Anda di halaman 1dari 12

Diskusi Bioetika

Universitas Trisakti
Tahun Ajara 2015/2016

Kelompok E
-Wibisono 174
-Willy Chan 175
-Yesika Natania 176
-Yessica Puspita Kardinal 177
-Yosia Yosen 178
-Zafira Rasya 179
-Anniza Bellarisi Cantika 180
-Dara Gloria Mestika 181
-Devita Rosalina 182
-Fajar Ramadhan 183
-Frenysha Hutasoit 184
-Natasya Putri 185
-Nyi Ageng Mantili 186
-Putu Chintya N 187
-Restu Aditya 188
-Ririn Setiawati 189
-Velisya 190
-Laela Kusuma 191
-Aloysius Chong 192
-Kresna Anugrah 193

Sesi 2
Setelah dilakukan pencabutan pada
gigi Indah, Pak Joko masih saja harus
bolak balik ke RS karena Indah
mengalami pendarahan bahkan
sampai harus rawat inap. Karena
pendarahan yang dialaminya, Indah
menginggal dunia.
Merasa tidak dapat menerima
kepergian anaknya, Pak Joko pun
akhirnya menunjuk seorang pengacara

Hal yg perlu didiskusikan:


1.Apakah tindakan dokter gigi tersebut
termasuk tindakan melawan hukum?
2.Apa manfaat informed consent pada
kasus ini?
3.Apa itu sengketa medik?
4.Jelaskan alternatif penyelesaian
sengketa medik!
5.Bagaimana pandangan Hukum, Etika
dan Agama-agama pada kasus ini?

Suatu tindakan medis didasari oleh


tindakan anamnesis. Dokter dapat
menggunakan anamnesis untuk membantu
mendiagnosis penyakit dan menentukan
apakah pasien memiliki peningkatan risiko
untuk mengembangkan kondisi tertentu
(contoh: merontgen gigi pasien).
Oleh karena itu, perbuatan dokter gigi
tersebut melanggar hukum karena ia tidak
melakukan standar medis yaitu anamnesis
secara cermat.

Manfaat informed consent bagi pasien


dalam kasus ini adalah untuk
mengetahui tindakan dokter,
mengetahui informasi dan resiko yang
terjadi bila tindakan tersebut
dilakukan, dan menjaga hubungan baik
antara dokter dan pasien. Sedangkan
manfaat informed consent bagi dokter
adalah melindungi dokter dari
tindakan hukum. Tetapi, informed
consent dalam kasus ini tidak kuat
karena pasien hanya memberikan

Definisi sengketa medis sesuai


dengan yang tertulis di dalam UndangUndang No.29 tahun 2004, bahwa
sengketa medis adalah sengketa yang
terjadi karena kepentingan pasien
dirugikan oleh tindakan dokter atau
dokter gigi yang menjalankan praktek
kedokteran.

Penyelesaian sengketa medik:


-Negoisasi
-Mediasi
-Arbitrase

Etika
Menurut pandangan etika, keberadaan etika
mendahului norma hukum. Secara hukum
tindakan dokter gigi tersebut salah, maka
secara etika tindakan tersebut salah. Dapat
disimpulkan tindakan dokter gigi tersebut tidak
sesuai dengan etika.
Bukti bahwa tindakan dokter gigi tersebut
salah adalah teori retributivisme. Secara etika
dokter gigi tersebut salah dan pantas dihukum
karena telah menyebabkan kerugian yaitu
meninggalnya Indah. Hukuman tersebut
sebagai ganti rugi kematian Indah.

Hukum
Dalam kasus ini, secara hukum, semua dokter yang
melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien atau
keluarga dapat dikenakan sanksi administratif (pencabutan
surat ijin praktek), sanksi perdata (pasal 1365
KUHPerdata), dan pidana (pasal 351 KUHP: penganiayaan).
Prinsip-prinsip etika medis yaitu tidak merugikan, berbuat
baik, keadilan, dan otonom. Dokter gigi tersebut
melanggar prinsip-prinsip etika, yaitu merugikan pasien
hingga menyebabkan kematian. Bahkan menyebabkan
kesalahan yang fatal yaitu kematian karena dokter tidak
menjalankan prakteknya sesuai dengan standar medis. Ia
juga melanggar Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia
(KEKGI) bab 2 pasal 1 bahwa, Dalam menjalakan
profesinya, setiap dokter gigi Indonesia wajib memberikan
pelayanan yang sebaik mungkin kepada penderita.

Agama
Menurut agama sebenarnya hidup dan
mati manusia ada ditangan Tuhan.
Oleh karena itu, tindakan dokter
dianggap sebagai dosa ringan karena
merupakan ketidak sengajaan.

Thank You

Anda mungkin juga menyukai