Askep Komunitas Kesehatan Kerja
Askep Komunitas Kesehatan Kerja
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengertian sehat dapat digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental
dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan
melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan
dan pekerjaannya (perry, potter. 2005: 5).
Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat
tetap sehat dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan
kesehatan atau penyakit. Oleh karena iu, perhatian utama dibidang kesehatan lebih
ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta
pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.
Status kesehatan seseorang, menurut blum (1981) ditentukan oleh empat
faktor yakni :
1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia (organik/
anorganik,
logam
berat,
debu),
biologik
(virus,
tertentu, seperti makan dengan benar dan olah raga yang cukup, serta bagaimana
menggunakan alat-alat perlindungan dan pentingnya penggunaan alat-alat tersebut
bagi keselamatan kerja, serta hygine pada setiap pekerja (suddarth. 2002: 27).
Maka dari itu, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang peraturan
pemerintah yang menyangkut kesehatan kerja dan memahami legalsasi yang
berhubungan, serta semua hal yang bersangkutan tentang kesehatan kerja,
keselamatan kerja serta kecelakaan kerja (K3) (Suddarth. 2002: 27).
Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan tentang semua yang
berhubungan dengan K3 disertai dengan contoh asuhan keperawatan kesehatan
kerja. Diharapkan dengan makalah ini nantinya dapat dijadikan acuan bagi
mahasiswa keperawatan lain untuk dapat membantu meningkatkan kesehatan
kerja dengan menerapkan asuhan keperawatan kesehatan kerja yang komprehensif
dan kompeten.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada kesehatan kerja pada di
Tujuan
1. Menjelaskan tentang pengertian kesehatan kerja dan keselamatan kerja
2. Menjelaskan tentang prinsip dasar kesehatan kerja
3. Menjelaskan tentang Factor resiko di tempat kerja
4. Menjelaskan tentang ruang lingkup kesehatan kerja
5. Menjelaskan tentang tujuan keselamatan kerja
6. Menjelaskan tentang dasar hokum kesehatan dan keselamatan kerja
7. Menjelaskan tentang kecelakaan kerja
8. Menjelaskan tentang penyakit akibat kerja
9. Menjelaskan tentang ergonomi
10. Menjelaskan tentang alat pelindung kerja (PEE)
11. Menjelaskan tentang tujuan penerapan keperawatan kesehatan kerja
12. Menjelaskan tentang fungsi dan tugas perawat dalam keselamatan dan
kesehatan kerja
13. Menjelaskan tentang diagnosis spesifik penyakit akibat kerja
14. Menjelaskan tentang penerapan konsep lima tingkatan pencegahan
penyakit pada penyakit akibat kerja
15. Menjelaskan tentang promosi kesehatan dalam kesehatan dan keselamatan
kerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Kerja
Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat
pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik,
atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap
penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor
pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993).
Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi distribusi baik barang
maupun jasa (dermawan, deden. 2012: 189).
Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
1.
2.
dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU kesehatan tahun 1992).
Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi
permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakanpengendalian.
Sasaran kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari
pekerjaitu sendiri (effendi, ferry. 2009: 233).
2.3 Faktor Resiko Di Tempat Kerja
Dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi
bahaya serta resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja,
penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan disamping faktor manusianya.
Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang
potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian
yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan potensi
bahaya menjadi manifest, sering disebut resiko. Baik hazard maupun resiko
tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan
dengan baik.
Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya
penempatan
pekerja
yang
sesuai
dengan
kemampuannya
perlu
diperhatikan. Beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang
terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan
2.
3.
maupun aspek
psikososial.
Kondisi
keselamatan
kerja/buruh
guna
mewujudkan
kepemimpinan
pembelian
dan/
atau
atau
pengawasan,
pengadaan
barang,
rekayasa
perawatan
(maintenance), alat-alat, perlengkapan, dan barang-barang atau bahanbahan, standart-standart kerja, serta berbagai penyalahgunaan yang
terjadi di lingkungan kerja.
2. Penyebab langsung
alat pelindung atau keselamatan diri secara benar (B, sugeng. 2003).
