Anda di halaman 1dari 10

JTM Vol. XIX No.

4/2012

STUDI LINGKUNGAN PENGENDAPAN


FORMASI TAPAK DAERAH RAJAWANA DAN SEKITARNYA
KECAMATAN KARANGMONCOL, KABUPATEN PURBALINGGA,
JAWA TENGAH
Indra Kurniawan1, Aswan2*, dan Gentur Waluyo3
1

Alumni Jurusan Teknik Geologi, Universitas Jenderal Soedirman,


Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung,
3

Program Studi Teknik, Fakultas Sains dan Teknik, Geologi Universitas Jenderal Soedirman

Sari
Studi mengenai lingkungan pengendapan Formasi Tapak di Daerah Rajawana dan sekitarnya, Kecamatan Karangmoncol,
Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah masih sangat jarang dilakukan. Studi lingkungan pengendapan ini menjadi penting,
karena Formasi Tapak mempunyai ciri yang hampir sama dengan Formasi Kalibiuk di lapangan. Hal lainnya, kedua unit
batuan ini menurut beberapa peneliti memiliki hubungan menjari atau berubah fasies dengan interval umur yang sama,
yaitu Pliosen Awal sampai Pliosen Tengah. Ciri utama litologi kedua satuan batuan ini adalah: terdiri dari batupasir halus
berwarna abu-abu terang sampai kehijauan dengan sisipan lempung dan di beberapa tempat berupa perselingan,
mengandung cangkang fosil moluska baik utuh maupun pecah-pecah dan pada beberapa tempat terdapat fosil jejak berupa
Thalasinoides, Planolites, dll. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan lapangan pada
daerah penyebaran Formasi Tapak menurut peta geologi yang dikeluarkan oleh Pusat Survey Geologi, Bandung (PSG).
Pengamatan lapangan meliputi pengamatan: ciri litologi, struktur sedimen, pengukuran penampang stratigrafi serta
kandungan makro fosil. Pengamatan laboratorium juga dilakukan selain pengamatan lapangan, yaitu berupa analisis
foraminifera bentonik untuk penentuan lingkungan batimetri. Berdasarkan kenampakan struktur sedimen wavy, flasher, dan
lenticular serta suksesi Satuan Batulempung Batupasir Formasi Tapak yang memperlihatkan penghalusan ke atas, serta
hasil analisis lingkungan batimetri, dapat disimpulkan bahwa Satuan Batulempung Batupasir Formasi Tapak pada daerah
penelitian diendapkan pada Zona Intertidal (Tidal Mixed Flat.)
Kata kunci : Karangmoncol, lingkungan pengendapan, formasi tapak, tidal mixed flat
Abstract
Few of the paleodepositional study of Tapak Formation around Rajawana area and surroundings, Karangmoncol District,
Purbalingga Regency, Central Jawa have been done. Paleodepositional study is necessary due to the almost similar field
characteristics of Tapak Formation and Kalibiuk Formation. Moreover, some authors concluded that these two lithologic
units are interfiguring with the same age interval of early Pliocene to middle Pliocene. The main characteristic of these
lithologic units are: light into greenish grey of fine sandstone with claystone interbedded, and also locally intercalation,
content of mollusks shell fossils where spottedly fragmented and trace fossils such as Thalasinoides, Planolites, etc. Method
performed in this study were field observation around Tapak Formation distribution area based on geological map
published by Geological Survey Institute, Bandung (PSG). Field study concerned about observation of lithologic
characteristics, sedimentary structure, stratigraphic measuring section, and macro fossils content. Laboratory analysis also
done to predict paleodepositional bathymetric zone based on benthic foraminifers analysis. According to appearance of
wavy, flasher, and lenticular sedimentary structures, and fining upward succession of Tapak Formation Claystone
Sandstone unit, supported by bathymetric analysis, concluded that Tapak Formation Claystone Sandstone in this area
deposited in Tidal Mixed Flat Zone.
Keywords : Karangmoncol, paleodepositional, tapak formation, tidal mixed flat
*Jl. Jalan Ganesa 10 Bandung 40132, Tel. (022) 250 2197, Fax. (022) 250 2201, Email: aswan_gl@gc.itb.ac.id

