Info Pub Lik 20131119123742
Info Pub Lik 20131119123742
Abstrak
Abstract
The growth of slum housing in the urban areas is mostly influenced by the housing
demand of the low income group. The rearrangement of slum area in Cigugur-Tengah,
Cimahi, is expected tobe a model, which can be applied in other areas having similar
condition. Cigugur-Tengah is one of the strategic location of slum area in Cimahi city,
because it is close to the boundary of Bandung and Cimahi city. As the location is very
near from industrial area, this condition attracts a big number of industrial workers to live
in slum areas, and it makes the condition become worse. Many illegal uncontrolled
shelters have been built, that make discomfort settlements. Uncontrolled housing
construction in Cigugur-Tengah, has caused the area to become totally degraded in its
quality. The planning program of urban renewal slum area of the government Cimahi
city, therefore, will open an opportunity for an urban renewal in Cigugur-Tengah area. In
this concept, to build without dragging away the dweller, wiil also build sustainable
community where self-help participation will also be apllied.
Keyword: Urban renewal slum area, without dragging away, build sustainable
community
66
PENDAHULUAN
Kebutuhan perumahan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah sangat terasa
sekali di daerah perkotaan, terutama di
kota-kota besar dan metropolitan.
Akibat kebutuhan perumahan ini,
tumbuh permukiman kumuh di lokasi
yang strategis, berdekatan dengan
daerah komersial, menduduki tanah
negara atau tanah milik masyarakat.
Sesuai dengan kebijakan pada Pelita VI
yang lalu,
untuk menata kembali
kawasan kumuh ini, tidak dilakukan
penggusuran. Karena itu, lahan yang
ada dimanfaatkan seefektif dan seefisien
mungkin dapat menampung penduduk
setempat yang ada, dilengkapi dengan
sarana dan prasarana, dan cukup ruangruang terbuka dan taman, sehingga
memenuhi lingkungan yang sehat.
Konsep skala lapangan Kawasan Cigugur
Tengah-Cimahi sebagai model, diharapkan dapat diterapkan di daerah-daerah
yang kondisinya serupa.
Kawasan Cigugur Tengah adalah salah
satu kawasan kumuh di kota Cimahi
yang masuk dalam program peremajaan
kota. Karena lokasi kawasan tersebut
berdampingan dengan kawasan industri,
maka
desakan
kebutuhan
akan
permukiman terutama kaum pendatang
yang bekerja sebagai buruh,mengakibatkan penduduk dan bangunan menjadi
padat. Lokasi kawasan Cigugur Tengah
merupakan suatu potensi kawasan,
karena berdekatan dengan daerah
industri, daerah bisnis dan perkantoran,
serta jalur angkutan umum. Bagi
penduduk kawasan Cigugur Tengah,
keberadaan industri dan daerah bisnis
mendatangkan tambahan pendapatan,
karena karyawan industri kebanyakan
menyewa kamar atau rumah di kawasan
tersebut. Penambahan penduduk dan
penambahanbangunan-bangunan rumah
Peremajaan Permukiman Melalui (Gundhi M.)
yang
pada
umumnya
liar
tidak
terkendali, menyebabkan penurunan
kualitas kawasan, akibat dari jalan-jalan
setapak semakin sempit, minimnya air
bersih dan sanitasi lingkungan.
Adanya rencana pemerintah kota Cimahi
untuk meremajakan kawasan Cigugur
Tengah, peluang penataan kembali
kawasan ini belum dapat diterima oleh
masyarakat, karena masyarakat akan
merasa kehilangan pendapatan dari
menyewakan kamar atau rumahnya,
atau bahkan penghuni kawasan akan
tergusur dan akan kehilangan ruangruang untuk berdagang atau membuat
industri rumahan.
Telaah peremajan kawasan permukiman
direncanakan
menggalang
semua
potensi masyarakat menjadi kekuatan
bersama
yang
lebih
besar
dan
menguntungkan untuk bersama. Konsep
peremajaan dalam studi ini tidak akan
menggusur penduduk. Cara ini dipilih
dengan pertimbangan pertimbangan
pemerintah kota tidak perlu menyiapkan
lahan bagi penduduk tersebut, dan
penduduk tidak banyak terganggu dalam
mencapai tempat kerja atau aktivitas
lainnya. Konsep peremajaan kota di
Cigugur Tengah akan mendorong
pembangunan
bukan
saja
untuk
penataan fisik kawasan, tetapi lebih luas
akan meningkatkan kualitas kota Cimahi,
serta mendorong ekonomi masyarakat,
dengan cara penataan dengan pola
ekonomi kawasan, yaitu membangun
hunian beserta fasilitas sosial, fasilitas
umum dan fasilitas usaha untuk
menunjang kehidupan ekonomi. Tujuan
pembangunan
seperti
ini
adalah
mendorong
peningkatan
ekonomi
masyarakat, dengancara memberdayakan masyarakat,mengikutsertakan masyarakat secara aktif berperan serta,
pemerintah dan swasta bertindak
sebagai pendorong atau katalisator,
67
turut
membina
dan
memberikan
berbagai kemudahan untuk kelancaran
pembangunan.
Konsep-konsep perbaikan kota telah
dicoba diterapkan di beberapa kota pada
sekitar tahun tujuh puluhan, antara lain
di Jakarta, Bandung dan Surabaya,
diperuntukkan bagi masyarakat miskin.
Salah satu sasaran pemerintah adalah
penyediaan dan perbaikan papan serta
lingkungannya
bagi
masyarakat
menengah ke bawah. Tetapi, ternyata
konsep-konsep Kampung Inprovement
Program (KIP) yang diterapkan di
Indonesia tidak dapat berjalan sesuai
yang diharapkan. Strategi pemerintah
yang diterapkan untuk penyediaan
papan dan KIP dijalankan dengan cara
top down, masyarakat tidak diikut
sertakan dalam penentuan kebutuhan
sarana maupun prasarananya, juga tidak
dilibatkan dalam perencanaan dan
pelaksanaan. Perbaikan kampung kota
ini justru cenderung mendorong pihakpihak bermodal besar membeli rumah
penduduk di lingkungan yang sudah
tertata, selanjutnya karena tekanan
ekonomi, penghuni asli melepaskan
rumahnya, tergusur secara alami pindah
lagi menciptakan daerah kumuh baru.
Konsep peremajaan permukiman dengan
pola keswadayaan masyarakat, membangun dengan potensi masyarakat, diartikan bahwa peremaja-an permukiman ini
diharapkan
dapat
memecahkan
permasalahan secara mendasar. Konsep
ini mengutamakan semua penduduk
lama diusahakan dapat ditampung
kembali dalam rumah yang dibangun di
lokasi yang sama, dengan tujuan agar
masyarakat dapat manfaat dalam
penatan kembali kawasannya, antara
lain perumahan mereka menjadi lebih
baik dan sehat, mereka tidak kehilangan
segi-segi yang positif dari lokasi yang
lama, yang sebelumnya telah mereka
68
nikmati,
karena
masih
tetap
bertetangga, dekat dengan tempat
kerja, tempat sekolah, dan fasilitas
umum lainnya. Dengan peningkatan
kualitas yang lebih baik, penggantian
tanah/rumah
milik,
ataupun
rumah/tanah sewa sesuai dengan
peraturan
yang
jelas
dan
adil,
diharapkan masyarakat penghuni akan
termotivasi untuk lebih meningkatkan
taraf hidup mereka. Tersedianya ruangruang usaha komersial yang bisa dimiliki
maupun disewakan, dapat mendorong
menaikkan taraf ekonomi mereka.
KAJIAN PUSTAKA
Peremajaan Permukiman
Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 4
tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman
ditentukan
bahwa,
peremajaan merupakan kegiatan dengan
perombakan mendasar bersifat menyeluruh
dan
memerlukan
peran
serta
masyarakat secara menyeluruh pula (UU
RI No. 4 tahun 1992:55). Sejak Pelita VI
yang
lalu,
telah
diterapkan
strategi,bahwa peremajaan lingkungan
/kawasan permukiman diarahkan tidak
menggusur penduduk. Menurut Joko
Sujarto, peremajaan kota dapat dilihat
dalam tiga lingkup, yaitu sebagai proses,
fungsi dan program.
Sebagai proses peremajaan, diartikan
pengembangan kembali bagian wilayah
terbangun kota untuk meningkatkan
produktivitas dan kegunaan bagian kota
tersebut. Sebagai fungsi peremajaan,
berarti kegiatan untuk menguasai,
menata kembali dan merehabilitasi suatu
kawasan yang dinilai telah rusak atau
menurun kualitasnya untuk dapat
menampung kegiatan-kegiatan yang
sesuai dengan rencana kota. Sebagai
suatu program, peremajaan kota harus
dilakukan secara terkoordinir dan
terpadu.
Jurnal Permukiman Vol. 3 No. 1 Mei 2008
Perencanaan
Permukiman
Fisik
Kawasan
METODE PENELITIAN
TELAAH DATA
Lokasi penelitian terletak di kelurahan
Cigugur Tengah kota Cimahi, seluas
12,60 Ha, dengan kondisi permukiman
yang sangat kumuh. Permasalahan yang
dihadapi adalah jumlah penduduk dan
bangunan yang sangat padat, sarana
dan sanitasi lingkungan yang tidak
memenuhi kesehatan. Apabila musim
hujan, perumahan yang didirikan di
bantaran sungai terancam banjir, tetapi
sangat kekurangan air bersih. Tumbuh
dan berkembang rumah-rumah bedeng
yang dibangun ilegal oleh para
pendatang yang umumnya buruh
industri
atau
dibangun
penduduk
setempat untuk dikontrakan. Dari jumlah
bangunan yang ada, 80% berdiri tanpa
izin. Bangunan yang memiliki izin
terletak
di
pinggir
jalan
raya.
Berdasarkan analisa sosial ekonomi, dari
7.648 keluarga yang tercatat di Cigugur
Tengah, hanya 4.599 (60%) yang
tercatat
mempunyai
pekerjaan
/
penghasilan teratur, sehingga 40%
diperkirakan belum memiliki pekerjaan.
Kelompok
dominan
sebesar
28%
keluarga bergantung kepada sektor lainlain, berdasarkan pengamatan lapangan
masuk kedalam kelompok buruh industri
dan penyewaan kamar/rumah. Sektor
perdagangan 11%,sektor PNS/TNI/POLRI
dan 6% jasa dan pensiunan dan 4% di
sektor angkutan (termasuk pengemudi
ojek). Pemerintah kotasudah memprogramkan untuk dilakukan penataan kembali
melalui peremajaan kota.
Dari hasil penelitian dengan cara
pendekatan masyarakat di beberapa
lokasi penelitian, yaitu di lokasi kawasan
kumuh
kota
Jakarta,
Yogyakarta,
Semarang dan Cimahi, karakteristik
masyarakat adalah seperti berikut: a)
pada dasarnya masyarakat menginginkan adanya perubahan kehidupan sosial
Peremajaan Permukiman Melalui (Gundhi M.)
Tabel 1.
Perkiraan Jumlah Penduduk Kawasan Cigugur Tengah Tahun 2016 dengan laju
pertumbuhan 2,63%/Tahun
Jumlah
Pertumbuhan
Laju
penduduk
selama 10
pertumbuhan/tahun
tahun 2006
tahun
(%)
(jiwa)
(jiwa)
7.648,00
2,63
2.011
Sumber : Analisis simulasi (2007), GM.
Tahun 2016
(jiwa)
Jumlah KK
Asumsi
Jiwa/KK
9.659
2.415
Tabel 2.
