Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah
Laporan Fisio Mastikasi Dan Refleks Muntah
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan berjudul Laporan Praktikum
Fisiologi Mastikasi dan Refleks Muntah. Laporan ini disusun untuk memenuhi
tugas praktikum fisiologi blok sistem stogmatonasi 2 Fakulas Kedokteran Gigi
Universitas Jember .
Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. drg.Suhartini,
M.Biotech
selaku
dosen
pembimbing
Jember
,memberi
yang
telah
masukan
dan
yang
membantu
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. 1
Daftar isi............................................................................................................ 2
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................... 3
BAB 2. HASIL PENGAMATAN..................................................................... 7
BAB 3. PEMBAHASAN.................................................................................. 11
BAB 4. KESIMPULAN.................................................................................... 14
Daftar Pustaka................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Landasan Teori
Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila
dan mandibula, yang terjadi selama pergerakan Mandibula dan berakhir
dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi terjadi karena
adanya interaksi antara Dental system, Secara teoritis, oklusi didefinisikan
sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling berhadapan secara langsung
(tanpa perantara) dalam suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua
komponen sistem stomato-gnatik terhadap permukaan gigi-geligi yang
berkontak dalam keadaan berfungsi.
1.1.1
a.
baik atau normal, bila hubungan antara kontak geligi bawah dan geligi atas
memberikan tekanan yang seimbang pada kedua rahang, baik dalam
kedudukan sentrik maupun eksentrik.
b.
Oklusi morfologis
oklusi morfologik (morphologic occlusion) yang penganutnya menilai
Oklusi dinamis
oklusi dinamik/individual/fungsional (dinamic)/individual/functional
occlusion). Oklusi yang baik atau normal harus dilihat dari segi keserasian
antara komponen-komponen yang berperan dalam proses terjadinya
kontak antar geligi tadi. Komponen-komponen ini antara lain ialah geligi
dan jaringan ini antara lain ialah geligi dan jaringan penyangganya, otototot mastikasi dan sistem neuromuskularnya, serta sendi temporo
mandibula. Bila semua struktur tersebut berada dalam keadaan sehat dan
Jenis-Jenis Oklusi
a.
dan rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah
kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik). Pada oklusi
statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior (premolar) berada
pada posisi cusp to marginal ridge dan cusp fungsional gigi molar pada
posisi cusp to fossa. Sedang pada hubungan gigi anterior dapat ditentukan
jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam satuan milimeter
(mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi
incisivus RA terhadap bidang labial gigi insisivus pertama RB. Dan tinggi
gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara incisal edge RB sampai incisal
edge RA.
2.
pada waktu mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada
dalam posisi bilateral simetris di dalam fossanya. Sentris atau tidaknya
posisi mandibula ini sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh
kontak antara gigi pada saat pertama berkontak. Keadaan ini akan mudah
berubah bila terdapat gigi supra posisi ataupun overhanging restoration.
1.1.3
keadaan kontak ini gigi-geligi dalam keadaan ICP atau dapat dikatakan
bahwa ICP berada pada posisi RCP.
Jarak Inter-Oklusal, Jarak antara oklusal premolar RA dan RB
dalam keadaan istirahat, rileks dan posisi tegak lurus. Pada keadaan ini
otot-otot pengunyahan dalam keadaan istirahat, hal ini menunjukan
otot-otot kelompok elevator dan depresor tonus dan kontraksinya dalam
keadaan seimbang, dan kondili dalam keadaan netral atau tidak tegang.
Posisi ini dianggap konstan untuk tiap individu.