207

Indra Kurniawan, Aswan, dan Gentur Waluyo

I.
PENDAHULUAN
Saat ini bidang ilmu geologi mulai memiliki
peranan sangat penting dikalangan masyarakat,
khususnya informasi mengenai kondisi geologi
yang berkembang di daerah tersebut. Dari
perkembangan dan kemajuan ilmu ini akan
mendorong para ahli untuk melakukan penelitian
secara regional.
Daerah Rajawana dipilih karena daerah ini pada
umumnya di dominasi oleh batuan sedimen yang
dibagi menjadi beberapa formasi, khususnya
Formasi Tapak yang merupakan bahasan khusus
dari penelitian ini. Batuan Formasi Tapak pada
daerah penelitian memiliki perlapisan yang sangat
baik dan segar. Hal tersebut dapat memudahkan
pada saat mengamati struktur dan tekstur sedimen
untuk menganalisis lingkungan pengendapan
Formasi Tapak. Selain itu, berdasarkan publikasi
peneliti-peneliti terdahulu belum ada referensi
terperinci tentang lingkungan pengendapan
Formasi Tapak di daerah penelitian. Studi
lingkungan pengendapan ini menjadi penting,
karena Formasi Tapak mempunyai ciri yang
hampir sama dengan Formasi Kalibiuk di lapangan.
Kemiripan ciri litologi kedua unit batuan ini
menyebabkan keduanya sulit dibedakan baik di
lapangan maupun berdasarkanhasil analisis

laboratorium. Hal lainnya, kedua unit batuan ini


menurut beberapa peneliti memiliki hubungan
menjari atau berubah fasies dengan interval umur
yang sama, yaitu Pliosen Awal sampai Pliosen
Tengah. Ciri utama litologi kedua satuan batuan ini
adalah: terdiri dari batupasir halus berwarna abuabu terang sampai kehijauan dengan sisipan
lempung dan di beberapa tempat berupa
perselingan, mengandung cangkang fosil moluska
baik utuh maupun pecah-pecah dan pada beberapa
tempat terdapat fosil jejak.
Hal - hal tersebut yang mendasari penulis untuk
melakukan penelitian pada daerah Rajawana dan
sekitarnya, Kecamatan Karangmoncol Kabupaten
Purbalingga Provinsi Jawa Tengah (Gambar 1).
Berdasarkan peta-peta geologi yang diterbitkan
oleh Pusat Survei Geologi Bandung, daerah
penelitian (Gambar 2) merupakan gabungan dari
tepi-tepi Peta Geologi Lembar Purwokerto - Tegal
(Djuri dkk., 1996) serta Lembar Banjarnegara Pekalongan (Condon dkk., 1996).
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai
lingkungan pengendapan Formasi Tapak yang
tersingkap di daerah Karangmoncol dan sekitarnya
berdasarkan bukti-bukti di lapangan dan hasil
analisa laboratorium.

Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian


(Peta Provinsi Jawa Tengah, Bakosurtanal (2012))

208

Studi Lingkungan Pengendapan Fromasi Tapak Daerah Rajawana dan Sekitarnya Kecamatan Karangmoncol,
Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah

Gambar 2. Peta geologi daerah penelitian

II. GEOLOGI UMUM


Daerah penelitian berada pada Subcekungan
Bobotsari. Geologi daerah penelitian (Gambar 2)
merupakan bagian dari peta geologi Lembar
Purwokerto Tegal (Djuri dkk., 1996) dan Lembar
Banjarnegara - Pekalongan (Condon dkk., 1996).
Berdasarkan Djuri dkk. (1996), secara regional
stratigrafi di daerah penelitian terbagi menjadi
beberapa formasi, yaitu satuan tertua adalah
Formasi Halang berumur Miosen Akhir-Pliosen
Awal, dengan tebal sekitar 800 m. Diatasnya
menindih secara selaras Formasi Tapak yang
tersusun oleh batulempung secara dominan,
kadang-kadang napal tidak berlapis, atau
batugamping dengan sisipan batupasir, sedangkan
Anggota Batugamping yang tersusun oleh lensalensa batugamping berwarna kelabu kekuningan,
dan Anggota Breksi yang tersusun oleh breksi
gunung api dan dibeberapa tempat terdapat urat
kalsit. Diatasnya menindih secara selaras Formasi
Kalibiuk yang tersusun atas batulempung dan
kadang kadang napal kebiruan dengan kandungan
fosil moluska. Pada bagian tengah ditemukan
sisipan lensa-lensa batupasir kehijauan dengan
kandungan moluska yang melimpah.
III.
DASAR TEORI
Tidal flat merupakan lingkungan yang terbentuk
pada energi gelombang laut pasang surut dengan