Konsep Program Pembangunan Kawasan Cigugur Tengah berdasarkan Daya
Dukung Kawasan
No
Tipe
(m2)
2
1
1
F36 MBR
F54 MBM
3
4
F78 MBA
F108 MBA
72
Luas
Luas
Lokasi Jml Jml Seluruh Lantai
(Blok) Unit Blok Lantai Dasar
(m2)
(m2)
3
C1
D3
D4
B
C1
C2
B
B
4
384
864
288
400
160
240
48
36
5
4
9
3
5
2
3
1
1
6
21.384
48.114
16.038
29968
11.988
17.982
10.404
6.912
7
2.376
5.346
1.782
3.662
1.332
1.998
578
768
KDB
(%)
KLB
Luas
Persil
(m2)
8
22
18,26
26,70
21
22
33
21
21
9
1,94
1,40
1,48
1,93
1,94
1,91
1,93
1,93
10
10.800
29.277
6.674
17431
6.055
6.055
2751
3654
Jml
Jml
Org
Orang
/Unit
11
4
4
4
4
4
4
4
4
12
1.536
3.456
1.152
1.600
640
960
192
144
No
5
6
7
8
9
10
Tipe
(m2)
Asrama santri
Infrastruktur
Bg. Sekolah
Bg. Masjid
Poliklinik
Bg.Komersil
Luas
Luas
Lokasi Jml Jml Seluruh Lantai
(Blok) Unit Blok Lantai Dasar
(m2)
(m2)
D1
0
D1
D2
D1
A
104
0
15900
(m2)
32
32
1
0
1
1
1
1
3.774
0
1.704
600
400
16800
936
0
568
300
200
2800
KDB
(%)
KLB
Luas
Persil
(m2)
45
0
15,05
20
40
48,00
0,49
0
0,49
0,49
0,49
2,31
2.701
19.078
2.774
1.500
500
3.247
Jml
Jml
Org
Orang
/Unit
4
416
Ruko 56
D4
4
7.200
2.400 26,70 1,48
5.988
3
96
Ruko 75
C2
4
7.200
2.400 33,00 1,91
5.273
4
128
RT Hijau total di luar
1.055
11
kavling bangunan
Rg.Parkir/ruang
12 terbuka-Di luar
1.187
kavling
Jml.orang
10.608
Luas kawasan
126000
MBA : MBM : MBR = 10% : 32% : 58% , mendekati pedoman, yaitu 1:3:6
Rencana jumlah yang dapat ditampung 9.659 jiwa. Dengan perencanAan ini, masih memberikan angka
keamanan, yaitu kawasan masih bisa menampung lagi 10.608 jiwa-9.659 jiwa = 949 jiwa.
Sumber : Analisis simulasi (2007), GM.
73
Gambar 2. Hunian MBR dan Fasilitas Umum Dua blok Rusuna 5 lantai Puslitbang Permukiman
sudah terbangun
pembangunan
perumahan.
Dengan
demikian, lembaga ini dapat menjadi
perantara dalam pencarian dana, yang
bisa didapat dari berbagai sumber,
misalnya infrastruktur dari Pemerintah
Daerah, dari Departemen Pekerjaan
Umum, melalui jalur APBN berupa
prasarana dan sarana dasar (PSD-PU),
bahkan
memungkinkan
pendanaan
untuk membangun rumah susun.
Lembaga ini bekerjasama dengan
lembaga pemerintah yang khususnya
menangani perumahan, yaitu yang
tergabung dalam Badan Pengendalian
Pembangunan Perumahan dan Permukiman Daerah (BP4D), yang anggotaanggotanya antara lain dari Dinas Tata
Ruang Kota dan Perumahan, Dinas
Sarana dan Prasarana Kota, Badan
Pertanahan Nasional, PDAM, PLN, dan
Lembaga Keuangan.
Pada waktu pelaksanaan pembangunan,
membutuhkan tempat sementara untuk
Jurnal Permukiman Vol. 3 No. 1 Mei 2008
agar masyarakat
diharapkan bisa
mengubah mindset bahwa adanya
penataan dengan pola ekonomi kawasan
dapat
menguntungkan
masyarakat
penghuni. Dengan menerapkan pola
ekonomi kawasan, rencana kawasan
akan dibangun : blok hunian berupa
rumah susun MBR, MBM, dan MBA yang
dapat
menampung
9.659
jiwa,
bangunan fasilitas umum dan fasilitas
sosial, dan bangunan komersial (lihat
Gambar 1 dan 2; jumlah blok dan unit,
lihat Tabel).
Setiap keluarga akan didata dalam hal
kepemilikan / sewa tanah/rumah, luas
tanah / rumah, dan ditaksir harganya.
untuk dikonversikan dengan harga unit
rumah susun. Sesuai PP No. 80/1999
tentang Kawasan Siap Bangun dan
Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri
Sendiri, pada pasal 20 dinyatakan
Tabel 3.
Biaya Konstruksi dan Pengembalian Modal
No
A. INVESTASI BANGUNAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Hunian
Sekolah
Komersial Ruko
Komersial (Retail)
Tempat parkir
Mesjid
Pesantren
Poliklinik
Ruang terbuka hijau
Pembongkaran
Instalasi lingkungan
Penyambungan listrik
Infrastruktur jalan, drainase, dan
jaringan listrik
Perizinan
14
LUAS (m2)
162.790,00
1.704
14.400,00
16800
1187
600
3.774
400
1.055
126000
46,00
46,00
2.921,50
1800000/ m2
1000000 /m2
1800000 /m2
1800000 /m2
150000 /m2
1000000 /m2
1000000 /m2
1200000 /m2
150000 /m2
5000 /m2
3000000/blok
1000000/blok
2000000/m
293.022.000.000
1.704.000.000
25.920.000.000
30.240.000.000
178.050.000
600.000.000
3.774.000.000
480.000.000
158.250.000
630.000.000
138.000.000
46.000.000
5.843.000.000
46,0
1000000/blok
46.000.000
Jumlah Harga A
No
1
2
3
4
362.733.300.000
B. BIAYA PENUNJANG
Konsultasi
Manajemen konstruksi
Pengelola teknis
Administrasi umum
Jumlah harga B
PROSENTASE
(%)
7
7
0,50
0,30
C. HARGA LAHAN
Kasiba
Harga
lahan)
TOTAL HARGA
(Rp)
362.733.300.000
362.733.300.000
362.733.300.000
362.733.300.000
LUAS (m2)
126000
(investasi
HARGA TOTAL A
(Rp)
HARGA/m2
(tahun 2006)
700000
HARGA (Rp)
25.391.331.000
25.391.331.000
3.627.333.000
3.627.333.000
58.037.328.000
HARGA
88.200.000.000,00
88.200.000.000,00
76
D. ASUMSI
PEMASUKAN
SEWA
HUNIANDAN
USAHA PER
BULANNo
1
2
3
4
5
TIPE
BANGUNAN
JUMLAH
UNIT
HARGA
SEWA/UNIT
(Rp)
Tipe 36
1.536
125000
Tipe 54
800
200000
Tipe 78
48
350000
Tipe 108
36
650000
Asrama
104
60000
santri
Pemasukan dari hunian
(a)
Ruang usaha
bangunan
komersial
Ruko 56
32
2000000
Ruko 75
32
2000000
Retail (m2)
16800
150000
Pemasukan dari sewa ruang usaha (b)
J u m l a h ( a dan b)
Tabel 4.
ASUMSI JENIS
BANGUNAN YANG
MENDAPAT SUBSIDI
Sekolah
Mesjid
Pesantren
Poliklinik
Ruang terbuka hijau
Pembongkaran
Infrastruktur
Perizinan
Penunjang (Konstruksi,
MK, dll)
Jumlah
NILAI
/HARGA
SUBSIDI (Rp)
1.704.000.000
600.000.000
3.774.000.000
480.000.000
158.250.000
630.000.000
5.843.000.000
46.000.000
58.037.328.000
71.272.578.000
Kawasan
Cigugur
Tengah
memungkinkan untuk ditata kembali
tanpa menggusur penduduknya,
dengan menerapkan kriteria-kriteria
perencanaan pola ekonomi kawasan
atau pola mixed use.
Penerapan pola bangunan mixed
use akan menguntungkan penghuni
dalam memberikan peluang untuk
mengembangkan usahanya, yaitu
usaha jasa dan perdagangan.
HARGA (Rp)
192.000.000
160.000.000
16.800.000
23.400.000
6.240.000
PENGHASILAN/BULAN
(Rp)
500000P900000
900000P1500000
P1500000
P1500000
398.440.000
64.000.000
64.000.000
2.520.000.000
2.648.000.000
3.046.440.000
Keberadaan
Koperasi
dan
Paguyuban Warga, dapat menjadi
embriyo untuk menjadi lembaga
yang menangani penyelenggaraan
pembangunan perumahan/ kawasan,
sampai dengan pengelolaannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abbot, J.,1996, Sharing The CityCommunity Participation in Urban
Management London : Earthscan
Publication.
2. Howard, 1984, The Garden City,
Inc.
3. John,
Inc.
4. Neil, Carol, 1986, Process and
Participation,
A
World
Bank
Publication.
5. PP RI No. 69 tahun 1996, tentang
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban,
serta Bentuk dan Tata Cara Peran
Serta Masyarakat dalam Penataan
Ruang.
77
78
Penerapan
Penataan
Kembali
Kawasan Kumuh Melalui Keswadayaan Masyarakat, Puslitbang Permukiman, Bandung.
Abstrak
Kegagalan yang sering terjadi pada pembuatan beton ringan buatan untuk beton ringan
struktural akhir-akhir ini disebabkan pemilihan bahan baku yang tidak memenuhi
persyaratan. Masalah ini apabila tidak diatasi segera akan menghambat kelancaran
penyediaan bahan bangunan terutama untuk perumahan dan bangunan bertingkat.
Penelitian peningkatan mutu agregat ringan dimaksudkan untuk mengembangkan
agregat ringan buatan dan bertujuan untuk mendapatkan inovasi teknologi dalam
pembuatan agregat ringan untuk beton ringan struktural menggunakan bahan baku
lempung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lempung dengan bahan tambahan batu
obsidian dan pembakaran sampai kondisi sintering dapat menghasilkan agregat ringan
yang memenuhi persyaratan untuk pembuatan beton ringan struktural. Untuk campuran
menggunakan 30% batu obsidian dan temperatur pembakaran 1150 oC. Nilai 10%
kehalusan diperoleh sebesar 9,27% dan hasil uji kuat tekan benda uji selinder beton
umur 28 hari mencapai 26,03 MPa. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan
penambahan bahan lain dan pengaturan temperatur pembakaran dapat meningkatkan
mutu agregat ringan buatan. Disarankan bahwa dalam penggunaan bahan baku
sebaiknya dilakukan analisis dahulu agar dapat memenuhi persyaratan.
At present the common failure of the lightweight concrete production for structural
lightweight concrete is often attributed to the nonconformance raw materials. Given that
this encountered problem is not soon resolved, it may cause supply management
problems for especially housing and multistory building construction. The research on the
quality improvement of lightweight aggregate is aimed at making artificial clay-based
lightweight materials and introducing innovation technologies in the production process of
the lightweight aggregate. This research demonstrate that the clay material mixed with
addictive obsidian and combusted at the sintered condition results in lightweight
aggregate that meets the specification of structural lightweight concrete materials. A
mixture of 30% obsidian and the combustion temperature at 1.150oC generates a
fineness coefficient of 9.27% based on the 10% value test and 28 day strength of 26.03
MPa. This finding suggests that the use of addictives and setting the temperature can
improve the quality of artificial lightweight aggregate. It is recommended that the raw
materials to use are subject to being analyzed
for ensuring the specification
conformance.
Key word : Artificial lightweight aggregate, structural lightweight concrete
Peningkatan Mutu Agregat ... ( Andriati & B. Sugiharto )
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Program pembangunan perumahan yang
dicanangkan oleh pemerintah perlu
didukung dengan ketersediaaan bahan
dan komponen yang layak secara teknis,
ekonomis dan teknologis, sehingga
dalam pelaksanaannya tidak mengalami
hambatan. Dalam upaya memenuhi
kebutuhan tersebut perlu dikembangkan
suatu bahan dan komponen bangunan
yang bermutu dan dapat menunjang
kelancaran pelaksanaan pembangunan
perumahan dan gedung.
