk
melakukan hubungan seksual.
Beberapa lokasi lain yang disinyalir sebagai tempat terjadinya
transaksi prostitusi adalah jalan Gatot Subroto, jalan biduk, jalan Garpu, dan
Jalan Sei Batang Serangan. Berdasarkan informasi yang kami peroleh dari
39
40
41
42
Sedangkan untuk remaja pekerja seks baik yang terorganisir maupun tidak
terorganisir tersebut nantinya akan diberikan pembinaan dan dikembalikan ke
orangtua mereka masing-masing. Pembinaan tersebut biasanya dilakukan dengan
bekerja sama dengan dinas sosial dan juga KPAI yang mana mereka tidak hanya
akan mendapatkan pembinaan keagamaan tetapi juga rehabilitasi sosial dan
psikologis sehingga nantinya mereka dapat kembali hidup di masyarakat dengan
normal terutama di lingkungan sekitarnya yaitu lingkungan keluarga dan sekolah
tanpa merasa malu dan terbebani dengan masa lalunya. Penerimaan dari
lingkungan sekitar sangat diperlukan oleh mereka, agar mereka tidak kembali
melakoni profesinya.
Dakwah bi al-hal adalah dakwah yang lebih fokus pada amal usaha atau
karya nyata yang bisa dinikmati dan bisa mengangkat harkat, martabat, dan
kesejahteraan hidup kelompok masyarakat. tujuan dakwah bil hal adalah sama
dengan
tujuan
pemberdayaan
atau
pengembangan
masyarakat,
yakni
43
44
bersepeda santai bersama kepling dan lurah di kecamatan tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar mereka lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan di
wilayah mereka dan tidak mengotorinya dengan perbuatan-perbuatan yang
asusila.
3. Penyelenggaraan Pekan Olaraga Kecamatan sebagai wadah untuk melihat
talenta talenta remaja khususnya di bidang olaraga sehingga dapat
mencetak atlit-atlit baru yang nantinya akan diikut sertakan dalam kegiatan
Pekan Olaraga Kota (PORKOT) yang setiap tahunnya diadakan
pemerintah kota Medan. Melalui kegiatan positif tersebut, diharapkan
remaja terpacu untuk meningkatkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka sehingga dapat menghindari mereka dari derasnya arus pergaulan
bebas yang mengarah pada prostitusi. Hal ini merupakan upaya
pencegahan yang dilakukan pemerintah kecamatan Medan Petisah untuk
membentengi para remajanya dan juga untuk menekan peningkatan
pekerja seks remaja di wilayah tersebut.
4. Penyelenggaraan kegiatan seni dan budaya rutin khususnya dalam rangka
peringatan hari pendidikan dan hari-hari besar lainnya dalam upaya
memberikan ruang mengaktualisaasikan bakat dan talenta remaja.
Kegiatan ini bekerjasama dengan Mall dan Plaza yang berdiri di
Kecamatan Medan Petisah (diambil dari dokumen laporan Kegiatan
Kecamatan Medan Petisah)
Beberapa kegiatan Dakwah Bi Al-Hal yang telah dilakukan Pemerintah
Kecamatan Medan Petisah sebagai upaya penanggulangan antara lain:
45
konseling dan rehabilitas bagi para PSK. Bagi PSK yang selama ini terjaring
razia, akan dikirim ke panti yang dimiliki oleh dinas sosial untuk mendapatkan
pembinaan. Oleh sebab itu, ada baiknya jika kecamatan Medan Petisah
bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mendirikan pusat konseling dan
rehabilitasi yang dapat diakses dengan mudah oleh PSK yang membutuhkan
pembinaan dan ingin kembali ke jalan yang benar. Selain itu, demi mewujudkan
dakwah Islam yang efektif khususnya di kalangan remaja, maka aktifitas dan
kreatifitas Pemerintah Kecamatan Medan Petisah, masyarakat atau lembaga
dakwah mestinya menekankan pada penerimaan yang baik terhadap remaja
46
pekerja seks komersil serta mendidik kemauan yang besar dan tekad untuk
mengubah nasib mereka.