amplitudo yang besar, umumnya terjadi pada pantai


dengan permukaan air yang sangat besar/luas. Luas
dari daerah tidal flat ini berkisar antara beberapa
kilometer sampai 25 km (Walker dan James, 1992).
Pengendapan pada tidal channel umumnya sangat
dipengaruhi oleh arus pasang surut sendiri,
sedangkan pada daerah datar di sekitarnya (tidal flat),
pengendapannya akan dipengaruhi pula oleh aktivitas
dari gelombang yang diakibatkan oleh air ataupun
angin. Suksesi endapan pada lingkungan tidal flat
umumnya memperlihatkan sistem progadasi dengan
penghalusan ke atas sebagai refleksi dari batupasir
pada pasang surut rendah (subtidal) ke lumpur pada
pasang surut tinggi (supratidal dan intertidal bagian
atas).
Berdasarkan pada elevasinya terhadap tinggi
rendahnya pasang surut, lingkungan tidal flat dapat
dibagi menjadi tiga zona (Dalrymple dkk., 1990
dalam Walker dan James, 1992), yaitu Zona Subtidal,
Zona Intertidal, dan Zona Supratidal (Gambar 3).
IV.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei
berupa pemetaan geologi permukaan. Penelitian ini
dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap penelitian
lapangan dan tahap penelitian laboratorium.

209

Indra Kurniawan, Aswan, dan Gentur Waluyo

Gambar 3. Diagram blok system pengendapan Tidal Flat


(Dalrymple et al. 1990 dalam Walker dan James, 1992)

Pada tahap penelitian lapangan dilakukan observasi


singkapan batuan dengan mengamati ciri-ciri
litologi termasuk struktur sedimennya. Di lapangan
juga dilakukan Pengukuran Penampang Stratigrafi
(PPS) untuk mengamati adanya perubahan litologi
secara stratigrafi, baik vertikal maupun horizontal.
Penelitian
laboratorium
meliputi
analisis
foraminifera bentonik dan planktonik untuk
penentuan lingkungan pengendapan dan umur
batuan.
V. SUSUNAN BATUAN
Penyebaran Formasi Tapak mendominasi daerah
penelitian dengan luas 60% dari seluruh luas
daerah penelitian. Kontak antara Formasi Tapak di
daerah penelitian dengan satuan yang dibawahnya
(Formasi Halang) adalah selaras (Djuri dkk.,1996)
dan (Condon dkk.,1996). Sementara bagian atas
Formasi Tapak ditindih secara selaras oleh Formasi
Kalibiuk, namun kontak yang jelas diantara kedua
satuan ini tidak dijumpai di daerah penelitian.
Perubahan dari Formasi Tapak menjadi Formasi
Kalibiuk merupakan perubahan yang berangsur
sehingga kontak diantara kedua satuan ini tidak
terlihat dengan tegas, bahkan di beberapa tempat
perubahannya bersifat menjari.
Formasi Tapak menurut Djuri dkk. (1996) pada
Peta Geologi Lembar Purwokerto-Tegal merinci
bahwa Formasi Tapak terdiri dari batupasir berbutir
kasar, berwarna kehijauan dan konglomerat,
setempat breksi andesit. Di bagian atas terdiri dari
batupasir gampingan dan napal berwarna hijau
yang mengandung kepingan moluska.