Layak secara teknis berarti memenuhi
persyaratan teknis sesuai dengan
standar yang berlaku. Cukup ekonomis
berarti tersedia deposit yang cukup
besar dan dekat lokasinya sehingga
dapat mengurangi biaya transportasi
dengan
demikian
harganya
akan
menjadi murah dengan teknologi yang
mudah.
Beton bertulang adalah salah satu
bahan yang banyak digunakan untuk
struktur khususnya bangunan gedung.
Namun ada suatu kendala disuatu
daerah tertentu yang sama sekali tidak
memiliki potensi agregat alam, walaupun
ada mutunya kurang baik. Oleh karena
itu masih terbuka kemungkinan untuk
menggunakan agregat buatan yang
menggunakan bahan baku shale atau
lempung. Namun untuk beton ringan,
bahan baku lempung yang memenuhi
persyaratan sudah jarang didapatkan di
Pulau Jawa begitu juga bahan baku
shale.
Penelitian agregat ringan buatan atau
ALWA (Artificial Lightweight Aggregate)
dilakukan pada awal tahun 70-an
dengan tujuan mencari kemungkinan
didapatkannya bahan baku di Indonesia.
Pada saat itu seluruh daerah di Pulau
Jawa telah diteliti. Bahan baku dari
2
Permasalahan
Sasaran
Output
Mendapatkan
bahan
bangunan
agregat
ringan
buatan
yang
memenuhi syarat baik kekuatan
maupun keringanannya untuk beton
ringan struktural.
Diperolehnya campuran dan optimal
agregat ringan buatan untuk beton
struktural dan batu obsidian.
Outcome
Tersusunnya panduan cara pembuatan
agregat ringan buatan dan beton ringan
struktural menggunakan bahan baku
lempung yang ada.
Manfaat
Dapat memberikan
kontribusi dalam
penyediaan agregat untuk beton ringan
struktural.
Dampak
Dapat menambah kelancaran pembangunan dibidang ke PU-an dan terbukanya
kesempatan kerja.
Lingkup Penelitian
Pembuatan agregat ringan buatan
yang memenuhi persyaratan.
Pembuatan benda uji selinder beton
ringan yang menggunakan agregat
ringan buatan yang memenuhi
persyaratan.
KAJIAN PUSTAKA
1. Bahan Baku Lempung
Agregat lempung bekah adalah agregat
ringan
buatan
merupakan
hasil
pengolahan lempung yang dipanaskan
sampai temperatur tertentu (sintering),
di mana mulai terjadi keadaan piro
plastis,
akan
membekah
atau
mengembang dan setelah dingin akan
90
10
80
20
70
30
60
40
50
50
60
40
30
70
20
80
10
Al 2O3
90
90
80
70
60
50
40
30
20
10
(Fluxing
Agent)
Keterangan
= komposisi diagram C.M. RILEY
= komposisi diagram untuk daerah di
INDONESIA
CaO, Mg
FeO, Fe2O3
(K , Na)2O
a. Mekanisme Pemanasan
Perubahan bahan lempung selama
pemanasan dijelaskan secara terperinci
oleh Naokiyo, Tadaki Matsunaga dan
Koji Nitta sebagai berikut :
Apabila lempung dipanaskan, mula-mula
air dikeluarkan pada temperatur antara
500C - 600C, air kristal dihilangkan
Tabel 1.
Persyaratan susunan besar butir agregat ringan untuk beton ringan struktural
Ukuran
19,0
9,5
4,75
2,36
1,18
0,30
0,15
100
85 -100
40-80
10-35
5-25
Agregat kasar:
(25,0 - 4,75) mm
95-100
25-60
10-50
0-10
(19,0 4,75) mm
100
90-100
40-80
0-15
(12,5 4,75) mm
90-100
80-100
0-20
0-10
(9,5 8) mm
100
5-40
0-20
0-10
Kombinasi agregat
halus dan kasar:
(12,5 8) mm
100
95-100
50-80
5-20
2-15
(9,5 8) mm
100
90-100
65-90
35-65
10-25
5-15
Agregat halus:
(4,75 - 0) mm
12,5
Tabel 2.
Persyaratan sifat fisis agregat ringan untuk beton ringan struktural
No
Sifat fisis
Persyaratan
1. Berat jenis
2. Penyerapan air setelah direndam 24 jam, maks (%)
3. Berat isi gembur kering oven, maksimum (kg/m3):
- agregat halus
- agregat kasar
- campuran agregat kasar dan halus
4. Nilai 10 % kehalusan (%)
5. Gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat berdasarkan
berat kering (%)
6. Nilai keawetan, jika direndam dalam larutan magnesium sulfat selama 16-18
jam, bagian yang larut maks (%)
1,0-1,8
20
1120
880
1040
7,5-12,5
<2
12
Tabel 3.
Persyaratan kuat tekan dan kuat tarik belah rata-rata
untuk beton ringan struktural
Berat isi kering udara ,
maks ( kg/m3)
Sumber: C 330-04 dan SNI 03-6477-2000 Metode Penentuan Nilai Sepuluh Persen Kehalusan untuk Agregat
METODOLOGI
Penelitian dilakukan secara eksperimental
dengan melakukan uji pembakaran
bahan lempung dengan atau tanpa
bahan tambahan melalui pemanasan
lambat dalam tungku listrik sampai
temperatur sintering, lalu
dilakukan
pengujian sifat fisik dan mekanik
agregat yang dihasilkan. Langkah
selanjutnya
pembekahan dengan
pemanasan cepat dalam tungku gas
terhadap bahan yang dipilih dari uji
bakar
untuk
mengetahui
kondisi
Identifikasi Masalah:
- bahan baku
- temperatur
pembakaran
Penyebab Masalah:
Komposisi kimia bahan
baku yang belum
memenuhi persyaratan
Hipotesis:
Komposisi kimia lempung
harus memenuhi komposisi
diagram segitiga C.M. Riley
Parameter Penelitian:
Variabel; temperatur,
komposisi campuran
Tipe penelitian: Eksperimental
Pembakaran dengan
tungku pular
Pembuatan Benda Uji dan
pengujian
Analisis Data
Kesimpulan
Gambar 2.
Alur pola pikir penelitian
uji
Tabel 4.
Rancangan campuran untuk uji bakar
Lempung 1,2,3,4 (% berat)
No
Bahan
I
II
III
IV
1 Lempung
100
80
70
70
2 Batubara
10
20
10
3 Batu Obsidian
0
10
10
20
Catatan : L1 dan L2 = lempung Cikakak
L3 = lempung Lumpir
L4 = lempung Jeruk Legi
2.
3. Uji pembekahan
Uji pembekahan dengan pemanasan
cepat
(flash
heating)
untuk
campuran terpilih adalah L3 dan L5.
Temperatur ditentukan tiga variasi
yaitu 1100 oC, 1150 oC dan 1200
oC dengan lama pemanasan selama
5 menit.
Hasil uji pembekahan secara cepat
berupa agregat ringan dan keras
kemudian diuji penyerapan air dan
berat jenisnya. Hasil terbaik dipilih
untuk pembakaran dengan tungku
putar.
Pembakaran
Putar
dengan
Tungku
agregat
tadi
mempunyai
kesempatan untuk menyerap air,
kemudian sisa air dicampurkan.
Air yang mula-mula ditambahkan
kepada agregat haruslah sebanyak
kapasitas
penyerapan
agregat
ringan untuk mencapai keadaan
kering permukaan dan berat air ini
harus dikurangi dari seluruh jumlah
air yang diperlukan.
Jenis
bahan
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Obsidian
1
2
3
4
SiO2
Al2O3
CaO
MgO
HP
SO4
42,36
37,02
45,73
44,46
63,52
34,58
35,84
28,56
39,60
2,62
5,60
12,44
13,70
9,00
25,64
0,93
1,72
1,39
1,67
1,86
13,26
12,66
17,01
1,20
1,44
0,49
0
0
0
0
90
80
20
70
30
60
40
50
4
50
60
40
2
30
70
20
80
10
Al 2O3
90
90
80
70
60
50
40
30
20
10
(Fluxing
Agent)
Keterangan
=
=
CaO, Mg
FeO, Fe2O3
(K , Na)2O
Tabel 6.
Hasil uji penyerapan air dan berat
jenis
Kode
L1
L1,1
L1,2
L1,3
L2
L2,1
L2,2
L2,3
L3
L3,1
L3,2
L3,3
L4
L4,1
L4,2
L4,3
Penyerapan
air (%)
29,11
31,97
39,44
32,74
11,42
29,57
35,09
26,74
8,76
12,04
15,13
19,70
25,71
35,54
14,29
29,48
Berat
jenis(g/cc)
1,91
1,73
1,65
1,71
1,99
1,54
1,48
1,50
2,09
1,72
1,57
1,74
1,93
1,67
1,57
1,74
11
3. Uji impak
Data hasil uji impak dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 7.
Data hasil uji impak
Kode
L1
L1,1
L1,2
L1,3
L2
L2,1
L2,2
L2,3
L3
L3,1
L3,2
L3,3
L4
L4,1
L4,2
L4,3
% di atas
2,36 mm
0,51
0,77
0,84
1,77
75,46
80,13
71,82
82,73
63,02
83,89
80,00
72,35
82,80
59,13
52,15
70,71
% lewat
2,36 mm
99,49
99,23
99,16
98,23
24,54
19,87
28,18
17,27
36,98
16,11
20,00
27,65
17,20
40,87
47,85
29,29
12
Penyerapan
air (%)
Berat
jenis(g/cc)
6,70
20,53
1,98
1,95
10,84
20,69
1,98
1,97
10,64
19,95
1,88
1,88
10%
Kehalus
an (%)
10,27
8,34
9,21
9,27
Penye
rapan
(%)
24,55
24,33
27,23
25,37
Bobot
isi
(kg/L)
1,20
1,00
1,10
1,10
Berat
jenis
(kg/L)
1,634
1,727
1,538
1,633
Tabel 10.
Data hasil pengujian kuat tekan
beton
No.
1.
2.
3.
Rata-rata
KESIMPULAN
1. Potensi lempung di daerah Cilacap
dan sekitarnya masih cukup besar,
2. Dari hasil analisa kimia, terbukti
DAFTAR PUSTAKA
1. ----------, 2000. SNI 03-6477-2000
16
)
Peningkatan Mutu Agregat ... ( Andriati & B.Peningkatan
Sugiharto ) Mutu Agregat ... ( Andriati & B. Sugiharto13
14
Abstrak
Jenis pondasi tiang pancang sudah banyak digunakan untuk gedung bertingkat maupun
jembatan karena mempunyai daya dukung yang sangat baik, tetapi proses yang
dilakukan saat pemancangan akan menimbulkan getaran yang cukup besar dan akan
mengganggu terhadap kenyamanan manusia maupun kerusakan bangunan. Untuk
mengetahui dampak langsung dari getaran saat dilakukan proses pemancangan maka
perlu diketahui intensitas getaran dan dibandingkan dengan standar yang berlaku.
Pengukuran dilakukan pada jarak 25 200 m dari sumber getar dengan interval 25 m
dengan menggunakan alat mikrotremometer yaitu sejenis seismograf dengan sensitivitas
yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada beberapa lokasi
diketahui bahwa secara empirik dampak getaran tiang pancang sampai jarak 200 m
adalah kategori B dan C terhadap kenyamanan manusia dan kategori B terhadap
kerusakan bangunan.
Pile fondation has already been used by most of multistory buildings and bridges as it
has a good bearing capacity, however the process of the pilling could caused vibration
that might be disturbed human comfort and effect to the building. To find the effect of
vibration when the pilling process, the vibration intensity and soil type in the location
should be observed. Data measurement is conducted in the range 25 200 m with 25 m
inteval by using microtremometer a kind of seismograph with very high sensitivity. Based
on data analysis on several locations, we got the effect of vibration until 200 m is B and C
categories to human comfort and B to building damage.