1.1.5
Variasi genetik
Kebiasaan
Trauma
BAB II
HASIL PERCOBAAN
2.1
2.1.1
Pengunyahan
a. Kekuatan Gigit Maksimal
Jenis kelamin
orang coba
Kedalaman gigit
Kanan
Kiri
0,3 cm
0,2 cm
0,7 cm
0,5 cm
O,5 cm
1 cm
0,8 cm
0,8 cm
0,5 cm
0,7 cm
0,4 cm
0,3 cm
gigi
Insisiv pertama
Kaninus
Molar Pertama
Insisiv pertama
Kaninus
Molar pertama
Perempuan
Laki-laki
b. Efisiensi Kunyah
Perhitungan efisiensi kunyah
Pengunyahan 20 kali
NA = (N+S) S
= 25,12 11,52
= 13,6
=
NA
berat nasi sebelum dikunyah
x 100% =
13,6
9,39
x 100% =
14,18
x
9,39
100%= 144,83%
Pengunyahan 15 kali
NA = (N+S) S
= 25,7 11,52
= 14,18
=
NA
berat nasi sebelum dikunyah
100%= 151,01%
Pengunyahan 10 kali
NA = (N+S) S
= 24,9 11,52
= 13,38
=
NA
berat nasi sebelum dikunyah
x 100% =
13,38
x
9,39
100%= 142,49%
Efisiensi kunyah
Jenis kelamin
orang coba
20 kali
15 kali
10 kali
Perempuan
144,83%
151,01%
142,49%
Perempuan
Perempua
n
Posisi lidah
Bentuk
Ukuran
(normal /
tidak)
warna
Tekstur
Relaksasi
Pipih dan
lebar
Normal
Merah
muda
Lembut
Anterior
Panjang dan
tebal
Menyempit
Lebih
gelap
lembut
Lateral
Panjang tebal
dan
melengkung
Menyempit
Lebih geap
Lembut
Posterior
Melengkung
ke belakang
Lebih kecil
Merah
muda
keunguan
Lebih
kasar
Mengunya
h
Tidak
menentu
Agak
mengecil
Merah
muda
lembut
2.1.2
Pola gerakan
(deskripsikan apakah gerakannya normal atau ada
hambatan)
Perempuan
Dengan pemijatan
Tanp pemijatan
Perempuan
2.1.3
1:2
1:3
Sulit ditelan
karena ukuran
nasi masih
besar
Agak mudah
di telan
Sangat
mudah
ditelan
Ujung lidah
Dorsal lidah
Lateral kiri
Lateral kanan
Anterior
Posterior
Terjadi respon
Posterior palatum
Terjadi respon
Uvula
Tonsil
Terjadi respon
Uvula
Lokasi
Air es
Air hangat
Ujung lidah
Dorsal lidah
Lateral kiri
Lateral kanan
Anterior
Posterior
Terjadi respon
Posterior palatum
Uvula
Tonsil
Tonsil
10
Jenis kelamin
orang coba
Daerah yang di
tetes
Perempuan
Posterior lidah
Laki-laki
Posterior lidah
11
PERTANYAAN
1. Apa ada perbedaan lebar permukaan rongga mulut antara laki-laki dan
perempuan? Jelaskan mengapa?
Jawab : Ada perbedaan lebar permukaan rongga mulut antara laki-laki dan
perempuan. Terdiri dari perbedaan lengkung rahang dimana lengkung
rahang aki-laki lebih besar dari perempuan. Selain itu kebiasaan laki-laki
tertawa terlalu lebar juga mempengaruhi lebar permukaan rongga mulut.
Lengkung rahang juga mempengaruhi faktor local baik oleh gigi geligi
yang menyusun lengkung gigi itu sendiri. Hubungan antar gigi , maupun
gigi antagonisnya lengkung rahang mengekspresikan gabungan antara
ukuran gigi, lidah, bibir dan fungssi gigi otot pipi.
2. Apa perbedaan kekuatan gigit maksimal laki-laki dan perempuan? Jelakan
mengapa?
Jawab : Terdapat perbedaan antara kekuatan gigit maksimal laki-laki dan
perempuan tapi hanya sedikit. Kekuatan gigit maksimal laki-laki sedikit
lebih kuat daripada perempuan. Hal ini terjadi karena otot pengunyahan
laki-laki lebih kuat daripada perempuan.
3. Mangapa makanan ada yang mudah di telan dan ada yang sukar? Jelaskan
mengapa?
Jawab : Karena umumnya makanan yang dimakan banyak yang berbeda
baik dari segi bentuk dan kandungan dalam makanan tersebut. Makanan
yang teksturnya kasar dan mengandung sedikit air akan susah di telan,
sedangkan makanan yang teksturnya halus dan mengandung banyak air
akan lebih mudah ditelan.