Kerugian yang disebabkan kecelakaan akibat kerja
Kecelakaan menyebabkan lima jenis kerugian, antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
yang
hanya
disebabkan
oleh
pekerjaan,
misalnya
Pneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya
karsinoma bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara
faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya bronkhitis kronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada
sebelumnya, misalnya asma.
Dalam peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi Nomor: PER01/MEN/1981 dicantumkan 30 jenis penyakit, sedangkan pada keputusan
Presiden RI Nomor 22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja
memuat jenis penyakit yang sama dengan tambahan penyakit yang disebabkan
bahan kimia lainnya termasuk bahan obat. Jenis-jenis penyakit akibat kerja
tersebut adalah sebagai berikut:
beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh kadmium (Cd) atau persenyawaannya yang
beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh fosforus (P) atau persenyawaannya yang
beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh kromium (Cr) atau persenyawaannya yang
beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh mangan (Mn) atau persenyawaannya yang
beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh arsenik (As) atau persenyawaannya yang
beracun.
Penyakit
yang
disebabkan
oleh
merkurium/
beracun.
raksa
(Hg)
atau
urat, tulang persendian dan pembuluh darah tepi atau saraf tepi).
Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan
tinggi.
Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengIon.
Penyakit kulit atau dermatosis yang disebabkan oleh fisik, kimiawi atau
biologis.
Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh Ter, Pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk dan residu dari zat-
zat tersebut.
Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
Menurut
(dermawan,
deden.
2012:
197-199)
penyakit
akibat
Penyakit akibat kerja pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun
kronis.
a. Akut misalnya :
Asma akibat kerja sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut
atau karena virus.
b. Kronis, misalnya :
Asbestosis
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)
Edema paru akut : dapat disebabkan oleh bahan kimia seperti
nitrogen oksida.
2. Penyakit Kulit
a. Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam
kehidupan, kadang sembuh sendiri.
b. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit
yang berhubungan dengan pekerjaan.
c. Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan yang
merupakan penyeba, membuat peka atau karena faktor lain.
3. Kerusakan Pendengaran
a. Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukkan akibat pajanan
kebisingan yang lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan.
b. Riwayat pekerjaan secara detail sebaiknya didapatkan dari setiap orang
dengan gangguan pendengaran.
c. Dibuat rekomendasi tentang
pencegahan
terjadinya
hilangnya
pendengaran.
4. Gejala pada Punggung dan Sendi
a. Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan panyakit pada
punggung yang berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan.
b. Penentuan kemungkinan bergantung pada riwayat pekerjaan.
c. Atritis dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan berulang tidak
wajar.
5. Kanker
a. Adanya presentase yag signifikan menunjukkan kasus kanker yang
disebabkan oleh pajanan di tempat kerja.
b. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen sering kali didapat dari
laporan klinis individu dari pada studi epidemiologi.
c. Pada kanker pajanan untuk terjadinya karsinogen mulai > 20 tahun
sebelum diagnosis.
6. Coronary Artery Disease
Oleh karena stres atau karbon monoksida da bahan kimia lain di tempat
kerja.
7. Penyakit Liver
a. Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus
atau sirosis karena alkohol.
b. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.
8. Masalah Neuropsikitarik
a. Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering
diabaikan.
b. Neuro pati perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol
atau tidak diketahui penyebabnya, depresi SSP oleh karena
penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri.
c. Kelakuan yang tidak baik mungkin merupakan gejala awal dari stres
yang berhubungan dengan pekerjaan.
d. Lebih dari 100 bahan kimia (a.l solven) dapat menyebabkan depresi
Susunan Syaraf Pusat.
e. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl, butyl
ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer.
f. Carbon disulfide dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.
petroleum, rokok.
Faktor penyebab penyakit akibat kerja
Faktor penyebab penyakit akibat kerja sangat banyak, tergantung pada
bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja,
sehingga tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan :
1. Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang
sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
produktivitas
dan
efisiensi
yang
setinggi-tingginya
melalui
Yuliani, 2002):
1.
ergonomik. Sikap yang tidak alamiah harus dihindari dan jika hal ini tidak
mungkin dilaksanakan harus diusahakan agar beban statis menjadi sekecilkecilnya. Untuk membantu tercapainya sikap tubuh yang ergonomik sering
diperlukan pula tempat duduk dan meja kerja yang kriterianya disesuaikan dengan
ukuran anthropometri pekerja.