KAJIAN PUSTAKA
Pemasangan pondasi tiang pancang
dibagi menjadi 2 berdasarkan cara yang
digunakan yaitu :
Sistem tumbuk dibedakan lagi menjadi 3
bagian yaitu :
a. Palu Kerja Tunggal (Single Acting
Hammer).
Palu
besi
diangkat
dengan
menggunakan uap atau tekanan
udara lalu dijatuhkan oleh beban
gravitasi dan energi ini ditransmisikan ke tiang pancang. Pada
umumnya
perbandingan
berat
antara palu dengan taing pancang
adalah 0.5 1.0.
b. Palu Kerja Rangkap (Double Acting
Hammer)
Tenaga uap digunakan untuk
mengangkat palu dan percepatan
jatuhan. Jumlah energi akan lebih
tinggi disbanding palu kerja tunggal.
Panjang palu akan lebih pendek
dengan jangkauan antara 2 4.5 m.
c.
Jenis Tanah
Jenis
Tanah
Tanah
Keras
Tanah
Sedang
Tanah
Lunak
Vs rata2
(m/det)
Vs 350
175 Vs <
350
Vs < 175
N SPT
Su (kPa)
rata-rata rata-rata
N 50
Su 100
15 N <
50
N < 15
50 Su
< 100
Su < 50
Tebel 1.
46
METODOLOGI
Metoda yang digunakan dalam penelitian
ini adalah studi eksperimental dilapangan dengan cara melakukan pengukuran
langsung dilokasi pemancangan pada
beberapa kota yang sedang melakukan
pemancangan
baik untuk pondasi
jembatan maupun untuk bangunan.
Pengukuran dilakukan pada jarak-jarak
tertentu
yang
sudah
dirancang
sebelumnya.
Proses perekaman data dilakukan dengan
menggunakan alat mikrotremometer yaitu
sejenis seismograf dengan sensitivitas
tertentu. Dikarenakan kondisi peralatan
masih menggunakan system analog
maka dalam proses analisis harus
dilakukan terlebih dahulu konversi
analog digital.
Analisis dampak yang ditimbulkan oleh
vibrasi tiang pancang ini dilakukan
dengan cara membandingkan hasil uji
dengan standar vibrasi yang dikeluarkan
oleh Departemen Lingkungan Hidup
tahun 1990 untuk mengetahui tingkat
atau
klasifikasi
bahaya
terhadap
manusia maupun bangunan.
Teknik Pengukuran
Pada penelitian ini pengukuran vibrasi
tiang pancang dilakukan di empat lokasi
yang sedang melakukan pemancangan
yaitu di Surabaya, Cikarang, Jatibarang,
dan Bandung. Teknik pengukuran
dilakukan dengan cara meletakan alat
diatas permukaan tanah dengan jarak
terdekat 50 m sampai sampai 150 m
dengan interval 25 m.
Setting peralatan dilakukan dilokasi
pengukuran sesuai dengan tujuan yang
Pengaruh Getaran Pemasangan . (M. Ridwan)
Amp.
Pen
Recorder
Data Recorder
AD
Converter
Curve Reader
Computer
Proses
digitasi
dilakukan
dengan
menggunakan Analog Digital Converter
(ADC) dengan frekuensi natural 100 Hz.
Data digital yang berupa deret waktu
terhadap kecepatan harus dikalikan
dengan faktor koreksi sensor, setting
recorder dan linear corder pada saat
proses pengukuran.
47
f*( p ) eipt dp
2 -
1
f(t)=
f *( p ) =
f ( t ) e-ipt dt
-
Dari hasil transformasi Fourier diperoleh
kurva distribusi frekuensi terhadap
Amplitudo Fourier sehingga akan didapat
frekuensi atau perioda predominant.
Peralatan
Peralatan
yang
digunakan
untuk
perekaman data vibrasi adalah satu set
mikrotremometer (foto 1). Alat ini terdiri
dari: tiga komponen sensor(seismometer),
amplifier, recorder, linear corder, dan
sumber arus battery kering.
Amp.mm/det2
0.8
0.6
0.4
0.2
48
0
0
10
20
Freq-Hz
30
40
Tabel 3.
Hasil uji vibrasi tiang pancang
di Surabaya
Kecepata
Simpang
Keda- Jenis
f
n
No Jarak
an (x10laman Tanah (Hz)
(x10
6 m)
mm/dtk)
1
25
0 6 Tipe-3 5.32
295
9.85
2
50
0 12 T = 0.05 4.00
390
9.79
3
75
0 12 sec dan 4.90
213
6.55
4
100 0 12 A = 0.25 4.78
114
3.42
m
5
125 0 12
4.98
103
3.22
0.4
0.2
0
0
E- W
V
No Jarak Kedalaman
2
1
0
0
10
20
Freq-Hz
30
20
Freq-Hz
30
40
Tabel 5.
Hasil uji vibrasi tiang pancang
di J. Barang
40
1
2
3
4
5
50
75
100
150
200
0
0
0
0
0
29
27
30
29
28
Jenis f Simpangan
Tanah (Hz) (x10-6 m)
Tipe-3 3.9
T = 3.6
0.27 5.42
sec A 3.66
= 0.58 3.72
m
385
213
119
144
137
Kecepatan
(x10
mm/dtk)
9.43
4.82
4.05
3.31
3.20
2.5
Amp-mm/det2
Amp-mm/det2
10
N- S
0.6
5
4
E- W
0.8
Amp-mm/det2
E -W
1.5
1
0.5
0
0
10
20
Freq-Hz
30
40
49
25
50
75
100
150
0
0
0
0
0
12
12
12
12
12
Tipe-2
T=
0.10
sec
A=
0.25
m
2.58
4.00
3.71
5.24
4.26
615
392
419
273
318
Kecepatan
(x10
mm/dtk)
9.96
9.85
9.77
9.00
8.5
Amp.mm/det2
0.6
0.4
N-S
E-W
0.8
0.2
0
0
10
20
Freq-Hz
30
40
Pembahasan
Untuk menganalisis dampak getaran
tiang pancang, penulis menggunakan
standar getaran yang telah dikeluarkan
oleh Departemen Lingkungan Hidup No.
KEP 48/MENLH/11/96. Berdasarkan
standar tersebut dampak getaran dibagi
dua
yaitu
terhadap
kenyamanan
manusia dan terhadap kerusakan fisik
bangunan.
Dampak getaran terhadapkenyamanan dan kesehatan manusia.
Dampak getaran terhadap kenyamanan
manusia dibagi menjadi empat kategori
berdasarkan besaran frekuensi dan
50
Tabel 7.
Standar getaran terhadap kenyamanan
manusia
Keterangan :
Kategori A = tidak mengganggu
Kategori B = mengganggu
Kategori C = tidak nyaman
Kategori D = menyakitkan
Ket.:
= Batas maksimum kategori B
= Batas maksimum kategori A
= Hasil pengukuran
Kurva 1. Kategori dampak getaran
terhadapkenyamanan manusia
Sedangkan
pengaruhnya
terhadap
komponen bangunan perumahan sampai
radius 200 m termasuk kategori B yaitu
dapat menimbulkan retakan pada
plesteran dinding bangunan.
30
Kecepatan (cm/det)
Keterangan :
Kategori A = tidak menimbulkan kerusaan.
Kategori B = kemungkinan kerusakan
pada plesteran dinding
bangunan.
Kategori C = kemungkinan kerusakan
pada bagian struktur dan
dinding pemikul beban,
Kategori D = kerusakan pada dinding
pemikul beban.
15
10
5
0
0
50
100
Jarak (m)
150
200
Ket.:
= Batas maksimum kategori B
= Batas maksimum kategori A
= Hasil pengukuran
Kurva 2. Kategori dampak getaran
terhadap bangunan perumahan
2) Lokasi : Galaxi Bumi Permai,
Surabaya
Pemancangan dengan menggunakan
palu diesel seberat 3.5 ton pada tiang
pancang berdimensi 20 x 20 cm dengan
panjang 6 m sampai jarak 125 m,
getarannya masih menimbulkan dampak
negatif terhadap kenyamanan manusia
yaitu termasuk kategori C (kurva 3)
yang menimbulkan rasa tidak nyaman.
400
600
300
200
100
0
0
50
100
Jarak (m )
150
200
Simpangan (x10-6m)
Simpangan (x10-6m)
600
25
20
500
400
300
200
100
0
0
50
Jarak (m )
100
150
51
Ket.:
=
=
=
Ket.:
= Batas maksimum kategori C
= Batas maksimum kategori B
= Hasil pengukuran
30
Kecepatan (cm/det)
Kecepatan (cm/det)
25
20
15
10
5
0
0
50
Ket.:
=
=
=
100
150
200
Jarak (m )
0
50
Jarak (m )
100
150
Ket.:
Simpangan (x10-6 m)
Simpangan (x10-6 m)
1200
1000
1000
800
600
400
200
600
400
200
0
0
0
52
800
50
100
Jarak (m )
150
200
50
100
Jarak (m )
150
200
Ket.:
Ket.:
Kecepatan (cm/det)
Kecepatan (cm/det)
30
25
20
15
10
25
20
15
10
5
0
0
Ket.:
50
100
Jarak (m )
150
200
Simpangan (x10-6 m)
1000
800
600
400
200
0
0
50
100
Jarak (m )
150
50
100
Jarak (m )
150
Ket.:
= Hasil pengukuran
Kurva 10. Kategori dampak getaran
terhadap bangunan perumahan
KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan penelitian ini dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
Dampak yang ditimbulkan akibat
getaran tiang pancang pada setiap
lokasi sangat bersifat empiris yaitu
hanya berlaku dilokasi tersebut karena
selain sampel data yang kurang juga
banyak parameter yang mempengaruhinya antara lain : jenis mesin dan
dimensi palu yang digunakan, dimensi
tiang pancang, jenis tanah, dan jarak
dari sumber getar.
Pada lokasi penelitian dengan kondisi
tanah yang relatif lebih lunak (tipe-3)
akan menimbulkan dampak terhadap
kenyamanan manusia yang cenderung
53
54
DAFTAR PUSTAKA
1. Kanai and Tanaka, On Microtremor
VIII, Bulletin of the Earthquake
Research
Institute,
Vol.
39,
University of Tokyo, 1961.
2. Ishiyama Yuji, Microtremor and
Related Topik, IISEE, Building
Research Institute, 1990.
3. Menteri Negara Lingkungan Hidup,
Baku Mutu Tingkat Getaran, 1996.
4. Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Bangunan Gedung,
SNI 03 1726 2002, Badan
Standardisasi
Nasional,
BSN.
Abstrak
compost based on composting treatment then the compost quality is compared with the
standard quality of compost. Analysis of composts shows that the quality of organic solid
waste have not met the standard of compost specification. Some parameters, physical,
Nitrogen and Phosphorus is still low, it is found that compost still contain heavy metal and
faecal coli. It is recommended that to increase the quality of compost, solid waste have
to be sorted to prevent hazardous contaminant, quality control and nutrient addition to
fulfill the compost standard.
mengurangi
sampah
organik
sekaligus menghasilkan kompos.
dan
Jika
diperlukan,
ditambahkan
bulking agent sebagai fungsi
pengatur / pengontrol porositas dan
kelembaban
Penambahan bahan organik lain
sebagai sumber nutrisi, umumnya
sumber senyawa Karbon (contohnya
serbuk gergaji, jerami, sekam dan
Pengomposan
merupakan
wujud
aktivitas
kerjasama
dari
berbagai
mikroorganisme (bakteria, actinomycetes dan fungi) yang didukung oleh
berbagai kondisi / faktor penting dari
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mikrobiologis, yaitu:
Temperatur
pH
Konsentrasi Nutrien
Ketersediaan dan supplai Oksigen
Peningkatan sifat-sifat
tanah dari
penggunaan kompos antara lain:
Meningkatkan kandungan air dan
retensi air untuk kondisi tanah
berpasir.
