Anda di halaman 1dari 4

Tea Pai merupakan salah satu rangkaian acara yang sering diadakan dalam pernikahan adat

Tionghoa (chinese wedding) untuk menghormati orang yang lebih tua. Dalam beberapa
kesempatan, tradisi penyuguhan teh di beberapa daerah sangatlah berbeda karena bisa
tergantung dari kebiasaan suku dan adat tradisi masing-masing. Umumnya prosesi Tea Pai
dilangsungkan pada pagi atau siang hari sebelum prosesi pemberkatan pernikahan di tempat
ibadah; karena jika dilangsungkan pada malam hari, prosesi ini akan terkesan dipaksakan
atau bersifat tidak penting; atau hanya sekedar upacara seremonial belaka, sebagai ajang
serah terima angpao, atau sebagai ajang foto. Padahal dalam prosesi Tea Pai ini tersimpan doa
dan harapan orang tua agar kelak anak-anaknya bahagia.
Acara Tea Pai (Kong Cha; biasanya juga disebut morning ceremony) biasanya diikuti
oleh keluarga kedua mempelai yang sudah menikah, seperti orang tua, paman/bibi, saudara
kandung, sepupu dan keponakan (yang dituakan) atau setidaknya yang sudah pernah
menikah; meski karena pasangannya sudah bercerai (menjadi janda/duda), meninggal atau
sakit (sampai tidak bisa ikut acaranya; jadi yang bisa ikut, duduk sendirian). Kakak-kakak
dari kedua keluarga mempelai yang belum menikah tidak diperbolehkan untuk mengikuti
acara Tea Pai ini. Hal ini juga berlaku sama jika ada adik-adik dari keluarga mempelai yang
sudah menikah, juga tidak diperbolehkan mengikuti prosesi Tea Pai.
Dalam prosesi Tea Pai ini, sebagai urutan pertama, mempelai mempersilahkan orang yang
lebih tua untuk duduk di kursi yang telah disediakan. Setelah duduk, berikan penghormatan
dengan cara membungkukkan badan sambil mengepalkan kedua belah tangan. Perlu diingat,
khusus untuk orang tua (papa mama) dan kakek nenek (apabila ada) sebaiknya di soja atau
kui (berlutut). Mungkin pada agama tertentu yang melarang umatnya untuk berlutut atau
menyembah, dapat saja menggunakan cara berdiri sambil sedikit membungkuk badan, tapi
kesan penghormatan kepada orang tua jauh berkurang, karena status/derajatnya seperti
disamakan dengan paman/bibi, kakak dan saudara-saudara lainnya.
Dalam foto, tampak kedua mempelai sedang mengikuti proses tea pai
Selanjutnya, seseorang (yang telah ditunjuk sebelumnya; pengiring pengantin) membawakan
nampan yang berisi dua buah cangkir kecil berisi teh kepada mempelai wanita, jika keluarga
yang sedang dilayani adalah keluarga dari pihak wanita. Kemudian barulah mempelai pria
mengambil satu persatu cangkir dari nampan tersebut dan diberikan kepada keluarga sembari
menyebutkan status orang tersebut, misalnya : Papa, Mama, dan seterusnya. Sebaliknya
apabila yang dilayani adalah keluarga mempelai pria, maka yang menyuguhkan cangkir
tersebut adalah mempelai wanita. Selain itu, pada umumnya untuk posisi duduk, nenek, ibu,
tante ada di kanan; sedangkan kakek, papa, paman di kiri. Hal ini sesuai prinsip Nan Zuo, Ni
You (Pria di kiri, Wanita di kanan).
Setelah keluarga yang dilayani selesai meminum teh yang diberikan, mempelai pria
mengambil kembali cangkir tersebut satu persatu. Sebagai ucapan terima kasih keluarga
terhadap pelayanan yang diberikan oleh kedua mempelai, biasanya keluarga memberikan
bingkisan yang berupa uang di dalam angpao merah ataupun perhiasan. Kalau keluarga yang
dilayani memberikan hadiah angpao, maka dapat langsung ditaruh di nampan atau di
kantongi oleh mempelai pria, sedangkan apabila hadiah berupa kalung, cincin atau perhiasan
sejenisnya, maka nampan tersebut dapat dikembalikan kepada orang yang telah ditunjuk
sebelumnya lalu keluarga akan segera memasangkan perhiasan tersebut kepada mempelai.