Ukuran anthropometri tubuh yang penting dalam ergonomi adalah :
a. Berdiri
b. Tinggi badan berdiri
c. Tinggi bahu
d. Tinggi siku
e. Tinggi pinggul
f. Depa
g. Panjang lengan
h. Duduk
i. Tinggi duduk
j. Panjang lengan atas
k. Panjang lengan bawah dan tangan
l. Jarak lekuk lutut sampai dengan garis punggung
m. Jarak lekuk lutut sampai dengan telapak
Keadaan bekerja sambil berdiri, mempunyai kriteria :
a. Tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm di bawah tinggi siku.
b. Pekerjaan yang lebih membutuhkan ketelitian, tinggi meja yang
digunakan 10-20 cm lebih tinggi dari siku.
c. Pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan tangan, tinggi meja
10-20 cm lebih rendah dari siku.
d. Mengangkat dan mengangkut
Beberapa faktor yang berpengaruh pada proses mengangkat dan
mengangkut adalah beratnya beban, intensitas, jarak yang harus
ditempuh, lingkungan kerja, ketrampilan dan peralatan yang
digunakan. Untuk efisiensi dan kenyamanan kerja perlu dihindari
3.
kenyamanan dan efisiensi kerja. Perencanaan sistem ini dimulai sejak tahap awal
dengan memperhatikan kelebihan dan keterbatasan manusia dan mesin yang
digunakan interaksi manusia-mesin memerlukan beberapa hal khusus yang
diperhatikan, misalnya :
a. adanya informasi yang komunikatif
b. tombol dan alat pengendali baik
c. perlu standard pengukuran anthropometri
4.
pekerjaannya.
Kebutuhan kalori
yang
sesuai
untuk
5.
a. Pekerja Pria
Pekerjaan ringan : 2400 kal/hari
Pekerjaan sedang ; 2600 kal/hari
Pekerjaan berat : 3000 kal/hari
b. Pekerja Wanita
Pekerjaan ringan : 2000 kal/hari
Pekerjaan sedang ; 2400 kal/hari
Pekerjaan berat : 2600 kal/hari
Pengorganisasian kerja
Pengorganisasian kerja berhubungan dengan waktu kerja, saat istirahat,
pengaturan waktu kerja gilir (shift) dari periode saat bekerja yang disesuaikan
dengan irama faal tubuh manusia. Waktu kerja dalam 1 hari antara 6-8 jam.
Dengan waktu istirahat jam sesudah 4 jam bekerja. Perlu juga diperhatikan
waktu makan dan beribadah. Termasuk juga di dalamnya terciptanya kerjasama
antar pekerja dalam melakukan suatu pekerjaan serta pencegahan pekerjaan yang
berulang (repetitive).
6.
Lingkungan kerja
Dalam peningkatan efisiensi dan produktifitas kerja berbagai faktor
mempertimbangkan jenis, saat, lama dan sifat pekerjaan. Dekorasi dan pengaturan
warna dapat memberikan kesan jarak, kejiwaan dan suhu. Misalnya :
9.
Kepala
Telinga
Mata
PPE
Helm keras , helm empuk, topi, harnet,
Paru
Tangan
Kaki
Kulit
pernafasan.
Sarung tangan pelindung, sarung tangan
Keseluruhan tubuh
2.11
Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu
2.
b.
c.
d.
e.
kesehatan
f. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja
g. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
h. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan
keluarganya
i. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
j. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.
2.13
Diagnosis spesifik penyakit akibat kerja
Secara teknis penegakan diagnosis dilakukan dengan cara berikut ini (B,
sugeng. 2003):
1. Anamnesis (wawancara) meliputi, identitas, riwayat kesehatan, riwayat
penyakit, dan keluhan yang dialami saat ini.