2. Dakwah Bi Al-Hal oleh Dai di Kecamatan Medan Petisah
Dalam memperbaiki moral anak bangsa, di perluhkan peran beberapa
pihak. Salah satunya adalah Dai yang dalam hal ini berperan untuk
menanamkan kebaikan dan ilmu-ilmu agama kepada umat Islam agar kita tidak
terjerumus dalam perbuatan-perbuatan tercelah yang dilarang oleh allah SWT.
Dalam menyampaikan ajaran islam, ada beberapa metode yang dapat dilakukan
oleh seorang Dai antara lain yaitu dengan cara dakwah bil-lisan, bil kalam
dan bi al-hal. Namun, berdasarkan analisis yang kami lakukan di kecamatan
Medan Petisah, dakwah yang dilakukan para Dai atau ulama untuk mengatasi
kegiatan prostitusi yang dilakukan PSK khususnya PSK remaja hanya sebatas
dakwah bil-lisan. Kegiatan dakwah yang mereka lakukan sebatas hanya
memberikan ceramah keagamaan dan juga diskusi-diskusi keagaman saja.
Belum ada upaya kongkrit berupa tindakan nyata yang dapat betul-betul
membantu mereka untuk keluar dari bisnis prostitusi tersebut.
3. Dakwah Bi Al- Hal oleh Masyarakat dan Organisasi Masyarakat di Kecamatan
Medan Petisah
Meskipun aktifitas dakwah bi al-hal yang dilakukan masyarakat di
Kecamatan Medan Petisah belum begitu banyak, namun setidaknya itu sudah
cukup membantu dalam meredam permasalahan remaja karena masyarakat
merupakan wadah yang mewarnai individu di tengah-tengah kecamatan tersebut.
Walaupun masyarakat tidak memiliki garis komando yang mampu mengorganisir,
sebagaimana yang dimiliki oleh pemerintah kecamatan namun pengaruh dan
47
48
banyak bicara, yang diarahkan pada pemenuhan dua kebutuhan manusia, yaitu
kepentingan duniawi dan ukhrowi.
Oleh karena itu, Pemerintah Kecamatan Medan Petisah sebagai perwakilan
pemerintah terdepan dalam mengatur masyarakat dan organisasi masyarakat Islam
seperti Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama dan Al Washliyah memerlukan
perbaikan baik dari segi koordinasi, target, media, metode maupun strategi
dakwah sehingga dakwah kepada masyarakat benar-benar tersampaikan dan
menyentuh aspek yang benar-benar menjadi tujuan dakwah sebagaimana
Rasulullah lakukan.
49
50
menemui para remaja pekerja seks tersebut karena dihalangi oleh pihak pihak
tertentu terutama mucikarinya.
Komunikasi dakwah memang mempunyai banyak aspek dan bentuk.
Hingga kini yang paling banyak dilakukan adalah dakwah Bil Lisan
(penyampaian dakwah melalui lisan), padahal tuntutan masyarakat Islam sekarang
tidak cuma sekedar dakwah penyuluhan dan juga ceramah dari para ustadz
kondang melalui televisi. Terutama pada remaja perkotaan yang masuk dalam
lingkup dunia seks komersial disana sangat membutuhkan komunikasi dakwah Bi
Al-Hal (dakwah dalam bentuk tindakan). Hal ini terungkap dalam wawancara
dengan salah satu Dai yakni Ustadz Ramli Pasaribu pada tanggal 20 Februai
2015 Pukul 16.00 WIB sebagai berikut:
Memang lebih dominan dakwah yang dilakukan adalah dengan cara lisan,
masyarakat masih sangat terbiasa dengan cara yang konvensional seakan-akan ada
yang hilang jika dakwah tanpa disertai dengan ceramah"
51
52
berdosa kepada mereka. Fakta ini sejalan dengan wawancara dengan tokoh
masyarakat bernama Bapak Muslimin pada tanggal 18 Januari 2015 pukul 14.00
WIB yang menjelaskan bahwa masyarakat merasa alergi berdekatan dengan
pekerja seks komersial.