Terkadang pada adat-adat tertentu untuk acara tea pai ini, pengantin wanita biasanya
memberikan satu set handuk (handuk badan dan handuk muka) kepada orang-orang yang
telah disuguhkan teh sebagai ucapan terima kasih. Ini juga realtif (bisa ada atau tidak) dan
sangat bergantung pada persiapan kesepakatan acara sebelumnya. Setelah selesai, anggota
keluarga yang disuguhkan teh kembali di kursinya, dan kedua mempelai memberikan salam
penghormatan kembali seperti diawal acara.

Angpao pernikahan; biasanya diberikan para tamu undangan ataupun keluarga dekat
mempelai
Jadi selain anggota keluarga inti, biasanya hadiah pernikahan dapat diberikan pada waktu
menulis nama di daftar hadir pada saat waktu pernikahannnya, memberikan secara langsung
pada saat akan jabat tangan dengan mempelainya, atau bisa memberikan pada saat proses Tea
Pai, tapi sebelum/sesudah prosesi acaranya berlangsung. Mengenai hadiah/kado pernikahan,
orang-orang pada zaman dahulu biasanya memberikan kain mahal, arak (anggur) pernikahan,
peralatan rumah tangga, bantal tidur, dan sebagainya. Lalu lama kelamaan berkembang,
hingga di era sekarang rata-rata para tamu undangan biasanya hanya memberikan Angpao
sebagai sebuah cara yang simple. Menarik memang, karena tradisi memberikan Angpao
pernikahan ini juga diadopsi oleh masyarakat non Tionghoa pada pesta pernikahan mereka.
http://www.tionghoa.info/tradisi-tea-pai-dalam-rangkaian-pernikahan-adattionghoa/

Tea Pai merupakan salah satu rangkaian acara yang sering diadakan
dalam pernikahan ala cina (chinese wedding) untuk menghormati orang
yang lebih tua.
Dalam beberapa kesempatan, tradisi penyuguhan teh tersebut dibeberapa
daerah sangatlah berbeda karena itu bisa tergantung pula dari suku dan tradisi
masing-masing.
Untuk urutan pertama, mempelai mempersilahkan orang yang lebih tua untuk
duduk di kursi yang telah disediakan. Setelah duduk, berikan penghormatan
dengan cara membungkukan badan sambil mengepalkan kedua belah tangan
dan berkata 'Qong Xie' yang mempunyai arti salam.
Selanjutnya, seseorang (yang telah ditunjuk sebelumnya) membawakan nampan
yang menampung 2 buah cangkir kecil berisi teh kepada mempelai wanita, jika
keluarga yang dilayani adalah keluarga dari pihak wanita.
Kemudian barulah mempelai pria mengambil satu persatu cangkir dari nampan
tersebut dan diberikan kepada keluarga sembari menyebutkan status orang
tersebut, misalnya: Papa, Mama, dan seterusnya. Hal sama juga berlaku untuk
kondisi sebaliknya.
"Selain itu, pada umumnya, posisi duduk nenek, ibu, tante ada di kanan.
Sedangkan kakek, papa, paman di kiri. Hal ini sesuai prinsip Nan Cuo, Ni
Yiu,"kata Alfonsus Tan, salah seorang wedding planner yang membuka usahanya
di kawasan Kelapa Gading.
Lebih lanjut Alfonsus menyatakan, setelah keluarga yang dilayani selesai
meminum teh yang diberikan, mempelai pria mengambil kembali cangkir
tersebut satu persatu. Sebagai ucapan terima kasih keluarga terhadap
pelayanan yang diberikan oleh kedua mempelai, biasanya keluarga memberikan
bingkisan yang berupa uang didalam angpao merah ataupun perhiasan.
"Kalau memberikan angpao maka dapat langsung ditaruh di nampan, tetapi
apabila hadiah berupa kalung, cincin atau sejenisnya, maka nampan tersebut
dapat dikembalikan kepada orang yang ditunjuk agar memudahkan keluarga
untuk memasang perhiasan kepada mempelai," tambah Alfonsus.
Terkadang, kata Alfonsus lagi, pada adat-adat tertentu untuk acara tea pai ini,
pengantin wanita biasanya memberikan satu set handuk (handuk badan +
handuk muka) kepada orang-orang yang telah disuguhkan teh sebagai ucapan
terima kasih.
Setelah selesai, anggota keluarga yang disuguhkan teh kembali di kursinya, dan
kedua mempelai memberikan salam penghormatan kembali seperti diawal acara.

http://www.beritasatu.com/budaya/19980-tea-pai-tradisi-penghormatan-orangtua.html

Anda mungkin juga menyukai