2. Riwayat pekerjaan
a. Sejak pertama kali bekerja (kapan mulai bekerja di tempat tersebut)
b. Kapan, bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan, jenis
bahaya yang ada, kejadian sama pada pekerja lain, pemakaian alat
pelindun diri, cara melakukan pekerjaan, pekerjaan lain yang
dilakukan, kegemaran (hobi), dan kebiasaan lain (merokok, alkohol)
c. Sesuai tingkat penegtahuan, pemahaman pekerjaan.
3. Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan tidak
bekerja
a. Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi
pada saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang atau
hilang.
b. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja.
c. informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesa atau dari data
penyakit di perusahaan.
4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan
a. Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifik.
b. Pemeriksaan laboratorium membantu diagnostik klinis.
c. Dugaan adanya penyakit akibat bekerja dilakukan juga melalui
pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis.
5. Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis
c.
d.
e.
f.
g.
h.
gejala serupa).
i. Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan
(MSDS, label, dan sebagainya).
3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit
tersebut.
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung
pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika
dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal
tersebut diatas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika
dalam kepustakaan ada yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara
khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita
(konsentrasi, jumlah, lama dan sebagainya).
4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan
tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk
diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk
dapat menetukan diagnosis penyakit akibat kerja.
5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain
yang
mungkin
dapat
mempengaruhi.
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat
perkerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanan, misalnya penggunaan
APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga resikonya meningkat.
Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang
mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang
dialami.
6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit.
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah
penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab
penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan
untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.
tetapi
pekerjaannya/pajanannya
memperberat/mempercepat
timbulnya penyakit.
2.14
Penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit/ five
level and prevention diseases (leavel and clark) pada penyakit akibat
1.
gizi
yang
baik,
3.
4.
5.
keamanan kerja atau staf departemen sumber daya manusia atau staf
2.
3.
yang ditawarkan, penting untuk menentukan konsistensi program dengan misi dan
tujuan perusahaan. Perhatikan juga biaya dan manfaat aktivitas, baik bagi
pengusaha maupun para pekerja. Apabila menyadari potensi manfaat finansial
yang akan di dapat dari aktivitas ini, seperti penurunan angka ketidak hadiran atau
meningkatkan hasil kerja, kebanyakan pekerja ikut berpartisipasi dalam program
promosi kesehatan karena alasan pribadi (seperti menurunkan berat badan,
meningkatkan kebugaran fisik). Para pekerja memiliki keinginan untuk merasa
atau terlihat lebih baik atau mengalami peningkatan kualitas hidup. Apabila kedua
kebutuhan, baik kebutuhan organisasi dan para pekerja terpenuhi, program
kesehatan ini akan mendapat dukungan luas dan partisipasi yang tinggi dari
pekerja dan mencapai kesuksesan besar.
2.15.2 Perencanaan program promosi kesehatan (anderson. 2007: 452-458)
1.
Pengkajian kebutuhan
Kuesioner dan penilaian risiko kesehatan umumnya digunakan untuk
mengidentifikasi minat pekerja terhadap topik pendidikan dan menggambarkan
kondisi kesehatan saat ini serta perilaku yang aman.
Kesehatan pekerja dan catatan asuransi juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi prevalensi penyakit kronik pekerja yang perlu ditangani. Catatan
keamanan, format kompensasi pekerja atau wawancara dengan manajer dan
pekerja adalah sumber tambahan untuk menentukan kebutuhan promosi kesehatan
pekerja dan perusahaan.
Setelah mengidentifikasi kebutuhan promosi kesehatan, anda dapat
membantu perawat kesehatan kerja atau komite penasehat perencanaan dalam
menjamin dukungan manajemen terhadap program promosi kesehatan. Presentasi
proposal atau catatan eksekutif sering kali merupakan salah satu langkah awal
dalam meyakinkan manajemen mengenai manfaat proyek. Suatu pendekatan
perencanaan bisnis untuk mengomunikasikan program anda dapat digunakan
untuk menciptakan kesamaan persepsi dan pengertian terhadap proyek dari semua
orang yang ada di dalam organisasi. Di bawah ini adalah contoh dari sebuah
perencanaan bisnis:
a. Catatan eksekutif: sebuah kesimpulan singkat mengenai rencana
promosi kesehatan, termasuk di dalamnya tujuan (contoh, untuk
menurunkan strain punggung bagian bawah), metode (contoh,
dilakukan melalui 3 kali pertemuan , masing-masing selama 30 menit),
keuntungan yang dapat diharapkan (contoh, lebih sedikit absen pada
hari kerja, peningkatan produktivitas), biaya (contoh, biaya program,
seperti brosur, selebaran, waktu pengajaran, insentif, ketidak hadiran,
dan biaya tak terduga, seperti biaya akibat penurunan asuransi dan
klaim kompensasi pekerja).