210

Condon dkk. (1996) pada Peta Geologi Lembar


Banjarnegara-Pekalongan merinci bahwa Formasi
Tapak terdiri dari batupasir gampingan dan napal
berwarna hijau yang mengandung pecahan-pecahan
moluska.
Formasi Tapak ini terdiri dari dua anggota, yaitu
Anggota Breksi Formasi Tapak yang tersusun oleh
breksi gunung api dan dibeberapa tempat terdapat
urat kalsit, serta Anggota Batugamping Formasi
Tapak yang tersusun oleh lensa-lensa batugamping
berwarna kelabu kekuningan.
Berdasarkan pengamatan lapangan di lokasi
penelitian yang disesuaikan dengan penyebaran
Formasi Tapak dalam Peta Geologi Lembar
Purwokerto-Tegal (Djuri dkk., 1996) dan Peta
Geologi
Lembar
Banjarnegara-Pekalongan
(Condon dkk., 1996) termasuk dalam Satuan
Batulempung-Batupasir.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
Lingkungan pengendapan Formasi Tapak menurut
peneliti terdahulu Oostingh (1935) dalam Casdira
(2007) mengemukakan bahwa sebagian moluska
berasal dari lingkungan air payau (brackish water),
sebagian lagi berasal dari tidal zone. Berdasarkan
Darman
(1991)
dalam
Casdira
(2007)
mengemukakan bahwa satuan ini diendapkan pada
lingkungan litoral - neritik. Hal ini ditandai dengan
ditemukannya Nonion sp., Bolivina sp. dan
Quinqueloqulina. Sedangkan Oostingh (1935)
dalam Casdira (2007), menyatakan bahwa
lingkungan pengendapan Formasi Tapak adalah
lingkungan transisi, analisis tersebut didasarkan
pada kandungan moluska.

Studi Lingkungan Pengendapan Fromasi Tapak Daerah Rajawana dan Sekitarnya Kecamatan Karangmoncol,
Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah

Metode yang digunakan untuk menganalisis


lingkungan pengendapan Formasi Tapak dalam
penelitian ini adalah dengan melakukan
pengukuran penampang stratigrafi, karakteristik
lithofasies, serta struktur sedimen. Kemudian
menentukan lingkungan pengendapannya secara
terperinci menggunakan diagram blok sistem
pengendapan Tidal Flat (Dalrymple dkk., 1990
dalam Walker dan James, 1992). Berdasarkan dari

hasil analisis komposit kolom stratigrafi terukur


Sungai Karang dan Sungai Grantung (Gambar 4a4d), didapatkan 7 (tujuh) jenis litofasies yaitu
Litofasies Batupasir Konglomeratan, Litofasies
Batupasir Lapisan Silang Siur Sejajar, Litofasies
Batulempung Karbonan, Litofasies Batupasir
Laminasi Sejajar, Litofasies Batupasir Wavy,
Litofasies Batulempung Flaser, dan Litofasies
Batupasir Lenticular.

Gambar 4a. Komposit kolom stratigrafi terukur Sungai Karang dan Sungai Grantung (bagian paling atas)

211

Indra Kurniawan, Aswan, dan Gentur Waluyo

Gambar 4b. Komposit kolom stratigrafi terukur Sungai Karang dan Sungai Grantung (bagian kedua)

212

Studi Lingkungan Pengendapan Fromasi Tapak Daerah Rajawana dan Sekitarnya Kecamatan Karangmoncol,
Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah

Gambar 4c. Komposit kolom stratigrafi terukur Sungai Karang dan Sungai Grantung (bagian ketiga)

213

Indra Kurniawan, Aswan, dan Gentur Waluyo

Gambar 4d. Komposit kolom stratigrafi terukur Sungai Karang dan Sungai Grantung (bagian paling bawah)

Dari hasil analisis komposit kolom stratigrafi


terukur Sungai Karang dan Sungai Grantung
didapatkan litologi batulempung dan batupasir
yang terkadang bersisipan dengan batugamping,
litologi
tersebut
memperlihatkan
suksesi
menghalus dan menebal ke atas.
Bagian bawah berupa perselingan batulempung dan
batupasir berbutir kasar-sedang dengan sisipan
batugamping dan dominasi batulempung, pada
bagian tengah masih didapatkan litologi yang sama
yaitu perselingan batulempung dan batupasir
berbutir sedang-halus dengan sisipan batugamping,
tetapi pada bagian ini ketebalan batupasir