Selain dari hambatan diatas, kondisi keluarga yang kurang mendukung
dalam menyelesaikan masalah bahkan orang tua tidak tau kalau puterinya
merupakan pekerja seks komersil. Kesibukan orang tua karena himpitan ekonomi
dan kurangnya kepedulian keluarga juga ditemukan dalam penelitian ini. Keluarga
yang tidak sadar anaknya sudah terjerumus ke bisnis prostitusi dan bahkan ada
yang terkesan menutupi dan membiarkan akhirnya mendorong remaja semakin
sulit keluar dari industri hitam ini. Hal ini sejalan dengan pengakuan salah satu
remaja pekerja seks komersial yakni Bunga (nama samara) dimana ia merasa
keluarganya tidak ambil pusing dengan kegiatan pulang malamnya dan himpitan
ekonomi membuat orang tua lebih sibuk dalam mencari nafkah.
Pada beberapa kasus peneliti juga menemukan terjadinya pacaran yang
kebablasan pada remaja akibat kurangnya kontrol pengawasan yang dilakukan
oleh orang tua. Banyak orang tua sekarang ini yang tidak melarang anaknya
berpacaran padahal usia mereka masih sangat belia dan masih berstatus anak
sekolahan. Padahal di usia-usia seperti itu, anak remaja akan rentan sekali
mendapatkan kekerasan seksual dari lawan jenisnya karena mereka belum
menyadari bahaya yang ada disekitar mereka. Setelah habis manis sepah pun
dibuang, setelah dicabuli si remaja putri pun dibuang. Kemudian, remaja puteri
53
yang merasa tak suci lagi akhirnya mengambil keputusan untuk terjun ke dunia
prostitusi. Hal ini dominan ditemukan pada beberapa wawancara yang peneliti
lakukan pada remaja pekerja seks komersial ada 4 responden yang menyatakan
memiliki kasus tersebut. Kasus lain yakni pemerkosaan juga ada walaupun sangat
minim, ketika dilakukan penelusuran, pihak keluarga terkesan tidak memberi
pendampingan, dan pengarahan yang baik bagi korban sehingga remaja korban
tadi memilih dunia prostitusi sebagai pelampiasaannya. Oleh karena itu,
memberikan ilmu agama sebagai dasar dalam memfilter budaya yang tak pantas
harus ditingkatkan.
3. Hambatan Dakwah pada Pemerintah Kecamatan Medan Petisah
Pemerintah sebagai Ulul Amri tentunya memiliki peran strategis dalam
pemberantasan kemaksiatan di daerah kekuasaannya. Kekuatan yang dimiliki
pemerintah seperti Polisi paong Praja sebagai aparatur sipil yang menertibkan
lingkungan daerah bisa diberdayakan. Jika Polisi Pamong Praja memiliki
keterbatasan dalam menginvestigasi dan menyelidiki kemaksiatan dan kejahatan
prostitusi di bawah umur, pemerintah Kecamatan dapat melakukan kerjasama
dengan Polsek Kecamatan Medan Petisah. Namun, terkadang terjadinya
pembiaran dan kamuflase bisnis prostitusi pada golongan remaja menjadi
tantangan sendiri bagi Pemerintah Kecamatan Medan Petisah secara khusus dan
medan pada umumnya.