b. Tujuan: secara jelas menggambarkan apa yang ingin dicapai dan
rasional. Termasuk tujuan Masyarakat Sehat 2010 (Healthy People
2010 Objectives) untuk dewasa sehat.
c. Metode: bagaimana, bilamana, dan dimana rencana akan diwujudkan
ke dalam tindakan. Uraikan setiap tugas yang harus diselesaikan
(contoh, rancangan brosur dan selebaran serta diseminasi) dan individu
yang bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas tersebut, beserta
batas waktu penyelesaian program. Jelaskan isi program, termasuk
mengundang pembicara tamu, demonstrasi ulang, dan metode untuk
meningkatkan partisipasi pekerja serta adaptasi dari perilaku yang
diajarkan. Selain itu, tentukan juga tujuan dan objektif program.
Tujuan program dapat berupa: Delapan puluh persen pekerja yang
telah menjalani program perawatan punggung melaporkan penurunan
pengajuan izin sakit yang berhubungan dengan nyeri punggung bawah.
Objektif program dapat berupa: Setelah mengikuti pembelajaran
demonstrasi mengenai prosedur mengangkat yang benar, 90% pekerja
berpartisipasi akan mendemonstrasikan prosedur mengangkat yang
benar.
yang
mengimplementasikan
program
serupa,
beserta
kepada
perusahaan
untuk
melaksanakan
skrining
botol minuman.
Evaluasi program promosi kesehatan
Proses evaluasi memberikan kesempatan untuk menentukan hasil yang
fasilitas
fisik
untuk
menunjang
program;
(3)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KESEHATAN KERJA
DENGAN APLIKASI KASUS DI KOMUNITAS PEKERJA
DI RUANGAN SEKTOR A7 DI PERUSAHAAN ROKOK
PT. NOJORONO DI KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH
Deskripsi Kasus
3.1
Sekelompok
mahasiswa
keperawatan
stikes
hang
tuah
surabaya
Karakteristik
Frekuensi/ jumlah
Jenis kelamin
1.
a. Laki-laki
b. Perempuan
40 orang
60 orang
Jenis pekerjaan
2.
a. Pengelintingan
b. Pengepakan
c. Pengawas
55 orang
35 orang
10 orang
Usia
3.
a.
b.
c.
d.
25-35 tahun
36-46 tahun
47-57 tahun
58-60 tahun
35 orang
40 orang
20 orang
5 orang
Tingkat pendidikan
4.
a. Tamat SD
b. Tamat SMP
c. Tamat SMA
30 orang
45 orang
25 orang
5.
Lama bekerja
a. 5-10 tahun
15 orang
b.
c.
d.
e.
11-15 tahun
16-20 tahun
21-25 tahun
> 25 tahun
35 orang
30 orang
15 orang
5 orang
Kemudian kami melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap masingmasing pekerja dan juga dari HRD perusahaan sehingga didapat hasil pengkajian
sebagai berikut:
3.2
3.2.1
A.
1.
Proses Keperawatan
Pengkajian
DATA INTI
Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Perusahaan rokok PT. NOJORONO berada di wilayah kabupaten kudus
jawa tengah dengan luas bangunan pabrik keseluruhan sebesar 1 Ha. Pabrik ini
berada di tepi jalan raya yang merupakan akses utama di kota kudus. Terdiri dari
beberapa ruangan sektor yang didalamnya terdapat berbagai macam pekerjaan
industri yang berhubungan dengan tembakau dan rokok diantaranya adalah bagian
penyortiran tembakau, penyimpanan tembakau, produksi tembakau, pelintingan
rokok, pengepakan rokok, ruang laboratorium uji tembakau, dll. Ruangan sektor
A7 merupakan salah satu ruangan di perusahan rokok PT. NOJORONO yang
terbagi menjadi beberapa bagian tugas didalamnya yaitu bagian pelintingan,
pengepakan rokok dan pengawasan. Jumlah pekerja di ruangan sektor A7
sebanyak 100 orang (perincian berdasarkan karakteristik umum ada di tabel yang
tersedia di awal) sebagaian besar bekerja adalah orang jawa 85 orang (85%) dan
berasal dari madura sebanyak 15 orang (15%).