Meningkatkan sifat agregasi.
Meningkatkan aerasi, permeability
dan sifat infiltrasi air untuk kondisi
tanah liat.
Meningkatkan daya tembus akar.
Meningkatkan
populasi
mikroba
tanah.
Menurunkan
tingkat
kekerasan
lapisan permukaan tanah.
c. Unsur mikro
Unsur mikro nilai-nilai ini dikeluarkan
berdasarkan :
konsentrasi unsur-unsur mikro yang
penting untuk pertumbuhan tanaman (khususnya Cu, Mo, Zn)
logam berat yang dapat membahayakan manusia dan lingkungan
tergantung pada konsentrasi maksimum yang diperbolehkan dalam
tanah
33
d. Organisme pathogen
Organisma patogen tidak melampaui
batas berikut :
Fecal Coli 1000 MPN/gr total solid
dalam keadaan kering
Salmonella sp. 3 MPN / 4 gr total
solid dalam keadaan kering.
Hal tersebut dapat dicapai dengan
menjaga kondisi operasi pengomposan pada temperatur 55oC .
e. Pencemar Organik
Kompos yang dibuat tidak mengandung
bahan aktif pestisida yang dilarang
sesuai dengan
KEPMEN PERTANIAN
No. 434.1/Kpts/TP.270 /7/ 2001 tentang
Syarat dan Tata cara Pendaftaran
Pestisida pada Pasal 6 mengenai Jenisjenis Pestisida yang mengandung bahan
aktif yang telah dilarang.
f. Karakteristik lainnya
Kandungan bahan organik dalam
kompos minimal 27 %.
Kadar air yang diperbolehkan dalam
kompos maksimal 50 %
pH dari kompos harus netral.
Konsentrasi unsur humus utama
dalam kompos N, P2O5 dan K2O
dari masing-masing tipe kompos
tergantung dari penggunaan.
METODOLOGI PENELITIAN
Metoda pengumpulan data :
Data sekunder kualitas kompos yang
dijual di pasaran (berdasarkan data
yang tertera pada kemasan kompos)
Data sekunder kualitas kompos
berdasar hasil analisis laboratorium
Metoda
pengolahan
data
deskriptif sebagai berikut :
secara
DATA DAN
KOMPOS
ANALISIS
KUALITAS
organisme
Microorganisme
Kualitas kompos
dari sampah
rumah tangga UDPK dengan sistem
pengolahan Windrow
Tabel 1.
Standar Kualitas Kompos dari Sampah Organik
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Parameter
Kadar air
Temperatur
Warna
Bau
Ukuran partikel
Kemampuan ikat air
pH
Bahan asing
Unsur makro
Bahan organik
Nitrogen
Karbon
Phospor (P2 O5)
C/N rasio
Kalium (K2 O)
Unsur mikro
Arsen (As)
Cadmium (Cd)
Cobalt (Co)
Chromium (Cr)
Tembaga (Cu)
Mercuri (Hg)
Nikel (Ni)
Timbal (Pb)
Selenium (Se)
Seng (Zn)
Unsur lain
Kalsium (Ca)
Magnesium (Mg)
Besi (Fe)
Aluminum (Al)
Mangan (Mn)
Bakteri
Fecal Coli
Salmonella sp
Satuan
%
o
C
mm
%
%
Minimum
Maksimum
50
Suhu air tanah
Kehitaman
Berbau tanah
25
7,49
1,5
%
%
%
%
%
%
0.55
58
6.80
27
0.40
9.80
0.10
10
0.20
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
13
3
34
210
100
0.80
62
150
2
500
%
%
%
%
%
25.50
0.60
2.00
2.20
0.10
MPN/gr
MPN/4gr
1000
3
58
32
20
-
Sumber : SNI 19-7030-2004, Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik, Puslitbangkim PU
35
Tabel 2.
Data dan analisis kualitas kompos yang dijual di pasaran Bandung dan Jakarta
(Data Sekunder pada Label Kemasan Kompos)
No
1
2
Parameter
Kadar air
Temperatur
Satuan
%
o
C
Analisis
tanah
3
4
5
6
Kehitaman
Warna
Berbau tanah
Bau
Ukuran partikel
mm
0.55
25
0.5-2
0.5-25
Y
Kemampuan
ikat %
58
163.00
T
air
7
pH
6.80
7,49
8.02
7.85
T
8
Bahan asing
%
1,5
Unsur makro
9
Bahan organik
%
27
58
10
Nitrogen
%
0.40
1.05
1.96
0.01
0.20 T
11
Karbon
%
9.80
32
9.81
22.01
Y
12
Phospor (P2 O5)
%
0.10
0.23
0.53
0.81
0.81 Y
13
C/N rasio
%
10
20
9.38
11.20
T
14
Kalium (K2 O)
%
0.20
0.59
1.70
0.37
0.37 Y
Unsur mikro
15
Arsen
mg/kg
13
0.20
Y
16
Cadmium (Cd)
mg/kg
3
1.10
Y
17
Cobalt (Co)
mg/kg
34
45.90
T
18
Chromium (Cr)
mg/kg
210
23.45
Y
19
Tembaga (Cu)
mg/kg
100
1.09
30.50
0.70
Y
20
Mercuri (Hg)
mg/kg
0.80
0.48
Y
21
Nikel (Ni)
mg/kg
62
8.73
Y
22
Timbal (Pb)
mg/kg
150
81.60
Y
23
Selenium (Se)
mg/kg
2
24
Seng (Zn)
mg/kg
500
137.91
180.30
0.10
Y
Unsur lain
25
Kalsium (Ca)
%
25.50
1.95
0.49
0.49 Y
26
Magnesium (Mg)
%
0.60
0.26
0.48
0.42
0.42 Y
27
Besi (Fe)
%
2.00
0.0002
0.00163 0.0030 Y
28
Aluminum (Al)
%
2.20
0.0022
0.0070 Y
29
Mangan (Mn)
%
0.0010
0.00006 0.0557
0.0011 T
Bakteri
30
Fecal Coli
MPN/gr
1000
31
Salmonell sp
MPN/gr
3
Sumber : Raffei, 1999
Keterangan :
1.
CPIS Centre for Policy and Implementation Studies Jakarta (pengomposan sistem windrow)
2.
PDK Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung (pengomposan dengan sistem windrow)
3.
PT Waluku asri (pengomposan dengan vermicompos)
4.
Cakra (PT PINDAD, pengomposan sistem windrow)
Analisis berdasarkan kualitas yang memenuhi atau tidak memenuhi berdasarkan standard kualitas
kompos,
Y = Ya memenuhi standar kompos, T = Tidak memenuhi standar kompos (bagian yang di arsir)
Standar berdasarkan SNI 19-7030-2004, Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik,
Puslitbangkim
36
Tabel 3
Data dan analisis kualitas kompos yang dijual di pasaran Bandung dan Jakarta
No
Parameter
1
2
Kadar air
Temperatur
Satuan
%
o
C
3
4
Warna
Bau
5
6
Ukuran partikel
Kemampuan ikat
air
pH
Bahan asing
Unsur makro
Bahan organik
Nitrogen
Karbon
Phospor (P2 O5)
C/N rasio
Kalium (K2 O)
Unsur mikro
Arsen
Cadmium (Cd)
Cobalt (Co)
Chromium (Cr)
Tembaga (Cu)
Mercuri (Hg)
Nikel (Ni)
Timbal (Pb)
Selenium (Se)
Seng (Zn)
Unsur lain
Kalsium (Ca)
Magnesium (Mg)
Besi (Fe)
Aluminum (Al)
Mangan (Mn)
Bakteri
Fecal Coli
mm
%
0.55
58
%
%
%
%
%
%
%
6.80
27
0.40
9.80
0.10
10
0.20
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Salmonell sp
Min
-
Maks
50
Suhu air
tanih
Kehitaman
Berbau
tanah
25
-
7,49
1,5
7.00
-
7.60
-
6.40
-
6.30
-
58
32
20
-
0.78
11.26
6.05
13.00
0.13
2.93
20.51
45.40
8.00
2.96
1.70
15.90
8.45
10.00
0.22
1.48
14.77
10.48
10.00
0.31
T
Y
Y
Y
T
13
3
34
210
100
0.80
62
150
2
500
4.68
1.40
15.21
324.82
2.40
0.73
84.01
327.62
63.60
1.74
0.17
2.50
15.02
4.90
0.26
9.65
13.46
10.60
0.99
11.14
51.97
0.90
0.50
9.65
28.46
13.20
ttd
1.19
3.80
19.97
1.10
0.19
11.41
75.84
23.00
Y
Y
Y
T
Y
Y
T
T
T
%
%
%
%
%
25.50
0.60
2.00
2.20
0.10
5.15
0.32
0.00098
0.0040
14.76
1.26
0.0013
0.0099
10.24
0.43
0.0009
0.0047
13.16
0.55
0.0007
0.0032
Y
T
Y
Y
MPN/gr
MPN/4
gr
1000
3
43.10^5
-
93.10^7
93.10^6
93.10^6
--
T
-
37
Tabel 4.
Data dan analisis kualitas kompos dari sampah pasar
(Windrow dengan Effective Microorganisme)
No Parameter
5
70.31
-
6
47.80
-
7
46.06
-
T
-
Kadar air
Temperatur
3
4
Warna
Bau
Ukuran
partikel
Kemampuan
ikat air
pH
Bahan asing
Unsur
makro
Bahan
organik
Nitrogen
Karbon
Phospor (P2
O5)
C/N rasio
Kalium (K2
O)
Unsur
mikro
Arsen
Cadmium
(Cd)
Cobalt (Co)
Chromium
(Cr)
Tembaga
(Cu)
Mercuri (Hg)
Nikel (Ni)
Timbal (Pb)
Selenium
(Se)
Seng (Zn)
Unsur lain
Kalsium (Ca)
Magnesium
(Mg)
Besi (Fe)
Aluminum
(Al)
Mangan (Mn)
Bakteri
Fecal Coli
Salmonell sp
mm
0.55
50
Suhu air
tanah
Kehitaman
Berbau
tanah
25
58
6.80
-
7,49
1,5
27
58
%
%
%
0.40
9.80
0.10
32
-
0.08
0.12
0.12
0.83
0.40
0.32
1.84
31.62
1.78
T
Y
T
%
%
10
0.20
20
-
2.728
3.105
2.744
2.923
3.04
2.822
11.23
1.70
13.08
2.4
13.77
2.07
17.18
1.34
T
T
mg/kg
mg/kg
13
3
mg/kg
mg/kg
34
210
32
mg/kg
100
123.37
550.47
97.55
30.48
58.37
28.05
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
0.80
62
150
2
1
-
Y
-
mg/kg
500
275.54
464.91
200.73
180.2
184.2
104.5
%
%
25.50
0.60
0.22
0.24
0.29
0.48
0.46
0.40
6.24
-
Y
Y
%
%
2.00
2.20
0.0764
-
0.0291
-
0.0781
-
1.063
-
1.036
-
1.350
-
1.24
0.10
ttd
ttd
ttd
0.056
0.062
0.0743
MPN/gr
MPN/
4 gr
1000
3
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Maks
Data sekunder
2
3
4
41.35
52.83
64.40
-
1
2
Min
1
51.92
-
Satuan
%
o
C
Analisis
38
Tabel 5.
Data dan analisis kualitas kompos dari sampah rumah tangga
(Windrow dengan Effective Microorganisme)
No Parameter
Satuan
Kadar air
Temperatur
Min
-
Maks
50
Data sekunder
4
5
49.56 -
10
Analisis
46.06 49.56 T
Suhu air
tanah
Warna
Kehitaman
Bau
Berbau
tanah
Ukuran
partikel
mm
0.55
25
Kemampuan
ikat air
58
pH
6.80
7,49
7.5
7.7
7.7
7.85
8.30
8.70
7.90
Bahan asing
1,5
Unsur
makro
Bahan
organik
27
58
10
Nitrogen
0.40
1.74
1.84
3.18
11
Karbon
9.80
32
12
Phospor
(P2 O5)
0.10
0.03
0.05
0.01
0.39
0.58
0.66
0.08
6.02
1.78
0.08
13
C/N rasio
10
20
17.18
7.8
14
Kalium (K2
O)
0.20
1.03
1.11
3.3
1.39
1.34
3.3
Unsur
mikro
15
Arsen
mg/kg
13
16
Cadmium
(Cd)
mg/kg
17
Cobalt (Co)
mg/kg
34
18
Chromium
(Cr)
mg/kg
210
39
Tabel 5 (lanjutan).