Banyaknya hiburan malam sebagai sarang bagi transaksi industri pemuas
nafsu birahi ini. Di lain hal, Sulitnya mengidentifikasi pekerja seks komersial
remaja karena industri prostitusi remaja terselubung mengingat memperkerjakan
54
55
banyak yang peduli terhadap masalah dan isu lingkungan. Hiburan malam ditutup
untuk sementara waktu dan razia gencar dilaksanakan namun hanya terbatas pada
masa puasa Ramadhan saja.
Pemerintah Kecamatan Medan petisah juga mengalami kesulitan dalam
menentukan paket kebijakan untuk mengentaskan kemaksiatan sosial dikarenakan
dana anggaran yang terbatas dan juga bergantungnya pada pemerintah Kota
Medan. Pemerintah harusnya menyiapkan program sederhana yang bersinergi
dengan pendakwah, masyarakat atau organisasi masyarakat. Oleh karena itu,
peneliti bersama dengan elemen pemerintah, organisasi masyarakat dan
pendakwah akan mempersiapkan model dakwah yang komprehensif paling tidak
untuk meminimalisir pekerja seks komesial di kalangan remaja.
56
3.
57
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
58
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada laporan akhir tahun pertama
ini adalah sebagai berikut:
1. Beberapa faktor yang melatar belakangi terjerumusnya pekerja seks
komersial antara lain adalah: Sulitnya mencari pekerjaan dan himpitan
ekonomi, gaya hidup dan keluarga yang tidak mampu.
2. Permasalahan dasar yang yang dimiliki remaja pekerja seks
diantaranya berhubungan dengan permasalahan internal seperti: a)
broken home, b) dipaksa keluarga, dan c) Turunan. Sementara itu,
permasalahan eksternal yang mereka alami sehingga terjebak dalam
dunia prostitusi dipengaruhi oleh: a) seks dan pergaulan bebas, b)
diperdaya oleh kekasih, dan c) pemerkosaaan.
3. Pelaksanaan dakwah Bi Al-Hal dikecamatan Medan petisah belum
dapat
memberikan
hasil
yang
59
optimal
dalam
menanggulangi
60
61
Peneliti
Puteri
Peneliti
Puteri
Peneliti
: Kenapa bisa terlibat dengan dunia hitam ini? Apa orang tua tau?
Apa pula pekerjaan orang tua.
Puteri
: Ya, Bapak tau sendiri kalau sudah rumah tangga hancur tentunya
anak ikut hancur, siapa lagi tempat berpijak saya. Tentunya orang
tua tidak tau, kalau ayah sih tidak akan tau menau karena
semenjak bercerai dengan Ibu, ayah tak pernah mengirim uang.
Ayahku bekerja pada sebuah pabrik di Belawan. Ibu berjualan
kecil-kecilan di pasar Petisah.
Peneliti
Puteri
Peneliti
Puteri
Peneliti
Puetri
: Boleh saja. Tapi jika saya merasa tak bisa atau sanggup
menjawabnya tolong jangan dipaksa.
Peneliti
: Berapa tarif sekali pesan baik yang short time maupun long time?
Puteri
: Tergantung deal nya juga tapi kalau short time berkisar 200 ribu 5 juta rupiah.
Peneliti
Puteri
Peneliti
Puteri
: sama-sama Pak.
Peneliti
Rita
Peneliti
Rita
Peneliti
Rita
: Ya, Ibu saya kan juga bekerja seperti ini tapi beliau bekerjanya di
luar kota tau sendiri kan kalau terkadang kirimannya kurang saya
minta sama siapa lagi, minta sama saudara segan dan saudara
kami pun cukup banyak yang kekurangn juga. Ah malu lah
merepotkan.
Peneliti
: Ayah mu dimana?
Rita
: Ayah sudah tiada tapi waktu hidup dulu pun ibulah yang sibuk
mencari uang.
Peneliti
: Apa di sekolah ada yang tau kamu seperti ini (jadi PSK)?
Rita
: sebenarnya pihak sekolah tidak tau, tapi teman ad juga yang saya
ajak tertarik kemari ya kami jadi tau sama tau aja.