4. Mengapa rasa pahi dapat merangsang refleks muntah?
Jawab : Karena rasa pahit dapat merangsang impuls saraf sensorik yang di
teuskan ke otot melalui nervus glossofaringeus. Setelah mencapai otak
rangsangan motoriknya akan di bawa kembali ke nervus vagus untuk
member reflex muntah. Dimana di dalam rongga mulut terdapat saraf
motorik maupun sensorik yang keduanya saling bekerja sama. Hal inilah
12
13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pemeriksaan Oklusi Sentrik
Pada pemeriksaan oklusi sentrik ini orang coba yang berjenis kelamin
perempuan dalam posisi duduk dengan tenang, dengan posisi bidang oklusi sejajar
lantai. Kemudian instruksikan untuk membuka mulut lalu menutupkan mulut
sampai gigi pada kedua rahang saling menyentuh .Lalu mencatat hubungan gig
Pada percobaan ini, kami menggunakan orang coba dengan jenis I posterior
rahang atas terhadap rahang bawah.
Pada orang coba hubungan gigi-geligi posterior adalah pada rahang kiri P1,
P2, M1 dan M2 berkontak dengan pasangannya masing-masing. Sedangkan pada
rahang kiri, P1 atas dengan P2 bawah, P2 atas dengan M1 bawah, M1 atas dengan
M2 bawah dan M2 atas dengan M2 bawah
3.2. Pemeriksaan Relasi Sentrik
Oklusi sentrik
Pada percobaan ini, kami mengukur jarak gigit orang coba yang berjenis
Relasi sentrik
Pada percobaan ini, orang coba diinstruksikan untuk menggerakkan
jarak
oklusal sebagai free way space. Selisih antara dimensi vertical saat gigi geligi
beroklusi dan saat mandibula istirahat disebut freeway space. Range freeway
space normal adalah berkisar 2-4 mm. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan,pada orang coba dengan jenis kelamin perempuan diketahui memiliki
freeway space 4,5 mm. Hal ini dikatakan kurang normal.
3.4. Pemeriksaan Oklusi Senterik (Overbite dan Overjet)
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran overjet dan overbite. Overjet
atau jarak gigit adalah jarak horizontal antara incisal gigi incisivus RA terhadap
bidang labial gigi incisivus pertama RB. Sedangkan Overbite atau tinggi gigit
adalah jarak vertical antara incisal edge RB sampai incisal edge RA. Overbite dan
overjet normal yaitu sekitar 2 4 mm. Berdasarkan percobaan didapatkan overjet
pada orang coba 3, mm. Sedangkan untuk overbite 5 mm sehingga menyebabkan
gigi terlihat lebih maju kedepan.
3.5. Pemeriksaan Oklusi Dinamikn/Artikulasi
Pada posisi duduk dengan tenang, orang coba diminta menggerakan RB ke
lateral sampai didapatkan cusp bukal RA dan RB bersentuhan. Kemudian
instruksikan orang coba untuk melakukan gerakan gerakan RB ke lateral, tentukan
sisi kerja (working side) dan sisi keseimbangan (balancing side). Selanjutnya
tentukan pola oklusinya.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada orang diperoleh data
bahwa oklusi gigi geligi pada sisi kerja terjadi kontak dan oklusi gigi pada sisi
keseimbangannya terjadi kontak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
orang coba pola oklusinya adalah BBO (Bilateral Balanced Occlusion) dimana
15
gigi geligi posterior pada sisi kerja dan sisi keseimbangan, keduanya dalam
keadaan kontak.
.
16
BAB IV
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling
berhadapan secara langsung dalam suatu hubungan-hubungan biologis
yang dinamis antara semua komponen sistem stomatognasi terhadapa
permukaan gigi-geligi yang berkontok dalam keadaan berfungsi.
2. Oklusi dikatakan baik/benar apabila hubungan kontak antara gigi-geligi
pada rahang bawah dan rahang atas memberikan tekanan yang seimbang
pada kedua sisi rahang, baik dalam keadaan sentrik maupun eksentrik.
3. Dikenal 2 macam istilah oklusi yaitu oklusi ideal dan oklusi normal
4. Oklusi normal dikelompokan dalam 2 jenis yaitu oklusi statik dan
dinamik.
17
DAFTAR PUSTAKA
18