214

cenderung sedikit menebal, semakin ke atas


kandungan batupasir semakin menipis dan
menghalus, sedangkan kandungan batulempung
semakin menebal. Ukuran butir batupasir antara
pasir halus sampai pasir kasar, dengan struktur
sedimen yang sering muncul adalah paralel
lamination, cross lamination, wavy, graded
bedding, lenticular, dan flaser. Pada bagian tengah
juga ditemukan nodul-nodul batulempung pada
batupasir.
Formasi
Tapak
terdiri
dari
perselingan
batulempung dan batupasir dengan sisipan
batugamping yang memperlihatkan struktur

Studi Lingkungan Pengendapan Fromasi Tapak Daerah Rajawana dan Sekitarnya Kecamatan Karangmoncol,
Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
sedimen khas tidal flat, yaitu wavy (Foto 1), flaser
(Foto 2), dan lenticular (Foto 3). Fasies seperti ini
menunjukan adanya fluktuasi yang konstan dengan
kondisi energi pasang surut. Endapan ini
ditafsirkan sebagai endapan tidal mixed flat pada

Zona Intertidal. Selain itu didapatkan pecahan


cangkang moluska, diinterpretasikan sebagai akibat
energi yang kuat dari arus pasang surut pada Zona
Intertidal (Foto 4).

Sw
Sw

Foto 1. Singkapan litofasies batupasir wavy

Ff
Ff

Foto 2. Singkapan litofasies batulempung flaser

Sl

Sl

Foto 3. Singkapan litofasies batupasir lenticular

215

Indra Kurniawan, Aswan, dan Gentur Waluyo

Foto 4. Pecahan cangkang moluska pada Formasi Tapak

VII. KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Formasi Tapak di daerah penelitian terdiri dari
perselingan batulempung-batupasir dengan
sisipan batugamping.
2. Pada Formasi Tapak dijumpai adanya fosil
moluska, tetapi kurang terawetkan dengan
baik/pecah-pecah yang diinterpretasikan akibat
pengaruh energi yang kuat pada daerah pasang
surut.
3. Lingkungan pengendapan Formasi Tapak di
daerah penelitian diendapkan pada Zona
Intertidal sebagai endapan tidal mixed flat.
4. Lingkungan pengendapan Zona Intertidal atau
endapan tidal mixed flat dicirikan dengan
suksesi vertikal cenderung menghalus ke atas,
hadirnya struktur sedimen yang khas dalam
asosiasi ini yaitu flaser, wavy, dan lenticular.
5. Selain struktur sedimen yang khas, keterdapatan
pecahan-pecahan
cangkang
moluska
diinterpretasikan sebagai akibat energi yang
kuat dari arus pasang surut pada Zona Intertidal.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada Kepala dan Pengelola Laboratorium
Geologi Unsoed yang telah memberikan kesempatan
untuk melakukan penelitian. Terima kasih juga
disampaikan kepada segenap staf pengajar
Universitas Jenderal Soedirman yang telah banyak
memberikan masukan, saran, bimbingan, dan diskusi

216

mengenai geologi daerah penelitian. Ucapan


terimakasih juga kami sampaikan kepada Prof. Dr.
Yahdi Zaim (Prodi Teknik Geologi-FITB-ITB) yang
telah banyak memberikan masukan mengenai
Formasi Tapak pada khususnya dan stratigrafi
Cekungan Banyumas pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bakosurtanal, 2012. Peta Provinsi Jawa Tengah.
2. Casdira, 2007. Kajian Rembesan Hidrokarbon
dan Sistem Petroleum Daerah Bantarkawung
dan Sekitarnya, Kabupaten Brebes, Jawa
Tengah. Skripsi. Program Studi Teknik Geologi
ITB. Tidak Dipublikasikan.
3. Condon, W.H., Pardyanto, L., Ketner, K.B.,
Amin, T.C., Gafoer, S., dan Samodra, H., 1996,
Peta Geologi Lembar Banjarnegara dan
Pekalongan, Jawa, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
4. Djuri, H., Samodra, H., Amin, T.C., dan
Gafoer, S., 1996. Peta Geologi Lembar
Purwokerto dan Tegal, Jawa, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Bandung.
5. Walker, R.A., 1984. Facies Models, Geological
Association of Canada Publication, Bussiness
and Economic Service, Canada.
6. Walker, R.G., dan James, 1992. Facies Model,
Response to Sea Level Change, Geological
Association of Canada, Canada.

Anda mungkin juga menyukai