2. Status kesehatan komunitas
Dari pengkajian (anamnesa) dan kuisioner yang dilakukan mahasiswa
langsung kepada para pekerja diruangan sektor A7 didapatkan hasil:
a. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
68 orang pekerja (68%) menegeluhkan sering batuk-batuk
15 orang (15%) pekerja mengeluhkan sering pusing
Sisanya 17 orang (17%) tidak ada keluhan
b. Tanda-tanda vital*
TD:
< 110/70 mmHg
: 5 orang (5%)
110/70mmHg-130/90mmHg
: 75 orang (75%)
>130/90 mmHg
: 20 orang (20%)
Nadi:
60-80x/menit
: 90 orang (90%)
80-100x/menit
: 10 orang (10%)
RR:
16-24x/menit
: 90 orang (90%)
>24x/ menit
: 10 orang (10%)
Suhu tubuh:
36,5C-37C
: 100 orang (100%)
c. Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) *
ISPA
: 20 orang/ kasus (20%)
PPOK
: 5 orang (5%)
Diare
: 5 orang (5%)
Batuk
: 35 orang (35%)
Demam
: 15 orang (15%)
Sisanya tidak ada laporan keluhan penyakit 20 orang (20%)
Ket: (*) : data dari klinik perusahaan pada tanggal 12 November 2012
Karakteristik
Frekuensi
Menderita batuk berdahak minimal 30 kali
Presentase %
1.
20 orang
29,4%
2.
3.
beruntun
Mempunyai riwayat merokok
Terpajan langsung dengan bahan produk
Mempunyai keluarga dengan riwayat
40 orang
68 orang
58,8%
100%
6 orang
8,82%
10 orang
6,8%
5 orang
7,35%
5 orang
7,35%
4.
5.
6.
7.
8.
45 orang
66,1%
5 orang
7,35%
20 orang
29,4%
10.
semua
pekerja
Karakteristik
Pekerja yang memeriksakan kesehatan
secara rutin ke klinik
Pekerja yang memeriksakan
kesehatannya saat sakit saja
Frekuensi
Presentase (%)
25 orang
25%
35 orang
35%
pernah
datang
ke
klinik
untuk
40 orang
40%
memeriksakan kesehatannya
b) Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
Setelah dilakukan pengkajian melalui observasi langsung kepada
100 pekerja di ruangan sektor A7 didapatkan hasil:
No.
1.
Karakteristik
Tidak menggunakan
masker saat bekerja
2.
Tidak menggunakan
sarung tangan saat
bekerja
Jenis
pekerjaan
a. Pelintingan
b.Pengepakan
c. pengawasan
a. Pelintingan
b.Pengepakan
c. Pengawasan
Ferekuens
i
55 orang
Presentase(%)
100%
35 orang
100%
10 orang
100%
55 orang
100%
35 orang
100%
10 orang
100%
semen/ plesteran, ventilasi di ruangan ini berasal dari jendela jendela kecil di
atas tembok yang berjumlah masing-masing 10 buah di kiri dan kanan sisi
bangunan total 20 buah, penerangan ruangan berasal dari pintu ruangan besar
yang di buka saat jam kerja bila menjelang sore terdapat lampu neon yang
memberikan pencahayaan diruangan ini. Kebersihan di dalam ruangan cukup rapi
dan bersih. Kondisi kamar mandi bersih tetapi jumlahnya sangat terbatas dan
jaraknya cukup jauh dari tempat pengolahan.
Pembuangan limbah perusahaan di olah dengan melakukan penyaringan
zat-zat berbahaya dengn alat penyaring yang berada di ruang penyaringan limbah
di sebelah ruangan sektor A7 (di belakang pabrik) dan sisanya di buang disungai
besar yang ada di kota kudus.