Data dan analisis kualitas kompos dari sampah rumah tangga (Windrow
dengan Effective Microorganisme)
Data sekunder
No Parameter
Satuan
Min
Maks
10
Analisis
19
Tembaga
(Cu)
mg/kg
100
20
Mercuri
(Hg)
mg/kg
0.80
21
Nikel (Ni)
mg/kg
62
22
150
23
Selenium
(Se)
mg/kg
24
Seng (Zn)
mg/kg
500
Unsur lain
25
Kalsium
(Ca)
25.50 -
0.51
6.24
1.05
26
Magnesium
(Mg)
0.60
0.49
0.11
0.38
0.54
0.44
0.52
0.63
0.23
0.63
27
Besi (Fe)
2.00
28
Aluminum
(Al)
2.20
0.0001 -
29
Mangan
(Mn)
0.10
ttd
ttd
Ttd
Bakteri
30
Fecal Coli
MPN/gr
1000
31
Salmonell
sp
MPN/4
gr
40
Tabel 6.
Data dan analisis kualitas kompos dari sampah rumah tangga UDPK
(sistem Windrow)
Data sekunder
No Parameter SatuMin Maks
1
2*
3*
4
5
6
7*
an
Kadar air
36.5
1
%
50
53.55 25.28 20.11 54.00 16.34
12.86
6
Temperatur
Suhu
o
2
C
air
tanih
Warna
Kehita
3
man
Bau
Berba
4
u
tanah
Ukuran
5
mm 0.55 25
partikel
Kemampua
6
%
58
n ikat air
7 pH
6.80 7,49
6.7
6.72 7.37 6.95
8 Bahan asing
%
1,5
Unsur
makro
Bahan
9
%
27
58
organik
10 Nitrogen
%
0.40
1.04
0.6
0.5
0.90 1.25 0.93 0.425
11 Karbon
%
9.80 32
10.16 18.24 14.91 9.42 18.46 17.54 17.99
Phospor
12
%
0.10
0.99 1.34 0.30 0.42 1.16 1.62 0.88
(P2 O5)
32.6 23.07
13 C/N rasio
%
10
20
26.03 23.14 10
15
19
Kalium
14
%
0.20
0.28
0.17 1.57 0.30
(K2 O)
mg/kg
15 As
13
mg/kg
16 Cd
3
mg/kg
17 Co
34
mg/kg
18 Cr
210
mg/kg
19 Cu
100
104
0
0
178
78
99
0
mg/kg
20 Hg
0.80
mg/kg
21 Ni
62
mg/kg
22 Pb
150
mg/kg
23 Se
2
mg/kg
24 Zn
500
248
502
411 440
Unsur lain
25 Ca
%
25.50 2.02 9.34 18.87 2.31 2.53 4.27 13.49
26 Mg
%
0.60 0.19 0.16 0.15 0.23 0.46 0.25 0.12
0.0018 0.0024 0.0018
27 Fe
%
2.00 0.0016
28 Al
%
2.20 0.32
0
0
2.72
4
3.4
0
29 Mn
%
0.10 0.06
0.04 0.08 0.08
Bakteri
30 Fecal Coli
MPN/gr 1000
Salmonell sp MPN/4
31
3
gr
1-3
4
5
: UDPK Jagakarsa
: UDPK Sunter
: UDPK Cipinang
6-8
9
10
11
Y = Ya
8*
10
11
12*
7.19 7.75
8.14
Analisis
Y
T
0.99
17.18 26.03
0.80 1.57
1.40
1.34
232
166
103
768
1521
269
7.94
0.94
0
-
1.78
Y
Y
Y
Y
Y
: UDPK Cipedak
: UDPK Utan Panjang
: UDPK : Kebon Melati
: UDPK Petamburan
memenuhi standar kompos, T = Tidak
41
42
Unsur makro
Kadar C/N rasio secara umum
rendah kurang dari minimal 10 %
yang disya-ratkan. Hal ini juga dapat
dilihat dari beberapa data yang
menunjukkan Nitrogen relatif rendah
Kadar
Phospor
relatif
rendah
dibandingkan
dengan
standar
minimum 0.1 % yang disyaratkan
Unsur makro lain antara lain Kalium
(K2 O) juga relatif rendah kurang
dari standar minimum 0.2%
d. Unsur mikro
Adanya parameter logam berat Co,
Cr, Ni, Pb, Cu dan Zn pada kompos
menandakan bahwa sampah bahan
kompos belum terpilah dengan baik,
sehingga terkontaminasi oleh logam
berat yang berbahaya bila kompos
digunakan pada tanaman pangan
e. Unsur lain seperti Magnesium
umumnya memenuhi, namun masih
ada yang melampaui standar yang
disyaratkan
f. Kualitas kompos secara bilogis
mengindikasikan adanya pencemaran biologis dengan indikator fecal
coliform
KESIMPULAN
Kualitas kompos dari sampah secara
umum belum memenuhi standar kualitas
kompos yang disyaratkan dalam SNI 197030-2004. Dari aspek fisik, kompos
bersifat basa dan kadar air tinggi. Dari
kandungan kimia C/N, Pospor dan
Kalium rendah. Kompos juga tercemar
oleh logam berat dan bakteri Coli.
Kompos dari sampah harus ditingkatkan
kualitasnya supaya dapat menghasilkan
kualitas kompos yang baik dan
memenuhi Standar.
REKOMENDASI
Kompos dapat ditingkatkan kualitasnya
dengan:
Pemilahan yang baik, pemisahan
bahan organik yang akan dikomposkan dengan sumber pencemar
biologis/logam berat
Jurnal Permukiman Vol. 3 No. 1 Mei 2008
DAFTAR PUSTAKA
1. Rafei, Budi Setiawan, Feasibility
43
Abstrak
Kajian ini dimaksud untuk melakukan pengembangan kompor minyak bersumbu yang
umum digunakan masyarakat melalui modifikasi bejana minyak dengan pendingin air
untuk meminimasi kemungkinan kompor meledak yang bisa menimbulkan kebakaran,
serta menciptakan prototipe kompor minyak bersumbu yang hemat energi. Hemat
energi disini dilakukan dengan cara menghitung efisiensi kompor untuk mengetahui
seberapa besar energi panas pembakaran minyak dapat dialihkan secara berguna
kepada beban masak. Dengan demikian diusahakan sebanyak mungkin panas dialihkan
hingga mencapai efisiensi maksimum. Kondisi ini dicapai apabila tingkat efisiensi lebih
dari 50 %, dan energi yang terbuang tidak tertumpuk pada kompor. Kompor aman
kebakaran dan hemat energi ini memiliki keunggulan, yakni hemat pemakaian minyak
tanah dengan nilai efisiensi 65,35 %, aman terhadap bahaya kebakaran dengan
temperatur minyak 34,88C dan temperatur permukaan bejana minyak 39,94C dapat
memanfaatkan bahan limbah kaleng bekas, atau 100 % menggunakan bahan lokal.
Disamping itu jenis kompor ini ternyata memenuhi persyaratan SNI 12-3745-1999
tentang kompor minyak tanah bersumbu.
bejana minyak,
temperatur bejana,
Abstract
This investigate aimed at developing a wicked-type oil stove commonly used by people
through the modification of oil container with water as a cooling media to minimize the
possible stove which is more energy efficient. Energy efficiency was determined by
calculating to what extent the heat energy of the oil combustion can be utilized against
cooking load at the maximum efficiency. This condition can be achieved when the level
of efficiency exceed 50 % and the energy was not accumulated in the stove. The firesafe and energy efficient stove, as it was named, has several advantages, namely less
oil consumption with the efficiency level of 65.35 %, safe against fire hazard, since the
oil temperature can be kept at 34.88C while the surface temperature of oil container
was 39.94C. The stove can also be made by utilizing solid waste materials such as
used tins or containers, or even 100 % of local materials. Besides, such stove was
proven to be in conformity with the SNI 12-3745-1999 cocerning standard of a wickedtype oil stove.
15
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permasalahan
Dalam penelitian ini,penulis mengidentifikasi dua permasalahan, sebagai
berikut :
Pertama, minyak tanah sebagai salah
satu sumber daya alam yang tidak
dapat
diperbaharui
atau
tidak
terbarukan, usaha eksploitasi minyak
secara besar-besaran akan mengakibatkan berkurangnya cadangan minyak di
perut bumi. Di satu sisi penggunaan
minyak terus meningkat, sementara
sumber energi lain masih terbatas. Hal
ini tentu akan mengakibatkan krisis
minyak
yang
berkepanjangan.
Berdasarkan kondisi diatas, sudah
barang
tentu
diperlukan
upaya
konservasi energi dengan menekan laju
penggunaan minyak tanah. Namun
penekanan laju penggunaan minyak
tanah perlu juga diimbangi dengan
upaya-upaya penanggulangan yang
lain, seperti program-program yang
sifatnya
menambah
atau
mempertahankan
tingkat
suplai
(sediaan) minyak tanah. Realisasi dari
upaya pengoptimalan konservasi energi
yang tersimpan pada bahan bakar
tersebut ialah dengan menaikkan
efisiensi penggunaan minyak tanah
pada kompor sebagai alat memasak,
harus dilakukan modifikasi sedemikian
rupa, sehingga bisa menghemat energi
dan mempercepat proses pembakaran.
Akhir-akhir ini Pemerintah sedang
gencar
menggalakkan
pemakaian
kompor gas dan menarik peredaran
Kajian Kinerja Kompor .... (Achmad H.E.)
Tujuan Penelitian
TINJAUAN TEORITIS
Pengertian Umum Kompor
Dalam penelitian ini, yang dimaksud
dengan kompor adalah kompor minyak
tidak bertekanan, bahan bakar minyak
tanah mengalir secara kapiler melalui
sumbu kompor yang umumnya terbuat
dari benang katun.[1]
Pengertian lain tentang kompor adalah
kompor minyak tanah bersumbu satu
atau lebih yang mempergunakan
17
minyak tanah
bertekanan.[2]
dalam
bejana
tidak
Pengertian
Kompor
Aman
Kebakaran dan Hemat Energi
Kompor aman kebakaran dan hemat
energi
adalah
kompor
minyak
bersumbu tidak bertekanan, dengan
modifikasi bejana air sebagai pendingin
diatas bejana minyak, sedangkan
efisiensi disini adalah besarnya energi
panas pembakaran minyak dialihkan
secara berguna kepada beban masak.
[3]
Proses
Kompor
Pembakaran
pada
1. Ruang Bakar
Ruangan dimana uap minyak
dibakar dengan bantuan oksigen
yang berasal dari udara, dengan
bentuk umum persamaan reaksi
pembakaran
adalah
sebagai
berikut:
Minyak Tanah + x Udara (21% O2;
79% N2) y CO2 + z H2O+ u SO2 +
V (Udara sisa) x,y,z,u dan v masingmasing adalah koefisien reaksi.
Nyala api biru menandakan bahwa
reaksi
pembakaran
terjadi
optimum. Hal ini terjadi pada reaksi
kimia antara minyak dan oksigen
pada komposisi yang cukup (reaksi
stoichiometri) pada
temperatur
bakar tertentu, yang sangat tinggi
(>1000C). Nyala api merah
menandakan pembakaran tidak
sempurna, menyebabkan kemungkinan ada sebagian uap minyak yang
tidak terbakar (pemborosan), juga
timbulnya lingkungan yang kotor
(asap).