Peneliti
Rita
: Boleh saja. Tapi jika saya merasa tak bisa atau sanggup
menjawabnya tolong jangan dipaksa.
Peneliti
Rita
Peneliti
: Biasanya kapan beraksi dalam bisnis ini, Rita kan juga sekolah?
Rita
: Biasanya sih akhir pekan paling sering, tapi kan sekarang ada HP
dengan BBM, FB atau twitter kita kan juga sudah punya
pelanggan sendiri
Peneliti
: Apa ada niat untuk keluar dari sini (bisnis prostitusi ini)?
Rita
: Pastinya adalah Pak. Disini kan kita tergantung usia juga mana
ada yang mau sama PSK yang sudah gembrot dan tua.
Peneliti
Rita
: Saya kan juga punya niat kuliah, ya mau memperbaiki nasib lah
Pak. Penggnnya sih kerja di kantoran gitu pak.
Peneliti
: Terima kasih atas waktunya, nanti kalu saya wawancara mau lagi
kan?
Puteri
Peneliti
Lili
Peneliti
Lili
Peneliti
Lili
Peneliti
: jangan kawatir dek, nanti kamu tetap saya kasih uang jajan, sesuai
kesepatan kita semalam.
Lili
Peneliti
Lili
Peneliti
Lili
: Ya, gimana lah, Om. Orang tua saya tidak mampu menyekolahkan
saya pada jurusan yang saya mau karena mahal katanya saya mau
juga pada dasarnya mana ada yang mau seperti ini.
Peneliti
Lili
Peneliti
Lili
Peneliti
Lili
: Saya kan awalnya dikasi job gitu sama teman tadi lama-lama ya
bisa dapat sendiri kan kami juga sering ke klub malam, hotel atau
tempat tongkrongan tertentu. Ada bahkan hotel besar yang minta
jasa kami karena permintaan pejabat luar daerah atau pusat yang
minta dilayani.
Peneliti
Lili
Peneliti
Lili
Peneliti
Lili
: Ada sih, Om. Tapi kan ustadz kan seringnya menghakimi kami
kami diminta bertobat tapi gak ada solusi mana pekerjaan untuk
kami gimana kami mau sekolah.
Peneliti
Lili
: ada sih tapi terkadang yang gak melarat pun dapat malah kami
yang gak dapat. Kalaupun dapat uangnya disunat
Peneliti
: Oh gitu, nanti kapan kapan, saya ajak ngobrol lagi mau kan?
Lili
Nama Responden
Peneliti
Rina
Peneliti
Rina
: Usia saya 16 tahun, saya sudah tidak lanjut sekolah lagi, Cuma
sampai SMP saja
Peneliti
Rina
Peneliti
Rina
: Ya saya ngekos Pak. Orang tua dikampung. Saya kan anak baru di
Medan ini
Peneliti
Rina
Peneliti
Rina
Peneliti
Rina
Peneliti
Rina
Peneliti
Rina
Peneliti
Rina
: Mau lah Pak tapi apa bisa tercukupi biaya kuliah saya
Peneliti
Rina
Peneliti
Rina
Peneliti
Lili
: Ya Pak sama-sama.
Peneliti
Muslimin
Peneliti
Muslimin
Peneliti
Muslimin
: Belum pernah karena pun saya takut diajak pula. Tapi setahu saya
ada beberapa kos-kosan yang penghuninya remaja gitu dan kalau
akhir pekan, khususnya malam minggu sering keluar dengan
dandanan di luar dari biasanya, menyolok begitu.
Peneliti
Muslimin
Peneliti
Muslimin
Peneliti
Muslimin
: Banyak sih ustadznya tapi hampir bisa dibilang tidak ada yang
mau menyentuh dakwah pada PSK tersebut. Kalau pun ada susah
karena germonya, penjaganya selalu mengawasi dan membatasi.