C.
disediakan untuk seluruh pekerja dan pegawai diperusahaan ini. Sumber daya
yang ada di klinik ini adalah terdapat 1 orang dokter umum, 2 perawat dan 3
petugas nonmedis, fasilitas alat yang dimiliki klinik ini terdiri dari 2 kamar tidur,
obat-obatan yang cukup lengkap dan memiliki 1 ambulance. Sistem rujukan di
perusahaan ini bekerja sama dengan RSUD kabupaten kudus.
Selain itu di
EKONOMI
Rata-rata penghasilan pekerja di ruangan sektor 7 untuk bagian pelintingan
dan pengepakan sekitar 1-1,5 juta rupiah sedangkan untuk bagian pengawas
sekitar 1,5-2 juta rupiah.
E.
sektor ruangan dan juga adanya CCTV di tiap ruang produksi. Untuk
penanggulangan kebakaran terdapat alat pemadam kebakaran manual di setiap
ruangan produksi dan perusahaan ini juga memiliki 1 unit mobil pemadam
kebakaran milik perusahaan selain itu perusahaan juga bekerjasama dengan dinas
Askep Komunitas Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
SISTEM KOMUNIKASI
Sarana komunikasi yang digunakan oleh pekerja di ruangan sektor A7
sebagaian besar menggunakan alat komunikasi telfon genggam (HP) sebagai alat
komunikasi antara pekerj, keluarga dan masyarakatnya. Sednagkan sistem
komunikasi dalam perusahaan menggunakan telfon yang ada disetiap ruangan
sektor dan apabila ada informasi atau pengumuman dari perusahaan akan
disiarkan melalui pengeras suara yang ada di setiap ruangan di perusahaan ini.
Bahasa yang digunakan untuk komunikasi antar pekerja sehari-hari di ruangan
sektor A7 mayoritas dengan menggunakan bahasa jawa dan sebagaian kecil
menggunakan bahasa madura.
H.
PENDIDIKAN
Data yang didapat dari HRD perusahaan rokok PT. NODJORONO
30 orang
45 orang
25 orang
I.
REKREASI
Berdasarkan data yang didapat dari perusahaan, Hari libur untuk pegawai
dan pekerja diperusahaan ini adalah tiap hari minggu, di setiap hari jumat pagi
biasanya diadakan senam aerobik bersama oleh perusahaan yang dilakukan di
lapangan olah raga yang ada di belakang perusahaan.
Di akhir tahun biasanya juga diadakan rekreasi bersama yang di fasilitasi
oleh perusahaan yang juga dilakukan secara giliran atau gantian di tiap ruangan
sektor/ bagian produksi dalam perusahaan ini.
3.2.2
Pengolahan Data
Komposisi pekerja berdasarkan jenis kelamin
Gambar; Komposisi pekerja berdasarkan jenis kelamin di ruangan sektor A7 di perusahaan rokok
PT. NOJORONO kudus jawa tengah pada tanggal 11-19 november 2012
Pengepakan; 35%
Pengelintingan; 55%
Gambar; proporsi pekerja berdasarkan jenis pekerjaan di ruangan sektor A7 di perusahaan rokok
PT. NOJORONO kudus jawa tengah pada tanggal 11-19 november 2012
25-35 th
36-46 th
47-57 th
58-60 th
Gambar; komposisi pekerja berdasarkan usia di ruangan sektor A7 di perusahaan rokok PT.
NOJORONO kudus jawa tengah pada tanggal 11-19 november 2012
Lama Bekerja
100%
80%
60%
40%
20%
0%
5-10 th
15 org
30 org
15 org2
> 25 th
5 org
Gambar; komposisi pekerja berdasarkan lama bekerja di ruangan sektor A7 di perusahaan rokok
PT. NOJORONO kudus jawa tengah pada tanggal 11-19 november 2012
: Ventilasi udara
: Tempat pengepakan
: Tempat Pengelintingan
: Pintu masuk
: Toilet
3.2.3
Analisa Data
Data yang telah kami dapat dari hasil pengkajian yang kami lakukan mulai
DATA
.
1.