Pembakaran minyak perlu dikendalikan dengan mekanisme pengaturan
jumlah
volume minyak yang
diumpan
sesuai
kebutuhan,
sehingga kompor dapat dicirikan
dengan daya maksimum-minimum
tertentu.
2. Sumbu
Sumbu kompor terbuat dari untaian
benang katun atau bahan lain yang
mudah meresap minyak tanah
secara kapiler. Bahan sumbu yang
terbuat
dari
benang
sintetis
Kajian Kinerja Kompor .... (Achmad H.E.)
19
Efisiensi Kompor
=
Efisiensi ( % );
W
=
Massa benda (kg);
qt
=
Panas
spesifik
benda
muatan pada temperatur
pembakaran t (kJ/kg)
Mf
=
Jumlah
bahan
bakar
terpakai (kg);
Cf
=
Nilai kalor bahan bakar
(kJ/kg); karena: qt = C ( t
t0 )
W . C ( t - t0)
maka : = ------------------------ .......( 2 )
Mf . Cf
dimana :
t = Temperatur akhir benda (C)
t0 = Temperatur awal benda (C).
Mf . Cf
.. ( 6)
Metode Penelitian
Metode
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini,
adalah
metode
eksperimental.
Data
hasil
uji
laboratorium sebagai variabel penelitian
terdiri dari uji temperatur minyak
tanah, uji temperatur permukaan
bejana dan selubung kompor, uji
ketebalan
bejana
minyak,
uji
pengungkit (pengatur) sumbu dan
penjepit sumbu (silinder dalam), uji
kestabilan konstruksi kompor, uji warna
nyala api dan uji efisiensi.
Bahan
Dalam
penelitian
kompor
aman
kebakaran dan hemat energi ini, bahan
yang digunakan adalah sebagai berikut:
dimana :
W1
T 2 T1
C
W 1 W2
Rt
Mf
Cf
=
=
=
=
=
21
dibandingkan dengan
kompor dari
berbagai jenis yang umum digunakan
masyarakat dan dijual dipasaran.
Lingkup Penelitian
Lingkup bahasan dalam penelitian ini,
yaitu :
1. Kompor minyak tanah bersumbu
20, tanpa tekanan;
2. Pengujian temperatur minyak;
3. Pengujian temperatur permukaan
kompor;
4. Pengujian tebal bejana minyak;
5. Pengujian pengungkit (pengatur)
sumbu dan pemegang sumbu
(silinder dalam);
6. Pengujian kestabilan konstruksi
kompor;
7. Pengujian warna nyala api;
8. Pengujian efisiensi yang diperoleh
dari perbandingan antara besarnya
kalori
yang
dihasilkan
oleh
pemakaian kompor per jam dengan
besarnya kalori teoritis dari minyak
tanah yang digunakan oleh kompor
per jam (kilo kalori/jam) yang
dinyatakan dalam %. Efisiensi yang
tinggi menunjukkan bahwa dengan
mengggunakan minyak tanah yang
relatif sedikit, diperoleh kalori yang
tinggi.
No Komponen
Sarangan
(silinder
bakar) luar
0,54
Sarangan
(silinder
bakar)
dalam
0,54
3.
Jarak
sarangan
luar dan
dalam
15
4.
Dudukan
sumbu
0,41
138,13
60
1.
2.
135
110
5.
Pelindung
sumbu
(silinder
luar)
0,41
10,25
50
6.
Penjepit
sumbu
(silinder
dalam)
0,41
6,07
60
7.
Selubung
kompor
0,35
220
180
8.
Bejana
minyak
0,56
265
150
9.
Bejana air
0,54
L230D150
42,5
10.
Pemadam
api
0,38
125
65
Sumber
Hasil Penelitian
Permukiman 2006.
Pusat
Litbang
Tabel 2.
Spesifikasi rata-rata kompor
masyarakat
No
Komponen
1.
Sarangan
(silinder
bakar) luar
0,45
106,4
104,4
2.
Sarangan
(silinder
bakar) dalam
0,45
105,4
100,4
3.
Selubung
kompor
0,44
131,6
105,4
4.
Bejana minyak
0,37
285
95
95
Sumber
Litbang
23
24
Percobaan Laboratorium
Percobaan
laboratorium
dilakukan
terhadap kompor aman kebakaran dan
hemat energi serta kompor yang umum
digunakan masyarakat dan beredar
dipasaran, sebelum dilakukan pengujian
kinerja, terlebih dahulu sumbu-sumbu
kompor diratakan pada posisi terendah,
ujung-ujung sumbu distel rata dengan
ujung
atas
pipa
silinder
luar.
Selanjutnya pengujian kinerja kompor
dilakukan sebagai berikut :
1. Uji temperatur minyak tanah
Uji temperatur minyak dilakukan
dengan memasang termokopel
kedalam bejana minyak (tidak
menempel pada bejana) dan
dihubungkan
ke
thermodac.
Kompor dinyalakan dengan api
besar tetapi masih memberikan
nyala api biru selama 5 jam,
temperatur dicatat oleh thermodac
setiap 15 menit hingga minyak
dalam bejana tersisa sekitar 10 %.
Temperatur minyak pada saat
tersisa 10 % tidak melebihi 50C.
2. Uji temperatur permukaan kompor
Uji temperatur permukaan kompor
yang sering terpegang
yaitu
permukaan bejana minyak dan
selubung
kompor,
dilakukan
dengan pengelasan termokopel
pada bagian luar bejana minyak
dan
selubung
kompor
dan
dihubungkan
ke
thermodac.
Kompor dinyalakan dengan api
besar tetapi masih memberikan
nyala api biru selama 5 jam,
temperatur dicatat oleh thermodac
setiap 15 menit. Temperatur
tertinggi pada permukaan bejana
minyak tidak melebihi 80C dan
temperatur tertinggi pada selubung
kompor tidak melebihi 94C,
kecuali silinder bakar.
method),
yaitu
sejumlah
air
dipanaskan
untuk
interval
temperatur tertentu,
dilakukan
berulang-ulang kemudian harga
reratanya
diambil.
Pengujian
dengan mendidihkan air tersebut
adalah sebagai berikut :
Nyalakan kompor dengan posisi
nyala api biru penuh, diamkan
selama 10 menit hingga 15
menit, untuk pemanasan;
Timbang kompor kosong dan
berisi minyak;
Timbang panci kosong dan
panci berisi air dengan isi 2/3,
kemudian catat temperatur
awal air dingin;
Tempatkan panci berisi air
diatas kompor dan jalankan
thermodac (pencatat temperatur);
Setelah air mendidih, catat
waktu yang diperlukan untuk
mendidihkan air;
Kemudian
kompor
berikut
minyak setelah digunakan,
ditimbang lagi, begitu juga
panci berikut air mendidih
ditimbang kembali;
Uji efisiensi setiap kompor
dilakukan minimum tiga kali
dengan panci tertutup.
26
Tabel 3.
Hasil uji temperatur
KetentuKompor
Kompor an SNI
Masyara
No Jenis uji
AHE 12-3745kat
1995
1. Temperatur 50,17 C 34,88C 50C
minyak
2.
3.
4.
Temperatur
83,64C
Permukaan
Bejana air
Sumber : Hasil Penelitian Pusat
Permukiman 2006.
Litbang
Tabel 4.
Hasil uji ketebalan bejana,
pengungkit, penjepit sumbu dan
kestabilan konstruksi kompor
No Jenis uji
1. Ketebalan
bejana
rata-rata
(mm)
2. Pengungkit
dan
penjepit
sumbu
Kompor
Masyarakat
Kompor
AHE
0,37 mm
0,56 mm
Naik-turun
sumbu lancar,
dan sumbu
tidak
Lepas.
3. Kestabilan Dapat
Konstruksi dimiringkan 15
bejana
derajat ke
segala arah
dan minyak
tidak tumpah.
Naik-turun
sumbu lancar,
dan sumbu tidak
Lepas.
Dapat
dimiringkan 15
derajat ke
segala arah dan
minyak tidak
tumpah.
Tabel 5.
Hasil uji nyala api
Jenis uji
1.
Warna
api
2.
nyala
Kompor
Masyarakat
Biru
Kestabilan
Api maksimum Biru
3.
Kestabilan
Api setengah Biru
maksimum
4.
Kompor
AHE
Biru
Biru
Biru
Tabel 6.
Hasil uji erffisiensi kompor
Jenis
uji
1.
Efisiensi
kompor
Sumber
Kompor Kompor
Masyaraka
AHE
t
(%)
(%)
41,90
65,35
Litbang
PERBEDAAN
TEMPERATUR
MINYAK
ANTARA
PERBEDAAN
TEMPERATUR MINYAK
ANTARA
KOMPOR MASYARAKAT DENGAN KOMPOR AHE
60
50.17
50
40
34.88
30
1
20
2
10
0
1 Kompor
Masyarakat
1 Kompor
Masyarakat
39.94
40
35
30
25
20
15
10
5
1 Kompor Masyarakat
Tidak
Tidak
menjalar
menjalar
Hasil Penelitian Pusat Litbang
Permukiman 2006
No.
46.30
45
Penjalaran ke
Bagian lain
Sumber
50
TEMPERATUR (derajat celsius)
No.
22 Kompor
AHE
Kompor AHE
2 Kompor AHE
PEMBAHASAN
Pembahasan
hasil
uji
kompor
masyarakat
dan
kompor
aman
kebakaran
dan
hemat
energi
sebagaimana terdapat pada tabel 3
hingga tabel 6, sebagai berikut :
Temperatur minyak pada sepuluh buah
kompor yang umum digunakan oleh
masyarakat diperoleh hasil rata-rata
sebesar 50,17C, sedangkan kompor
aman kebakaran dan hemat energi
dengan
jumlah
sepuluh
sampel
diperoleh hasil rata-rata temperatur
minyak sebesar 34,88C. Kompor yang
umum digunakan oleh masyarakat
berdasarkan hasil pengujian, umumnya
hampir memenuhi Standar Nasional
Indonesia (SNI) 12-3745-1995 dengan
kelebihan
temperatur
0,17C,
sedangkan kompor aman kebakaran
dan hemat energi sesuai hasil
pengujian memenuhi syarat SNI 123745-1995 (<50C).
Temperatur permukaan bejana minyak
pada kompor masyarakat diperoleh
hasil rata-rata 46,30C sedangkan pada
kompor aman kebakaran dan hemat
energi, diperoleh rata-rata 39,94C.
Kedua jenis kompor tersebut memenuhi
kriteria SNI 12-3745-1995 (temperatur
27
KESIMPULAN
1. Kompor
aman
kebakaran dan
hemat energi, memiliki rata-rata
temperatur minyak lebih kecil dari
50C, yaitu sebesar 34,88C.
2. Kompor
aman
kebakaran dan
hemat energi, memiliki rata-rata
temperatur
permukaan
bejana
minyak sebesar 39,94C.
3. Kompor
aman
kebakaran dan
hemat energi, memiliki temperatur
rata-rata selubung kompor sebesar
Jurnal Permukiman Vol. 3 No. 1 Mei 2008
73,80C.
4. Kompor
aman
kebakaran dan
hemat energi memiliki rata-rata
temperatur bejana air sebesar
83,64C.
5. 5.
Panas
yang
terbuang
pada
kompor aman kebakaran
dan hemat energi diserap oleh air,
terbukti dengan tingginya nilai ratarata temperatur bejana air.
6. Kompor
aman
kebakaran dan
hemat energi memiliki ketebalan
bejana rata-rata 0,56 mm, dan
pengungkit serta penjepit sumbu
(silinder dalam), naik-turunnya
sumbu lancar serta tidak terdapat
sumbu yang terlepas ke dalam
bejana minyak.
7. Kompor
aman
kebakaran dan
hemat energi memiliki kestabilan
konstruksi, saat
dimiringkan 15
derajat ke segala arah dan tidak
terdapat tumpahan minyak tanah.