Mungkin takut tidak adalagi pemasukan.
Peneliti
Muslimin
ya
dengan
cara
biasa
samapaikan
dengan
berceramah
Muslimin
Peneliti
Muslimin
Peneliti
Muslimin
: Ya pastinya kami tidak mau tempat kami jadi tempat maksiat kami
takut bencana, kami tak mau Allah menimpakan azabnya pada
daerah kami tapi kami tak tau bagaimana memberantasnya.
Peneliti
Muslimin
Peneliti
Muslimin
Peneliti
Muslimin
Peneliti
Ustadz Ramli : Ya pada kebanyakan masyarakat di Kota Medan ini mereka terikat
juga dengan ormas-orams tertentu seperti NU dan Alwasyliyah
yang terkenal dengan perwiridannya, baca yasinnya maupun
Muhammadiyah dengan pengajian rutinnya.
Peneliti
Ustadz Ramli : Ya mereka mendengarkan dengan seksama tapi saya akui saya
memilki kelemahan dalam memberikan solusi konkrit bagi
permasalahn mereka saya hanya memberikan saran dan
penyadaran pada mereka.
Peneliti
Ustadz Ramli : Ya tentu Bil Lisan, ceramah beri penyadaran bagi mereka agar
bertobat, saya ajak diskusi tapi memang saya memilki
Ustadz Ramli : Ya Pak Alhamdulillah masih ada yang peduli Bapak-bapak peduli
terhadap masalah social di tempat kami ini.
A. Identitas Diri
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
mariokasduri@yahoo.com
Jl. Garu I Gg. Kundur No. 181 D
Medan
Nomor Telepon/Faks/ HP 085362449622
Alamat Kantor
Jl. Kapten Mukhtar Basri No.3
Medan
Nomor Telepon/Faks
061-6619056/ 061-6625474
Lulusan
yang
Telah S1= 110 orang
Dihasilkan
1. Pengantar Ilmu Pendidikan
Islam
Mata Kuliah yang
Diampu
2. Ibadah
3. Akhlak
B. Riwayat Pendidikan
S-1
Nama Perguruan
Tinggi
Bidang Ilmu
Tahun Masuk-Lulus
JudulSkripsi/Thesis
Nama
Pembimbing/Promotor
UMSU
Filsafat
Pendidikan
Islam
1987-1991
Metodologi
Pengajaran
Agama
Islam dalam Upaya
Peningkatan
Mutu
Pendidikan
di
Madtrasah
Tsanawiyah
AlHitihad
di
Kecamatan
Bilah
Hulu
1. Drs.
M.
Daud
Yusuf
2. Asmawita, S.PdI
S-2
IAIN SU
Pengkajian Islam
2000-2003
Sistem Perencanaan
Pendidikan
Islam
Pada Fakultas Agama
Islam UMSU
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap
2 Jenis Kelamin
3 Jabatan Fungsional
4 NIDN
5 Tempat dan Tanggal Lahir
6
7
8
9
10
E-mail
Nomor HP
Alamat Kantor
B. Riwayat Pendidikan
S1
Nama
Perguruan
IAIN
Tinggi
Bidang Ilmu
Tarbiyah/B. Arab
Tahun Masuk-Lulus
Judul Skripsi/Tesis
Nama Pembimbing
1982-1989
Talim al-Lughah alArobiyyah Litarkiyyati
al-Tarbiyah alIslamiyah
1. H. Hasan Salim alHabsy, MA
2. Drs. Amiur Nuriddin
S2
IAIN
Pengkajian Islam/B.
Arab
2003-2005
Problema Pembelajaran
Bahasa Arab di SMA
Muhammadiyah I
Medan
1. Dr. Hasan Asari, MA
2. Dr. Abdul Mukti, MA
2011
Muhammadiyah I Medan
Pembelajaran Bahasa Arab
Berbasis Al-Quran di FKIP
UMSU
UMSU