DS:
Pekerja mengatakan
mengeluhkan sering batuk-
batuk.
Pekerja mengatakan tidak
terlalu memeperhatikan
ETIOLOGI
PROBLEM
Kurang
Resiko terjadinya
pengetahuan
peningkatan
pekerja tentang
penyakit akibat
pentingnya K3
partikel
bagi kesehatan
tembakau
dan keselamatan
(PPOK,ISPA)
pentingnya penggunaan
masker dan sarung tangan
pekerja
DO:
saat bernafas.
Riwayat penyakit pekerja
ruangan sektor A7 dalam
satu tahun terakhir; ISPA: 20
pada pekerja
perusahaan
rokok di ruangan
sektor A7 PT.
NOJORONO
kudus jawa
tengah
orang (35%).
Pekerja yang tidak
menggunakan masker dan
sarung tangan di ruangan
sektor A7 sebanyak 100
orang dari 100 orang pekerja
(100%).
70 orang (70%) dari 100
pekerja diruangan sektor A7
tidak mengetahui pentingnya
K3 bagi kesehatan dan
keselamatan mereka
Hanya 30 orang (30%) dari
100 pekerja diruangan sektor
A7 tidak mengetahui
pentingnya K3 bagi
kesehatan dan keselamatan
mereka
2.
DS:
Ketidakadekuatan
Perilaku
hygine perorangan
kesehatan
pada pekerja
cenderung
setelah melakukan
pekerjaannya atau sebelum
makan karena keterbatasan
kamar mandi dan fasilitas
yang kurang mendukung
(tidak ada sabun cuci tangan
di kamar mandi).
DO:
beresiko pada
pekerja
perusahaan
rokok di ruangan
sektor A7 PT.
NOJORONO
kudus jawa
tengah
kurang benar.
40 orang (72,7%) dari 55
orang pekerja dibagian
pelintingan di ruangan sektor
A7 tidak mencuci tangan
setelah bekerja.
15 orang (27,3%) dari 55
orang pekerja dibagian
pelintingan di ruangan sektor
A7 mencuci tangan tapi
dengan prosedur yang
kurang benar.
3.
DS:
Resiko cidera
pada pekerja
pada pekerja
perusahaan
rokok di ruangan
sektor A7 PT.
NOJORONO
kudus jawa
tengah
di ruangan sektor A7
3.2.4
Penapisan Masalah
Dari hasil analisa data, didapatkan data yang kemudian dilakukan
Masalah
Kesehatan
1.
Resiko
KRITERIA
1 2 3 4 5 6 7 8
Score
34
5 5
4 3
terjadinya
peningkatan
Keterangan
Keterangan
kriteria:
1. Sesuai dg
penyakit akibat
peran perawat
partikel
komunitas
tembakau
(PPOK,ISPA)
pada pekerja
perusahaan
rokok di
ruangan sektor
A7 PT.
NOJORONO
kudus jawa
tengah
berhubungan
dengan Kurang
pengetahuan
2. Resiko
terjadi/jumlah
yang beresiko
3. Resiko parah
4. Potensi utk
pend.kesehatan
5. Interest utk
komunitas
6. Kemungkinan
diatasi
7. Relevan dg
program
8. Tersedianya
sumber daya
dan kesadaran
pekerja tentang
Keterangan
pentingnya K3
Pembobotan:
bagi kesehatan
1. Sangat rendah
dan
2. Rendah
keselamatan
3. Cukup
pekerja
2.
Perilaku
4. Tinggi
5
4 4
4 3
33
5 3
3 4
31
kesehatan
cenderung
beresiko pada
pekerja
perusahaan
rokok di
ruangan sektor
A7 PT.
NOJORONO
kudus jawa
tengah
berhubungan
dengan
Ketidakadekuat
an hygine
perorangan
pada pekerja
3.
Resiko cidera
kerja pada
pekerja
perusahaan
rokok di
ruangan sektor
A7 PT.
NOJORONO
kudus jawa
tengah
berhubungan
dengan Posisi
tubuh saat
5. Sangat tinggi
bekerja yang
salah pada
pekerja
3.2.5
Diagnosa Keperawatan
Score
34
33
31