8. Kompor
aman
kebakaran dan
hemat energi memiliki warna api
biru.
9. Kompor
aman
kebakaran dan
hemat
energi,
memiliki
nilai
efisiensi tinggi, yaitu 65,35 %.
10. Kompor
aman
kebakaran dan
hemat energi tidak berasap pada
saat dipadamkan.
11. Kompor
aman
kebakaran dan
hemat
energi
memenuhi
persyaratan
Standar
Nasional
Indonesia
(SNI)
12-3754-1995
tentang kompor minyak tanah
bersumbu.
DAFTAR PUSTAKA
1.
1991.
Manual
Pengoperasi-an dan Pembuatan
Kompor Hemat Energi, Pusat
Supriyatno
2.
3.
4.
5.
6.
Standar
Nasional
Indonesia
12-3745-1995. Kompor Minyak
Tanah Bersumbu, Dewan Standar
Nasional. hal. 1.
Amiarti, Neneng, 1993, Pengukuran
Efisiensi Tungku Kayu Bakar dan
Kompor Minyak Tanah, Skripsi,
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA,
Universitas Pajajaran, Bandung, hal.
5.
Supriyatno, Drs., Studi Karakterisasi
Analisis
Termodinamika
dalam
Sistem Proses dan Termal, Bandung,
1989, hal.1.
Supriyatno, Drs.,et.al., Pengembangan Kompor Hemat Energi, Pusat
Litbang Fisika Terapan LIPI,
Bandung, t.th., hlm. 1.
Supriyatno 1991.Manual Pengoperasi-
8.
9.
7.
29
Abstrak
Salah satu bentuk hunian tradisional Papua yang cukup dikenal adalah honei. Bentuk
honei seolah mewakili bentuk rumah tradisional Papua, namun sebenarnya terdapat
beragam bentuk hunian tradisional di Papua. Honei pada umumnya terdapat di daerah
pegunungan maupun perbukitan yang berhawa dingin. Salah satu contoh yang akan
dibahas adalah honei di distrik Pasema, kabupaten Yahukimo. Kondisi honei, sangat jauh
dari persyaratan kesehatan, terutama karena kurangnya ventilasi dan asap yang
ditimbulkan akibat penggunaan tungku untuk menghangatkan ruang. Untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat maka salah satu cara yang dilakukan adalah dengan
membangun model honei sehat. Banyak upaya pembangunan model hunian honei sehat
namun hingga saat ini belum dikembangkan oleh masyarakat karena model yang
ditawarkan tidak menyelesaikan permasalahan budaya berhuni yang sebenarnya. Dengan
melalui metoda CAP dapat diketahui keinginan, dan kemampuan masyarakat dalam
membangun sekaligus memberikan peningkatan kemampuan untuk meningkatkan
kualitas hunian agar lebih sehat. Melihat kondisi distrik Pasema, maka HOMESE (Honei
Menuju Sehat) merupakan cara penanganan yang paling sesuai saat ini. Dasar
pertimbangan yang digunakan adalah kemampuan teknis, ketersediaan bahan bangunan,
kondisi geografis, iklim, cuaca, dan budaya masyarakat.
Honei is a popular name for Papua shelter although not of Papua house is honei. Honei
founds in a hilly or mountainous area. This type is a respond to cold climate, available
material and local culture. The unhealthy condition of local honai is caused by insufficient
ventilation, smoke from fireplace located in the centre as room heater. Homese
abreviation from Honei Menuju Sehat is a typical of honei that developed in Pasema
district. This model is a result through CAP (community Action Plan) prepared together
with local community. Considered to the technical capability of local community, available
building material, geografic condition, climate, weather, and local culture, the appropriate
model applied in Pasema District is homese.
55
KAJIAN PUSTAKA
Kabupaten Yahukimo di Provinsi Papua,
dibentuk berdasarkan UU No. 26 tahun
2002, dan merupakan hasil pemekaran
dari kabupaten Jayawijaya. Nama
Yahukimo merupakan singkatan dari
Yali, Hubla, Kimyal dan Momuna, yaitu
suku-suku terbesar yang terdapat di
kabupaten tersebut. Luas kabupaten
Yahukimo 17,152KM2, beriklim tropis
basah dengan topografi bervariasi, dari
berbukit-bukit hingga pegunungan dan
56
Tempat
batu
Bakar
Denah dan
Tampak Depan
honei di Pasema
Perapian
dalam honei
Rumput halus
Tanah Dasar
A
Gambar 1. Sketsa Honei asli
Sarana Prasarana
Prasarana lain yang terdapat di distrik
Pasema adalah SD kantor kepala Distrik,
bangunan
ibadat,
dan
landasan
pesawat.
Di distrik Pasema belum tersedia
jaringan listrik, sedangkan sumber air
bersih diperoleh dari mata air, dan saat
ini telah tersedia bak penampung air
bersih yang disalurkan ke MCK umum
melalui selang plastik berserat.
Sistem Pengelompokkan
Di distrik Pasema terdapat dua suku,
yaitu suku Nayak dan suku Ngalik.
Kedua suku ini merupakan suku yang
saling bersahabat. Dalam hal tatanan
kelompok
hunian,
tidak
terdapat
perbedaan yang dapat dilihat secara
kasat mata diantara kedua suku ini,
khususnya dalam hal bentuk honei,
organisasi ruang dan kebiasaan berhuni.
Terdapat perbedaan dalam sistem
pengelompokkan honei antara suku
Ngalik, dan Nayak terhadap suku Dani
yang sangat jelas. Sistem compound
yang biasa disebut silimo dalam istilah
suku Dani, tidak terdapat pada
kelompok hunian suku Nayak maupun
suku Ngalik. Compound bagi masyarakat
distrik Pasema adalah satuan kelompok
kekerabatan, yang terdapat dalam
seluruh wilayah kampung, atau distrik.
Tidak ada batas pagar (leged) yang
menggambarkan kesatuan keluarga dan
bangunan pendukungnya.
Honei di Tolikara dihuni oleh keluarga
batih, sehingga tidak terdapat honei laki,
maupun honei perempuan, sedangkan
honei perempuan di distrik Walesi
mempunyai bentuk lonjong, walaupun
letaknya terpisah dengan honei laki.
Dengan mengenal berbagai jenis honei
yang terdapat di perbukitan Papua,
dapat diketahui secara lebih jelas bahwa
setiap suku memiliki perbedaan, baik
dalam sistem kekerabatan, fungsi dan
penggunaan
ruang
maupun
pengelompokkan bangunan. Hal ini
menunjukkan bahwa penanganan honei
harus dilakukan secara spesifik pada tiap
honei.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menerapkan metoda uji
coba skala penuh dan menggunakan
metoda CAP (community action plan).
57
58
Konsep Rancangan
Konsep rancangan HOMESE, didasarkan
pada
pemikiran
akan
potensi,
kemampuan dan budaya lokal. Konsep
ini merupakan tahap transisi sebelum
mampu tinggal di HOSE (Honei Sehat)
Konsep dasar HOMESE adalah :
a) Meningkatkan kemampuan teknik
membangun
pada
masyarakat
setempat.
Teknik membangun honei yang
dilakukan masyarakat Yahukimo,
selama ini telah teruji dan telah
dipelajari secara turun temurun
untuk dapat menyikapi kondisi alam,
iklim dan geografi. Walaupun masih
tergolong teknik sederhana, namun
dapat ditingkatkan secara bertahap.
b) Bahan bangunan setempat.
Bahan bangunan yang digunakan
Homese Upaya Meningkatkan ... (Sri Astuti )
Skala bangunan
Dimensi radius lingkaran
Ventilasi silang
Bukaan jendela
Tampak Luar
Tampak Dalam
Gambar Potongan :
Ruang untuksirkulasi
asap dan Perangkap
suhu Hangat
Lantaiatas berfungsi
tempat tidur lapis
kedap asap
Suhu hangat
Asap
keluar
Asap
keluar
Suhu hangat
Suhu hangat
Penutup
Plapon
kedap
asap
Cerobong asap
Tempat api lapis
tanah liat
f)
60
HOMESE
dalam
rancangan
ini
merupakan satuan honei yang terdiri
dari 1 (satu) unit honei dan 1 (satu) unit
MCK.
Diameter model HOMESE yang telah
dibangun di distrik Pasema adalah 6M,
terdiri dari 2 lantai. Lantai 1 disebut
silama dan lantai 2 disebut heinapu.
Model Homese dibangun bersama
masyarakat, dan
akan digunakan
sebagai honei adat. Fungsi honei adat
adalah untuk melakukan pertemuan
para kepala suku dari seluruh Papua.
Selain itu honei ini, dengan daya
tampung sekitar 100-300 orang, akan
digunakan untuk tempat menginap
masyarakat dusun lain yang berkunjung
ke distrik Pasema. Hal ini menunjukkan
bahwa HOMESE dapat diterima oleh
masyarakat.
Model honei, dilengkapi dengan MCK
dan penyediaan air bersih. Penerimaan
masyarakat mengenai hal ini belum
diuji, karena belum dapat diketahui,
sejauh
mana
masyarakat
dapat
menerima penggunaan sarana ini.
Papan diikat dengan
tali rotan
61
3.00
480.0
Papan cerobong
Daun pintu papan kayu
60.0
20.00
Penutup Plapon anyaman rumput
Rangka plapon dim. 4-6 cm
32.0
30.0
Walin/ rotan dim. 4 cm
Papan kayu/ Howat 3/20
150.0
40.0
20.0
MT
MT
35.0
58.0
36.0
TAMPAK POTONGAN
Skala 1 : 50
62
Kesimpulan
Dari sisi hunian maka HOMESE pada
dasarnya
dapat
digunakan
untuk
penanganan sementara, pembangunan
honei di distrik Pasema karena
mempertimbangkan hal berikut :
1. Mempertahankan tungku api untuk
menghangatkan ruangan dengan
menambah cerobong asap sampai
ke batas plafond.
2. Menciptakan ruang sirkulasi asap
dan perangkap suhu hangat.
63
Saran
Perubahan desain dengan aplikasi model
HOMESE di lapangan
1. HOMESE yang dibangun di lokasi
menggunakan papan cacah yang
dimensinya tidak terukur sedangkan
pada desain ukuran papan 2/20.
2. Peletakan tangga satu poros dengan
pintu dirubah dekat dengan pintu
atas dasar pertimbangan keselamatan apabila terjadi kebakaran.
3. Tiang 4 di tengah honei (heseke)
pada bagian yang terletak diatas
atap honei tidak diikat menjadi satu
simpul.
4. Rangka
atap
menumpu
pada
dinding, sedangkan pada honei asli,
rangka atap menumpu pada tiang
luar / wonok.
5. Langkah selanjutnya yang harus
dilakukan adalah memperkenalkan
bentuk baru honei sehat yang masih
memperhatikan kebiasaan hidup
sehari-hari seperti
cara tidur,
berkumpul dan bersosialisasi di
dalam huniannya.
6. Untuk menunjang kesehatan tinggal,
maka model honei sehat ini
mengupayakan adanya sirkulasi
udara dan penghawaan di lantai 2.
7. Bentuk dasar bangunan adalah
bangunan bersegi 12, dengan atap
bulat sesuai dengan bentuk aslinya.
Bahan bangunan kayu yang semula
menggunakan kayu cacah, diganti
dengan kayu gergaji.
8. Pemilihan bentuk segi 12 adalah
agar bentuk lingkaran masih dapat
Jurnal Permukiman Vol. 3 No. 1 Mei 2008
9.
10.
11.
12.
13.
POTONGAN B
POTONGAN A
TAMPAK DEPAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Agus Kaviar dkk, 1986. Arsitektur
Tradisional daerah Irian Jaya.
Departemen P dan K, Jakarta.
2. Pusat Litbang Permukiman, 2006.
Laporan Final Revitalisasi Fungsi
Kawasan Bernilai Historis Budaya.
Departemen PU.
DENAH
TAMPAK ATAS
65